• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN

MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA

Triyoga Widiastomo MH Dewi Susilowati

Ratna Saraswati

Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424

Abstrak

Gerai Kuliner banyak terdapat di Kota Depok, terutama di Jalan Margonda dan sekitarnya. Lokasi gerai kuliner yang terdapat di Jalan Margonda dan sekitarnya memiliki perbedaan dan persamaan sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Ciri khas lokasi yang dimaksud dapat terlihat dari penggunaan tanah, kelas jalan, dan fasilitas gerai kuliner. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui karakteristik lokasi gerai kuliner bagi konsumen mahasiswa di Jalan Margonda dan sekitarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial dengan melihat hubungan antara karakteristik lokasi gerai kuliner dan karakteristik konsumennya. Dilakukan klasifikasi gerai kuliner menjadi tiga tipe, yaitu Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Hasilnya terlihat perbedaan karakteristik lokasi gerai kuliner di Jalan Margonda dan sekitarnya, yakni Gerai Kuliner Tipe A berada di jalan arteri. Sedangkan, gerai kuliner Tipe C berada di jalan lokal. Sementara, perbedaan karakteristik konsumen, yang dilihat dari pendapatan, asal kedatangan, frekuensi pembelian, moda transportasi, biaya pembelian, pandangan konsumen, dan suku, memiliki hubungan dengan karakteristik lokasi gerai kuliner.

(2)

Abstracts

Culinary outlets are common in Depok, especially at Jalan Margonda and surroundings roads. Location of culinary outlets at Jalan Margonda and surrounding areas have differences and similarities according to their typical characteristics. Characteristic of the location is able to be seen from land use, road class and culinary outlets facilities. The purpose of this research is to determine the culinary outlet’s location characteristic for university student at Jalan Margonda and surroundings roads. The method used in this research is a spatial analysis of the relationship between the characteristics of the location and characteristics of consumer culinary stores. Culinary outlets classified into three types: Type A, Type B, and Type C. The result shows the differences of the culinary outlet’s location characteristics at Jalan Margonda and surrounding streets, the culinary outlets that has complete facilities located in Jalan Margonda which is the main street. While culinary outlets with incomplete facilities located at the streets around Margonda. Meanwhile, differences in consumer characteristics, as seen from income, origin arrivals, frequency of purchase, transportation, cost of purchase, the consumer outlook, and tribe, have a relationship with the culinary outlet’s location characteristic.

(3)

1. Pendahuluan

Depok berkembang begitu pesat dalam kurun waktu belasan tahun. Pada tahun 1981 pemerintah membentuk kota administratif berdasarkan Peraturan Nomor 43 Tahun 1981 dan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999, Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok, yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999. Menurut Suryana (2003), salah satu faktor yang mempercepat pertumbuhan ekonomi Kota Depok adalah diresmikannya kampus Universitas Indonesia yang menempati lahan seluas 318 hektar pada tanggal 5 September 1987 di Pondok Cina, Depok. Selain itu, Universitas Gunadarma pun turut mempercepat perkembangan kota dalam bidang edukasi. Bahkan, Universitas Gunadarma memiliki empat kampus yang salah satunya terletak di Pondok Cina dekat jalan Margonda dan tiga kampus lainnya di Jalan Akses UI.

Universitas Indonesia adalah salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia, dimana UI, yang berdasarkan The Webometrics Ranking of World Universities tahun 2012, menempati peringkat kedua nasional di bawah Universitas Gadjah Mada. Tidak mengherankan bila banyak mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia memilih untuk mencari ilmu di UI. Hal ini mengakibatkan munculnya rumah kost di sekitar kampus. Tidak hanya itu, saat ini ada beberapa apartemen sederhana yang banyak dihuni oleh mahasiswa. Fasilitas yang dimiliki oleh mahasiswa dalam sebuah kamar kost relatif terbatas. Salah satunya adalah ketiadaan dapur. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, mahasiswa harus makan di luar rumah. Dengan demikian, seiring dengan munculnya rumah kost, muncul pula berbagai gerai kuliner di sekitar kampus.

Faktor utama munculnya gerai kuliner adalah lokasi dan konsumen. Menurut Walker dan Lundberg (1993) kriteria yang diperhitungkan dalam menentukan lokasi dari gerai kuliner antara lain karakter demografi masyarakat, visibilitas, dan aksesibilitas di sekitar lokasi gerai. Lokasi yang banyak dipilih adalah lokasi yang ramai atau banyak dikunjung i oleh orang. Lokasi dari setiap gerai kuliner yang berbeda, secara geografis dapat membentuk karakteristik lokasi tersendiri.

Menurut Hartono (2004), ketertarikan pelanggan yang paling utama terhadap suatu tempat usaha adalah pada lokasinya, misalkan kemudahan untuk dijangkau dan yang terpenting adalah posisinya yang strategis. Karakter konsumen secara demografis mempengaruhi penempatan gerai kuliner. Sedangkan penempatan gerai kuliner secara geografis dapat membentuk karakteristik lokasi tersendiri. Ada gerai kuliner yang berlokasi di jalan arteri dan ada pula yang berlokasi di jalan lokal. Selain itu ciri-ciri lokasi seperti

(4)

suasana dan kenyamanan juga cukup berpengaruh bagi konsumen untuk menentukan pilihannya. Karakteristik-karakteristik lokasi tersebut masing-masing dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan dan merugikan terhadap kelangsungan usaha gerai kuliner.

Selain lokasi, faktor lain dalam yang harus dipertimbangkan oleh pemilik gerai kuliner adalah konsumen. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yang tentunya dapat membuat adanya perbedaan keputusan yang diambil oleh mahasiswa dalam menentukan gerai kuliner tujuan. Kotler dan Amstrong (2008) mengklasifikasikan banyak faktor ini menjadi empat, yaitu psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap), pribadi (usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri), sosial (referensi kelompok, keluarga, peran dan status), dan budaya (budaya, subkultur, sistem kelas sosial).

Mencermati bahwa Kota Depok merupakan tempat berkumpulnya mahasiswa dari berbagai daerah asal dan tumbuhnya berbagai macam jenis gerai kuliner, maka perlu adanya penelitian tentang karakteristik lokasi gerai kuliner di Jalan Margonda dan sekitarnya.

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik lokasi gerai kuliner bagi konsumen mahasiswa di Jalan Margonda dan sekitarnya dan bagaimana hubungan antara karakteristik lokasi gerai kuliner dengan karakteristik konsumen di Jalan Margonda dan sekitarnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik lokasi gerai kuliner bagi konsumen mahasiswa di Jalan Margonda dan sekitarnya, serta hubungan antara karakteristik lokasi gerai kuliner dengan karakteristik konsumen di Jalan Margonda dan sekitarnya.

2. Tinjauan Teoritis Lokasi

Menurut Agnew dan Duncan (1989), lokasi mengacu pada tempat sebagai obyektif' titik dalam ruang. Sebuah node misalnya, dapat begitu jauh dari node lain. Oleh karena itu lokasi dapat didefinisikan oleh grid koordinat, atau baris lintang atau bujur. Lokasi dalam geografi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut adalah posisi yang dikaitkan dengan sistem grid konvensional yang dibuat berlaku hanya untuk lokasi yang dibutuhkan. Sedangkan lokasi relatif adalah posisi yang tergantung oleh pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah. Dalam penelitian ini, diteliti tentang lokasi relatif dari gerai kuliner di Depok dengan menggunakan setting wilayah (geographical

(5)

Teori lokasi, menurut Tarigan (2006), merupakan ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut.

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas, menurut Tarigan (2006), adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana pendukung termasuk frekuensi dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

Faktor yang mempengaruhi lokasi

Menurut Hartono (2004), ketertarikan pelanggan yang paling utama adalah lokasinya, misalkan kemudahan untuk dijangkau dan yang terpenting adalah posisinya yang strategis. Dalam pemilihan lokasi gerai kuliner sendiri, menurut Walker dan Lundberg (1993) gerai kuliner mewakili konsep yang mencakup lokasi, menu, harga, pelayanan, dan suasana. Lokasi adalah faktor penting yang mempengaruhi faktor-faktor lainnya. Lokasi yang baik bagi suatu gerai kuliner bergantung kepada jenis kuliner dan tipe konsumen seperti apa yang ingin dilayani. Berdasarkan hal tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi gerai kuliner adalah sebagai berikut:

a. Karakter demografi masyarakat yang mencakup umur, pekerjaan, agama, kebangsaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan individu rata-rata.

b. Jarak menciptakan “gangguan” dalam manusia berhubungan atau bepergian dari suatu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu dan tenaga untuk menciptakan lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama (Losch dalam Djojodipuro, 1992). Jarak dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik garis lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang sesungguhnya. Sedangkan

(6)

jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnya rute, waktu, biaya, kenyamanan, dan sebagainya.

c. Aksesibilitas adalah suatu ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan perjalanan yang digunakan untuk mengalokasikan masalah yang terdapat dalam sistem transportasi dan mengevaluasi solusi alternatif (Priyarsono, 1995). Aksesibilitas merupakan unsur pembentuk nilai wilayah. Faktor aksesibilitas merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi tingkatan atau kelas wilayah gerai kuliner di wilayah penelitian. Gerai kuliner yang berada di lokasi yang paling baik atau mempunyai aksesibilitas yang tinggi, merupakan gerai kuliner yang mempunyai nilai lebih tinggi; dan memudahkan bagi penghuninya untuk menuju suatu tempat tujuannya. Aksesibilitas sangat berpengaruh terhadap nilai suatu wilayah. Apabila di wilayah tersebut aksesibilitasnya tinggi, maka wilayah tersebut akan mempunyai nilai yang tinggi juga. Aksesibilitas yang tinggi di suatu daerah dicirikan dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Salah satu prasana tersebut adalah jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan. Menurut UU No.13 tahun 1980 Pasal 14, jalan dibedakan menjadi jalan arteri (utama), jalan kolektor, dan jalan lokal.

3. Metode Penelitian

Variabel-variabel yang diperlukan untuk mengetahui karakteristik lokasi dan konsumen gerai kuliner, yaitu lokasi, fasilitas, dan konsumen gerai kuliner. Pada variabel lokasi gerai kuliner meliputi dua indikator, yaitu penggunaan tanah di sekitar gerai kuliner dan kelas jalan. Variabel fasilitas gerai kuliner memiliki enam indikator, yaitu meja dan kursi, lahan parkir, dan atribut yang dapat mendukung kenyamanan konsumen, yaitu tempat cuci tangan, toilet, televisi, dan. Hotspot. Sedangkan indikator dari konsumen gerai kuliner adalah asal kedatangan, moda transportasi, frekuensi pembelian, biaya pembelian, pendapatan/uang saku, pandangan konsumen, dan suku. Untuk mengetahui karakteristik lokasi gerai kuliner didapatkan dari variabel lokasi dan fasilitas. Kemudian dari karakteristik lokasi gerai kuliner dan karakteristik konsumen, didapatkan karakteristik lokasi gerai kuliner bagi konsumen.

Data primer dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui penggunaan tanah dan kelas jalan di sekitar masing-masing gerai kuliner, fasilitas gerai kuliner, dan karakteristik konsumen. Data ini didapatkan baik menggunakan teknik kuesioner maupun observasi. Teknik kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen, sedangkan observasi

(7)

untuk mengetahui fasilitas gerai kuliner, serta penggunaan tanah dan kelas jalan di sekitar gerai kuliner.

Teknik kuesioner yang dimaksud yaitu pengumpulan informasi dengan menyampaikan beberapa pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden sendiri. Dalam penelitian ini, teknik kuesioner bersifat tertutup dan bersifat gabungan (tertutup dan terbuka) namun masih dalam satu konteks yang sama. Jawaban responden dibatasi oleh beberapa alternatif jawaban, namun diberikan pilihan untuk menjawab sesuai dengan keadaan responden. Penentuan sampel untuk mengetahui karakteristik konsumen ini dilakukan dengan teknik accidental sampling. Teknik sampling ini dilakukan karena tidak dapat diketahuinya sampling frame dan sulit menemukan anggota populasi yang dapat dipilih. Sehingga, semua mahasiswa yang sedang melakukan pembelian pada gerai kuliner dapat menjadi anggota sampel.

Berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh jumlah total responden sebanyak 150 orang yang terdapat di 30 gerai kuliner dengan variasi jumlah yang berbeda-beda. Jumlah ini didapatkan selama 10 hari kerja yang dimulai pada tanggal 22 Oktober 2012 hingga 5 November 2012, pada pukul 12.00 WIB sampai 14.00 WIB dan 18.30 WIB sampai 20.00 WIB.

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Membuat petadasar, yaitu peta administrasi dan jaringan jalan Kota Depok. Kemudian dari peta dasar tersebut, dibuat peta lokasi penelitian.

2. Mengklasifikasikan kelas jalan menjadi tiga kelasyaitu, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan local berdasarkan Peta Jaringan Jalan Kota Depok.

3. Mengklasifikasikan penggunaan tanah menjadi penggunaan tanah permukiman, jasa dan perdagangan, jasa perniagaan dan industri dari data sekunder dan observasi ke lapangan.

4. Memperoleh karaktertistik lokasi gerai kuliner. Diperoleh dengan membandingkan setiap variable dengan menggunakan table perbandingan.

5. Membuatklasifikasi kelas gerai kuliner berdasarkan fasilitas yang dimiliki gerai kuliner. Masing-masing gerai kuliner memiliki kelengkapan fasilitas yang berbeda-beda. Dari penjumlahan seluruh fasilitas yang dimiliki, didapatkan jumlah fasilitas yang terbanyak, yaitu 6 fasilitas. Sedangkan jumlah fasilitas yang paling sedikit adalah 1 fasilitas. Dalam klasifikasi kelengkapan fasilitas gerai kuliner, dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

(8)

6. Membuat klasifikasi gerai kuliner berdasarkan lokasi dan penggunaan tanah menjadi tiga kelas, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C.

Klasifikasi gerai kuliner dibuat berdasarkan karakteristik gerai kuliner, baik lokasi maupun fasilitasnya. Dari lokasinya, masing-masing gerai kuliner dilihat berdasarkan penggunaan tanah dan kelas jalan. Dari fasilitasnya, gerai kuliner dilihat dari kelengkapan jumlah fasilitas. Dari ketiga indikator ini, kemudian diklasifikasikan menjadi tiga tipe gerai kuliner, yaitu yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Masing-masing kelas memiliki nilai-nilai indikator yang berbeda. Indikator-indikator tersebut disusun kedalam kelas untuk masing-masing tipe gerai kuliner.

No Klasifikasi Jumlah Fasilitas 1 Tidak Lengkap <3 2 Kurang Lengkap 3-4 3 Lengkap >4 Indikator Kategori

Penggunaan Tanah Kelas Jalan Fasilitas

Jasa dan Perdagangan Arteri > 4 A

Industri Kolektor 3 -4 B

Permukiman Lokal < 3 C

Tabel 1.Klasifikasi kelengkapan fasilitas gerai kuliner

[Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012]

Tabel 2.Klasifikasi gerai kuliner

[Sumber : Pengolahan Data Tahun 2012]

Keterangan:

Tipe A = memiliki nilai akumulatif indikator > 6 Tipe B = memiliki nilai akumulatif indikator 5-6 Tipe C = memiliki nilai akumulatif indikator 3-4

(9)

7. Membuat klasifikasi konsumen gerai kuliner berdasarkan variabel yang telah ditetapkan.

a. Mengelompokkan data yang akan ditampilkan, yaitu dengan mengelompokkan

berdasarkan masing-masing variabel karakteristik konsumen kedalam kualifikasi yang ditentukan, yaitu sebagai berikut:

 Asal kedatangan  Moda transportasi  Frekuensi pembelian  Biaya pembelian  Pendapatan  Pandangan konsumen  Suku

b. Menghitung proporsi data asal kedatangan, moda transportasi, frekuensi kedatangan, biaya pembelian, pendapatan, pandangan konsumen, dan suku terhadap rumah makan. Proporsi dihitung berdasarkan klasifikasi tiap variabel terhadap jumlah sampel.

8. Menguhubungkan karakteristik lokasi dan konsumen gerai kuliner.

4. Hasil Penelitian

a. Karakterisitik lokasi gerai kuliner

Karakteristik lokasi adalah ciri tersendiri yang dimiliki suatu lokasi dimana ciri-ciri tersebut mempengaruhi jalannya kegiatan atau aktivitas yang berada pada lokasi tersebut. Karakteristik lokasi gerai kuliner merupakan gambaran kondisi yang dimiliki oleh setiap gerai kuliner yang terdiri dari penggunaan tanah, kelas jalan, serta fasilitas.

1. Karakteristik lokasi berdasarkan penggunaan tanah

Berdasarkan hasil survey, penggunaan tanah pada gerai kuliner didominasi oleh penggunaan tanah permukiman, dengan jumlah 21 gerai kuliner (70%). Sedangkan gerai kuliner yang berada di penggunaan tanah jasa dan perdagangan berjumlah 9 gerai (30%). Tidak ditemukan gerai kuliner pada penggunaan tanah lain selain kedua penggunaan tanah di atas.

Dilihat dari persebarannya berdasarkan Jalan Margonda sebagai pusat aktivitas, maka terlihat perbedaan dominasi penggunaan tanah antara gerai kuliner yang terletak di sebelah

(10)

timur Jalan Margonda dengan penggunaan tanah sebelah barat Jalan Margonda. Hal ini dimungkinkan terjadi karena di sebelah barat Jalan Margonda terdapat Universitas Gunadarma dan Universitas Indonesia, sehingga jumlah gerai kuliner yang berada di penggunaan tanah permukiman maupun penggunaan tanah jasa dan perdagangan jumlahnya hampir sama. Sedangkan sebelah timur Jalan Margonda didominasi oleh penggunaan tanah permukiman, baik untuk rumah pribadi maupun untuk kost mahasiswa dan karyawan.

2. Karakteristik lokasi berdasarkan kelas jalan

Kelas jalan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelas yaitu, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Klasifikasi ini berdasarkan data yang didapat dari Dinas Tata Ruang Kota Depok. Lokasi gerai kuliner berdasarkan kelas jalan, dari hasil survey lapangan, hanya berada pada kelas jalan arteri dan jalan lokal. Jalan arteri yakni Jalan Margonda, sedangkan jalan lokal yakni Gang Kober, Gang Haji Mahali, Gang Pinang, Gang Cengkeh, Gang Sawo dan Jalan Stasiun Pondok Cina.

Dari Hasil survey lokasi gerai kuliner dalam penelitian ini berjumlah 14 gerai pada jalan arteri dan 16 gerai pada jalan lokal. Pada jalan arteri ini, gerai kuliner memiliki akses yang lebih baik, karena dilalui oleh berbagai macam kendaraan, seperti motor, dan mobil pribadi, angkutan dalam kota, dan bus antar kota. Sedangkan gerai pada jalan lokal hanya dilalui oleh motor dan mobil pribadi.

b. Fasilitas gerai kuliner berdasarkan lokasi

Jika dilihat dari dari jumlah fasilitas yang disediakan oleh gerai kuliner, maka akan terlihat perbedaan yang cukup besar antara beberapa gerai kuliner. Ada beberapa gerai kuliner yang memiliki fasilitas lengkap, seperti meja dan kursi, lahan parkir, toilet, tempat cuci tangan, hotspot, dan televisi. Di sisi lain, ada beberapa gerai kuliner yang hanya menyediakan fasilitas mendasar saja, sehingga konsumen hanya menikmati makanan yang disajikan saja.

Persebaran lokasi gerai kuliner berdasarkan fasilitas ini berbeda bila dilihat dari kelas jalan gerai tersebut. Pada kelas jalan arteri, jumlah gerai dengan fasilitas lengkap lebih mendominasi, dimana seluruh gerai kuliner dengan fasilitas lengkap terdapat di kelas jalan arteri. Sementara gerai kuliner dengan fasilitas tidak lengkap berada di kelas jalan lokal. Sedangkan gerai kuliner dengan fasilitas kurang lengkap terdapat di kedua kelas jalan dengan jumlah gerai yang sama.

Penggunaan tanah adalah indikator lain dalam melihat lokasi gerai kuliner. Jika dilihat dari penggunaan tanahnya, terlihat dominasi gerai kuliner dengan fasilitas lengkap pada penggunaan tanah permukiman, yaitu sebanyak sembilan. Sedangkan tiga gerai lain berada di

(11)

penggunaan tanah jasa dan perdagangan. Untuk gerai kuliner dengan fasilitas tidak lengkap juga lebih banyak terdapat di penggunaan tanah permukiman.

c. Hubungan karakteristik lokasi gerai kuliner dengankarakteristik konsumen gerai kuliner

Lokasi dan konsumen merupakan faktor penting yang bagi sebuah gerai kuliner. Gerai kuliner yang baik tentunya berada di lokasi yang ramai atau banyak dikunjungi oleh orang. Lokasi yang baik bagi suatu gerai kuliner bergantung kepada jenis kuliner dan tipe konsumen yang ingin dilayani. Terdapatnya perbedaan lokasi dari gerai kuliner dapat menimbulkan perbedaan karakter konsumen dari masing-masing gerai kuliner. Karakteristik lokasi gerai kuliner dilihat dari penggunaan tanah, kelas jalan dan fasilitas yang disediakan oleh gerai kuliner.

Gerai kuliner di Jalan Margonda dan sekitarnya terdapat pada penggunaan tanah yang

berbeda. Perbedaan penggunaan tanah ini

disebabkan oleh banyaknya ragam aktivitas kegiatan penduduk Kota Depok yang berpusat di Jalan Margonda. Penggunaan tanah suatu gerai

kuliner dapat mempengaruhi perbedaan

karakteristik konsumen mahasiswa yang datang ke gerai kuliner.

Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2004, jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan arteri pada umumnya mempunyai kapasitas dan volume lalu lintas yang lebih besar dibandingkan dengan kelas jalan lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa kelas jalan merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi aksesibilitas, dimana semakin tinggi kelas jalan, maka akan semakin baik aksesibilitas dari suatu lokasi gerai kuliner. Masing-masing gerai kuliner

(12)

memiliki kelengkapan fasilitas yang berbeda-beda. Perbedaan kelengkapan fasilitas tersebut biasanya juga berdampak pada perbedaan karakter konsumen yang datang ke gerai kuliner. Hal ini dapat terjadi karena kelengkapan fasilitas merupakan faktor penarik konsumen mahasiswa untuk datang ke gerai kuliner.

Perbedaan penggunaan tanah, kelas jalan, dan fasilitas gerai kuliner menimbulkan adanya karakteristik tertentu dari masing-masing gerai kuliner. Berdasarkan hal tersebut, gerai kuliner diklasifikasikan ke dalam tiga tipe gerai kuliner yang berbeda.

Berdasarkan hasil klasifikasi yang telah dilakukan, terdapat 13 gerai kuliner yang termasuk ke dalam tipe A. Dimana dari 13 gerai kuliner tersebut, 9 diantaranya berada di penggunaan tanah permukiman. Sementara jika dilihat kelas jalan, seluruhnya terdapat di kelas jalan arteri.Jika dilihat dari fasilitasnya, terdapat 12 gerai kuliner dengan jumlah fasilitas dalam kategori lengkap. Hanya satu gerai kuliner tipe A dengan jumlah fasilitas kategori kurang lengkap.

Gerai kuliner yang termasuk ke dalam tipe B berjumlah enam gerai. Dari gerai-gerai kuliner tersebut, lima diantaranya berada di penggunaan tanah jasa dan perdagangan. Sementara jika dilihat dari kelas jalan, terdapat lima gerai kuliner yang berada di kelas jalan lokal. Sedangkan jumlah fasilitas dari gerai kuliner tipe B, didominasi oleh gerai kuliner dengan jumlah fasilitas pada kategori tidak lengkap, yaitu sebanyak lima gerai. Hanya ada satu gerai kuliner tipe B dengan jumlah fasilitas kategori kurang lengkap.

Gerai kuliner yang termasuk ke dalam tipe C berjumlah 11 gerai. Dari 11 gerai tersebut, seluruhnya terdapat di penggunaan tanah permukiman. Jika dilihat dari kelas jalannya, seluruhnya terdapat di kelas jalan lokal. Sementara dari jumlah fasilitasnya, terdapat sembilan gerai kuliner dengan kategori jumlah fasilitas tidak lengkap. Hanya terdapat dua gerai kuliner dengan kategori fasilitas kurang lengkap.

Bahwa konsumen pada gerai kuliner tipe A lebih banyak yang datang menuju gerai kuliner dari tempat beraktivitas, yaitu kampus. Sedangkan yang datang dari tempat tinggal berjumlah 18% dari total keseluruhan responden. Dengan aksesibilitas yang tinggi, gerai kuliner tipe A mudah dijangkau oleh konsumen, baik dari kampus maupun tempat tinggal. Sementara itu pada gerai kuliner tipe B, jumlah konsumen yang datang dari kampus hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan yang datang dari tempat tinggal. Lokasi gerai kuliner tipe B yang dekat dengan kampus, baik Universitas Indonesia maupun Universitas Gunadarma, membuatnya mudah dijangkau, terutama oleh mahasiswa Universitas Gunadarma yang banyak mendatangi gerai kuliner tipe B saat istirahat makan siang dan sore hari setelah

(13)

pulang dari kampus. Konsumen pada gerai kuliner tipe C lebih didominasi oleh konsumen yang datang dari tempat tinggalnya, yaitu tempat kost, yang lokasinya dekat dengan gerai kuliner.

Dilihat dari moda transportasinya, konsumen pada gerai kuliner tipe A paling banyak yang menggunakan kendaraan bermotor, baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi, dibandingkan dengan gerai kuliner tipe lain. Hal ini disebabkan lokasi gerai kuliner tipe A yang berada pada kelas jalan arteri dengan aksesibilitas yang tinggi. Sedangkan pada gerai kuliner tipe B dan C, lebih didominasi oleh konsumen yang berjalan kaki. Selain karena aksesibilitas yang rendah, juga karena minimnya lahan parkir yang dimiliki oleh gerai kuliner B dan C secara umum.

Berdasarkan frekuensi kedatangannya, konsumen pada gerai kuliner tipe A seluruhnya datang kurang dari tiga kali dalam seminggu ke gerai kuliner yang sama. Konsumen yang datang kurang dari tiga kali dalam seminggu juga mendominasi pada gerai kuliner tipe B dan C, dominasinya menurun berbanding lurus dengan semakin rendahnya aksesibilitas lokasi serta jumlah kelengkapan fasilitas gerai kuliner.

Konsumen pada gerai kuliner tipe A didominasi oleh yang menghabiskan Rp 15.000,00 hingga Rp 30.000,00. Sedangkan konsumen pada gerai kuliner tipe B dan C didominasi oleh konsumen yang menghabiskan kurang dari Rp 15.000,00 dalam sekali kedatangan. Gerai kuliner tipe B yang memiliki aksesibilitas lebih tinggi dan fasilitas yang lebih lengkap, perbedaan antara konsumen yang biaya pembelian Rp 15.000,00 dengan yang biaya pembeliannya Rp 15.000,00 hingga Rp 30.000,00 tidak terlalu jauh. Sementara pada gerai kuliner tipe C, yang secara umum aksesibilitasnya lebih rendah dan fasilitasnya tidak lengkap, perbedaan biaya pembelian konsumennya lebih besar.

Dilihat dari pendapatannya, konsumen pada gerai kuliner tipe A, lebih banyak yang berpendapatan atau memiliki uang saku antara Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00. Kemudian konsumen dengan pendapatan lebih dari Rp 1.000.000,00 jumlahnya lebih dari dua kali jumlah konsumen dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Konsumen pada gerai kuliner tipe C juga memiliki karakteristik pendapatan konsumen yang hampir sama dengan karakteristik pendapatan konsumen gerai kuliner tipe A, namun perbedaannya tidak terlalu besar. Sementara itu, jumlah konsumen yang berpendapatan kurang dari 500.00,00 dengan yang berpendapatan antara Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00 pada gerai kuliner tipe B tidak berbeda jauh.

Berdasarkan pandangan konsumen, yang menjadi alasan kedatangan konsumen menuju gerai kuliner, pada gerai kuliner tipe A lebih banyak yang berpandangan rasa

(14)

makanan yang enak menjadi alasan utama kedatangan. Sementara pada gerai kuliner tipe B dan C, lebih banyak yang berpandangan lokasi gerai yang dekat menjadi alasan utama kedatangan.

Dilihat dari sukunya, konsumen Suku Jawa memiliki jumlah paling banyak pada setiap tipe gerai kuliner. Pada gerai kuliner tipe

A, jumlah konsumen Suku Jawa berbeda jauh dengan suku-suku lain. Sementara pada gerai kuliner tipe B, jumlahnya tidak berbeda jauh dengan suku lainnya. Suku konsumen gerai kuliner tipe C hanya terdiri dari empat suku, yakni Betawi, Minang, Jawa, dan Sunda, dengan jumlah konsumen Suku Jawa yang mendominasi.

5. Pembahasan

Salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Menurut Tarigan (2006), tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi. Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh

jarak, kondisi prasarana perhubungan,

ketersediaan berbagai sarana pendukung termasuk frekuensi dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Gerai kuliner yang terletak tepat di Jalan Margonda memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi sehingga konsumennya banyak yang menggunakan kendaraan bermotor serta konsumen yang datang dari tempat aktivitas dan tempat tinggal, jumlahnya tidak berbeda jauh. Sedangkan gerai kuliner yang tingkat aksesibilitasnya rendah, konsumennya lebih banyak yang berjalan kaki serta asal kedatangan konsumennya dipengaruhi oleh penggunaan tanah di sekitar gerai kuliner, karena konsumennya datang dari jarak yang relatif dekat.

Gambar 2. Peta Persebaran Tipe Gerai

(15)

6. Kesimpulan

Gerai kuliner Tipe A berada di jalan arteri. Sedangkan, gerai kuliner Tipe C berada di jalan lokal. Jika dilihat berdasarkan jaraknya dari jalan arteri, maka semakin jauh jarak gerai kuliner dengan jalan arteri, semakin berkurang kelengkapan fasilitasnya.

Karakteristik lokasi gerai kuliner memiliki hubungan dengan karakteristik konsumen. Gerai kuliner Tipe A memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi sehingga konsumennya banyak yang menggunakan kendaraan bermotor, asal kedatangan beragam, frekuensi kedatangan rendah, biaya pembelian tinggi, pendapatan konsumen yang lebih tinggi, pandangan konsumen yang mengarah pada cita rasa makanan, dan suku yang beragam. Sementara pada gerai kuliner Tipe C dengan aksesibilitas rendah, konsumennya banyak yang berjalan kaki, asal kedatangan hanya terbatas di sekitar gerai kuliner, frekuensi kedatangan tinggi, biaya pembelian rendah, pendapatan konsumen yang lebih rendah, pandangan konsumen yang mengarah pada kedekatan lokasi gerai, dan suku yang kurang beragam.

Daftar Pustaka

Hartono, Hadi. 2004. Sukses Mengelola Bisnis Minimarket Modal Kecil

UntungBesar.Jakarta: PT. Buku Kita.

Kotler, Philip dan G. Amstrong. 2008. Principles of Marketing12thed. New Jersey: Prentice

Hall.

Suryana, Asep. 2003. TransformasiSosialEkonomiMasyarakat Kota Depok.

JurnalSosiologiMasyarakat, Vol. 13, Hal. 51.

Walker, J.R. dan D.E. Lundberg. 1993.The Restaurant: From Concept to Operation (2nd

edition). New York: John Wiley and Son.

World Wide Web:

http://data.ui.ac.id/. Tentang jumlah mahasiswa UI (diunduh pada 12 Desember 2012).

World Wide Web:

http://www.webometrics.info/en/Asia_Pacifico/. Tentang peringkat universitas di Asia

Gambar

Tabel 1.Klasifikasi kelengkapan  fasilitas gerai kuliner
Gambar 1. Persebaran gerai kuliner
Gambar 2. Peta Persebaran Tipe Gerai  Kuliner

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran konvensional yang dilakukan siswa kelas kontrol dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode penugasan dan presentasi sama seperti pada kelas eksperimen,

Dalam kondisi seperti inilah yang menyebabkan pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing berasumsi bahwa semua kata ganti yang biasa digunakan untuk menyapa dapat

Pondasi

• Bahwa elektron dapat dipandang sebagai gelombang tidaklah berarti bahwa elektron adalah gelombang; akan tetapi kita dapat mempelajari gerakan elektron dengan

Sanksi yang diberlakukan bagi karyawan yang tidak disiplin dan melanggar peraturan adalah sanksi berupa teguran secara lisan maupun tulisan yaitu surat peringatan, apabila kesalahan

Salah satu ruas jalan dengan fungsi jalan arteri di Kota Sukabumi adalah jalan Ahmad Yani sebagai objek penelitian, dimana jalan Arteri ini memiliki arti jalan

Adapun yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai bentuk campur kode dalam penggunaan bahasa Melayu Pontianak yang terdapat dalam rubrik Senyom

Keterbatasan SDM merupakan salah satu ancaman serius bagi industri kecil di Kota Makassar untuk dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar internasional di