• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SURVEY LAPANGAN DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III SURVEY LAPANGAN DAN ANALISA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

SURVEY LAPANGAN DAN ANALISA

3.1 Limbah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, limbah berarti sisa proses produksi. Limbah merupakan suatu material yang tidak memiliki nilai pada saat hasil akhir produksi. Limbah memiliki berbagai macam jenis, dari mulai limbah air pabrik yang biasanya terkontaminasi zat kimia yang digunakan pabrik tersebut, dan limbah tekstil. Limbah biasanya terkesan merugikan.

Limbah tekstil berasal dari berbagai macam sumber, bisa dari industri garmen maupun industri kecil seperti penjahit. Limbah tekstil yang tersedia memiliki beragam jenis, ada yang berupa serabut benang ada pula yang berupa potongan kain.

Dalam karya tugas akhir ini, penulis menggunakan limbah kain berupa potongan-potongan kain yang berasal dari industri tekstil rumahan dan industri garmen. Limbah yang didapat berasal dari penjahit-penjahit yang tersebar di daerah Bandung Utara, toko kain di jalan tamim, pusat jahit mayestik – Jakarta.

3.2 Recycle / Daur Ulang, Reuse dan Post Production

Sekarang ini banyak kita jumpai limbah - limbah yang sebenarnya masih dapat dimanfaatkan ataupun diolah kembali sehingga menjadi barang baru yang bernilai estetis. Salah satu cara pengolahannya adalah dengan didaur ulang / recycle, reuse ataupun post production.

(2)

3.2.1 Beragam Definisi Recycle / Daur Ulang, Reuse dan Post Production

1. Recycle menurut Encylopedia of Brittanica adalah “use again, reprocess”.

2.. Recycle adalah benda-benda atau material-material yang telah menjadi bagian dari suatu kesatuan dan habis daur hidupnya, atau material yang tidak terpakai dan cenderung dibuang dan menjadi sampah dan digunakan kembali untuk memproduksi benda yang baru atau memasuki siklus

hidupnya yang baru.

3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, daur berarti peredaran masa atau tahun, siklus. Sedangkan daur ulang berarti peredaran ulang suatu masa yang telah dianggap selesai.

4. Reuse menurut Encylopedia of Brittanica adalah “use again, recycle, reclaim”.

5. Adalah material-material buangan yang dapat dipakai kembali dengan melalui beberapa proses khusus untuk kepentingan pembersihan, dan lain sebagainya. Tujuan penting dalam reuse termasuk environmental sustainability atau ramah lingkungan dan kepentingan finansial. Ramah lingkungan karena material reused mengurangi sampah dan juga mengurangi produksi material-material baru yang

mempunyai resiko tinggi untuk menambah sampah nantinya. Kepentingan finansial karena akan selalu lebih murah

memproduksi sesuatu dari material yang tadinya sudah ada ketimbang memproduksi material yang sama sekali baru. 6. Post Production menurut Encylopedia of Brittanica adalah

“state after production, to produce after production”.

7. Post Production atau secara etimologis diartikan “setelah produksi”.

8. Post Production adalah suatu sistem memproduksi sesuatu atau berkarya dari material-material yang sudah ada

(3)

sebelumnya untuk menggunakannya dan menjadikannya suatu karya baru dengan definisi yang baru pula.

3.3 Perolehan Material Sisa di Jakarta dan Bandung

Biasanya para penjahit mulai dari penjahit pinggiran sampai penjahit kelas atas selalu menghasilkan bahan-bahan sisa yang tidak dipergunakan lagi dan biasa dibuang begitu saja sehingga acap kali menjadi limbah tekstil dalam jumlah besar. Dalam studi kasus kali ini, penulis sama sekali tidak menemukan kesulitan dalam mendapatkan kain-kain sisa dan perca di tempat-tempat jahit manapun, golongan menengah ke atas maupun menengah ke bawah semuanya dengan senang hati memberikan secara cuma-cuma kain sisanya yang tidak terpakai karena dengan begitu mereka juga mendapatkan jasa gratis dalam pembersihan tempat kerjanya. Dalam kasus ini, penulis mencari material di lokasi-lokasi besar pusat jahit seperti di pusat jahit Mayestik, Jakarta; daerah penjahit Jalan Tubagus Ismail, Bandung; juga toko-toko kain dan bahan yang banyak memiliki kain tanggung dalam jumlah besar seperti toko bahan dan kain Cipadu, Jakarta; juga toko bahan dan kain di gang Tamim Jalan Otista, Bandung . Dalam hal ini penulis merasa lebih efisien mencari material-material sisa di toko bahan dan kain dengan beberapa pertimbangan seperti bahan sisa yang terdapat di toko bahan dan kain lebih besar permukaannya sedangkan ketika sampai di tangan tukang jahit akan mengalami pemotongan luas yang lebih besar sehingga kain sisa menjadi lebih sedkit dan susah dieksplorasi dengan permukaan yang tidak terlalu luas tersebut. Faktor kedua adalah kain sisa yang terdapat di toko bahan dan kain biasanya lebih layak dikarenakan belum melewati proses produksi apapun selain pengguntingan dan penimbangan juga pengukuran. Tidak terdapat lubang-lubang jahit dan koyakan produksi di permukaannya. Bahan-bahan sisa yang diperoleh sangatlah beragam sehingga kepentingan mendesain pun juga sangat tergantung dari beragamnya bahan sisa yang didapatkan juga teknik eksplorasinya. Mulai dari velvet, tulle, kain jarring sintetis, velt, katun, sifon, dan banyak ragam bahan lainnya.

(4)

Survei dan studi eksplorasi material dan macam-macam teknik selain dipelajari penulis lewat buku-buku dan mengandalkan intuisi artistic juga dipelajari penulis dari wawancara dan pembelajaran langsung ke toko tas “Bagteria” yang terdapat di Plasa Senayan, Jakarta. Toko tas “Bagteria” adalah toko tas yang berorientasi pada pengeksplorasian reka bahan dan sistem menempel atau kolase yang diaplikasikan pada tas-tasnya dengan beragam model dan bentuk. Hasil mengamati, pembelajaran dan wawancara menghasilkan beberapa teknik yang saya pakai dalam eksperimen dan eksplorasi saya. Begitu juga dengan teknik penempelan dan penggabungan beragam material-material tersebut dalam satu media sehingga tetap terjaga kerapihan dan kelayakannya sehingga dapat dipakai dan dipergunakan sebagai busana ataupun aksesoris.

3.4 Klasifikasi Serat Tekstil

Serat tekstil sebagai bahan baku untuk industri tekstil memegang peranan yang sangat penting. Serat tekstil yang digunakan pada industri tekstil ada bermacam-macam jenisnya. Ada yang langsung diperoleh dari alam dan ada juga yang merupakan serat buatan manusia. Sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat menentukan sifat dari bahan tekstil setelah jadi.

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan serat tekstil, tetapi pada umumnya serat tekstil digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu :

1. Serat Alam : serat yang tergolong dalam serat ini yaitu serat yang langsung diperoleh dari alam, serat ini digolongkan lagi menjadi :

a. Serat Selulosa : serat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (contoh : flax, kapas, dan lainnya).

b. Serat Protein : serat yang berasal dari hewan (contoh : sutera, wol, dan lainnya).

c. Serat Mineral : serat yang berasal dari zat mineral alam (contoh : asbes)

(5)

2. Serat Buatan : serat buatan adalah serat yang berasal dari buatan manusia, digolongkan lagi ke dalam dua golongan menjadi :

a. Serat setengah buatan : yaitu serat yang dibuat dari polimer-polimer yang sudah terdapat di alam. Contoh : rayon viskosa, kaseina, dan lainnya.

b. Serat sintetis : serat yang dibuat dari polimer-polimer buatan. Serat sintetis digolongkan ke dalam :

1. Polimer kondensasi : serat yang termasuk ke dalam polimer kondensasi yaitu serat-serat :

1. Poliamida, contohnya serat nylon;

2. Poliester, contohnya serat tetoron, Dacron; 3. Poliuretan, contohnya spandex.

2. Polimer adisi : serat yang termasuk ke dalam polimer adisi yaitu serat-serat :

1. Polihidrokarbon, contohnya serat olefin, polietilena,

dan lainnya;

2. Polihidrokarbon yang disubstitusi halogen, contohnya polivynil khlorida;

3. Polihidrokarbon yang disubtitusi hidroksil, contohnya:

polivynil alcohol; polihidrokarbon yang disubstitusi nitril, contohnya serat akrilat.

(6)

BAB IV

KONSEP DAN PERANCANGAN

4.1 Proses Eksplorasi

Pada proses eksperimen-eksperimen yang dilakukan, material-material kain yang digunakan adalah :

1. Potongan-potongan kain perca sisa. 2. Tile

3. Kulit imitasi

4. Bahan bulu sintetis, dan lain sebagainya

Sedangkan beberapa mix media yang digunakan adalah :

1. Kawat tembaga 2. Manik - manik 3. Jarum jahit

4. Benang jahit katun 5. Benang jahit nylon 6. Selang bening 7. Mutiara imitasi 8. Manik - manik berlian 9. Payet

10. Plastik mika

11. Rantai-rantai perunggu imitasi dan perak imitasi 12. Dan lain sebagainya

(7)

Sedangkan beberapa bahan-bahan yang digunakan sebagai

teknik aplikatif adalah:

1. Cairan Pleads untuk membuat kain menjadi kaku

2. Cat tekstil

3. Cat timbul tekstil atau puffy paint

4. Flocking ungu dan hijau

5. Glitter tekstil

6. Lem tekstil

7. Cat sutra untuk keperluan air brush

Dan lain sebagainya

Gambar 4.1 Gambar 4.2

(8)

Gambar 4.3 Perlengkapan eksperimen

4.1.1 Eksplorasi Reka Latar

Reka latar adalah bentuk perupaan desain permukaan dari sehelai kain. Reka latar hadir karena kaitannya dengan salah satu sifat dasar dan cirri khas dari kain yang menarik yaitu tekstur.

4.1.1.1 Teknik Pengrusakan

Teknik pengrusakan bertujuan memberikan perlakuan lebih sebelum ataupun sesudah barang jadi. beberapa teknik pengrusakan yang saya gunakan adalah teknik gunting dan juga teknik pembolongan ( hole-punched )

4.1.1.1.1 Teknik Gunting (Cutting)

Teknik ini dilakukan dengan merusak permukaan material dengan cara digunting atau dirusak dengan menggunakan cutter atau gunting. Pengguntingan atau perusakan yang dilakukan diharapkan menimbulkan efek tiga dimensi pada permukaan material, tanpa harus dijahit atau ditambah payet dan manik-manik.Setelah perusakan dilakukan maka kita dapat menambahkan beberapa material tambahan untuk memberikan aksen semata-mata.

(9)

4.1.1.1.2 Teknik Pembolongan (Hole-Punched)

Teknik pembolongan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Material dapat kita gunting lebih dahulu sesuai dengan yang diinginkan, atau material dapat kita bolongi dengan teknik pembakaran, atau salah satu cara yang lebih mudah dan lebih rapi untuk dilakukan adalah dengan menggunakan alat bantu solder. Sehingga bolongan yang dihasilkan menjadi lebih rapih dan dapat kita atur sesuai keinginan.

Apabila kita menggunakan solder, keuntungannya adalah kita dapat membentuk suatu motif tertentu sesuai dengan yang kita inginkan diatas material. Atau kita dapat membuat bolongan dengan mengikuti motif material yang sudah ada, jadi motif yang dihasilkan bisa lebih teratur dan terlihat lebih terencana.

4.1.1.2 Teknik Aplikatif

Teknik aplikatif biasanya digunakan sebagai finishing, digunakan untuk menambah nilai estetis sebuah produk.

4.1.1.2.1 Teknik Beading

Teknik beading adalah teknik penambahan material manik-manik dan payet di atas material dengan maksud untuk menambah kemewahan pada material itu sendiri.

Teknik ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Teknik pemasangan atau penjahitan payet pada material dengan sekedar mengikuti alur motif yang telah terdapat di material itu sendiri. Dimana kita tidak merubah komposisi motif yang sudah ada pada material itu sendiri tetapi hanya memperkaya motif yang sudah terdapat di material itu dengan menggunakan payet dan manik-manik.

b. Teknik pemasangan payet dan manik-manik tanpa mengikuti alur motif pada material, tetapi kita merencana motif sendiri diatas material sehingga terjadi efek overlapping antara motif yang telah ada pada material dengan motif payet yang kita

(10)

buat sendiri. Sehingga efek yang dihasilkan akan lebih kaya dibandingkan eksperimen yang pertama tadi.

c. Teknik pemasangan payet dengan cara disebar di seluruh penjuru material, dengan maksud untuk mengubah struktur permukaan material sehingga tidak terlalu halus lagi, dan tetap terasa unsur mewahnya, karena walaupun payet dan manik-manik tidak dipasang secara berdekatan dan beruntun tetapi bila digunakan maka material akan terlihat lebih mengkilap dan memancarkan kelap-kelip yang menyebar.

d. Teknik pemasangan renda, pita ataupun sejenisnya, setelah kain perca disatukan dengan teknik jahit (patchwork). Dimana manik-manik dan payet dipasang diantara gabungan-gabungan kain tersebut sehingga perbedaan antara kain atau renda yang satu dengan yang lainnya akan lebih terlihat. Juga dengan maksud untuk memperhalus efek sambungan kain yang kadang terlihat tidak rapih.

e. Teknik kerut setelah material dieksplorasi dengan teknik jahit terlebih dahulu. Dimana material sudah dikerut hingga menimbulkan efek baru, setelah itu maka payet dan manik-manik dipasang untuk membuat material menjadi lebih hidup dan menarik.

f. Teknik pemasangan payet dengan sistem tumpuk, dengan maksud untuk membuat permukaan renda menjadi lebih beragam sehingga menimbulkan efek lain kearah glamour. Hasil yang didapat dari pemasangan payet dengan cara seperti ini diatas material memberikan efek meriah yang sangat sesuai digunakan untuk kostum panggung.

4.1.1.2.2 Pengaplikasian Mix media

Dalam kasus kali ini saya menggunakan macam-macam mix media yang dapat dipakai dan dibatasi pada sanggup atau tidaknya bahan tersebut melewati proses dry clean. Seperti penggunaan kawat. Kawat yang digunakan untuk eksplorasi ini adalah kawat tembaga

(11)

yang sangat tipis sehingga memungkinkan untuk dipuntir dan disisipkan ataupun ditempelkan pada permukaan material.

Teknik pangaplikasian kawat ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Teknik pengaplikasian kawat dengan cara dililit, dimana kawat tersebut dijadikan motif lilit di atas permukaan material sehingga mempengaruhi tekstur material tersebut dan membentuk apliaksi baru. Kawat yang digunakan pada teknik ini adalah kawat tembaga yang sangat tipis.

2. Teknik pengaplikasian kawat pada material, dengan mengikuti pola yang ada sehingga kawat menjadi unsur penunjang material dan kawat dapat menonjolkan pola-pola tertentu pada material tersebut.

Dan juga pemakaian beragam mix media lainnya yang teknik dan cara aplikasinya sangat beragam seperti yang dapat dijelaskan pada analisa eksperimen satu-persatu.

4.1.1.2.3 Teknik Bordir

Pengertian bordir dibatasi pada teknik produksi tekstil berupa penambahan serat atau benang tambahan pada sehelai kain dengan mempergunakan alat bantu berupa mesin. Adapun mesin yang dipergunakan pada bordir antara lain adalah mesin jahit kaku (kejek) atau mesin juki (Abdullah, Farid. Teknik Produksi Rajut dan Bordir, Penerbit ITB).

4.1.1.2.4 Teknik Foil dan flocking

Teknik Foil dan flocking dilakukan dengan menggunakan foil dan flocking atau kertas lekat yang diaplikasikan pada permukaan material yang telah dibubuhi lem tekstil sebelumnya dan diberi perlakuan panas oleh setrika untuk memungkinkannya menempel secara permanent pada material. Dalam eksplorasi kali ini saya banyak menggunakan foil berwarna merah dan juga flocking berwarna ungu dan hijau untuk mengejar kesan warna-warni yang diharapkan.

(12)

4.1.1.2.5 Teknik Cat Timbul atau Puff Paint

Teknik cat timbul atau Puff Paint menggunakan cairan Puff Paint. Pada dasarnya cairan tersebut berwarna putih sehingga apabila kita ingin memberikan efek warna tertentu maka kita dapat mencampurkannya dengan cairan sablon.

setelah motif kita bentuk maka kita beri panas melalui media hair dryer kurang lebih sampai dia mengembang dengan sempurna.

4.1.1.3 Teknik Jahit

Teknik jahit didefinisikan sebagai teknik yang menggunakan jarum dan benang sebagai salah satu pengerjaannya. Teknik jahit yang dilakukan adalah teknik jahit dengan jarum dan benang sehingga merubah struktur permukaan material yang tadinya flat. Dengan tujuan untuk memperkaya struktur renda itu sendiri sehingga menampilkan efek lain.

Adapun beberapa teknik yang dilakukan, yaitu : a. Teknik Jahit Kerut

Yang dilakukan dengan cara mengerutkan permukaan material sehingga tercipta struktur baru dari material tersebut. Teknik ini saya lakukan tidak hanya menggunakan kain saja tapi beberapa material lain seperti jaring.

b. Teknik Jahit Lilit

Dimana material dijahit di atas material lain lagi tetapi dengan dililitkan telebih dahulu. Jadi terlihat lebih ekspresif dan memberikan kesan 3 dimensi.

c. Teknik Jahit Liku-liku

Material dijahit secara berbelok-belok sehingga berkesan sangat ramai dan tidak teratur. Dan secara tidak langsung struktur material pun menjadi lebih kasar dan berubah.

4.1.1.4 Teknik Tempel

Teknik tempel adalah teknik yang menempelkan dan menyusun-nyusun potongan motif material yang telah digunting satu persatu atau

(13)

potongan material kain lain ataupun bukan kain, ditempelkan kembali di material lainnya lagi sehingga menghasilkan kesan tiga dimensi yang bertumpuk-tumpuk.

4.1.1.5 Teknik Kolase

Teknik kolase ini adalah teknik penggabungan beberapa macam teknik di dalam suatu eksplorasi. Teknik kolase yang dilakukan ada beberapa macam, yaitu :

a. Teknik Patchwork dan Fabric Collage

Adalah teknik yang menggabungkan beberapa kain, renda dan material lainnya dengan material yang bebeda pula dengan cara dijahit sehingga membentuk suatu kain baru yang tidak serupa dengan kain-kain sebelumnya tetapi tetap indah dilihat dan mengutamakan unsure estetis. Dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah teknik penggabungan beberapa jenis kain dan material yang berbeda tanpa terlihat asal-asalan dan tanpa merencana. Dimana ketika digabungkan, hasil akhirnya dapat terlihat serasi dari bebragai macam aspek, seperti komposisi warna, bentuk dan lain sebagainya. Ide ini datang dari konsep daur ulang dan reused dengan memanfaatkan sisa kain ataupun material lainnya agar tidak terbuang sia-sia begitu saja. Tetapi masih dapat dimanfaatkan untuk daur hidupnya yang baru.

b. Penggabungan Beberapa Macam Teknik

Penggabungan ini dilakukan untuk melihat efek keserasian teknik antara satu dengan yang lainnya. Bagaiaman imej dan kesan yang ditimbulkan apabila teknik eksplorasi yang sudah dilakukan digabungkan menjadi satu dalam satu media, yaitu tas wanita. Teknik-teknik yang digabungkan tersebut antara lain :

c. Gabungan antara teknik tempel dengan teknik beading, dan teknik layering dengan menggunakan material lain.

d. Gabungan antara teknik layering dengan teknik jahit kerut. e. Gabungan antara teknik bakar dengan teknik layering.

f. Gabungan antara teknik layering, teknik beading, pengaplikasian mix media dan teknik jahit kerut.

(14)

g. Gabungan antara teknik layering, teknik jahit sulam, teknik beading dan teknik tempel.

h. Gabungan antara teknik cutting dan teknik gunting.

i. Gabungan antara teknik jahit kerut, teknik layering, dan teknik beading.

4.1.1.6 Teknik Tumpuk (Layering)

Teknik tumpuk ini adalah teknik menumpuk material dengan material lainnya lagi sehingga didapatkan efek overlap dan bentuk-bentuk semu yang transparan karena lapisan-lapisan yang ditimbulkan. Teknik ini dilakukan mengingat material banyak yang digunakan banyak yang memiliki sifat transparan, dan dapat memberikan efek overlap yang bagus apabila digabungkan menjadi satu. Sehingga material dapat terlihat lebih beragam, apalagi bila digunakan material yang saling berbeda warna dan terkadang dapat menimbulkan warna baru dari teknik ini.

4.1.1.7 Pleats

Pleats artinya lipatan ; melipat ( John M. Echolas, Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia )

“Pleats are sharp folds of fabric which are pressed flat and stitched into place on the top edge”( Pamela Stecker, The Fashion Design Manual ).

Pleats adalah lipatan tajam dari kain yang ditekan/dipress dan dijahit pada ujung atas kain.

“Pleats add decorative detail styling. They are formed by folding the fabric back and thus a considerable amount of extra fabric is needed” ( Wendy Gardiner, The Enclopedia of Sewing Techniques ).

Pleats menambah detail yang dekoratif . pleats dibentuk dengan melipat kain kedalam sehingga membutuhkan jumlah kain yang lebih banyak.

Teknik pleats merupakan bagian kecil dari sejarah kostum pakaian, teknik ini digunakan untuk menggabungkan rok dan bagian lengan dengan pinggang, namun hal ini membuat orang bingung akan

(15)

pengertiannya. Karena prosesnya susah untuk dijelaskan dengan kalimat. Perbedaan dan macam teknik pleating terdiri dari Knife pleats, Box pleats, Rolled pleats, Stacked pleats, dan Cartridge pleats sangat membutuhkan ilustrasi dan gambar.

4.1.1.8 Smocking

Istilah kata smock sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu smock yang berarti mengerut. Sesuai dengan namanya, kain bersmock adalah kain yang berkerut-kerut akibat teknik menjahit dengan tarikan-tarikan tertentu.

Smocking secures and adjusts the folds of finelly pleated field of fabric with handstitching. Smocking menahan dan mengatur lipatan dari kain yang telah dilipit dalam lipatan-lipatan rapat dengan jahitan tangan.

Pada dasarnya inti pembuatannya terletak pada cara menjahit, menarik, serta mengikat bahan atau kain menurut aturan dan pola tertentu. Kegiatan jahit-tarik-ikat mati ini dilakukan berulang-ulang sesuai dengan smock yang dikehendaki.

Cara ini menggabungkan bahan ke dalam bentuk kecil-kecil dan digabungkan dengan teknik sulam. Biasanya dikerjakan dengan tangan menggunakan benang, jahitannya membentuk barisan horizontal yang panjang dan dijahit parallel. Cara menjahitnya dimulai pada bagian belakang kain kemudian dijelujur hingga mendapatkan lipatan-lipatan kecil.

Smocking mempunyai rasio 3:1 pada material bahan yang digunakan. Jadi kain yang disiapkan untuk kain yang terdapat teknik smocking di dalamnya haruslah memiliki 3 kali lebih panjang dari ukuran jadinya.

4.1.1.9 Heat- Setting

“This process, in it’s presents connotation, includes establishing permanent plead. The characteristic surface effects of fabric”.

Proses ini, saat ini dapat diartikan menghasilkan lipatan atau pleats yang permanen, dan menimbulkan efek tiga dimensi sebagai

(16)

karakteristik pada permukaan kain. Sehingga teknik ini dapat dikatakan sebagai teknik pendukung dari terciptanya tekstur permukaan kain.

4.1.1.9.1 Setrika

Dari keseluruhan teknik heat-setting, teknik setrika adalah yang termudah karena selain lebih praktis juga digunakan pada jenis kain yang apabila direbus atau dikukus akan luntur. Juga teknik ini dapat membantu pembuatan tekstur dengan menekan pada kain yang telah dibentuk agar terciptanya tekstur kain.

4.2 Aplikasi Hasil Eksplorasi Pada Karya Akhir

Dibawah ini saya jabarkan hasil keterangan hasil eksplorasi dan juga gAMbar hasil eksperimen yang telah saya lakukan.

4.2.1 Analisis Hasil Eksperimen

Perkiraan teknik yang banyak digunakan pada rancangan karya akhir adalah teknik-teknik di bawah ini:

a. Jahit

b. Teknik Teknik Tempel c. Teknik gunting

d. Teknik Kolase

e. Teknik Tumpuk (Layering)

(17)

1. Eksperimen ini merupakan ekplorasi dari kain-kain perca yang dibentuk dengan cara dipilin-pilin memanjang sehingga menyerupai bentuk akar. Kain brokat yang digunakan sebagai latar belakangnya kemudian dirusak dengan teknik heat-setting menggunakan solder

sehingga membentuk robekan-robekan berpola.

2. Eksperimen ini merupakan gabungan dari modul-modul yang dibentuk dari kain-kain perca yang dibungkus dengan satin berwarna putih yang dibolongi. Efek modul-modul yang tidak seragam ini menghasilakn varian efek yang berbeda-beda sehingga meminimalisasi kemonotonan.

(18)

3. Eksperimen ini juga merupakan gabungan dari modul-modul yang dibentuk dari potongan-potongan kain yang dipotong bulat-bulat dan ditumpuk menjadi satu. Modul-modul ini kemudian dipangkas lagi sehingga menimbulkan efek ulir-ulir.

4. Eksperimen ini merupakan eksperimen yang tadinya ingin mengejar efek nirmana. Merupakan eksperimen pertama penulis pada eksplorasi teknik kolase

5. Eksperimen ini merupakan eksplorasi teknik cabut serat yang mempergunakan aplikasi bordir lagi di atasnya. Efek tipis yang dihasilkan karena cabut serat menimbulkan kesan berbeda-beda volume sehingga kain yang dihasilkan tidak terlihat flat.

(19)

6. Eksperimen ini mempergunakan eksplorasi jahit mesin kerut di atas sifon bermotif polkadot. Di atasnya ditambahkan aplikasi pita berwarna emas.

7. Kain perca yang ditumpuk lapisan kain tile yang berbeda-beda warna sehingga menimbulkan kesan transparan. Di atasnya ditambahkan aplikasi dari eksplorasi teknik jahit mesin dengan berbagai macam bentuk jahitan.

(20)

8. Eksperimen ini merupakan haisl dari kain perca yang dibentuk seperti bola-bola kemudian dibungkus kain brokat dan digabungkan menjadi satu komposisi.

9. Eksperimen ini merupakan hasil dari kain perca bahan kaos yang digunting memanjang dan dikepang dengan campuran berbagai warna. Kepangan ini kemudian diuntir-untir sehingga membentuk bulatan-bulatan yang dapat disesuaikan ukurannya.

(21)

10. Merupakan eksperimen yang terbentuk dari pilinan-pilinan kain perca yang dipilin dengan menggunakan kawat berwarna-warni. Kain-kain pilinan ini pun lalu diaplikasikan dengan komposisi yang tidak teratur di atas kain brokat.

11. Merupakan eksperimen dari kain-kain perca yang digunting membentuk pola-pola motif tertentu. Guntingan motif-motif ini pun l alu diaplikasikan diatas sebuah kain polos.

(22)

12. Kain perca polyester yang dibentuk dengan rank kawat. Kain disusupi ke dalam rank kawat tersebut lalu di panaskan dengan hair dryer. Ketika dilepaskan lalu kain polyester ini pun membentuk cetakan kotak-kotak mengikuti rank kawat tadi.

13. Merupakan eksperimen dari kain perca yang dipotong bulat. Kain-kain ini pun lalu dijahit kerut dengan jahit tangan.

(23)

Hasilnya menyerupai hasil smok namun dihasilkan dari jahitan tangan.

14. Kain-kain perca yang dipotong - potong persegi panjang. Potongan ini kemudian dikomposisikan kembali dengan warna yang berbeda-beda namun tidak dijahit neci agar dapat menghasilkan efek berantakan.

(24)

15. Eksperimen ini merupakan gabungan dari modul-modul kain perca yang dibungkus dengan kain batik. Di bagian tengah kain ini dijahitkan tali-tali yang membagi lingkaran ini menjadi beberapa bagian.

16.Merupakan gabungan dari eksperimen modul sumbu kompor yang diuntir-untir digabung dengan modul kain bulat yang dijahit menumpuk. Eksperimen ini kemudian diaplikasikan di atas kain satin berwarna kuning mengkilat.

(25)

17. Kain ini merupakan eksperimen yang hampir menyerupai quilting. Kain diisi dengan lapisan dacron lalu dijahit dengan kain lagi diatasnya secara horisontal, vertikal maupun diagonal dengan jarak yang tidak sama. Di pinggirnya diaplikasikan kain tile yang

dijahit kerut kemudian digunting sisa kainnya sehingga menimbulkan rumbaian kecil-kecil di sisi-sisinya.

18. Mempergunakan teknik smok dan aplikasi cat puff. Aplikasi flocking juga dipergunakan di kain ini.Setelah itu di atasnya diberikan aplikasi tile yang dilipat-lipat sedemikian rupa lalu dijahit lagi di atasnya beserta benang-benangyang tidak beraturan.

(26)

19. Merupakan pengembangan dari bola-bola dengan kain batik tadi. Namun modul-modul ini merupakan pengembangannya. Dapat terlihat dari jumlah bagiannya yang sudah teratur dan seragam yaitu per lima bagian. Terinspirasi dari stilasi buah manggis.

20. Eksplorasi whit on white. Bagian bawah mempergunakan teknik quilting dengan motif paisley dan ditindih dengan modul bola-bola dari kain perca putih yang dibungkus lagi sehingga membentuk bola-bola.

(27)

21. Merupakan eksperimen teknik quilting dari perca kain thai silk dan tile berglitter. Motif-motif paisley digunting-gunting di atas kain yang berbeda-beda sehingga memberikan efek komposisi YANG unik ketika digabungkan di atas kain-kain perca tadi.

22. Mempergunakan modul-modul kain bulat-bulat yang ditumpuk seperti beberapa eksperimen di atas. Modul-modul ini lalu diaplikasikan di atas kain organdi yang dibolongi dengan solder dengan bentuk polkadot-polkadot. Di atasnya lalu diberikan aplikasi jahitan mesin dengan komposisi yang tidak beraturan.

(28)

23. Merupakan eksplorasi teknik steam di atas kain perca.

(29)

Penggabungan stilasi bentuk akar yang dibentuk melingkar yang dikomposisikan dengan stilasi bentuk manggis. Komposisi ini menghasilkan gabungan-gabungan modul yang tidak seragam mulai dari ukuran modul dan jenis modulnya sendiri.

(30)

Kain ini merupakan perpaduan dari beragam teknik yang digabungkan kembali menjadi satu kesatuan yang unik. Perbedaan teknik, corak dan warna yang terjadi disini menimbulkan efek ramai dan padat dikarenakan minimalisasi keseragaman.

Beberapa foto proses kerja :

Eksperimen ini merupakan gabungan dari modul-modul kain yang dipotong bundar-bundar dan dijahit tumpuk sehingga menimbulkan kesan berlapis-lapis yang padat. Satuan modul ini pun digabungkan dalam satu

(31)

komposisi yang kemudian disamarkan oleh kain tile warna biru yang diberi aplikasi jahitan besar-besar.

Eksperimen berikut adalah eksplorasi teknik pleats untuk memberikan kesan kotak-kotak yang diaplikasikan sebagai reka latar pada kain organdi berwarna pink.

ksperimen berikut merupakan stilasi dari buah manggis yang dibentuk E

dari kain perca yang kemudian dibungkus kain tile. Modul-modul ini kemudian dibentuk menjadi 5 sisi yang diikat dengan benang sehingga menyerupai buah manggis dan daun yang terdapat di kepalanya.

(32)

Eksperimen ini merupakan eksplorasi teknik pilin yang dibentuk dari stilasi bentuk akar yang kemudian ditenun ulang dan diberi aplikasi puff paint atau cat timbul di atasnya sehingga menimbulkan efek tiga dimensi.

(33)

Eksperimen berikut merupakan campuran dari kain satin warna pink dan kain tile berwarna dengan glitter berwarna biru muda dan kuning yang diberi aplikasi potongan perca yang dipotong membentuk motif paisley. Aplikasi kain perca juga digunakan kembali dengan cara didiuntir sehingga menyerupai bentuk kelopak bunga.

(34)

Proses kerja dengan teknik heat setting setrika panas untuk memanaskan aplikasi puff agar cairan ini menjadi mengembang dan menimbulkan efek tiga dimensi.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengeksplorasian terhadap material-material dengan eksperimen-eksperimen reka latar dan teknik kolase, dengan media tas wanita, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Dalam proses eksplorasi ini telah diterapkan beberapa teknik pengolahan material dengan mengenali karakteristik material tersebut sebelumnya, untuk memanfaatkan potensi material yang belum terolah.

2. Dari proses eksplorasi material, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter material kain yang berbeda-beda dan cendrung memiliki teksturnya masing-masing akan menjadi lebih kaya apabila diolah kembali dengan beberapa teknik reka latar seperti yang saya kemukakan di atas. Setiap teknik yang dilakukan akan memberikan efek yang berbeda pada material, sehingga selalu membuat suatu tekstur yang baru pada material yang berbeda dengan teknik yang berbeda.

3. Beberapa eksperimen dengan menggunakan teknik aplikasi akan menciptakan imej yang berbeda-beda pada setiap karakter material yang berbeda. Baik pengaplikasian dengan tambahan material kawat, payet ataupun menik-manik pada karya.

4. Penerapan teknik kolase pada karya cenderung berhasil membantu perwujudan teknik 3 dimensi kedalamnya atau keluar dari batas dan menjauhi istilah konvensional. Ketika penyatuan material-material tersebut pada suatu media tas wanita ( teknik

(36)

kolase ) dilakukan, maka akan didapat efek tekstur 3 dimensi yang sangat menarik pada material tersebut.

5. Penerapan material mix media nontekstil seperti kawat dan plastik sebagai material alternatif, membuat suatu sensasi tersendiri dimana kain-kain ataupun material lain selain kain ketika disatukan menjadi lebih melebur dan menjadi lebih menarik.

6. Keserasian penerapan dan peletakan hasil eksplorasi berbagai teknik dan berbagai material tersebut sebagai bagian dari teknik dan bahan kolase pada karya akhir akan meningkatkan nilai ekonomis material-material yang sebelumnya adalah material sisa dan buangan dan akan meluaskan ruang lingkup fungsi material-material bekas dan sisa.

7. Perancangan sketsa awal karya akhir merupakan hasil dari sebuah proses desain yang mencakup pengumpulan data dan analisis. Analisis karakteristik, analisis material, proses eksplorasi dan proses perancangan. Proses-proses ini menghasilkan perupaan material dengan fungsi yang menjadi jauh lebih luas dengan nilai estetis yang lebih baik dan jauh lebih unik apabila dibandingkan dengan material-material baru yang sudah tersedia di pasaran dan juga tingkat ekslusifitas yang tinggi, hal tersebut terlihat jelas pada pengerjaan tangan langsung untuk menghasilkan material ini sehingga produksinya hanya sedikit dan dikerjakan secara detail dan jauh dari industrialisasi.

5.2 Saran

1. Proses eksplorasi yang dilakukan akan lebih optimal apabila didukung oleh keterampilan dan ketersediaan waktu dan fasilitas yang memadai, mengingat dalam percobaan akan selalu mengikutsertakan kegagalan.

2. Dari hasil eksplorasi terbukti bahwa sebenarnya material-material yang kita anggap remeh dan kurang potensial dan seperti sampah dan bahan sisa sehingga tidak pernah menarik

(37)

orang untuk mengolahnya secara lebih lanjut ternyata dapat memberikan hasil baru yang unik dan jauh berbeda dan lebih menarik dibandingkan material-material yang baru. Maka sebaiknya pengeksplorasian material tekstil jangan hanya terbatas pada material yang sudah umum digunakan tetapi bila material-material yang terlihat buangan diolah kembali akan dapat menjadi lebih menarik dengan keunikan karakternya masing-masing.

3. Dengan bertambahnya ragam teknik reka bahan material-material yang beragam tersebut maka alternative bentuk karya-karya akan jauh lebih beragam dan lebih luas jangkauannya karena menimbulkan pemikiran baru kalau kita dapat membuat sesuatu yang baru dari hampir material apapun yang tidak terpakai dengan tetap memperhatikan beberapa faktor seperti kenyamanan pemakai, perawatan karya dan lain sebagainya sehingga nilai estetis dan ekonomis dari material-material sisa dapat lebih ditingkatkan.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Colhester, Chloe. 1991. The New Textiles (trends and tradition). Thames and Hudson Ltd. London.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta, Edisi II

E. Stout, Evelyn. Introduction to Textile. New York State College of Home Economics at Cornell University. New York

Encarta Reference Library 2005.

Frings, Gini Stephen. Fashion From Concept to Consumer

Haldani D, Achmad, MSn. Diktat kuliah Sejarah dan Gaya dalam Fashion Institut Teknologi Tekstil. 1977. Pengetahuan Barang Tekstil. Institut Teknologi Tekstil. Bandung

Jumaeri, dkk. 1977. Pengetahuan Barang Tekstil, Institut Teknologi Tekstil.

M. Echols, John; Shadily, Hassan, 1992. Kamus Indonesia-Inggris. PT. Gramedia. Jakarta.

Magazine, 2003, Martingale and Company, Australia. Majalah Dewi Koleksiana, 2005, Edisi Tahunan Mode. Majalah Dewi Koleksiana, 2006, Edisi Tahunan Mode.

Murray, Peter and Linda. 1959. A Dictionary Of Art and Artist. Penguin Books Ltd, Australia

Wiley, John and Sons. 1978. Encylopedia Of Textile. USA

Wulandari, RD. Ramia. 2006. Eksplorasi Tekstur Permukaan Kain www.fashionera.com

www.purcell.com http://www.refalo.com www.romanfr.com

(39)

www.textile.web.id http://www.whiteworks.com www.google.com www.oilyly.com www.style.com www.bagteria.com www.noanoa.com www.freeweb.com www.fredflare.com,

(40)

LAMPIRAN

Berikut ini saya lampirkan hasil sketsa, foto, dan juga bukti asistensi selama pengerjaan tugas akhir berlangsung.

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Gambar

Gambar 4.1                                    Gambar 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Area Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan untuk analisis adalah data mindset berwirausaha (percaya diri, tanggung jawab dan berpikir kreatif) dan hasil belajar siswa

Jumlah hasil laporan aset di perkotaan dan perdesaan pada prasarana dan sarana permukiman yang diinventarisasi dan pendataan / perencanaan desa ideal di wilayah Kecamatan Panceng.

Alpriany (2011) menambahkan pengertian SMRS yaitu Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur

Bila hasil tersebut dibandingkan dengan data dari literatur yang menyatakan bahwa spesifikasi minyak biji alpukat yang meliputi densitas 0,91- 0,925 gr/cc; indeks bias

Daat dilihat dari kedua su%jek disini$ mereka mendaatkan motivasi  %elajar dari suatu aa &ang diinginkan$ disini ada su%jek I dia mendaatkan

( yakinkan sebelah bawah pelat telah dilindungi dengan cat sejenis palstic asphalt atau taffcote ). 3) Periksa kondisi mesin las , kalibrasi current outputnya dan sifat

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan bulan Agustus Tahun Dua Ribu Enam Belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini, Pokja IV Pelelangan Jasa Konsultansi ULP Kab,