• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGELOLAAN PERIKANAN HIU BERBASIS EKOSISTEM DI PULAU BANGKA BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN DIUSULKAN OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGELOLAAN PERIKANAN HIU BERBASIS EKOSISTEM DI PULAU BANGKA BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN DIUSULKAN OLEH :"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGELOLAAN PERIKANAN HIU BERBASIS EKOSISTEM DI PULAU BANGKA

BIDANG KEGIATAN : PKM-PENELITIAN

DIUSULKAN OLEH :

Raju Muslimin 2061311031 ANGKATAN 2013 Ketua Pelaksana Ilhafuroihan Aprili A 2061311016 ANGKATAN 2013 Anggota Pelaksana Riski Eka Arifianto 2061311033 ANGKATAN 2013 Anggota Pelaksana Merry Azhari 2061311026 ANGKATAN 2013 Anggota Pelaksana

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PANGKALPINANG

(2)
(3)

iii DAFTAR ISI

Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Daftar Isi ... iii

Ringkasan ... iv BAB I. Pendahuluan ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3.Tujuan ... 2 1.4.Kontribusi ... 2

BAB II. Tinjauan Pustaka ... 2

2.1. Klasifikasi Hiu ... 2

2.2. Morfologi ... 4

2.3. Anatomi ... 5

2.4. Biologi Reproduksi ... 7

2.5. Distribusi Hiu ... 7

2.6. Makanan dan kebiasaan makan ... 8

BAB III. Metodologi ... 8

3.1. Waktu dan Tempat ... 8

3.2. Alat dan bahan ... 9

3.3. Pengambilan data ... 9

3.4. Analisis Data ... 9

BAB IV. Biaya dan Jadwal Kegiatan ... 9

Daftar Pustaka ... 10

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan pembimbing ... 11

2. Justifikasi Anggaran ... 16

3. Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas ... 17

(4)

iv RINGKASAN

Tingkat pemanfaatan hiu di Indonesia sampai saat ini belum bisa dipastikan karena minimnya data yang tersedia di beberapa lokasi pendaratan ikan. Hiu yang merupakan hasil tangkapan sampingan (by-catch) di beberapa daerah seringkali tidak dilaporkan sehingga tidak diketahui dengan pasti jumlah, ukuran panjang, bobot maupun jenisnya yang tertangkap. Perkembangan kegiatan pengolahan hiu sampai saat ini juga belum terdata dengan baik, akibatnya distribusi peredaran olahan hiu di Indonesia juga belum diketahui. Pulau Bangka sebagai bagian dari Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi perikanan laut yang besar, termasuk didalamnya adalah ikan hiu. Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan penelitian “Pengelolaan Perikanan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka”.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” ini memiliki rumusan masalah 1). Bagaimanakah kondisi terkini mengenai pengelolaan dan pemanfaatan perikanan hiu di Pulau Bangka, 2). Bagaimanakah peluang dan tantangan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan hiu di pulau Bangka dengan memberikan evaluasi berdasarkan standar pengelolaan perikanan berbasis ekositem (EBFM), 3). Bagaimanakah strategi pengelolaan perikanan hiu di pulau Bangka.

Hasil penelitian diharapkan bisa memberi gambaran mengenai kondisi perikanan hiu di pulau Bangka saat ini. Penelitian juga diharapakan bisa memberikan rekomendasi untuk pengelolaan perikanan hiu di pulau Bangka berdasarkan kaidah-kaidah Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem (EBFM), agar pemanfaatan perikanan hiu lebih bertanggungjawab dan berkelanjutan.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan pembahasan secara deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, wawancara, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” ini akan dilaksanakan selama 4 bulan pada 5 (lima) pelabuhan di pulau Bangka yaitu 1). Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, 2). PPI Muara Sungai Baturusa Pangkalpinang, 3). PPI Kurau Bangka Tengah, 4). PPI Sadai Bangka Selatan dan 5). PPI Muntok Bangka Barat.

(5)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hiu atau yang dikenal juga dengan cucut (shark) termasuk golongan ikan bertulang rawan (Elasmobranchi). Hiu memiliki karakter biologis yang spesifik seperti berumur panjang, fekunditas rendah, dan menghasilakn jumlah anakan yang sedikit, lambat dalam mencapai matang kelamin dan pertumbuhannya lambat, sehingga ketika adanya penangkapan berlebihan yang dilakukan akan sulit untuk bereproduksi kembali. Hiu juga merupakan salah satu predator yang ada dilautan. Hiu berada pada tingkat atas dari rantai makanan yang menentukan keseimbangan dan mengontrol jaring-jaring makanan yang kompleks di bawah mereka. Hiu sebagai predator teratas, mengontrol populasi hewan laut dalam rantai makanan. Ikan dan organisme laut di samudera saling tergantung satu sama lainnya untuk bertahan hidup. Sebagai predator tingkat atas, hiu memastikan terkendalinya populasi ikan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Populasi hiu yang sehat dan beragam berperan penting untuk menyeimbangkan ekosistem laut, termasuk menjaga kelimpahan ikan-ikan yang memiliki nilai ekonomis lainnya (www.wwf.or.id).

Hiu di Indonesia pada awalnya merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch), yang tidak secara sengaja ikut tertangkap (incidental catch) dari beberapa alat tangkap seperti rawai tuna (tuna long line) dan jaring insang (gillnet). Kegiatan penangkapan hiu di Indonesia khususnya di Laut Jawa menurut Widodo (2000) diacu dalam Rahardjo (2007) telah berkembang sejak tahun 1970. Penangkapan ikan hiu saat ini telah dilakukan secara intensif, meskipun sebagai hasil tangkapan sampingan.

Tingkat pemanfaatan hiu di Indonesia sampai saat ini belum bisa dipastikan karena minimnya data yang tersedia di beberapa lokasi pendaratan ikan. Hiu yang merupakan hasil tangkapan sampingan (by-catch) di beberapa daerah seringkali tidak dilaporkan sehingga tidak diketahui dengan pasti jumlah, ukuran panjang, bobot maupun jenisnya yang tertangkap. Perkembangan kegiatan pengolahan hiu sampai saat ini juga belum terdata dengan baik, akibatnya distribusi peredaran olahan hiu di Indonesia juga belum diketahui. Hiu merupakan salah satu spesies ikan yang terancam punah. meningkatnya jumlah permintaan sirip hiu dan produk-produk hiu lainnya telah menyebabkan terjadinya penangkapan besar-besaran terhadap hiu. Penangkapan hiu di Indonesia selama kurun waktu tahun 2000-2010 rata-rata sebesar 106.288 ton/tahun (FAO, 2012 diacu dalam Lack and Sant, 2012). Jumlah produksi tersebut menyumbang 13,1% dari jumlah produksi hiu total dunia yang dilaporkan. Indonesia merupakan negara penangkap hiu terbesar di dunia. Sebelum tahun 2005, FAO (2012) mencatat hanya ada dua kelompok spesies yang tertangkap di Indonesia. Sekarang, terdapat satu spesies dan 10 kelompok spesies yang tertangkap dan Pulau Bangka sebagai bagian dari Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi perikanan laut yang besar, termasuk didalamnya adalah ikan hiu. Dalam pengamatan awal dipasar, terdapat perdagangan daging ikan hiu dalam jumlah cukup banyak sebagai bahan baku konsumsi rumah tangga. Perdagangan daging ikan hiu di pasar kota Pangkalpinang ini menarik minat mempelajari lebih mendalam tentang keberadaan dan tangkapan ikan hiu di pulau Bangka.

(6)

2 Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan penelitian yang dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan penangkapan hiu yang ada di beberapa lokasi pendaratan ikan di Pulau Bangka sehingga dapat dirancang tindakan pengelolaan dan penentuan peraturan (regulasi) yang akan dilakukan ke depan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan hiu di Indonesia. Maka disusunlah penelitian “Pengelolaan Perikanan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi terkini mengenai pengelolaan dan pemanfaatan perikanan hiu di Pulau Bangka

2. Bagaimanakah peluang dan tantangan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan hiu di pulau Bangka dengan memberikan evaluasi berdasarkan standar pengelolaan perikanan berbasis ekositem (EBFM).

3. Bagaimanakah strategi pengelolaan perikanan hiu di pulau Bangka. 1.3. Tujuan Kegiatan

Penelitian “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Menganalisa kondisi terkini mengenai pengelolaan dan pemanfaatan perikanan hiu di Pulau Bangka

2. Menganalisa peluang dan tantangan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan hiu di pulau Bangka dengan memberikan evaluasi berdasarkan standar pengelolaan perikanan berbasis ekositem (EBFM).

3. Menyusun strategi pengelolaan perikanan hiu di pulau Bangka. 1.4. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bisa memberi gambaran mengenai kondisi perikanan hiu di pulau Bangka saat ini. Penelitian juga diharapakan bisa memberikan rekomendasi untuk pengelolaan perikanan hiu di pulau Bangka berdasarkan kaidah-kaidah Pengelolaan Perikanan Berbasis Ekosistem (EBFM), agar pemanfaatan perikanan hiu lebih bertanggungjawab dan berkelanjutan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Hiu

Ikan hiu adalah sekelompok (super ordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang ( kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya ) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.

(7)

3 Hiu mencakup spesies dari yang berukuran sebesar telapak tangan yaitu hiu pigmi (Euprotomicrus bispinatus)yang merupakan sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus (Rhincodon typus) ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter seperti ikan paus dan hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya.

Berdasarkan garis evolusinya, kelas ikan bertulang rawan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Holocephalii dan Elasmobranchii (Compagno, 2001). Holocephalii merupakan kelompok yang terdiri dari chimaeras, ratfishes, elephant fishes, seluruhnya sekitar 50 jenis berukuran kecil yang hidupnya bergerombol membentuk suatu kelompok di perairan dalam yang dingin (Stevens, 2003 dalam Imam Musthofa, 2011). Sedangkan Elasmobranchii merupakan kelompok yang terdiri dari ikan hiu dan pari, kelompok ini mempunyai tingkat keanekaragaman yang tinggi serta dapat ditemukan di berbagai kondisi lingkungan, mulai dari perairan tawar hingga palung laut terdalam dan dari daerah laut beriklim dingin sampai daerah tropis yang hangat (Compagno, 2001).

Ayotte (2005) menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 400 spesies hiu di dunia. Berdasarkan katalog FAO, ikan hiu dapat diklasifikasikan dalam delapan ordo, dengan tiga puluh famili yang mewakili berbagai spesies yang ada di dunia.

Klasifikasi hiu menurut Compagno (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Vertebrata Kelas : Pisces

Sub Kelas : Chondrichthyes Ordo 1 : Hexanchiformes

Famili : 1.1. Chlamydoselachidae 1.2. Hexanchidae Ordo 2 : Squaliformes

Famili : 2.1. Echinorhinidae 2.2. Squalidae 2.3. Oxynotidae Ordo 3 : Pristiophoriformes Famili : 3.1. Pristiophoridae Ordo 4 : Squantiformes Famili : 4.1. Squantinidae Ordo 5 : Heterodontiformes Famili : 5.1. Heterodontidae Ordo 6 : Orectolobiformes

Famili : 6.1. Parascylidae , 6.2. Brachaeuliridae, 6.3. Orectolobidae, 6.4. Hemiscylidae, 6.5. Stegostomatidae, 6.6. Ginglymostomatidae, 6.7. Rhiniodontidae

Ordo 7 : Lamniformes

Famili : 7.1. Ondotaspididae, 7.2. Mitsukurinidae , 7.3. Pseudocarchariidae 7.4. Megachasmidae, 7.5. Alopiidae, 7.6. Cetorhinidae, 7.7. Lamnidae Ordo 8 : Carcharhiniformes

Famili : 8.1.Scyliorhinidae, 8.2.Phoscylidae, 8.3.Pseudotriakidae, 8.4.Leptochariidae, 8.5. Triakidae, 8.6. Hemigaleidae, 8.7.Carcharhinidae, 8.8. Sphyrnidae

(8)

4 Indonesia memiliki 117 jenis hiu dari 400-an jenis hiu yang ada di dunia. Dari jumlah spesies yang besar tersebut, saat ini hanya empat spesies yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/KEPMEN-KP/2013 karena dinilai hampir punah yaitu Pari manta (Manta birostris dan Manta alfredi), hiu martil / Hammerhead (Sphyrna leweni, S. mokarran dan S. zygaena), dan hiu koboy/ Oceanic whitetip (Carcharhinus longimanus). Satu spesies lain yang sudah berstatus dilindungi adalah hiu gergaji.

2.2 Morfologi

Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, infeksi yang disebabkan oleh parasit, dan

untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi, yang proses pergantiannya berlangsung terus sepanjang hidupnya (Nontji, 1987).

Ikan hiu adalah ikan yang bertulang rawan (Elasmobranchii), tanpa adanya tulang sejati meskipun tulang rawan ini kadang diperkuat oleh pengapuran (calcification) yang mencakup 250 spesies yang terdapat baik di samudra maupun perairan air tawar (Last dan Stevens, 1984). Ikan hiu biasanya mempunyai bentuk tubuh yang lonjong dan memanjang seperti torpedo, bagian ekor sedikit banyak berujung runcing, dan cuping atas dari ekornya kerap kali menjadi jauh lebih berkembang dari cuping bawahnya. Karakteristik yang sangat jelas, ikan hiu tidak mempunyai penutup insang dan tidak mempunyai lembaran-lembaran sisik yang pipih.

Celah insang ikan hiu terletak di belakang mata pada kedua sisi kepalanya, biasanya berjumlah lima buah, tetapi pada famili Hexanchidae mempunyai enam sampai tujuh celah insang (Compagno, 1984). Untuk melakukan pernapasan, air ditarik masuk melalui mulut dan di pompa ke luar melalui celah insang. Selain itu hiu berenang dengan menggunakan daya dorong yang berasal dari gerakan berkelok-kelok dari badannya, sementara sirip-siripnya yang tidak lentur digunakan sebagai pengendali arah. Sebagian jenis hiu tidak hanya merupakan perenang cepat, tetapi dapat juga melompat keluar permukaan air.

Hiu tidak mempunyai gelembung renang, dan karena badannya lebih berat dari pada massa air, maka ikan ini harus terus-menerus berenang agar tidak tenggelam. Sejalan dengan perkembangan evolusinya, ikan hiu mempunyai bentuk badan langsing dan sisik dadanya yang besar berfungsi sebagai hidrofoil,sehingga memberinya daya apung yang cukup besar. Beberapa jenis ikan hiu menghabiskan sebagian waktu tertentunya untuk beristirahat di dasar air, contoh dari jenis ikan hiu ini adalah Steggostoma fasciatum. Sedangkan jenis yang lainnya menghabiskan seluruh masa hidupnya untuk menjelajah di kolom air atau dekat permukaan laut, dan jenis ini mempunyai ciri khas sirip ekor bagian bawah yang lebih kecil, sirip anal dan sirip punggung kedua yang kecil, serta sirip dada yang berbentuk bulan sabit, contoh dari jenis ini adalah hiu mako (Isurus oxyrinchus) (Hoeve, 1988 dalam Imam Musthofa, 2011).

Ada 6 jenis sirip hiu, yang mempunyai fungsi penting untuk hiu. Sirip hiu kaku dan tidak lentur serta di topang oleh tangkai yang terbuat dari tulang rawan yang keras. Tanpa siripnya, hiu tidak akan dapat berenang dan juga bertahan hidup. Sirip pada hiu mempunyai dua fungsi utama : 1) menahan hiu tidak terguling, hal ini karena hiu mempunyai satu atau dua sirip punggung (dorsal fin) yang menjaga keseimbangan tubuh hiu, demikian juga sirip

(9)

5 dubur (anal fin) dan sirip panggul (pelvic fin) yang mempunyai peranan yang sama. 2) membantu mendorong dan mengarahkan gerak hiu, sirip dada (pectoral fin) mampu mengangkat hiu pada saat berenang dan mencegah tenggelam serta mencegah hiu terombang-ambing dan bergerak tidak stabil, sedangkan sirip ekor ( caudal / tail fin) membantu hiu bergerak kedepan (Ayotte, 2005).

Gambar 1. Anatomi Ikan Hiu. (Atas) Bagian Anterior, (Tengah) Sirip Punggung, (Bawah) Bagian Bawah Kepala

2.3 Anatomi Hiu

Tubuh ikan Hiu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala., badan dan ekor. Pada bagian kepala terdapat indra penglihatan yaitu mata yang mirip mata lainvertebrata, yaitu adanya lensa, kornea dan retina, penglihatan mereka dengan disesuaikan dengan lingkungan laut dengan bantuan sebuah jaringan yang disebut tapetum lucidum. Kondisi tersebut dapat menggerakkan pupil seperti manusia dimana tidak terjadi pada ikan lainnya. Indra penciuman tajam, respirasi melalui insang. Terdapat 5-7 pasang celah insang di samping tubuh. Pada bagian badan terdapat sirip dorsal dan pectoral, sedangkan pada bagian ekor terdapat sirip pelviks, sirip anal, sirip prekaudal, dan kaudal. Hiu mempunyai ekor yang sangat khas. Ekor (sirip caudal) hiu sangat bervariasi antara spesies dan disesuaikan

(10)

6 dengan gaya hidup ikan hiu. Ekor menyediakan dorong dan begitu kecepatan dan percepatan bergantung pada bentuk ekor. Bentuk ekor yang berbeda telah berkembang dalam hiu disesuaikan untuk berbagai lingkungan. Selain itu terdapat clasper pada ikan hiu jantan sebagai organ reproduksinya.

2.3.1. Anatomi Internal

Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago. Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.

Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.

Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus bergerak maju seperti ikat pinggang.

Kerangka hiu sangat berbeda dibandingkan dengan ikan-ikan bertulang seperti misalnya ikan kod, karena terbuat dari tulang muda (tulang rawan), yang sangat ringan dan lentur, meskipun tulang muda di ikan-ikan hiu yang lebih tua kadang-kadang sebagian bisa mengapur, sehingga membuatnya lebih keras dan lebih seperti tulang.

Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik hiu serta butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut “tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.

Kerangka sirip hiu memiliki bentuk yang memanjang dan lembut serta tidak bersegmen, yang bernama ceratotrichia, filament protein keratin elastis yang menyerupai tanduk di rambut dan bulu. Kebanyakan hiu memiliki delapan sirip. Hiu hanya bisa menjauh dari benda-benda yang berada di depannya karena sirip mereka tidak memungkinkan mereka untuk bergerak menuju ekor pertama mereka.

2.3. Biologi Reproduksi

Ikan hiu umumnya lambat mencapai kedewasaan seksualnya dan menghasilkan sedikit sekali keturunan dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya yang dipanen. Perkembangbiakkan ikan hiu meliputi persetubuhan dan pembuahan di dalam tubuh betinanya. Pada yang jantan bagian-bagian dari sirip pinggulnya mengalami perubahan menjadi penjepit atau myxopterigia, yang memiliki sebuah alur ke bawah sebagai jalan mengalirnya sperma. Selain itu juga memiliki sebuah kait atau lebih yang digunakan untuk mengkait kloaka dari betinanya selama kawin. Sebuah atau ke dua buah penjepit itu dapat

(11)

7 dimasukkan, sementara yang jantan melingkarkan badannya ke badan betinanya atau mengimpitkan badannya dengan erat sekali. Suatu gerakan berirama lembut dari daerah ekornya kadang-kadang dapat diamati. Pembuahan berlangsung di bagian depan di saluran telur maupun di kelenjar kulit telur. Disaluran itulah telur-telur dilapisi dengan pembungkus yang pada spesies lainnya berupa zat tanduk dan pada spesies lainnya memiliki sulur panjang dari setiap sudutnya, embrionya kemudian menyempurnakan perkembangannya di dasar laut.

Pada spesies yang bersifat ovovivipar, telurnya hanya dilapisi dengan kulit yang sangat tipis oleh kelenjar kulit telurnya dan kemudian diteruskan ke rahim sampai menetas, serta melanjutkan perkembangannya dan kemudian baru dilahirkan. Akan tetapi, pada sebagian spesies, anaknya tetap dipertahankan didalam rahim lebih lama dari pada persediaan kuning telurnya dan berbagai cara digunakan untuk memberi makan anaknya. Pada sebagian spesies lainnya, embrio itu diberi makan dengan bahan yang dikeluarkan dari rahim (air susu rahim) sedangkan beberapa spesies yang lainnya lagi, sebuah tali pusar berkembang dari embrio kekantung kuning telurnya dan yang kemudian menempel ke dinding rahim hingga membentuk ari-ari (plasenta) yang serupa dengan yang dijumpai pada mamalia. Cara lainnya untuk memberi makan embrio adalah dengan kuning telur dari telur-telurnya.

2.4. Habitat dan Penyebaran (Distribusi Hiu)

Hiu dapat ditemukan di semua samudra. Beberapa hidup di perairan kutub yang dingin dan yang lainnya memilih untuk tinggal di perairan tropis yang hangat. Hanya beberapa hiu yang hidup di laut dalam dekat dengan dasar yang berpasir, sedang yang lain memilih untuk berenang dekat dengan permukaan laut. Sebagian besar hiu hidup di ekosistem terumbu karang atau pantai-pantai tertentu yang berkarang. Beberapa hiu bahkan berpetualang ke danau-danau hingga sungai-sungai, akan tetapi pada umumnya mereka tidak tinggal di daerah tersebut cukup lama (Ayotte, 2005).

Penyebaran hiu mempunyai cakupan yang sangat luas di habitat lautan, dari dangkalan perairan pantai (< kedalaman 30 m), melintasi landasan kontinen / continental shelf (30-200 m) dan lereng / slope (200-2000 m) hingga ke lautan dalam (>2000 m) (Bennet, 2005). Didalam daerah cakupan geograpis yang luas tersebut hiu dapat ditemukan tinggal dalam lingkungan yang sangat bervariasi.

Pada lautan terbuka mereka menjadi kelompok jenis hewan perairan pelagis, mereka sepanjang hidupnya tinggal di permukaan dan kolom perairan, sementara hiu yang lain cenderung ke kelompok bentik yang hidup pada atau dekat dengan dasar lautan sebagaimana beberapa jenis berasosiasi dengan lereng kontinental. Sebagian jenis hiu mempunyai pilihan habitat yang sangat sempit dikala jenis hiuyang lain dapat menggunakan perbedaan tipe habitat yang luas (Compagno, 2001).

2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

Hiu mempunyai kecenderungan untuk menyendiri, berenang dan berburu sendiri. Mereka terkadang melakukan penjelajahan dalam suatu kawanan. Tetapi umumnya, Hiu berburu sendiri. Mereka kadang-kadang mengikuti pola migrasi tahunan ikan-ikan dan bahkan perahu nelayan dalam pencarian makan yang lebih mudah, tetapi hiu mampu mencari makanan dalam segala kondisi.

(12)

8 Pada riset Agustinus dan Mahiswara (2007) menunjukkan hasil pembedahan lambung ikan hiu didominasi udang dan ikan yang diprediksi menjadi makanan utama ikan hiu, sehingga ikan hiu termasuk kelompok ikan predator.

Menurut Tangguh Toranaga (2009), pada pengamatan isi lambung pada spesies ikan pari Himantura gerrardi adalah Panaeid (Udang), Stomatopoda (Mantis), dan Crabs kepiting).Pada spesies Himantura fai teridentifikasi Crabs kepiting), Loligo spp (Cumi-cumi), dan Pegasus volitans (Dragon fish). Pada Himantura jenkinsii adalah Panaeid (Shirmps), Crabs kepiting), dan Nemipterus sp (Threadfin bream). Sementara pada lambung Rhynchobatus cf. laevis ditemui Crabs (kepiting), dan Penaeid (Udang) dan pada Rhynchobatus cf. australiae didominasi oleh Panaeid (Udang).

BAB III. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan pembahasan secara deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, wawancara, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” ini akan dilaksanakan selama 4 bulan pada 5 (lima) pelabuhan di pulau Bangka yaitu :

1). Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, 2). PPI Muara Sungai Baturusa Pangkalpinang, 3). PPI Kurau Bangka Tengah,

4). PPI Sadai Bangka Selatan dan 5). PPI Muntok Bangka Barat. 3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam Penelitian “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” ini adalah :

1. Formulir Kuisener ( sebagai panduan wawancara)

2. Kamera ( sebagai alat pengambilan gambar identifikasi ikan hui)

3. Buku Identifikasi Hiu dan alat tangkap White et al. , 2006 ( sebagai panduan identifikasi hiu)

3.3. Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan responden yang melakukan usaha perikanan hiu, baik penangkapan maupun pengolahan. Responden yang terlibat dalam kegiatan ini diantaranya: Kepala Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI), Kepala Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Kepala Kelompok Usaha Bersama (KUB), pengumpul, nelayan dan pengolah ikan. Data mengenai jenis ikan hiu dikumpulkan dari tempat pendaratan ikan (PP/PPI/TPI), di atas kapal nelayan, pengumpul ikan dan perusahaan penangkapan ikan.

(13)

9 Data yang diambil meliputi: volume dan nilai produksi ikan hiu selama kurun waktu 5-10 tahun terakhir, lokasi pendaratan, waktu pendaratan, jenis hiu, ukuran hiu (panjang dan berat), jenis dan ukuran alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, nama nahkoda dan jumlah ABK, daerah penangkapan hiu dan kedalaman perairan, bagian dari tubuh hiu yang diambil, harga hiu, pemasaran dan pengolahan ikan hiu. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk gambar, tabel dan grafik.

3.4. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan multi-criteria analysis (MCA). Analisis performa wilayah pengelolaan perikanan dilihat dari pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan melalui pengembangan indeks komposit dengan tahapan sebagai berikut :

1. Melakukan kajian performa kondisi perikanan hiu pulau Bangka untuk setiap indikator EBFM yang diuji

2. Pemberian skor untuk setiap performa indikator yang sesuai dengan kondisi perikanan hiu pulau Bangka.

3. Pembobotan untuk setiap indikator berdasarkan indeks komposit yang sudah dikembangkan

Dari tiap indikator yang dinilai, kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis komposit sederhana berbasis rataan aritmetik

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1. ANGGARAN BIAYA

Jumlah biaya yang diajukan untuk pelaksanaan “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” adalah sebesar Rp.5.450.000 (Lima Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Biaya PKMP digunakan dalam anggaran biaya bahan habis pakai, peralatan penunjang, perjalanan dan biaya lain-lain. Rekapitulasi pengajuan biaya ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Anggaran

No Kebutuhan Jumlah

1 Peralatan Penunjang (kamera dan penyimpan data) 800.000

2 Bahan Habis Pakai (bahan kuisener dan BBM) 1.800.000

3 Perjalanan (ke 5 pelabuhan pulau Bangka untuk mengambil data) 2.200.000 4 Lain-lain ( Seminar Nasional Perikanan dan Penjilidan laporan) 650.000

Jumlah 5.450.000

4.2. JADWAL KEGIATAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau Bangka” adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.

(14)

10 Tabel 3. Jadwal pelaksanaan kegiatan “Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis Ekosistem di Pulau

Bangka”.

Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4

1 2 3 4 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Kuisener

Persiapan Alat Pengambilan Data Identifikasi hiu Multi criteria analisis Pelaporan

Pendaftaran Seminar Nasional

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus dan Mahiswara. 2007. Sumberdaya Ikan Cucut (Hiu) yang Tertangkap Nelayan di Perairanlaut Jawa. Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 7, Nomor 1.

Ayotte, L. 2005. Sharks-Educator’s Guide. 3D Entertaintment ltd. And United Nations Environtment Program

Bennett, M. 2005. The Role of Sharks In The Ecosystem. St. Lucia: School Of Biomedical Sciences, The University Of Queensland.

Compagno, L.J.V. 1984. Sharks of the world, an annotated and illustrated catalogue of sharks spesies known to date. Part 1. Hexanchiformes to Lamniformes. FAO Fisheries Synopsis No.125.4.1. Rome.

Compagno, L. J. V. 1999. The Living Marine Resources of the Western Cental Pacific.3. FAO. Rome

Ferno, F. & S. Olsen. 1994. Marine fish behavior in capture and abundance estimation. Fishing News Book. London. 222.

Imam Musthofa, 2011. Pengelolaan Ikan Hiu Berbasis ekosistem di Indonesia. FMIPA Universitas Indonesia.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit PT. Djambatan. Jakarta.

Tangguh Toranaga.2008. Keragaman Spesies Ikan Pari Yang Tertangkap Oleh Nelayan di Perairan Pantai Utara dan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur. Universitas Brawijaya.

White,WT., et al. 2006. Economically Important Shark and Rays. Australiant Cebtre for International Agricultural Research,. Australia.

(15)

11 LAMPIRAN 1.

BIODATA KETUA A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Raju Muslimin

2 Jenis Kelamin : Laki-laki

3 Program Studi : Budidaya Perairan

4 NIM : 2061311031

5 Tempat dan Tanggal Lahir : Penyak, 02 Juli 1995

6 E-mail : Musliminraju@gmail.com

7 Nomor Telepon/HP : 081949065565 B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

1 Nama Institusi SD Negeri 27 Koba MTs Negeri Belilik SMA Negeri 1 Namang 2 Jurusan IPS 3 Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013 C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah /Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa

Pangkalpinang, 20 September 2014 Pengusul Tanda tangan

(16)

12 BIODATA ANGGOTA 1

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Rizki Eka Arifianto 2 Jenis Kelamin : Laki-laki

3 Program Studi : Budidaya Perairan

4 NIM : 2061311033

5 Tempat dan Tanggal Lahir : Muba , 01 oktober 1995

6 E-mail : Rizkiekaarifianto123@gmail.com

7 Nomor Telepon/HP : 087774990527

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

1 Nama Institusi SD Negeri 12 pangkalpinang SMP Negeri 1 pangkalpinang SMA Negeri 3 pangkalpinang 2 Jurusan IPA 3 Tahun Masuk-Lulus 2001- 2007 2007 - 2010 2010 – 2013 C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa

Pangkalpinang, 20 September 2014

Pengusul

Tanda tangan

(17)

13 BIODATA ANGGOTA 2

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Merry Azhari

2 Jenis Kelamin : Laki-laki

3 Program Studi : Budidaya Perairan

4 NIM : 2061311026

5 Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjung Pandan, 12 Mei 1996

6 E-mail : Merryazhari@gmail.com 7 Nomor Telepon/HP : 081949487873 B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA 1 Nama Institusi SDN 35 TANJUNG PANDAN SMPN 7 TANJUNG PANDAN SMKN 2 TANJUNG PANDAN 2 Jurusan Agribisnis Perikanan 3 Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013 C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah /Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa

Pangkalpinang, 20 September 2014

Pengusul

Tanda tangan

(18)

14 BIODATA ANGGOTA 3

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Ilhafurroihan Aprili Azmi 2 Jenis Kelamin : Laki-laki

3 Program Studi : Budidaya Perairan

4 NIM : 2061311016

5 Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 19 April 1996

6 E-mail : Aprilliazmiubb@gmail.com 7 Nomor Telepon/HP : 081949247050 B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA 1 Nama Institusi SDN 46 TANJUNG PANDAN SMPN 5 TANJUNG PANDAN MAN TANJUNG PANDAN 2 Jurusan IPA 3 Tahun Masuk-Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013 C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah /Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa

Pangkalpinang, 09 September 2014

Pengusul

Tanda tangan

(19)

15 BIODATA PEMBIMBING

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap : Ardiansyah Kurniawan 2 Jenis Kelamin : Laki-laki

3 Program Studi : Budidaya Perairan

4 NIDN : 0024037906

5 Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 24 Maret 1979

6 E-mail : ardian_turen@yahoo.co.id

7 Nomor Telepon/HP : 081995442923 B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

1 Nama Institusi Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya -

2 Jurusan Teknologi Hasil

Perikanan

Budidaya Perairan

3 Tahun Masuk-Lulus 1997-2002 2007-2009

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No Nama Pertemuan

Ilmiah

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat 1 Semnaskan XI

Identifikasi Bakteri dan Asam Amino pada Produk Fermentasi Teritip di Bangka (poster)

31 Agustus 2014, UGM

2 Semnaskan X Ekstrak Teripang Karang sebagai Bioaktif Manipulasi Kelamin Ikan Nila

30 Agustus 2013, UGM 3 Seminar Hasil Penelitian Bangka Belitung

Gelatin Tulang Rawan Ikan Hiu sebagai Stabilisator Susu Kedelai

16 Juni 2012, UBB

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lain) No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 - - -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa

Pangkalpinang, 09 September 2014

Pembimbing,

(20)

16 LAMPIRAN 2. JUSTIFIKASI ANGGARAN

No Kebutuhan Jumlah Satuan Harga Nilai

I Bahan Habis Pakai

1 Kertas A4 70 gram 10 Rim 40.000 400.000

2 Tinta Printer 4 Set 30.000 120.000

3 Catridge printer 2 unit 230.000 460.000

4 Kertas Glosy 10 Rim 30.000 300.000

5 Bensin 80 liter 6500 520.000

Sub Total 1.800.000 II Peralatan

1 Kamera digital 1 unit 700.000 700.000

2 Memori card 2 unit 50.000 100.000

Sub Total 800.000 III Perjalanan

1 Pengambilan data

Sewa motor 20 Unit hari 80,000 1.600.000

Konsumsi 20 Orang hari 30,000 600.000

Sub Total 2.200.000 IV Lain-lain

1 Penjilidan laporan 5 paket 40,000 200.000

2 Pendaftaran Semnaskan UGM 1 paket 450.000 450.000

Sub Total 650.000 Total Keseluruhan 5.450.000

(21)

17 LAMPIRAN 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

No Nama / NIM Program Studi Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/minggu) Uraian Tugas 1 Raju Muslimin/ 2061311031 Budidaya Perairan Perikanan Laut 12 jam / minggu Koordinasi, pengambilan data di PPN Sungailiat dan PPI Pangkalpinang, analisis data. 2 Ilhafurroihan Apriliazmi / 2061311016 Budidaya Perairan Konservasi 12 jam / minggu

Pengambilan data PPI Kurau, analisis data,

pelaporan 3 Merry Azhari/ 2061311026 Budidaya Perairan Kualitas Air 12 jam / minggu Pengambilan data di PPI Sadai, analisis,

pelaporan. 4 Rizki Eka Arifianto/ 2061311033 Budidaya Perairan Biologi Perikanan 12 jam / minggu Pengambilan data di PPI Muntok, analisis,

(22)

Gambar

Gambar 1.  Anatomi Ikan Hiu. (Atas) Bagian Anterior, (Tengah) Sirip Punggung, (Bawah)  Bagian Bawah Kepala
Tabel 2. Rekapitulasi Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

penempatan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dalam diri karyawan karena penempatan yang tidak tepat dengan apa yang diharapkan, akan berdampak pada penurunan

Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004: 547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa, pada 90 balita 36-59 bulan di Desa Beji, terdapat 47 balita (52,2%) menderita penyakit infeksi dan dari 47 balita tersebut,

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam kesimpulan, maka dapat disampaikan saran-saran perlu adanya pembinaan yang intensif agar pengembangan pengolahan kopi bisa

pengeboran di sepanjang atas pondasi yang akan diberi perkuatan dengan jarak ± 30 cm untuk memasukkan kawat ikatan besi tulangan, pasang besi tulangan di tempat yang

Penelitian dilakukan dengan metode observasi laboratorium atau pengamatan langsung terhadap hasil kultur dan identifikasi mikroorganisme dari sputum penderita batuk

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. Anda pada waktu menjawab soal no. Kemudian, perhatikan letak EG terhadap FH

• Informasi yang digunakan bersumber dari buku ensiklopedia mengenai tanaman obat, buku-buku tanaman herbal.. • Penerapan semantic web pada penggunaan ontologi tanaman obat