Lampiran I
Tim Manajemen dan Redaksi viva.co.id
Chief Executive Officer A. Ardiansyah Bakrie
Chief Business Development Officer R. Bismarka Kurniawan
Chief Finance & Human Capital Officer Santana Muharam
Editor in Chief Maryadi
Redaktur Pelaksana
Umi Kalsum
Renne A. Kawilarang
Kepala Kompartemen
Arinto Tri Wibowo Arfi Bambani Amri Edwan Ruriansyah Antique
Maya Sofia Puspitasari Asep Ahmad Fauzi
Koordinator Liputan Jakarta M. Eko Priliawito
Koordinator Liputan Daerah Hadi Suprapto
Redaktur
Aries Setiawan Lutfi Dwi Pujiastuti Beno Junianto Zaky Alyamani Toto Pribadi Finalia Kodrati Dedy Priatmojo Siti Ruqoyah
Siti Nur Aisyah Dewi Rendra Saputra Sitio Sarifah Aliah
Adrianus Berthus Mandey Ricky Dastu Anderson Mustakim Irfan Laskito Krisna Wicaksono Harry Siswoyo Syahdan Nurdin Daurina Lestari Rochmawati Endah Lismartini Asisten Redaktur
Moh. Arief Hidayat Suryanta Bakti Susila Amal Nur Ngazis
Ni Made Kumara Santi Dewi Syahrul Syaifuddin
Nila Chrisna Yulika Putri Kusuma
Bayu Adi Wicaksono
Video Editor
Deta Ardian
Setyo Andi Saputro Marito Dilisaputra Kurnen Permana Putra
Reporter
Luzman Rifqi Karami Muchammad Syuhada Anry Dhanniary R. Jihad Akbar Tasya Paramitha Herdi Muhardi
Shalli Syartiqa Arie Dwi Budiwati Taufik Rahadian Eka Permadhi Satria Permana Aditya Putra Perdana Fajar Ginanjar Mukti Rizki Aulia Rahman
Muhammad Wirawan Kusuma Agus Tri Haryanto
Romys Binekasari
Muhammad Indra Nugraha Al Amin M. Fikri Halim Syaefullah Linda Sari Ichsan Suhendra Reza Fajri Agus Rahmat Ade Alfath Azmi Bayu Januar Nugraha Dian Tami Kosasih
Fery Gom-gom Hendiray S. Mitra Angelia
Moh. Nadlir Nuvola Gloria Irwandi Anwar Sadat
Rebecca Reifi Georgina Derru Mohammad Iqbal
Foe Peace Mayden Day Simbolon
Kholisatussusur Danar Dono Rintan Puspita Sari
Fotografer
Ahmad Rizaluddin Muhammad Solihin Ikhwan Yanuar Anhar Rizki Affandi
Web Design
Tri Jaya Daru Adri Prastowo Elfi Fitri Rachmawati David R. Rorimpandey Andri Daud Halomoan Arifin Firman Nabawi
Sekretaris Redaksi
Ferri Damayanti Ulfa Lestari
Viva Blog & Forum
Rizal Maulana Dian Lestari Ningsih Sumiyati
M. Eko Nugroho Agus Adhari
Citizen Journalism
Syahdan Nurdin
R.R Sintia Citra Ayu Koesoema Elly Rachmawati
Mayla Devia Kurnianingrum Misa
Business Partnership Christine Natalia Nainggolan
Lampiran II
Artikel Berita Engeline di viva.co.id
1. Artikel Berita 1
NASIONAL
Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok
Jasadnya kini masih diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar. Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB
Oleh : Harry Siswoyo, Bobby Andalan (Bali)
Petugas kepolisian saat mengevakuasi jasad terduga Angeline di kediamannya, Rabu (10/6/2015) (VIVA.co.id/Bobby Andalan)
VIVA.co.id - Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak pertengahan
Mei lalu, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jasadnya kini tengah diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar.
Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menuturkan, Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan. "Ada jeratan di leher Angeline," kata Sudana, Rabu 10 Juni 2015.
Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi
Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar. Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh Angeline, ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.
dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu. Di antaranya luka memar di paha kanan samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah. Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri samping, dada samping kanan, leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga, leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Selain luka memar, pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, pada punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, pada punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat di sundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.
Hasil pemeriksaan awal, jasad Angeline dibungkus kain sprei berwarna putih. Jasadnya kotor bercampur tanah. Bersama jasad Angeline juga terdapat kain kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan Angeline.
Selain barang-barang tadi, polisi juga menemukan baju kaos warna hitam, celana pendek anak-anak, celana jeans warna biru ukuran orang dewasa.
Pada leher korban terdapat jeratan tali rapia sebanyak empat lilitan. Tali plastik itu pada ujung simpulnya disambung dengan tali plastik berwarna biru yang diikat mati. Jasad Angeline sendiri saat ditemukan menggunakan baju warna putih motif bunga.
2. Artikel Berita 2
FOKUS
Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri
Polisi harus tuntas mengusut, apakah pelakunya tunggal atau komplotan. Jum'at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB
Oleh : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Bobby Andalan (Bali)
Angeline semasa hidup. (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan
hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015, berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa, Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WITA.
Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. Jasad bocah kelas 3 SD itu sudah membusuk.
Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu terdapat banyak luka. Di antaranya memar di paha kanan samping luar, memar di bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri samping, dada samping kanan.
Selain itu, terdapat luka di leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga, leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat disundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.
Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, dalam kasus ini sudah menetapkan satu tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Dia adalah Agus Andamai (25 tahun), seorang petugas keamanan di rumah Margareth. Saat ini, Agus ditetapkan sebagai pelaku tunggal.
Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati. Sebab, tak hanya mendapat kekerasan fisik, Angeline juga mengalami kekerasan seks. Kepada penyidik, Agus mengaku telah memperkosa Angeline sebelum menghabisi nyawanya.
"Agus mengakui ia telah memperkosa Angeline. Perbuatan itu dilakukan di lantai dua rumah Angeline," kata Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana, di sela rehat penyidikan di Mapolresta Denpasar, Rabu malam, 10 Juni 2015.
Menurut Sudana, aksi pemerkosaan dilakukan Agus pada malam hari. Aksi bejat Agus tak sampai di situ, usai memperkosa dan membunuh Angeline, dalam keadaan tak bernyawa Angeline masih sempat diperkosa lagi.
"Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi, total dua kali dia memperkosa Angeline," ujar Sudana.
Kata Sudana, kecurigaan penyidik kepada Agus cukup beralasan. Apalagi, di tempat kejadian perkara, ditemukan palu dan kaos putih dengan bercak darah. Diduga palu dan kaos tersebut digunakan Agus untuk menghabisi korban. [Baca
Ini Motif Agus Tega Bunuh Bocah Angeline]
Lalu, banyak yang menduga, ibu angkat Angeline, Margareth, terlibat atas peristiwa ini. Menyoal itu, Sudana menegaskan, Margareth tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Dia tidak terlibat dalam aksi pembunuhan. Statusnya masih saksi," kata Sudana. Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun, anehnya Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut. Soal ini, Sudana menjawab, "Dia kan tidak pernah ke luar, di dalam kamar terus." Sementara itu, kakak angkatnya, Ivon dan Christin, tidak tinggal di rumah itu. Selain Margareth, di rumah itu ada penghuni kos saat Angeline dibunuh.
"Tetapi, penghuni kos-kosan itu tidak pernah di kos. Dia pulang jam 10 (malam), mandi lalu kerja lagi," kata Sudana.
Meski begitu, Sudana menegaskan, penyidik terus mendalami keterangan semua pihak, termasuk Margareth, dua kakak Angeline, serta beberapa saksi lainnya.
Kendati hasil autopsi forensik menyatakan di sekujur tubuh Angeline terdapat banyak luka bekas siksaan, namun polisi belum menyimpulkan keterlibatan Margareth dalam kasus ini.
"Kami fokus pada peristiwa pembunuhan Angeline dulu. Ibunya (Margareth) tidak terkait itu (pembunuhan Angeline)," kata Sudana. [Baca Fakta Baru, Ibu
Angkat Angeline Ternyata Psikopat]
Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Angeline.
"Ada yang jadi saksi, mungkin ada yang kita tingkatkan jadi tersangka di antara mereka, atau siapa saja berdasar hasil pengolahan jenazah dan bukti-bukti lain atas penyelidikan ini," ujar Ronny.
Selain itu, lanjut Ronny, kepolisian juga tidak akan melupakan informasi yang diberikan oleh guru-guru Angeline. Sebab, sejauh ini, keterangan mereka yang menjadi petunjuk polisi.
"Hasil autopsi akan membuktikan keterangan tersebut (apakah ada unsur kekerasan). Apakah akan bisa menjadi dasar penempatan pasal pidana yang mentersangkakan terhadap kematian Angeline," tutur dia. [Baca Kebiri Penjahat
Seks, Cara Selamatkan Anak Indonesia?]
Korban perdagangan anak?
Kasus ini memunculkan banyak dugaan. Selain ibu angkat yang dinilai bertanggung jawab, salah satunya, Angelina disebut-sebut sebagai korban perdagangan manusia dari jaringan paedofil. [Baca Komnas PA: Pembunuh
Angeline Bukan Paedofil]
Ditanya soal kemungkinan adanya jaringan paedofil dalam kasus Angeline, Kapolda Bali Inspektur, Jenderal Ronny F Sompie menjawab singkat.
"Saya kira ini nanti saya bisa jawab ketika hasil penyidikan mendekati maksimal, apakah ada kaitan jaringan fedopil atau tidak. Sementara ini perlu bersabar mendapatkannya," kata Ronny, Kamis 11 Juni 2015.
Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut serta melakukan, atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Ini masih terus dilakukan pemeriksaan dalam rangkaian penyidikan," kata Ronny.
Kepolisian, kata Ronny, meminta kepada masyarakat agar tidak mengembangkan opini negatif mengenai motif kasus ini. Seluruh berkas kasus ini, kata Ronny,
pasti akan diuji di pengadilan. [Baca Desak Penuntasan Kasus Angeline, Warga Bikin Petisi]
Mantan Kadiv Humas Polri itu menambahkan, bila ada kecurigaan dari masyarakat dan media massa, sebenarnya tidak ada bedanya dengan polisi. "Bahkan kami lebih terlatih lagi. Sebagai penyidik yang selalu mendasari kecurigaan untuk mengungkap tidak pidana," kata Ronny.
Ronny menegaskan masih ada asas praduga tidak bersalah. Inilah yang menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan prosedur undang-undang.
Sementara itu, General Affair Safe Childhood Foundation, Yuliana, mengatakan dalam kasus Angeline, pihaknya belum melihat ke arah perdagangan anak. Menurut Yuliana, terlalu dini menyebut kasus yang dialami Angeline melibatkan jaringan paedofil.
"Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh," kata Yuliana kepada VIVA.co.id, Kamis 11 Juni 2015.
Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. "Polisi masih bekerja, semuanya masih bekerja. Kita tunggu sampai selesai hasilnya seperti apa," kata dia. Hal senada disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati. Kepada VIVA.co.id, Rita juga mengatakan belum melihat kasus ini ke perdagangan anak yang melibatkan jaringan paedofil.
"Saya belum melihat itu. Tapi polisi harus tetap cermat. Pertama, apakah Angeline meninggal karena kekerasan sesaat atau sudah lama. Kedua, apakah kekerasan seksual ini karena ada unsur lain, atau memang ada jaringan paedofil itu. Mudah-mudahan polisi segera membuka kasus ini," ujar Rita.
Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya, dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.
"Saya belum melihat kasus ini ke arah perdagangan anak. Kalau saya melihat dari awal kekerasan itu sudah ada. Tapi kok tiba-tiba ada kekerasan seks," kata Rita. Meski begitu, dia berharap polisi tetap harus mendalami apakah Agus terlibat dalam jaringan paedofil atau tidak. Apakah dia melakukan kekerasan seks terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.
Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan menjadi preseden buruk bagi perlindungan anak.
"Kita meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku utama dan pelaku yang ikut terlibat dalam pembunuhan adik kita Angeline mendapatkan balasan sesuai undang-undang," kata Susanto kepada VIVA.co.id.
Kepekaan harus dibangun
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002, negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua, wajib dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak Indonesia masih terancam. Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.
Kasus yang dialami Angeline bukan kali pertama. Sudah banyak anak Indonesia menjadi korban kekerasan. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual, yang dilakukan orang dewasa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang terekspose.
Maka itu, kata Arist, sistem kepekaan di tengah masyarakat harus dibangun sedikit demi sedikit untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak.
"Caranya dengan membuat tim reaksi cepat perlindungan anak di tingkat Desa atau bahkan RT," ujar Arist, Kamis 11 Juni 2015.
Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnya dikoordinasikan oleh pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh Pemerintah Daerah.
"Apabila sudah terbentuk, maka nanti anggotanya bisa diambil dari pemuda atau pemuda setempat," ujar Arist.
Cara seperti itu, menurut Arist, nantinya pemuda atau masyarakat akan terbentuk kepekaannya terhadap anak. "Mereka bisa melapor setiap saat kepada koordinator soal adanya dugaan kekerasan atau laporan apapun tentang anak yang dalam bahaya."
Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.
"Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat. Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun," ujar Arist.
Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.
"Kenapa tidak lapor, karena takut. Ingin disimpan sendiri. Kalau lapor akan merusak harga diri keluarga," kata Rita.
Rita memberi contoh kasus kekerasan anak yang terjadi di Cluster Nusa Dua, Blok E Perumahan Citra Gran Cibubur. Kasus itu terbongkar berkat kepekaan warga sekitar melihat adanya indikasi kekerasan di dalam keluarga. [Baca Lima
Warga Ini yang Selamatkan Penelantaran DN]
Kata Rita, hal seperti itulah yang patut ditiru seluruh masyarakat. "Di Cibubur itu, komunitasnya, warganya inisiatif. Ketika sudah tidak mempan diberitahu, mereka melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang," kata Rita. (ren)
3. Artikel Berita 3
NASIONAL
Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline
Saat ini bercak darah masih diperiksa di laboratorium. Jum'at, 12 Juni 2015 | 14:54 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Bobby Andalan (Bali)
Margareth Megawe bersama Angeline (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Polisi menemukan bercak darah di dalam kamar pribadi ibu angkat
Angeline, Margareth dan di kamar tersangka Agustinus Tai Andamai. Bercak darah ditemukan saat polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di dalam kamar Margareth di Jalan Sedap Malam, Denpasar dan kamar rumah Agus.
Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, bercak darah itu sudah diamankan dan tengah diperiksa di laboratorium forensik Polri. "Disita dan diperiksa Labfor. Apakah darah manusia, lalu siapa manusianya, untuk
menguatkan pembuktian sebagai tersangka," kata Ronny, Jumat, 12 Juni 2015. Menurut Ronny, semua benda mencurigakan yang ditemukan polisi di lokasi pembunuhan dan di rumah tersangka akan dijadikan alat bukti untuk mengungkap siapa saja dalang pembunuhan sadis itu. "Semua yang diperoleh di dalam hasil olah TKP harus jadi bahan yang ditingkatkan menjadi alat bukti ketika sudah diperiksa di Labfor," ujarnya menambahkan.
Hingga saat ini, Margareth masih berstatus saksi dan tengah menjalani serangkaian pemeriksaan.
lubang di belakang rumah Margareth setelah lebih dari tiga pekan dinyatakan hilang misterius. (mus)
4. Artikel Berita 4
METRO
Ibu Angkat Angeline Jadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi
Dia terbukti telah menelantarkan Angeline Minggu, 14 Juni 2015 | 12:29 WIB
Oleh : Nila Chrisna Yulika, Bobby Andalan (Bali)
Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe dan Angeline kecil (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hery Wiyanto
menyatakan, ibu angkat Angeline, Margareth Megawe telah ditetapkan sebagai tersangka. Sayangnya, ia tak hafal pasal berapa yang dituduhkan kepada Margareth.
"Coba Mas dicek ulang, pasalnya antara pasal 77 atau 80 UU Perlindungan Anak. Intinya tentang penelantaran anak," kata Hery saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu 14 Juni 2015.
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah digali sebelumnya, Margareth terbukti melakukan tindakan penelantaran terhadap Angeline.
"Angeline terlihat kurus. Soal asupan gizi, tidak memberi makan, itu kan juga masuk dalam penelantaran anak," ujar Hery.
Selain itu, Margareth dianggap tak becus mengurus Angeline. Ia tak
memperhatikan dengan baik bocah mungil tersebut. "Dia juga tidak memberikan perhatian yang baik terhadap Angeline, itu juga penelantaran anak," ujarnya menambahkan.
Pada saat yang sama, Margareth juga terbukti melakukan tindak kekerasan
terhadap Angeline. "Hanya untuk kekerasan ini kita menunggu hasil visum. Harus dibuktikan lagi berdasarkan visum," ujarnya.
"Itu yang mendasari kita menetapkan Margareth sebagai tersangka."
Hingga kini, Margareth masih dalam pemeriksaan intensif Polda Bali. Polisi akan memanggil saksi ahli guna mendalami tuduhan yang dialamatkan kepada ibu angkat Angeline ini.
Sebelumnya, Margareth ditangkap tim PPA Polda Bali di vilanya di kawasan Canggu, Kuta Utara pada dinihari tadi. Ia langsung digelandang menuju Polda Bali untuk menjalani pemeriksaan.
Lampiran III
Analisis Framing Gamson dan Modigliani pada Kasus Pembunuhan Engeline di viva.co.id
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 10 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok Engeline ditemukan dalam kondisi tewas ketika sempat dikabarkan hilang. Tewasnya Engeline diduga karena luka yang ditemukan di sekujur tubuhnya.  Metaphors: -  Exemplaar: Bagian tubuh Engeline yang diduga menjadi sasaran kekerasan oleh pelaku.  Catchphrases: fakta mengerikan.  Depiction: bocah.  Visual images: gambar beberapa polisi yang sedang mengevakuasi jenazah Engeline dari rumahnya.  Roots: Engeline diduga tewas akibat jeratan tali di bagian leher.  Appeals to principle: Engeline sama seperti anak perempuan lainnya yang senang bermain boneka.  Consequences: kasus pembunuhan Engeline menrupakan kasus besar sehinga melibatkan para petinggi di bidang forensik dan kepolisian
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri Kasus Engeline harus diselidiki sampai tuntas dan pencarian pelaku harus dilakukan dengan benar-benar serius.  Metaphors: menyayat hati.  Exemplaar: pada tubuh Engeline terdapat banyak luka ketika ditemukan. Engeline dibunuh persis di depan kamar Margareth, sementara Margareth tidak mengaku tidak mengetahui pembunuhan tersebut.  Catchphrases: pelaku tunggal.  Depiction: mengenaskan.  Visual images: Engeline merupakan anak  Roots: Engeline yang sempat dinyatakan hilang dan ditemukan dalam keadaan tewas, membuat sedih banyak pihak.  Appeals to principle: Engeline diperkosa oleh Agus sebanyak dua kali, sebelum dan setelah meninggal dunia.  Consequences: proses penyelidikan masih berlangsung dan keluarga angkat Engeline masih berkemungkinan ditetapkan sebagai tersangka.
perempuan yang masih kecil dan duduk di bangku Sekolah Dasar. Engelineyang masih bersekolah tersebut merupakan korban kekerasan dan pembunuhan. Korban perdagangan anak? Adanya dugaan bahwa Engeline merupakan korban sindikat perdagangan anak dalam jaringan paedofil  Metaphors: -  Exemplaar: Kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat dalam pembunuhan Engeline selain Agus.  Catchphrases: terkejut.  Depiction: terlalu dini.  Visual images: -
 Roots: ada asas praduga tak bersalah yang bisa dijadikan pertimbangan agar proses penyelidikan Engeline sesuai dengan aturan yang ada. Penyelesaian kasus Engeline sampai tuntas akan menjadi cerminan bagi perlindungan anak.  Appeals to
principle:
masyarakat dihimbau untuk tidak menduga-duga akan apa yang terjadi pada kasus Engeline, dan menunggu proses penyelidikan.  Consequences: Dugaaan Engeline sebagai korban perdagangan anak dalam jaringan paedofil harus tetap diselidiki. Kepekaan harus dibangun Mayarakat dituntut untuk lebih peka terhadap kasus kekerasan pada anak yang terjadi di lingkungan sekitar.  Metaphors: membuka mata.  Exemplaar: kasus kekerasan pada anak jarang terangkat di publik karena masyarakat kurang peka, dan faktor internal keluarga  Roots: Kasus kekerasan pada anak tidak terekspos karena kurang pekanya masyarakat di sekitar.  Appeals to principle: Seorang anak yang harusnya dilindungi, justru menjadi korban kekerasan oleh
korban dan korban itu sendiri.  Catchphrases: beban kepolisian.  Depiction: darurat  Visual images: - orang dewasa.  Consequences: perlunya dibentuk tim khusus untuk fokus pada kasus kekerasan anak yang terjadi di lingkungan sekitar.
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline Ditemukan alat bukti berupa bercak darah di kamar Margareth (Ibu Angkat Engeline). Margareth kemungkinan terlibat dalam kasus kekerasan dan pembunuhan Engeline.  Metaphors: dalang.  Exemplaar: bercak darah ditemukan saat olah Tempat Kejadian Perkara di kamar Margareth dan kamar Agus.  Catchphrases: pembuktian.  Depiction: pribadi.  Visual images: ilustrasi berupa foto bagaimana kedekatan Engeline dan Margareth.  Roots: -  Appeals to principle: Margareth masih ditetapkan sebagai saksi dan masih dalam proses pemeriksaan.  Consequences: semua barang hasil olah TKP akan dijadikan alat bukti, termasuk bercak darah yang ditemukan di kamar Margaret dan Agus.
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 14 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Ibu Angkat Angeline Menjadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi Penjelasan polisi terkait penetapan Margareth sebagai tersangka untuk kasus penelantaran anak.  Metaphors: -  Exemplaar: Penetapan Margareth sebagai tersangka berdasarkan keterangan para saksi yang telah digali sebelumnya.  Catchphrases: terbukti melakukan kekerasan.  Depiction: tak becus.  Visual images: Engeline dan Margareth dalam satu frame dan sedang memegang buah pepaya. Terlihat kurang hangat interaksi yamg diberikan kepada Engeline oleh  Roots: Margareth ditetapkan sebagai tersangka karena melanggar UU tentang Perlindungan Anak, yaitu menelantarkan Engeline.  Appeals to principle: penelantaran anak yang dituduhkan kepada Margareth adalah dilihat dari tubuh Engeline yang terlihat kurus dan kurang diperhatikan.  Consequences: Kepolisian akan
Margareth. mendatangkan saksi ahli untuk memeriksa Margareth dan penetapannya sebagai tersangka.
Lampiran IV
DATA PRIBADI
Nama : Bagus Prakasa
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 24 Februari 1994
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kawat 1 Gang Mawar No. 168, Tanjung Mulia Hilir, Medan
Email : [email protected]
Anak ke- : 3 dari 4 bersaudara Nama Orangtua
Ayah : Muliadi
Ibu : Kasiani
Pekerjaan Orangtua
Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : 2000-2006
SD Negeri Inpres 064995 Medan 2006-2009
SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan 2009-2012
SMA Swasta Dharmawangsa Medan
2012-2016
S-1 Ilmu Komunikasi USU