• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Bandung, September 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Bandung, September 2019"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | i

KATA PENGANTAR

Buku Modul Tata Waktu, Prinsip dan Prosedur Pengadaan Tanah bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang proses kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum secara mendalam kepada para peserta.

Buku Modul ini disusun ke dalam 4 (empat) bagian yang terdiri dari Pendahuluan, Tata Waktu Pengadaan Tanah, Penutup, dan Bahan Tayang. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan kepada peran aktif dari peserta pelatihan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan buku modul ini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka serta memungkinkan, mengingat akan adanya perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam bidang Pengembangan Penyehatan Lingkungan dan Permukiman khususnya dalam penyusunan dokumen Feasibility Study (FS) dan Land Acqusition and

Resettlement Plan (LARP) SPALD Perkotaan.

Bandung, September 2019

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman dan Pengembangan

(2)
(3)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... i

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... 1

A. DESKRIPSI ... 1 B. PERSYARATAN ... 1 C. METODE ... 1 D. ALAT BANTU/MEDIA ... 1 PENDAHULUAN ... 5 A. LATAR BELAKANG ... 5 B. DESKRIPSI SINGKAT... 5 C. KOMPETENSI DASAR ... 5

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR ... 5

E. MATERI DAN SUB MATERI POKOK ... 5

F. ESTIMASI WAKTU ... 7

TATA WAKTU PENGADAAN TANAH ... 11

A. INDIKATOR KEBERHASILAN ... 11

B. TATA WAKTU TAHAP PROYEK SPALD PERKOTAAN ... 11

C. TATA WAKTU PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM ... 13

D. PENGADAAN TANAH YANG MEMERLUKAN PERIZINAN TAMBAHAN ... 18

E. PRINSIP DAN PROSEDUR PENGADAAN TANAH ... 19

F. DOKUMEN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (DPPT) ATAU LAND ACQUISITION AND RESETTLEMENT PLAN (LARP) ... 21

G. RANGKUMAN ... 22 H. LATIHAN... 23 PENUTUP ... 27 A. KESIMPULAN ... 27 B. TINDAK LANJUT ... 27 DAFTAR PUSTAKA ... 28 DAFTAR SINGKATAN ... 31

(4)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | iv

DAFTAR TABEL

Tebel 1. Tahapan Pengadaan Tanah………..9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tata Waktu Tahap Proyek SPALD Perkotaan ... 12 Gambar 2. Tata Waktu Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ... 14 Gambar 3.Pengadaan Tanah Yang Memerlukan Perizinan Tambahan ... 18

(5)

PETUNJUK

PENGGUNAAN MODUL

(6)
(7)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 1

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. DESKRIPSI

Mata Pelatihan Tata Waktu, Prinsip dan Prosedur Pengadaan Tanah bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kegiatan proses pengadaan tanah untuk pengembangan SPALD Perkotaan. Mata Pelatihan ini disajikan melalui kegiatan ceramah interaktif dan diskusi. Penilaian peserta pelatihan melalui tes lisan maupun tertulis.

Modul Tata Waktu, Prinsip dan Prosedur Pengadaan Tanah secara berurutan dari Tahap Persiapan sampai dengan Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Tata Waktu Pengadaan Tanah tersebut mengacu pada UU No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan bagi Kepentingan Umum.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini merupakan pengetahuan dasar dalam menyusun Tata Waktu Pengadaan Tanah. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi dalam bentuk kelompok kerja. Latihan atau evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini.

Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan mampu melakukan penyusunan tata waktu proses perizinan serta prosedur dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

B. PERSYARATAN

Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan dilengkapi dengan skema, gambar dan tabel yang difungsikan untuk memudahkan agar lebih memahami materi modul.

C. METODE

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah Ceramah/ Pemaparan, Diskusi, Tanya Jawab/Brainstorming

D. ALAT BANTU/MEDIA

Untuk menunjang pembelajaran ini, diperlukan alat bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu:

1. LCD/projector 2. Laptop

3. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya 4. Flip chart

5. Kertas kerja 6. Bahan tayang

(8)
(9)
(10)
(11)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 5

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk menjamin perolehan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, pada Januari tahun 2012, Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang diikuti oleh peraturan pelaksanaannya.

Dalam konteks pengadaan tanah bagi pembangunan diperlukan pemahaman tentang tata waktu, prinsip dan prosedur pengadaan tanah, agar proses pengadaan tanah dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai prosedur yang berlaku, sehingga kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditentukan.

B. DESKRIPSI SINGKAT

Materi pemahaman Penyusunan Tata Waktu, Prinsip dan Prosedur Pengadaan Tanah memberikan pengetahuan tentang proses penyusunan kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan SPALD Perkotaan. Mata Pelatihan ini disajikan melalui kegiatan ceramah interaktif dan diskusi. Penilaian peserta pelatihan melalui tes lisan maupun tertulis.

C. KOMPETENSI DASAR

Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan mampu melakukan penyusunan tata waktu proses perizinan serta prosedur dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

D. INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti pembelajaran ini, para peserta diharapkan mampu menjelaskan tata waktu proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

E. KETERKAITAN ANTAR MODUL

Modul 5 menjelaskan tentang proses penyusunan kegiatan pengadaan tanah untuk pembangunan SPALD Perkotaan. Modul 2 sampai dengan modul 4 menjelaskan tentang Penyusunan FS SPALD Perkotaan. Modul 6 menjelaskan tentang Penyusunan LARP SPALD Perkotaan.

Selain keenam modul di atas, terdapat juga 2 (dua) modul lain, yaitu Modul Studi Kasus dan

Lessons Learned serta Modul Pembangunan Budaya Integritas.

Kedudukan dan keterkaitan antar modul pada pelatihan ini, dapat dilihat pada gambar berikut.

(12)
(13)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 7

F. MATERI DAN SUB MATERI POKOK

Materi Pokok dan sub materi pokok dalam pelatihan ini adalah: Tata Waktu Pengadaan tanah

a. Tata Waktu Tahap Proyek SPALD Perkotaan

b. Tata Waktu Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum c. Pengadaan Tanah yang Memerlukan Perizinan Tambahan d. Prinsip dan Prosedur Pengadaan Tanah

e. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah DPPT atau LARP

G. ESTIMASI WAKTU

Untuk mempelajari mata pelatihan tentang Tata Waktu Pengadaan Tanah pada pelatihan ini, dialokasikan waktu sebanyak 2 (dua) jam pelajaran atau setara 90 menit.

(14)
(15)

TATA WAKTU

PENGADAAN TANAH

(16)
(17)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 11

TATA WAKTU PENGADAAN TANAH

A. INDIKATOR KEBERHASILAN

Dengan mengikuti pembejaraan ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan tata waktu tahap pelaksanaan proyek SPALD Perkotaan, tata waktu tahap pengadaan tanah dan perizinan tambahan yang diperlukan untuk pembebasan lahan-lahan khusus, menjelaskan tentang prosedur pengadaan tanah untuk kepentingan umum, melakukan supervisi penyusunan DPPT atau LARP.

B. TATA WAKTU TAHAP PROYEK SPALD PERKOTAAN

Tata waktu tahap perencanaan proyek SPALD Perkotaan meliputi tahapan kegiatan penyusunan FS, LARP, AMDAL dan DED, serta tahap konstruksi. Proses dan tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(18)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 12 Gambar 1. Tata Waktu Tahap Proyek SPALD Perkotaan

(19)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 13 LARP mulai dikaji sejak tahap FS, setelah diketahui kelayakan proyek secara teknis. Pada FS SPALD Kabupaten/kota setidaknya sudah diketahui lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan saluran-saluran instalasi pipa yang membutuhkan pengadaan tanah. Perlu diperhatikan disini bahwa penyusunan dokumen LARP diharapkan selesai sebelum kegiatan perencanaan teknis (DED).

Tahap berikutnya yaitu Pengadaan tanah, diharapkan selesai sebelum tahap DED. Hal tersebut menjadi salah satu tantangan besar bisakah pengadaan tanah selesai sebelum tahap DED dimana waktu kontrak DED cukup singkat.

C. TATA WAKTU PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Tata waktu pengadaan tanah untuk kepentingan umum perlu direncanakan agar proses pengadaan tanah dapat terlaksana sesuai waktu yang diharapkan. Secara terperinci tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar skema berikut:

(20)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 14 Gambar 2. Tata Waktu Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

(21)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 15 Tata waktu pengadaan tanah untuk kepentingan umum secara garis besar terbagi dalam 4 (empat) tahap, yakni ; perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penyerahan lahan. Secara keseluruhan ada 23 langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan dalam keempat tahap tersebut sebagai berikut.

1. TAHAP PERENCANAAN

1) Institusi yang membutuhkan tanah, menyiapkan dokumen perencanaan pembebasan lahan.

2) Dokumen perencanaan yang harus disiapkan adalah Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah DPPT

3) Mengajukan dokumen perencanaan pengadaan tanah kepada Gubernur atau Walikota.

4) Mengajukan dokumen perencanaan pengadaan tanah kepada pejabat yang berwenang.

5) Apabila lokasi pembebasan tanah berada dalam wilayah kewenangan Pemerintah Propinsi maka dokumen pembebasan tanah diajukan kepada Gubernur, dan apabila lokasi pembebasan tanah menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota, maka dokumen perencanaan diajukan kepada Bupati atau Walikota

6) Pengajuan kepada Gubernur dilakukan jika lokasi yang direncanakan berada di dua atau lebih wilayah administrasi Kota/Kabupaten. Sedangkan jika lokasi lahan hanya di satu wilayah administrasi Kabupaten/Kota pengajuan dilakukan kepada Bupati/Walikota.

2. TAHAP PERSIAPAN

1) Gubernur atau Walikota membentuk Tim Persiapan Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Pembentukan dan susunan keanggotaannya harus sesuai dengan Ketentuan pasal 8 Perpres No.71 Tahun 2012, dalam 2 (dua) hari kerja setelah menerima dokumen perencanaan pembebasan lahan.

2) Tim Persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), beranggotakan Bupati/Walikota, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, lnstansi yang memerlukan tanah, dan lnstansi terkait lainnya

3) Tim persiapan memberitahukan rencana pengembangan dan pembangunan SPALD Perkotaan kepada masyarakat sekitar 5 (lima) hari kerja setelah dokumen perencanaan pengadaan tanah diterima oleh Gubernur atau Walikota. Rencana pengembangan dan pembangunan SPALD Perkotaan disampaikan secara langsung (tatap muka, sosialisasi dan atau surat pemberitahuan) maupun tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik) kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan.

4) Tim persiapan melakukan pengumpulan data awal dalam 30 hari kerja setelah pemberitahuan kepada masyarakat.

5) Ketua tim persiapan menandatangani daftar rencana lokasi sementara sebagai hasil dari pengumpulan data awal.

6) Tim persiapan melakukan konsultasi publik dalam waktu 60 hari kerja setelah tanggal penandatanganan daftar rencana lokasi sementara, dan menguraikan hasil dalam notulen kesepakatan. Kegiatan ini dihadiri oleh Tim Persiapan, BPN, Instansi

(22)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 16 yang merencanakan pembangunan,

Kecamatan, Kelurahan/Desa dan Pemilik Lahan yang akan dibebaskan.

7) Jika ada keberatan dari komunitas terkait, tim persiapan mengadakan konsultasi publik ke-2 dalam waktu 30 hari kerja setelah tanggal perjanjian.

8) Jika masih ada keberatan dari komunitas terkait, Lembaga melaporkan keberatan tersebut

kepada Gubernur atau Walikota melalui tim persiapan. Gubernur atau Walikota akan membentuk tim peninjau dan menerbitkan surat penerimaan atau penolakan atas keberatan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya keberatan berdasarkan rekomendasi dari tim peninjau.

9) Gubernur atau Walikota mengeluarkan penetapan lokasi dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan oleh Lembaga. Ketentuan lokasi berlaku selama dua tahun dan dapat diperpanjang selama satu tahun. Penetapan lokasi disertai dengan copy sertifikat tanah dan peta hasil ukur dari BPN.

10) Jika ada keberatan atas penetapan lokasi, pihak terkait dapat mengajukan klaim ke Pengadilan Administratif dalam waktu 30 hari kerja setelah masalah penetapan lokasi. Pengadilan Administratif menerbitkan keputusan dalam 30 hari kerja setelah diterimanya klaim.

11) Pihak terkait dapat mengajukan banding atas keputusan Pengadilan Administratif ke Mahkamah Agung dalam waktu 14 hari kerja. Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan dalam 30 hari kerja setelah diterimanya banding.

12) Gubernur atau Walikota dan dan instansi yang membutuhkan tanah mengumumkan penetapan lokasi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah masalah penetapan lokasi. Pengumuman harus dilakukan setidaknya 14 hari kerja.

13) Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) oleh Gubernur/Walikota yang anggotanya terdiri dari unsur ATR/BPN dan OPD terkait.

14) P2T melakukan inventarisasi dan identifikasi tanah dan pihak-pihak yang terkena dampak dalam 30 hari kerja. Hasilnya akan diumumkan untuk jangka waktu setidaknya 14 hari kerja.

15) Pihak terkait dapat mengajukan keberatan kepada P2T dalam waktu 14 hari kerja setelah pengumuman. P2T melakukan verifikasi dan koreksi dalam waktu 14 hari kerja setelah menerima keberatan.

3. TAHAP PELAKSANAAN

1) P2T melakukan pengadaan penilai dalam waktu 30 hari kerja dan penilai melakukan penilaian dalam 30 hari kerja setelah ditetapkan oleh Kepala Pengadaan Tanah. 2) Negosiasi tentang bentuk kompensasi dengan pihak terkait harus dilakukan dalam

30 hari kerja setelah hasil penilaian diperoleh oleh P2T. Hasil negosiasi akan diuraikan dalam notulen kesepakatan.

3) Jika perjanjian bentuk kompensasi tidak dapat dicapai, pihak terkait dapat mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri dalam waktu 14 hari kerja setelah

Konsultasi Publik

Konsultasi publik antara instansi yang akan melakukan pembangunan dengan pemilik lahan diperlukan keterbukaan kedua belah pihak. Pihak instansi perlu menjelaskan rencana pembangunan secara terbuka sehingga pemilik tanah paham akan pentingnya pembangunan tersebut. Kemudian menjelaskan mekanisme pembebasan tanah, sehingga pemilik tanah memahami hak-hak nya apabila tanahnya harus dibebaskan.

(23)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 17 penandatanganan notulen kesepakatan. Pengadilan Negeri mengeluarkan keputusan dalam 30 hari kerja setelah menerima keberatan.

4) Pihak yang berkeberatan atas keputusan Pengadilan Distrik dapat mengajukan banding ke Mahkamah Agung dalam waktu 14 hari kerja. Mahkamah Agung mengeluarkan keputusan dalam 30 hari kerja setelah diterimanya banding.

5) Lembaga/instansi yang memerlukan tanah berdasarkan validasi P2T, memberikan kompensasi dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah penetapan bentuk dan jumlah kompensasi.

6) P2T memberikan hasil pembebasan tanah kepada lembaga/instansi yang memerlukan tanah dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah peluncuran sertifikat tanah.

7) Lembaga/instansi yang memerlukan tanah melakukan pendaftaran/sertifikasi tanah dalam waktu 30 hari kerja setelah pengiriman hasil pembebasan tanah

4. PENYERAHAN LAHAN

1) Lembaga Pertanahan (KATR/BPN) menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada Lembaga/Instansi yang memerlukan tanah setelah pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak dan Pelepasan Hak telah dilaksanakan dan/atau pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.

2) Lembaga/Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil pengadaan tanah.

3) Instansi yang memperoleh tanah wajib mendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Kegiatan pemantauan dan evaluasi hasil penyerahan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang telah diperoleh dilakukan oleh Lembaga Pertanahan (KATR/BPN).

(24)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 18

D. PENGADAAN TANAH YANG MEMERLUKAN PERIZINAN TAMBAHAN

(25)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 19 Jika pengadaan tanah berdampak pada lahan wakaf, lahan pertanian untuk pangan berkelanjutan (LP2B), tanah kas desa, lahan makam, dan kawasan hutan harus disusun kerangka penyelesaiannya dan penyelesaiannya sebelum penetapan lokasi dengan merujuk peraturan terkait, Seperti:

1. Pengadaan tanah yang berkaitan dengan kawasan hutan, harus merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan Pptkh.

2. Pengadaan tanah terkait LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, harus mengacu pada UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

3. Tanah Wakaf mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

4. Tanah kas desa mengacu pada Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa.

5. Barang milik negara (BMN) dan barang milik daerah (BMD) mengacu pada UU No 2 Tahun 2012 Pasal 45 Sd 46 dan PERPRES No 71 Tahun 2012 Pasal 80 Sd 82. Serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

6. 111/Pmk.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindah tanganan Barang Milik Negara.

7. Semua proses perizinan yang berkaitan dengan tanah-tanah tersebut harus selesai sebelum penetapan lokasi.

E. PRINSIP DAN PROSEDUR PENGADAAN TANAH

1. PRINSIP-PRINSIP PENGADAAN TANAH

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas:

1) Kemanusiaan, pengadaan harus memberikan perlindungan serta penghormatan terhadap hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proposional

2) Keadilan, memberikan jaminan penggantian yang layak kepadak pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik

3) Kemanfaatan, hasil pengadaan tanah mampu memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara

4) Kepastian, memberikan kepastian hukum tersedianya tanah dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan dan memberikan jaminan kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang layak

5) Keterbukaan, proses pengadaan tanah dilakukan dengan musyawarah para pihak tanpa unsur paksaan untuk mendapatkan kesepakatan bersama

(26)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 20 6) Keikutsertaan, dukungan dalam penyelenggaraan pengadaan tanah melalui partisipasi

masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak perencaan sampai dengan kegiatan pembangunan

7) Kesejahteraan, pengadaan tanah untuk pembangunan dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak dan masyarakat secara luas.

8) Keberlanjutan, kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan

9) Keselarasan, pengadaan tanah untuk pembangunan dapat seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

2. PROSEDUR PENGADAAN TANAH

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum wajib diselenggarakan oleh pemerintah, dan tanahnya selanjutnya dimiliki pemerintah atau pemerintah daerah. Bila instansi yang memerlukan adalah Bada Usaha Milik Negara, tanahnya menjadi milik Badan Usaha Milik Negara.

Pengadaan tanah bagi pembangunan yang dilaksanakan oleh badan usaha swasta, dilakukan langsung dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati oleh pihak yang berhak.

Peraturan Presiden RI. No. 30 tahun 2015 mengenai perubahan atas Peraturan Presiden RI. No. 71 tahun 2012 menetapkan bahwa instansi yang membutuhkan tanah termasuk badan usaha yang mendapatkan penugasan kuasa berdasarkan perjanjian dari lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah non kementrian, pemerintah provinsi, pemerintah kota/kabupaten. Oleh karena itu, pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat bersumber dari badan usaha selaku instansi yang memerlukan tanah yang mendapat kuasa berdasarkan perjanjian; yang bertindak atas nama lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota.

Ringkasan tahapan pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 2/2012 dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 1. Tahapan Pengadaan Tanah

Tahap Perencanaan Tahap

Persiapan Tahap Pelaksanaan Penyerahan Hasil Peran Instansi: Instansi yang membutuhkan tanah. Peran Instansi: Tim Persiapan Pengadaan Tanah dibentuk oleh gubernur/bupati/wali kota Peran Instansi:

Tim Pelaksana Pengadaan Tanah dibentuk oleh KATR/BPN Peran Instansi: KATR/BPN Kegiatan Kunci: FS penyiapan Dokumen Perencanaan Kegiatan Kunci:  pemberitahuan rencana pembangunan; Kegiatan Kunci:  inventarisasi dan identifikasi penguasaan, Kegiatan Kunci:  penyerahan hasil

(27)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 21

Tahap Perencanaan Tahap

Persiapan Tahap Pelaksanaan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah (DPPT).  pendataan awal lokasi rencana pembangunan;  konsultasi publik rencana pembangunan;  penanganan keberatan. pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;  penilaian ganti kerugian;  musyawarah penetapan

ganti kerugian;

 pemberian ganti kerugian;  pelepasan hak atas tanah;  penanganan keberatan. pengadaan tanah;  sertifikasi tanah yang telah diperoleh;  pemantauan dan evaluasi. Hasil: Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Hasil:  persetujuan lokasi rencana pembangunan;  penetapan lokasi pembangunan;  Issuance of Development Location Determination. Hasil: penyelesaian pembayaran ganti kerugian dan

pelepasan hak atas tanah.

Hasil:

tanah siap untuk pekerjaan konstruksi.

Sumber: Diolah dari UU No. 2/2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

F. DOKUMEN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH (DPPT) ATAU LAND

ACQUISITION AND RESETTLEMENT PLAN (LARP)

Instansi yang memerlukan tanah diharuskan menyusun DPPT atau LARP dengan mendasarkan pada studi kelayakan yang komprehensif. LARP disusun apabilan tanah yang dibutuhkan masih menjadi milik pihak lain. Sedangkan, apabila tanah yang dibutuhkan sudah dimiliki oleh instansi yang membutuhkan tanah, tetapi dikuasai atau dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak lain, maka harus disusun dokumen terpisah, yang disebut Dokumen Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan (lihat Peraturan Presiden RI. No. 56 tahun 2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Masyarakat dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk Proyek Strategis Nasional).

LARP atau DPPT dapat disusun secara bersama-sama oleh instansi yang memerlukan tanah, bersama dengan instansi teknis terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh instansi yang memerlukan tanah. Semua pengadaan tanah, termasuk pengadaan tanah tidak lebih dari 5 (lima) Ha perlu menyusun DPPT atau LARP. Isi dan kedalaman analisis dokumen bergantung pada besaran dampak yang ditimbulkan. Pengadaan tanah yang tidak berdampak (tidak ada yang terkena dampak) pada relokasi pihak yang berhak, maka DPPT tidak perlu memasukkan analisis, strategi dan bantuan relokasi.

Adapun pengadaan tanah skala kecil, tidak lebih dari 5 (lima) Ha, instansi yang memerlukan tanah memiliki dua pilihan: i) dilakukan secara langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah dengan jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak; ii) dilakukan sesuai prosedur dalam Undang-undang RI No.

(28)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 22 2 tahun 2012. Pengadaan tanah skala kecil merupakan pengadaan tanah satu hamparan, dan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Penentuan nilai tanah dan aset yang terkena dampak sebaiknya tetap menggunakan jasa penilai. Pengadaan tanah skala kecil harus dilaksanakan sesuai dengan tata ruang wilayah.

LARP disusun pada tahap FS setelah diketahui kelayakan proyek secara teknis, pada SPALD Perkotaan setidaknya sudah diketahui kolam pengolahan limbah dan saluran-saluran instalasi pipa yang membutuhkan pengadaan tanah. Perlu diperhatikan disini bahwa penyusunan dokumen LARP harus selesai bersamaan dengan selesainya FS.

Tahap berikutnya yaitu Pengadaan tanah, diharapkan selesai sebelum tahap DED, menjadi salah satu tantangan besar bisakah pengadaan tanah selesai sebelum tahap DED dimana waktu kontrak DED cukup singkat

DPPT atau LARP yang komprehensif, selain mengacu pada outline yang tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 71/2012 dan SPS ADB 2009 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang terdiri dari 9 (Sembilan) bagian, antara lain:

1. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan;

2. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan; 3. Letak tanah;

4. Luas tanah yang dibutuhkan; 5. Gambaran umum status tanah;

6. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah; 7. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; 8. Perkiraan nilai tanah; dan

9. Rencana penganggaran

Diperkaya juga dengan beberapa bab yang merupakan pengejawantahan/refleksi/ manifestasi dari prinsip-prinsip (asas dan tujuan pengadaan tanah).

Beberapa hal yang ditambahkan, antara lain: 1. Mekanisme Penanganan Keberatan;

2. Identifikasi dan Inventarisasi Pihak yang berhak dan Objek Pengadaan Tanah;

3. Profil Sosial Ekonomi Wilayah Proyek dan Pihak yang Berhak dan Warga Terdampak; 4. Strategi Pemukiman Kembali (jika ada);

5. Program Pemulihan Pendapatan dan Mata Pencaharian (jika ada); 6. Pengaturan Kelembagaan;

7. Monitoring dan Evaluasi

G. RANGKUMAN

Pembangunan SPALD Perkotaan akan membutuhkan tanah. Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam pelaksanaannya mengacu pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 dan aturan-aturan pelaksanaannya. Tata waktu dan Prosedur pengadaan tanah dilaksananakan oleh pemerintah yang terdiri dari tahap perencanaan, persiapan dan pelaksanaan.

(29)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 23 Kegiatan pengadaan tanah yang berdampak pada lahan wakaf, lahan pertanian untuk pangan berkelanjutan (LP2B), tanah kas desa, lahan makam, dan kawasan hutan harus disusun kerangka penyelesaiannya dan penyelesaiannya sebelum penetapan lokasi dengan merujuk peraturan terkait.

Instansi yang memerlukan tanah diharuskan menyusun DPPT atau LARP dengan mendasarkan pada studi kelayakan yang komprehensif. LARP atau DPPT dapat disusun secara bersama-sama oleh instansi yang memerlukan tanah, berbersama-sama dengan instansi teknis terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh instansi yang memerlukan tanah

H. LATIHAN

Tugas 1

Jelaskan tahapan dan prosedur perizinan pengadaan tanah, jika akan dilaksanakan pembangunan IPAL dan jaringan distribusi yang sebagian lokasinya menggunakan areal persawahan!

(30)
(31)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 25

(32)
(33)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 27

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tata waktu pengadaan tanah untuk kepentingan umum secara garis besar terbagi dalam 3 (tiga) tahap, yakni : perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan

2. Pengadaan tanah yang berdampak pada lahan wakaf, lahan pertanian untuk pangan berkelanjutan (LP2B), tanah kas desa, lahan makam, dan kawasan hutan harus disusun kerangka penyelesaiannya dan penyelesaiannya sebelum penetapan lokasi dengan merujuk peraturan terkait

3. Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas Kemanusiaan; Keadilan; Kemanfaatan; Kepastian; Keterbukaan; Keikutsertaan; Kesejahteraan; Keberlanjutan; Keselarasan

4. Instansi yang memerlukan tanah diharuskan menyusun DPPT atau LARP dengan mendasarkan pada studi kelayakan yang komprehensif

B. TINDAK LANJUT

1. Tata waktu dan prosedur pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum, merupakan suatu tahapan penting dalam kegiatan pembangunan SPALD Perkotaan. Oleh karena itu, pemahaman dan penguasaan dalam mengatur waktu dan menjalankan prosedur pengadaan tanah sangat penting bagi para peserta.

2. Dengan selesainya pembelajaran ini, diaharapkan peserta pelatihan dapat lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam menyusun tata waktu dan prosedur pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

(34)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 28

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta. Anonimous, 2018. Draft Final Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan

Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum TA 8661-Stepping Up Investment

for Growth Accelaration Program (SIGAP). ADB. Jakarta.

Anonimous. 2017. LARP Flood Management in Selected River Basins Sector Project (RRP INO

35182) Ciujung Core Subproject. Ministry of Public Works and Housing through the Directorate General of Water Resources for the Asian Development Bank. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 56/2017 tentang Penanganan Dampak Sosial Masyarakat dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk Proyek Strategis Nasional. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Instruksi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2/Ins/VIII/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum untuk Pembangunan Proyek Strategis. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Mahkamah Agung No. 2/2016 tentang Pedoman Beracara dalam Sengketa Penetapan Lokasi Pembangunan untuk Kepentingan Umum di Peradilan Tata Usaha Negara. Mahkamah Agung. Jakarta.

Peraturan Mahkamah Agung No. 3/2016 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan dan Penitipan Ganti Kerugian ke Pengadilan Negeri dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Mahkamah Agung. Jakarta.

Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kementerian Keuangan. Jakarta.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5/2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 22/2015 Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5/2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

(35)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 29 Peraturan Menteri Keuangan No. 219/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Manajemen Aset Negara. Kementerian Keuangan. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 30/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden No. 71/2012 tentang Penyelanggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 148/2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 40/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 99/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Menteri Keuangan No. 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasi dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kementerian Keuangan. Jakarta.

Anonimous, 2013 “Ressettlement Plan Indonesia: Metropolitan Sanitation Management

Investment Project, Land Acquisition and Resettlement Plan Pekanbaru City Off-Site Wastewater Collection System and Treatment (Final)”, Prepared by Directorate General

of Human Settlements, under the Ministry of Public Works of the Republic of Indonesia for the Asian Development Bank

Anonimous, tahun 2013 “Ressettlement Plan Indonesia: Metropolitan Sanitation Management Investment Project, Land Acquisition and Resettlement Plan Palembang City Off-Site Wastewater Collection System and Treatment (Final), Prepared by Directorate General of Human Settlements, under the Ministry of Public Works of the Republic of Indonesia for the Asian Development Bank

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5/2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 72/2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kementerian Dalam Negeri. Jakarta.

(36)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 30 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan

Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta.

Anonimous. 2009. Safeguard Policy Statement ADB. ADB. Manila.

Anonimous, 2009, “Buku Panduan Tentang Pemukiman Kembali: Suatu Petunjuk Praktis” Asian Development Bank

(37)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 31

DAFTAR SINGKATAN

ADB Asian Development Bank/ Bank Pembangunan Asia AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Biaya penggantian Metode penilaian aset-aset untuk menggantikan kerugian/kehilangan pada nilai pasar saat ini, atau ekuivalennya, dan merupakan jumlah kas tunai atau setaranya yang diperlukan untuk mengganti suatu aset pada kondisi yang ada, tanpa pengurangan untuk biaya-biaya transaksi atau untuk material yang dapat diselamatkan.

DPPT Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah

Dampak yang signifikan

Artinya sekitar 200 orang atau lebih akan mengalami dampak-dampak yang besar, yang didefinisikan sebagai: (i) tergusur secara fisik dari pemukimannya, atau (ii) kehilangan 10% atau lebih dari aset produktif mereka.

EIA Environmental Impact Assessment/ Penilaian Dampak Lingkungan

Hak Susunan bermacam ukuran untuk kompensasi dan bentuk bantuan lainnya yang diberikan kepada WTP yang sesuai kriteria kelayakan masing-masing

Hak/wewenang Pemerintah

Hak/wewenang negara atau pemerintah dalam menggunakan kekuasaan yang memerintah untuk membebaskan lahan guna kepentingan umum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Inventarisasi

Kerugian (Inventory

of Loss)

Proses di mana semua aset tetap dan sumber-sumber pendapatan serta mata pencaharian dalam ROW proyek diidentifikasi, diukur, dicatat pemiliknya, lokasi tepatnya telah ditandai, dan biaya penggantiannya telah dihitung.

IPDP Indigenous Peoples Development Plan/ Rencana Pengembangan

Suku-suku Asli

IPSA Initial Poverty and Social Analysis /Analisis sosial dan kemiskinan

awal Kelompok WTP yang

rentan

Sekelompok orang yang mungkin menderita secara tidak proporsional atau menghadapi risiko menjadi termarjinalkan lebih jauh oleh dampak pemukiman kembali dan khususnya meliputi: (i) kepala keluarga perempuan, (ii) rumah tangga yang dikepalai olehorang cacat, (iii) rumah tangga yang berada di bawah garis batas kemiskinan, (iv) kepala rumah tangga lansia (lebih dari 70 tahun), (v) rumah tangga yang tidak memiliki tanah, dan (vi) etnis minoritas

(38)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 32 Kompensasi Penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak/warga

terkena dampak proyek baik melalui pembayaran tunai atau pilihan lainnya dalam proses pengadaan tanah sesuai biaya penggantian berdasarkan nilai pasar yang berlaku.

LARP Land Acquisition and Resettlement Plan/Pengadaan tanah dan

Rencana Relokasi/Pemukiman kembali

Non-pemilik aset Mereka yang tidak memiliki hak atau klaim atas tanah yang mereka tinggali, dan termasuk warga yang menggunakan tanah pribadi atau tanah milik negara tanpa izin atau pengakuan, misalnya orang-orang yang tidak memiliki hak hukum atas tanah dan / atau bangunan yang ditempati atau digunakan oleh mereka.

RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan

Restorasi/pemulihan penghasilan

Pembentukan kembali sumber pendapatan dan mata pencaharianWTP.

SSE Survey Sosial Ekonomi

SPS Safeguard Policy Statement

Pelanggar Orang-orang yang pindah ke lokasi proyek setelah tanggal cut-off, oleh karenanya merekabarhak untuk mendapat kompensasi atau upaya rehabilitasi lainnya yang disediakan oleh proyek.

Pengadaan tanah Proses memperoleh seluruh atau sebagian dari tanah dan aset lain yang melekat pada tanah yang dimiliki tersebut, yang akan menjadi milik dan penguasaan suatu lembaga, untuk kepentingan publik, dan sebagai gantinyaakan diberikan kompensasi yang sesuai. Relokasi Pemindahan fisik WTP dari tempat tinggalnya dan/atau usahanya

sebelum proyek ada.

Rehabilitasi Dukungan tambahan yang diberikan kepada WTP yang kehilangan aset produktif, pendapatan, pekerjaan atau sumber penghidupan, sebagai tambahan untuk pembayaran kompensasi atasasset-aset yang dibebaskan, dalam rangka untuk mencapai pemulihan standar hidup dan kualitas hidup sebelum proyek ada.

Survei lapangan Pemukiman Kembali

Suatu inventarisasi yang rinci atas kerugian, yang diselesaikan setelah desain detil dan penetapan batas-batas lahan proyek dan termasuk data sosial-ekonomi WTP, dan konsultasi-konsultasi dengan para pemangku kepentingan.

Tanggal Cut-off/ cut

off date

Tanggal sebelum adanya pekerjaan atau penggunaan area proyek yang nantinya akan menjadikan penduduk atau pengguna area tersebut dikategorikan sebagai WTP/pihak yang berhak. Tanggal cut-off akan bertepatan dengan sensus WTP dan Inventarisasi Kerugian yang akan dilakukan oleh lembaga/institusi nasional yang

(39)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 33 menngimplementasikan pengadaan tanah. Orang-orang yang tidak tercakup dalam sensus/inventarisasi tidak berhak diberikan ganti rugi/kompensasi dan hak-hak lainnya kecuali mereka dapat memberikan bukti yang mana (i) mereka terhapus/tidak terdaftarselama sensus dan inventarisasi yang dilakukan kurang hati-hati namun kenyataannya terkena proyek; atau (ii) mereka yang telah secara sah memiliki bukti-bukti kepemilikan atas aset yang terkena proyek setelah selesainya sensus dan sebelum pelaksanaan survei pengukuran rinci.

WTP Warga yang Terkena dampak Proyek. Semua orang/pihak yang menguasai atau memiliki obyek pengadaan tanah, relokasi, atau kehilangan pendapatan dan termasuk tiap orang, rumah tangga, perusahaan, atau institusi publik atau swasta. WTP oleh karenanya meliputi: (i) warga yang terkena dampak secara langsung oleh jalur ROW, tapak tower atau pondasi tiang atau area kerja konstruksi; (ii) warga yang memiliki lahan pertanian atau aset lainnya yang produktif seperti pohon atau tanaman yang tekena imbas proyek; (iii) warga yang bidang usahanya terkena proyek dan yang mungkin mengalami kehilangan pendapatan yang disebabkan oleh proyek; (iv) warga yang dapat mengalami kehilangan pekerjaan sebagai akibat dampak proyek; dan (v) orang-orang yang kehilangan akses ke sumber daya komunitas sebagai akibat dari proyek

WTP yang parah Para warga atau rumah tangga yang terkena dampak yang akan mengalami (i) kehilangan 10% atau lebih dari jumlah lahan dan/atau aset produktif mereka, (ii) relokasi/penggusuran; dan/atau (iii) kehilangan 10% atau lebih dari total sumber pendapatan mereka akibat proyek.

(40)
(41)

Tata Waktu Pengadaan Tanah | 35

(42)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sememangnya masalah graduan menganggur perlu dikaji dan dilihat dalam skop yang luas kerana terlalu banyak faktor yang menyumbang kepada wujudnya pengangguran dalam kalangan

hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika, diharapkan bahwa peserta didik harus dapat merasakan kegunaan

penyeberangan dari Pulau Bengkalis ke Pulau Sumatera, pengguna jasa penyeberangan ini khususnya penyeberang yang menggunakan kendaran roda empat atau lebih hal ini di

[r]

Ini menjadi kesempatan untuk Anda memulai membuka bisnis UKM dalam bidang pendidikan, tidak perlu modal banyak, asal Anda memiliki kemampuan mengajar sudah bisa

1) Pagi ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia terbang ke Nusa Penida. Di Nusa Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang. Pada sore hari beliau kembali

Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa taman bacaan adalah unit usaha yang paling banyak memberikan keuntungan, yaitu sebesar 45%.. Café ada di posisi kedua dengan

Ganti rugi perdata dalam hukum islam lebih menitikberatkan tanggung jawab para pihak dalam melaksanakan suatu akad perikatan. Apabila salah satu pihak tidak melaksankan