SKRIPSI
Diajukan oleh :
NOVIA DORIS WIDHYANTIKA 0913010118/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI - J URUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagia n Per syara tan dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usa n Akuntansi
Diajukan oleh :
NOVIA DORIS WIDHYANTIKA 0913010118/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI - J URUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
yang diajukan
NOVIA DORIS WIDHYANTIKA 0913010118/EA
telah diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi
Pembimbing Uta ma
Dr a . Ec. Siti Sundar i, M.Si Tangga l :…………..
NIP. 19630812.199003.2001
Mengetahui Kaprogdi Akuntansi,
Dr . Her o Pr iono, Msi, Ak
yang diajukan
NOVIA DORIS WIDHYANTIKA 0913010118/EA
disetujui untuk Ujia n Lisan oleh
Pembimbing Uta ma
Dr a . Ec. Siti Sundar i, M.Si Tangga l :…………..
NIP. 19630812.199003.2001
Mengetahui
Wa kil Dekan I Fakulta s Ekonomi
Disusun Oleh :
NOVIA DORIS WIDHYANTIKA 0913010118/FE/EA
telah diper ta hankan diha dapa n dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Akunta nsi Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembanguna n Nasional “ Vetera n” J awa Timur pada tanggal 20 J uni 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji
Ketua
Dr a . Ec. Siti Sundar i, M.Si Dr . Indr a wati Yuher tia na, MM, Ak.
NIP. 19630812.199003.2001 NIP. 19661017.199303.2001
Sekreta r is
Dr a . Ec. Siti Sundar i, MSi. NIP. 19630812.199003.2001
Anggota
Dr s. Ec. Sjafi’i, MM, Ak. NIP. 19510807.198303.1001 Mengetahui
Dekan Fa kulta s Ekonomi
Univer sitas Pemba ngunan Nasional “Veter an” J awa Timur
terpanjatkan atas segala kemudahan yang Dia berikan dalam penyusunan skripsi
yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio
pada Perusahaan BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk kelengkapan proses
studi di Universitas Pembangunan Nasional dalam Jurursan Akuntansi.
Penyusunan skripsi ini juga menjadi sarana bagi penulis untuk mengembangkan
diri atas ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan dan aplikasinya pada dunia
nyata. Pihak lain juga diharapkan dapat memperoleh keuntungan dari laporan ini,
mulai dari universitas tempat penulis menimba ilmu, mahasiswa lain untuk
dijadikan bahan referensi, maupun pihak perusahaan untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Ungkapan terimakasih juga tak lupa penulis haturkan kepada semua pihak
yang terlibat langsung maupun tidak dalam proses penyusunan skripsi ini.
Ungkapan terimakasih ditujukan pada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya dalam memberikan jalan
yang tidak mudah, namun bisa dilewati, sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kehormatan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
5. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, Msi., selaku Dosen Pembimbing Utama, yang
telah memberikan bimbingan dan masukan untuk penulis.
6. Kedua orang tua tercinta, Soemaryono dan Setyaningsih, yang tidak
pernah berhenti mendukung secara moril dan materil. Semoga Allah swt.
selalu menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi penulis sejak
kecil.
7. Seluruh guru dan dosen yang telah dengan ikhlas mentransfer ilmunya
untuk membentuk latar belakang pendidikan yang tidak ternilai harganya.
Penulis percaya bahwa tidak ada ilmu yang tidak berguna.
8. Kakak-kakak terhebat, Mas Bogi, Mbak Rina, Mas Rio, Mbak Henny dan
adik terbaik, Ayu, yang selalu memberikan pemikiran positif untuk dapat
melalui semua proses edukasi dengan lebih baik. Keluarga kecil yang tidak
menghitung kekayaan dari harta, tapi dari banyaknya dukungan saat
masalah menghadang. Kita kaya.
9. Sahabat-sahabat terbaik di Jurusan Akuntansi angkatan 2009 serta kakak
dan adik tingkat. Terimakasih kepada Mandalina, Nuril, dan Dwi Ayu atas
kebersamaan selama masa studi.
10. Marching Band Gita Widya Agni tercinta yang telah dengan baiknya
kesempatan dan bimbingan yang diberikan secara tulus. Terimakasih
kepada Bu Lianawati, Bu Agustin, Mbak Nia, Mbak Sherly, Mbak
Yohana, Mbak Oktaf.
12.Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan pemikiran dan motivasi demi kelancaran penyusunan
skripsi ini.
Segala kebaikan datangnya dari Tuhan, dan kekurangan datang dari
manusia yang tidak sempurna. Sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah swt.
Oleh karena itu, sebagai manusia yang juga masih ingin terus belajar, penulis
meminta maaf atas kekurangan dalam skripsi ini, terlebih bila terdapat bagian
yang kurang berkenan serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kebaikan bersama.
Juni, 2013
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
ABSTRAKSI ……….. x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ……….. 1
1.2.Rumusan Masalah ……….. 6
1.3.Tujuan Penelitian ……….. 7
1.4.Manfaat Penelitian ……….. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ……….. 9
2.2. Landasan Teori ……….. 12
2.2.1. Analisis Rasio Keuangan ………. 12
2.2.1.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ……… 12
2.2.1.2. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan ……… 13
2.2.1.3. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan ……… 14
2.2.2. Dividen Payout Ratio……….. 21
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengauhi Dividen Payout Ratio ……… 25
2.2.3.1. Current Ratio ……….. 25
2.2.3.2. Cash Position ……….. 26
2.2.3.3. Debt to Equity Ratio……….. 27
2.2.3.4. Return on Investment……….. 29
2.3. Kerangka Pikir ……….. 30
2.3.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Dividen Payout Ratio ………… 30
2.3.2. Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Ratio ………… 30
2.3.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividen Payout Ratio…. 31 2.3.4. Pengaruh Return on Investment terhadap Dividen Payout Ratio… 32 2.4. Hipotesis ……….. 33
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……… 34
3.1.1. Variabel Bebas (X) ……….. 34
3.1.2. Variabel Terikat (Y) ……….. 35
3.3.1. Jenis dan Sumber Data………. 38
3.3.2. Pengumpulan Data ……….. 38
3.4. Uji Kualitas Data ……….. 39
3.4.1. Uji Normalitas ……….. 39
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ……….. 39
3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 41
3.5.1. Teknik Analisis ……….. 41
3.5.2. Uji Hipotesis ……….. 41
3.5.2.1.Uji Kesesuaian Model ………. 41
3.5.2.2.Uji Parsial ……….. 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian……… 44
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………. 56
4.3. Analisis Data ……….. 62
4.3.1. Uji Normalitas ……….. 62
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ……….. 63
4.3.4. Uji Hipotesis ………..` 68
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model……… 68
4.3.4.2. Uji Parsial ……….. 69
4.4. Pembahasan ……….. 70
4.4.1. Implikasi ……….. 70
4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu …… 74
4.4.3. Keterbatasan Penelitian……….. 75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….. 78
5.2. Saran ……….. 78
DAFTAR PUSTAKA ……….. 80
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Saat Ini... 11
Tabel 4.1. Rekapitulasi DPR 2008-2011 …………... 57
Tabel 4.2. Rekapitulasi Data Current Ratio 2008-2011 ……… 58
Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Cash Position 2008-2011 ……… 59
Tabel 4.4. Rekapitulasi Data Debt to Equity Ratio 2009-2011 ………. 61
Tabel 4.5. Rekapitulasi Data Return on Investment 2009-2011 ………. 62
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas one sample Kolmogorov-Smirnov …………. 63
Tabel 4.7. Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson ………. 63
Tabel 4.8. Hasil Uji Variance Inflation Factor (VIF) ……… 65
Tabel 4.9. Output Regesi Linier Berganda ……… 67
Tabel 4.10. Hasil Uji Kesesuaian Model ……… 69
Halaman
Gambar 1.1. Tren DPR dan CR PT. Kimia Farma, Tbk 2007-2011 ………… 5
Gambar 1.2. Tren DPR dan DER PT. Semen Gresik, Tbk 2007-2011 ……… 5
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir ... 33
Gambar 4.1. Grafik rata-rata CR, CP, DER, ROI, dan DPR pada Perusahaan
BUMN 2009-2011 ... 57
Oleh :
Novia Doris Widhyantika
ABSTRAK
Agar dapat mendukung tujuannya BUMN melakukan privatisasi. Kepemilikan saham ini memunculkan kewajiban pembayaran dividen tiap tahunnya. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Penetapan besarnya Dividend Payout Ratio memerlukan pertimbangan khusus karena berkaitan dengan perkembangan perusahaan dan tingkat kepercayaan investor. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan secara empiris pengaruh masing-masing variabel Current Ratio, Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on
Investment terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan BUMN yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan. Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan dari 20 perusahaan BUMN yang Go Publik tahun 2009-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik
non probability sampling dengan metode purposive sampling. Sampel yang
digunakan ada 46 laporan keuangan dari 16 perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Teknik analisis yang digunakan dengan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Investment mempunyai kontribusi dan Current Ratio, Cash Position, Deb to Equity Ratio tidak memiliki kontribusi terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan BUMN yang Go Publik di BEI tahun 2009-2011.
Kata kunci : Dividend Payout Ratio, Current Ratio, Cash Position, Deb to Equity
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Lata r Belakang Penelitian
BUMN sebagai suatu institusi profit oriented yang dimiliki oleh
pemerintah merupakan badan usaha yang diatur didalam undang – undang yang
menjadi salah satu sumber penerimaan negara non pajak dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Intervensi pemerintah sebagai
pemegang saham terbesar tidak dapat dihindarkan didalam penentuan
kebijakan dividen perusahaan. Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat sudah menentukan masing-masing target Dividen Payout Ratio yang
harus dibayarkan oleh masing masing BUMN.
BUMN juga merupakan suatu perusahaan yang memerlukan dana internal
untuk melakukan pertumbuhan melalui penambahan asset yang nantinya akan
menunjang pertumbuhan laba perusahaan. Satu-satunya sumber dana internal
yang dapat digunakan adalah laba ditahan, namun apabila Dividen Payout
Rationya besar, maka laba ditahan yang akan digunakan untuk
mengembangkan perusahaan akan semakin kecil. Apabila dana yang
digunakan untuk pengembangan perusahaan berasal dari sumber external
melalui hutang, maka akan membebani perusahaan dengan bunga dari hutang
Dengan adanya privatisasi, diharapkan BUMN dapat beroperasi secara
lebih profesioanal. Privatisasi adalah penjualan saham Persero (Perusahaan
Perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka
meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara
dan masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat. Dengan privatisasi
diatas 50%, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN akan bergeser dari
pemerintah ke investor baru. Privatisasi dapat mendatangkan manfaat apabila
setelah privatisasi BUMN mampu bertahan hidup dan berkembang di masa
depan, mampu menghasilkan keuntungan, dapat memberdayakan usaha kecil,
menengah dan koperasi serta masyarakat sekitarnya. Terlebih lagi, pengawasan
bukan hanya dari pihak pemerintah saja, tetapi juga dari investor yang
menanamkan modalnya ke BUMN tersebut.
Dari sisi investor, tujuan utama menanamkan dana ke dalam perusahaan
untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik
berupa dividen maupun capital gain. Umumnya investor menginginkan
pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sedangkan dari sisi
perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam
pertimbangan, yaitu perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi
sebagai bentuk usaha dalam mengembangkan perusahaan. Perusahaan juga
mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan sekaligus juga harus memberi
kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya.
Kebijakan dividen atau pada hakikatnya adalah menentukan porsi
keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan
ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Tingkat dividen yang semakin tinggi
dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan dan sebagai akibatnya
ialah menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang ingin
menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam perusahaan, berarti
bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen akan semakin kecil.
Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang
dibayarkan sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap
prospek kebutuhan dana di waktu mendatang, makin tinggi dividen tunai yang
dibayarkan. Berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, maka
kemampuannya untuk membayar dividen akan semakin besar pula (Riyanto,
2010 : 267). Ada pula suatu perusahaan yang keadaan likuiditasnya sangat baik
tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan
diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan
barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai.
Solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
sebagai dividen kepada para pemegang saham. Keuntungan yang semakin kecil
karena tingginya tingkat hutang mengakibatkan beban bunga juga semakin
tinggi. Hal ini berdampak pada rendahnya dividen yang dibayarkan karena
rendahnya keuntungan yang diperoleh.
Sebagai pihak di luar emiten, para pemegang saham akan membutuhkan
informasi keuangan untuk memperkirakan besarnya dividen yang akan diterima
dalam periode tertentu. Informasi tersebut disajikan melalui laporan keuangan
perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio-rasio keuangan.
Grafik 1.1. Rata-rata DPR perusahaan BUMN tahun 2007-2012
Kecenderungan rata-rata Dividend Payout Ratio yang dibagikan
perusahaan BUMN yang Go Publik antara tahun 2007-2012 seperti yang
ditampilkan grafik menyerupai panal kuda. Terjadi peningkatan DPR sebesar
0.024 dari sebelumnya 0.424 pada 2007 menjadi 0.448 pada 2008. Kemudian
0,424 0,448
0,264
0,325 0,325
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
DPR
terjadi penurunan yang signifikan pada tahun 2009, rasio dividen yang
dibagikan menjadi 0.264. kemudian kembali meningkat tahun 2010 meski
belum bisa menyamai titik penurunan tahun 2009, lalu stabil pada tahun 2011.
Terjadinya penurunan yang signifikan ini tentu tidak sesuai dengan harapan
para investor yang menginginkan kestabilan peningkatan pengembalian dana
investasi. Hal ini berdampak pada tahun-tahun berikutnya. Pihak manajemen
tentu perlu melakukan usaha yang lebih besar untuk meningkatkan rasio
pembagian dividen demi mengembalikan kepercayaan para investor untuk
menanamkan modalnya.
Untuk menemukan solusi tersebut, sebelumnya perlu dilakukan analisa
mengenai apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Beragam faktor bisa
mempengaruhi besarnya rasio pembagian dividen. Seperti pada penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh Sutrisno (2001). Dalam jurnalnya dengan
judul “Analisis factor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada
Perusahaan Publik di Indonesia” membuktikan bahwa Cash Position dan DER
berpengaruh signifikan sedangkan Growth Potential, Firm Size, Profitability,
dan Holding memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap Dividen Payout
Ratio.
Sedangkan Sri Hermuningsih (2007) dalam jurnalmya yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada
DER memiliki hubungan yang signifikan sedangkan Cash Position, Growth
Potential, Profitability, dan Holding memiliki hubungan yang tidak signifikan
terhadap Dividen Payout Ratio.
Dengan adanya fenomena tersebut dan dengan adanya perbedaan hasil
penelitian-penelitian terdahulu, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Dividen Payout Ratio dengan
menggunakan variabel Cash Position, Current Ratio, Debt to Equity Ratio,
dan Return on Investmen terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan
BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.
1.2. Rumusa n Masa la h
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Current Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio?
2. Apakah Cash Potition berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio?
3. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Membuktikan secara empiris pengaruh Current Ratio terhadap Dividend
Payout Ratio.
1.3.2. Membuktikan secara empiris pengaruh Cash Posotion terhadap Dividend
Payout Ratio.
1.3.3. Membuktikan secara empiris pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap
Dividedn Payout Ratio.
1.3.4. Membuktikan secara empiris pengaruh Return on Investmen terhadap
Dividend Payout Ratio.
1.4.Ma nfa at Penelitian
1.4.1. Bagi Universitas
Penelitian ini diaharapkan dapat menambah perbendaharaan
perpustakaan berupa hasil penelitian dan sekaligus bahan referensi penelitian
yang akan datang.
1.4.2. Bagi BUMN
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi
untuk mempertimbangkan pengambilan kebijakan manajemen yang berkenaan
1.4.3. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi
untuk mempertimbangkan pengambilan langkah investasi terutama yang
berkenaan dengan BUMN.
1.4.4. Bagi Peneliti Lanjutan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber referensi
untuk penelitian dengan tema yang serupa guna menyempurnakan teori
sebelumnya.
1.4.5. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan menumbuhkan
keterampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam pada bidang
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Sutrisno (2001) dalam jurnalnya dengan judul “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di
Indonesia “ meneliti apakah ada pengaruh signifikan antara Cash Position,
Growth Potential, Firm Size, Debt to Equity Ratio (DER), Profitability, dan
Holding dengan Dividen Payout Ratio terhadap perusahaan publik di
Indonesia tahun 1991-1996. Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa Cash
Position dan DER berpengaruh signifikan sedangkan Growth Potential, Firm
Size, Profitability, dan Holding memiliki hubungan yang tidak signifikan
terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan publik di Indonesia tahun
1991-1996
Sri Hermuningsih (2007) dalam jurnalmya yang berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Perusahaan
yang Go Public di Indonesia “ meneliti apakah ada pengaruh signifikan antara
Cash Position, Growth Potential, Firm Size, Debt to Equity Ratio (DER),
Profitability, dan Holding terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan
yang telah Go Publik di Indonesia sampai akhir Maret 2006. Berdasarkan
hasil pengujian terbukti bahwa Firm Size dan DER memiliki hubungan yang
signifikan sedangkan Cash Position, Growth Potential, Profitability, dan
Ratio pada perusahaan yang telah Go Publik di Indonesia sampai akhir Maret
2006.
Dian Septi Widiyanti (2011) dalam jurnalmya yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen” meneliti
Apakah ada pengaruh signifikan antara ROI, NPM, CR, DER, TATO, dan
EPS terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2010. Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa
ROI, CR, dan DER memiliki hubungan yang signifikan sedangkan NPM,
TATO, dan EPS memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap Dividen
Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2010.
Siti Syamsiroh Difah (2011) dalam jurnalmya yang berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Perusahaan
BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2009”
meneliti apakah ada pengaruh signifikan antara ROA, Current Ratio, Growth
Potential, Firm Size, dan Dividen tahun lalu terhadap Dividen Payout Ratio
pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2004-2009.
Berdasarkan hasil pengujian terbukti bahwa Current Ratio, Growth Potential,
dan Firm Size memiliki hubungan yang signifikan sedangkan ROA dan
Dividen tahun lalu memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap Dividen
Payout Ratio pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.1.1. Perbedaan dengan Penelitian Saat Ini
Terdapat perbedaan antara penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan tersebut mencakup :
Tabel 2.1. Per bedaan Penelitian Saat Ini
No. Nama Peneliti Variabel Alat Analisis Objek Tahun
Penelitian
Hermuningsih dalam hal variabel (CP dan DER) serta Dian Septi dalam hal variabel
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Analisis Rasio Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisa rasio keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio yang tidak hanya berguna bagi kepentingan intern
perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Penganalisa harus mampu untuk
menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan
faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi
posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir,
2000 : 64).
Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan.
Kadang-kadang mengacu pada standar ukuran yang sederhana, seperti
misalnya benchmark, rasio dapat menstandarisasi informasi keuangan yang
dapat dipakai sebagai alat pembandingan antar perusahaan dengan ukuran
yang berbeda. Ada dua kelompok yang menganggap rasio keuangan
berguna. Pertama, terdiri dari manajer yang menggunakannya untuk
mengukur dan melacak kinerja perusahaan sepanjang waktu. Fokus utrama
dari analisis mereka sering berkaitan dengan ukuran profitabilitas yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sudut pandang
pemilik. Kelompok kedua pengguna rasio keuangan mencakup para analis
yanhg merupakan kelompok eksternal perusahaan. Contoh kelompok ini
menentukan kelayakan kredit si pemohon pinjaman. di sisi analisis lebih
ditekankan pada sejarah penggunaan hutang oleh perusahaan serta
kemampuannya untuk membayar bunga dan pokok pinjamannya (Keown :
199 : 108)
Menurut Sutrisno (2003 : 243) analisis rasio keuangan merupakan alat
untuk mengukur kinerja finansial perusahaan. Melalui analisis rasio ini bisa
diperoleh informasi dan gambaran perkembangan finansial perusahaan,
dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan, yaitu dengan
menghubungkan pos-pos yang ada pada laporan keuangan.
Selanjutnya menurut Harahap (2004 : 297), analisis rasio adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan
dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
Bagi manajemen finansial, dengan menghitung rasio-rasio akan
memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi
oleh perusahaan dibidang finansial, sehingga dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan bagi kepentingan perusahaan untuk masa yang akan
datang. Sedangkan bagi investor merupakan bahan pertimbangan apakah
menguntungkan untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan atau
tidak.
2.2.1.2. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Tujuan pokok dari analisis rasio keuangan sebagai bagian dari
perusahaan berprestasi dan bagaimana menempatkan posisinya di masa yang
akan datang. Analisis rasio keuangan sebaiknya tidak dikerjakan secara
mekanis, akan tetapi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari proses
evaluasi yang lebih luas (Weston ; 1996 ; 226)
Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisa yang lain adalah "future
oriented", oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan
faktor yang sudah ada pada periode atau waktu ini dengan
faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi
keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan
demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepenuhnya tergantung
pada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterpretasikan
data yang bersangkutan (Munawir, 2000 : 64).
2.2.1.3. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan
Setiap analisis mempunyai tujuan atau kegunaan yang menentukan
perbedaan penekanan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Seorang analis,
misalnya adalah seorang bankir yang mempertimbangkan pemberian kredit
jangka pendek untuk suatu perusahaan. Para bankir terutama akan
menekankan pada posisi perusahaan jangka pendek, sehingga mereka
menekankan pada rasio-rasio likuiditas. Sebaliknya, pemberian kredit jangka
panjang akan lebih menekankan pada kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dan efisiensi operasinya. Mereka mengetahui bahwa operasi yang tidak
menjamin bahwa dana akan tersedia untuk melunasi suatu penerbitan saham
20-tahun. Demikian halya dengan para calon pemegang saham yang
menanam modalnya dalam bentuk saham biasa, akan lebih tertarik dengan
profitabilitas dan efisiensi jangka panjang. Sudah barang tentu manajemen
memerlukan seluruh aspek dari analis keuangan; manajemen harus mampu
membayar hutang kepada kreditor jangka pendek maupun kreditor jangka
panjang, termasuk kemampuan menghasilkan laba untuk para pemegang
saham (Weston, 1996 ; 225)
Rasio keuangan menurut Tampubolon (2005 : 35-39) dapat
dikelompokkan kedalam empat kategori, yaitu rasio likuiditas, efisiensi,
leverage, dan probabilitas.
2.2.1.3.1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu
aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau
tanpa penurunan nilai serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang
diperoleh. Kas merupakan suatu aktiva yang paling likuid, aktiva lain
mungkin relatif likuid atau tidak likuid tergantung seberapa cepat
aktiva ini dapat dikonversikan kedalam kas, misalnya surat-surat
berharga (efek-efek). Sedangkan aktiva yang tidak likuid contohnya
gedung dan tanah karena tidak mudah untuk dijual. Untuk menjual
gedung dan tanah tidak saja diperlukan kecocokan harga, tetapi juga
Komponen aktiva lancar, kas, dan surat berharga dipandang
sebagai aktiva yang likuid. Piutang mempunyai risiko serta struktur
maturitas yang berbeda-beda. Untuk mengkonversi piutang kedalam
kas (anjak piutang) dibutuhkan suatu pembeli. Karena risiko dan
maturitas yang rendah dalam piutang, tentunya pembeli hanya mau
membeli dengan harga yang lebih rendah dari piutang. Oleh karena
itu, untuk mengkonversi piutang kedalam kas diperlukan potongan
(discounted) dari nilai piutang atau harus menunggu sampai piutang
tersebut jatuh tempo. Dengan demikian, piutang dipandang kurang
likuid dibanding dengan kas dan surat-surat berharga.
Persediaan barang dipandang tidak lebih likuid dibandingkan
piutang, pertimbangannya adalah bahwa persediaan barang cenderung
untuk diperdagangkan pada pasar tertentu. Apabila korporasi
mengalami kesulitan keuangan dan akan menjual barangnya, maka
diperlukan tawar-menawar harga yang cukup lama. Karena alasan
inilah maka persediaan barang dipandang sebagai aktiva yang paling
tidak likuid.
Aktiva tetap seperti gedung, mesin-mesin, dan peralatan
merupakan aktiva yang tidak likuid. Hal ini disebabkan harga jual dari
aktiva tetap ini yang tidak tetap. Disamping itu diperlukan pembeli
Menentukan tingkat likuiditas korporasi dipergunakan rasio
likuiditas, antara lain :
a. Current ratio
b. Quick ratio
c. Absolute liquidity ratio
Masing-masing rasio liuiditas ini mencerminkan perspektif waktu
yang berbeda dalam mengukur kemampuan korporasi untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Current ratio dipergunakan
untuk mengukur kemampuan korporasi dalam memeui kewajiban
jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar
dikonversikan ke dalam kas. Quick ratio digunakan untuk mengukur
hal yang sama dalam perspektif waktu yang lebih singkat. Sedangkan
absolute liquidity ratio mengukur kemampuan korporasi dalam waktu
yang paling singkat karena hanya aktiva likuid saja yang
diperhitungkan.
2.2.1.3.2. Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang
untuk membiayai sebagian daripada aktiva korporasi. Pembiayaan
dengan utang mempunyai pengaruh bagi korporasi karena utang
mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan korporasi dalam
yang dapat berakhir dengan kebangkrutan korporasi. Tetapi,
penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang
dapat menguntungkan pemegang saham. Oleh karena itu, penggunaan
utang harus menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya.
Pada dasarnya rasio leverage yang lazim digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Debt to Net Worth
b. Coverage Interest Charge
c. Total Asset to Net Worth
d. Fixed Asset to Net Worth
e. Current Asset to Net Worth
Dari kedelapan rasio di atas, terdapat dua rasio yang mengukur
kemampuan korporasi untuk membayar bunga dari penggunaan utang.
Sedangkan rasio lainnya harus melihat penggunaan leverage dari
kewajiban yang tidak mempunyai beban bunga. Sebagai contoh,
terdapat perbedaan antara total assets dengan net worth yang tinggi
yang menunjukkan penggunaan leverage yang besar atau modal
sendiri yang kecil. Rasio total asset to net worth ini juga menunjukkan
seberapa besar risiko yang ditanggung oleh kreditur. Sehingga
penggunaan rasio-rasio ini sangat berguna untuk mengukur
persediaan, keseimbangan aktiva lancar dan aktiva tetap dengan
modal, serta total asset dibandingkan modal.
2.2.1.3.3. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi dipergunakan untuk mengukur seberapa efisien
korporasi dalam penggunaan aktivitasnya. Rasio ini semuanya
mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan
investasi dalam beberapa aktiva. Asumsi yang diambil adalah
menggunakan hubungan antara penjualan dengan berbagai aktiva
tersebut.
Dalam analisis efisiensi persediaan terdapat beberapa masalah
yang perlu diketahui. Pertama, penjualan dilakukan menurut harga
pasar, sedangkan investasi dicatat menurut harga pokoknya. Kedua,
penjualan terjadi sepanjang periode (bulan datau tahun), sedangkan
persediaan menunjukkan posisi pada suatu tanggal tertentu.
Penggunaan persediaan rata-rata awal dan akhir periode dalam analisis
efisiensi persediaan akan lebih baik.
Rasio efisiensi yang digunakan pada umumnya meliputi berikut ini
a. Sales to Total Assets
b. Sales to Fixed Assets
c. Sales to Current Assets
e. Sales to Receivable
f. Sales to Liquid Assets
2.2.1.3.4. Rasio Profitabilitas
Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dikatakan dengan
membandingkan tingkat Return on Investment (ROI) yang diharapkan
dengan tingkat return yang diminta para investor dalam pasar modal.
Jika return yang diharapkan lebih besar daripada return yang diminta,
maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.
Nilai pasar suatu saham sangat tergantung kepada perkiraan dari
expected return dan risiko dari arus kas di masa yang akan datang.
Penilaian arus kas ini merupakan proses dasar, disebabkan laporan
keuangan tidak cukup menunjukkan aktivitas korporasi di masa
mendatang. Dengan demikian, terdapat beberapa macam analisis
profitabilitas yang didasarkan kepada laporan keuangan dan sangat
diperlukan oleh para manajer keuangan sebagai informasi.
Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang
diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam
konteks analisis rasio untuk mengukur pendapatan menurut laporan
laba rugi dengan nilai buku investasi. Rasio profitabilitas kemudian
dapat dibandingkan dengan rasio yang sama dengan rasio korporasi
rata-rata industri. Rasio profitabilitas yang digunakan pada umumnya
adalah sebagai berikut ini :
a. Net Profit Margin
b. Return on Investment
c. Return on Net Worth
2.2.2. Dividen Payout Ratio
Teori mengenai kebijakan dividen seperti yang dijelaskan oleh Weston
& Bringham (2005 : 198) ada dua, yaitu “Teori Ketidakrelevanan Dividen”
dan “Teori Bird-in-the-Hand”. Teori pertama dicetuskan oleh Merton Miller
dan Franco Modigliani (MM) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan
hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta
resiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung
semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapat tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan
(pertumbuhan). Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan
tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Berikutnya mengenai Teori Bird-in-the-Hand yang dikemukakan oleh
Myron Gordon dan John Lintner menjelaskan bahwa investor menyukai
pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen yang diterima
seperti burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang lebih
karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat
bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada
kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan
sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Peningkatan dividen
akan meningkatkan harga saham yang akan berdampak pula pada nilai
perusahaan.
Dalam jurnalnya, Sutrisno (2001 : 3) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan dividen seperti yang dicetuskan oleh Levy dan
Sarnat (1970) dan Van Horn (1986) adalah sebagai berikut :
a. peraturan atau perundangan
b. posisili kuiditas
c. kebutuhan dana untuk melunasi hutang
d. larangan dalam perjanjian hutang
e. tingkat ekspansi perusahaan
f. tingkat keuntungan perusahaan
g. stabilitas perusahaan
h. kemampuan memasuki pasar modal
i. pelaku kelompok pengendali
j. posisi pemegang saham sebagai wajib pajak
k. pajak atas keuntungan yang diakumulasikan secara salah
Dividen merupakan hak pemegang saham, Jika perusahaan
memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang
saham mendapatkan haknya yang sama. (Jogiyanto, 1998 ; 58)
Perubahan besarnya dividen yang dibagikan terdapat dua akibat yang
saling berlawanan. Apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen maka
kepentingan cadangan terabaikan, sebaliknya bila laba ditahan semua maka
kepentingan pemegang saham terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan
tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal (Brigham
dan Houston, 2006 : 437)
Menurut Sartono (2001 : 281) kebijakan deviden adalah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai deviden, maka akan mengurangi laba yang ditahan
dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern. Sebaliknya, jika
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar.
Dividend Payout Ratio merupakan rasio pembayaran dividen kepada
pemegang saham sesuai dengan besarnya kepemilikan saham (Susiyono,
2002: 16).
Menurut Riyanto (2010 : 265) Dividen Payout Ratio merupakan
sebagai cash dividen. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik dividen adalah
bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara
penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham
sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti
pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah
satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada
para pemegang saham atau equity investors. Setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak
dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain
pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.
Sebab makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin
sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat
pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau
perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap dalam
perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk
pembayaran dividen adalah semakin kecil.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya Dividen
Payout Ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, makin kecil dana yang
tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan
financial manager adalah menetapkan alokasi dari keuntungan neto sesudah
pajak atau pendapatan untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba
ditahan di lain pihak, dimana keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang
menentukan terhadap nilai dari perusahaan (the value of the firm)
Deviden Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividen per
lembar saham dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi alokasi dari laba per lembar saham
pada dividen di setiap lembar saham. Dividend Payout Ratio dapat
Sumber : Subramanyam (2008 : 45)
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividen Payout Ratio
2.2.3.1.Current Ratio
Current Ratio mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa
dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya (Husnan ; 2004 ; 72).
Ketersediaan aset lancar untuk memenuhi kewajiban lancar (Subramanyam :
2008 : 45).
Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga,
dagang, wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terhutang dan
beban-beban lain yang terhutang (terutama gaji dan upah). Rasio lancar merupakan
ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan
memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan
seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang
diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh
tempo hutang (Weston ; 1996 ; 225)
Current Ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rumus
Current Ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio =
ar PasivaLanc
ar AktivaLanc
Sumber : Husnan (2004:72)
2.2.3.2.Cash Position
Cash Position atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor
yang terpenting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan
untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan cash out flow, maka makin
kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan untuk
Menurut Sudarsih (2002 : 79) Cash Position merupakan rasio kas
akhir tahun dengan earning after tax. Bagi perusahaan yang memiliki posisi
kas yang lebih kuat maka akan semakin besar kemampuan untuk
membayarkan dividen, hal ini disebabkan karena posisi kas merupakan faktor
internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, sehingga pengaruhnya
dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden.
Variabel Cash Position diukur dengan menggunakan skala rasio dan
satuan pengukurannya adalah persen (%). Cash Position dapat diformulasikan
sebagai berikut:
Sumber : Sudarsih (2002: 79)
2.2.3.3.Debt to Equity Ratio
Analisa rasio keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan
rasio-rasio yang tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan
juga bagi pihak luar. Penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan
faktor-faktor pada saat sekarang dengan faktor-faktor-faktor-faktor dimasa yang akan datang yang
mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan
yang bersangkutan (Munawir, 2000 : 64).
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara hutang
tetapi dinyatakan sebagai total kewajiban, bukan hanya hutang jangka
panjangnya (Husnan ; 2004 ; 70). Debt to Equity Ratio (DER) mencerminan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk
memebayar hutang. (Sutrisno : 2001 : 5).
Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian investor terutama
ditunjukkan pada prospek laba. Meskipun demikian yang tidak dapat
diabaikan adalah tetap pentingnya mempertahankan keseimbangan antara
proporsi aktiva yang didanai investor dan yang didanai oleh pemilik
perusahaan. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai investor dan
pemilik perusahaan dapat diukur dengan menggunakan DER. Menurut
Riyanto (1998 : 333), DER merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total modal yang digunakan perusahaan. Dengan demikian dapat
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak tertagihnya hutang.
Debt to Equity Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
Sendiri Modal
Kewajiban Total
2.2.3.4.Return on Investment
Menurut Lukman (2000 : 63) Return On Investment (ROI) adalah
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam
perusahaan. Dengan menggunakan Return On Investment maka dapat diukur
kemampuan perusahaan akan menghasilkan laba yang diperoleh dari hasil
operasi atau keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva.
Laba yang tinggi akan memberikan konstribusi yang besar terhadap pembagian
dividen kepada pemegang saham.
Return on Investment (ROI) menurut Husnan (2004 : 74)
menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles dari seluruh
kekayaan yang dimiliki perusahaan. Atau dengan kata lain kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk
menutup investasi yang telah dikeluarkan. Karena itu dipergunakan angka
laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan.
Untuk mencari ROI, dapat diformulasikan sebagai berikut :
ROI =
2.3. Kerangka Pikir
2.3.1. Pengaruh Current Ratio terhadap Dividen Payout Ratio
Current ratio dipergunakan untuk mengukur kemampuan korporasi
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua
aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas. Kewajiban tersebut seperti
melunasi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo maupun dalam
membayar dividen. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Teori ini juga didukung oleh penelitian Dian Septi (2011) yang
menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividen
Payout Ratio.
2.3.2. Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Ratio
Suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang, mungkin
tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya
tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, tetapi apabila perusahaan tidak
ingin mengurangi pembayaran dividen hanya karena hal tersebut bisa
ditafsirkan oleh investor sebagai memburuknya prospek perusahaan, maka
perusahaan perlu membagikan dividen yang relatif rendah untuk mengurangi
kemungkinan kesulitan likuiditas (Husnan, 2003 : 352). Dengan kata lain,
semakin kuat posisi kas atau likuiditas suatu perusahaan maka makin tinggi
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) menunjukkan bahwa
cash position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Menurutnya
pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, sehingga semakin kuat posisi
kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar
dividen. Oleh karena itu Cash Position merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya
dividen yang dibayarkan.
2.3.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividen Payout Ratio
Seorang investor tidak hanya melihat kemungkinan tingkat
pengembaliannya tetapi juga melihat seberapa besar resiko yang ditanggung
perusahaan. Semakin besar hutang yang dipakai untuk mendanai perusahaan
maka tingkat resikonya juga semakin tinggi. Peningkatan hutang ini akan
mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia, artinya semakin
tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsih, 2002: 80).
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001 : 5) menunjukkan
bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
Semakin besar porsi hutang yang digunakan untuk struktur modal, maka
semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang mempengaruhi
laba bersih yang tersedia, sehingga ikut mempengaruhi dividen yang akan
untuk membayar kewajibannya. DER mempunyai hubungan negative dengan
DPR.
2.3.4. Pengaruh Return on Investment terhadap Dividen Payout Ratio
Perusahaan yang mempunyai laba stabil lebih dimungkinkan membayar
dividen dalam presentase yang besar dibandingkan perusahaan yang labanya
berfluktuasi (Weston dan Copeland, 1997 : 291), demikian halnya dengan
pembayaran dividen yang tinggi biasanya dalami industri yang tidak
melakukan ekspansi secara potensial, maka pendapatan sebagian besar bisa
diberikan kepada pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2011) menyatakan ROI yang
tinggi menunjukan efisiensi dan efektivitas pengelolaan asset, yang berarti
semakin baik. Laba diperoleh dari selisih antara harta yang masuk
(pendapatan dan keutungan). Laba perusahaan tersebut dapat ditahan (sebagai
laba ditahan) dan dapat dibagi sebagai dividen. Sehingga peningkatan
laba bersih perusahaan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi
berupa pendapatan dividen bagi investor.
Sesuai dengan perumusan masalah serta landasan toeri yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun sebuah bagan kerangka pikir, seperti
Ga mbar . 2.1 : Diagram Ker angka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis yang dapat
digunakan sebagai dugaan sementara adalah sebagai berikut :
1. Diduga ada pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
2. Diduga ada pengaruh Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
3. Diduga ada pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio
pada perusahaan BUMN yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
4. Diduga ada pengaruh Return on Investment terhadap Dividend Payout Ratio
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel bebas (X) yaitu Cash
Position (X1), Current Ratio (X2), Debt to Equity Ratio (X3), dan Return on
Investment (X4), dan 1 (satu) variabel terikat (Y) yaitu Dividend Payout
Ratio.
Konsep dan definisi operasional, serta skala pengukuran dari
masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1.1. Variabel Bebas (X)
1. Current Ratio (X1)
Current Ratio mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan
bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali
(X). Rumus untuk menghitung Current Ratio adalah sebagai berikut :
Current Ratio =
ar PasivaLanc
ar AktivaLanc
Sumber : Husnan (2004:72)
2. Cash Position (X2)
Cash Position merupakan rasio posisi kas atau keadaan kas
Cash Position dapat diformulasikan sebagai berikut:
Sumber : Sudarsih (2002: 79) 3. Debt to Equity Ratio (X3)
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total modal yang digunakan perusahaan. Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali
(X). Debt to Equity Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
Sumber : Husnan (2004: 70)
4. Return on Investmen (X4)
Return on Investmen merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup
investasi yang telah dikeluarkan. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).
Return on Investmen dapat diformulasikan sebagai berikut:
ROI =
Sumber : Husnan ( 2004:74)
3.1.2. Variabel Terikat (Y)
Deviden Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividen per
lembar saham dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham
dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah kali
(X). Dividend Payout Ratio dapat diformulasikan sebagai berikut:
Dividend Payout Ratio =
Sumber : Subramanyam (2008 : 45)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang go publik di Bursa
Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 dan tercatat ada 20
perusahaan.
3.2.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling
artinya teknik penentuan sampel yang ditujukan untuk tujuan tertentu dan
berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan.
Kriteria perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Merupakan perusahaan BUMN yang ada di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2011.
2. Perusahaan memiliki data yang lengkap
3. Perusahaan BUMN yang membagikan dividen selama periode
Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan diatas, maka
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 46 laporan
keuangan dari 16 perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek
Indonesia selama periode 3 tahun.
Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. PT. Adhi Karya, Tbk. (Persero) (ADHI)
2. PT. Aneka Tambang, Tbk. (ANTM)
3. PT. Bank Mandiri, Tbk. (Persero) (BMRI)
4. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. (BBNI)
5. PT. Bank Tabungan Negara (BBTN)
6. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BBRI)
7. PT. Timah, Tbk. (Persero) (TINS)
8. PT. Jasa Marga, Tbk. (Persero) (JSMR)
9. PT. Kimia Farma, Tbk. (Persero) (KAEF)
10.PT. Krakatau Steel, Tbk. (KRAS)
11.PT Pembangunan Perumahan (PTPP)
12.PT. Perusahaan Gas Negara, Tbk. (PGAS)
13.PT. Semen Gresik, Tbk. (Persero) (SMGR)
14.PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk. (PTBA)
15.PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Persero) (TLKM)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif. Sedangkan dilihat dari cara memperolehnya, data
yang dipergunakan merupakan data sekunder berupa data keuangan
perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2009
sampai dengan tahun 2011, yang meliputi laporan Neraca (Balance Sheet)
dan Laporan Laba Rugi (Income Statement). Data yang digunakan tersebut
diambil dari Bursa Efek Indonesia.
3.3.2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Merupakan metode pengumpulan data yang bersifat teoritis
atas dasar kepustakaan, yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
memahami buku-buku literatur serta laporan hasil penelitian terdahulu
yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.
2. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mencatat data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang sesuai
dengan obyek penelitian. Dalam metode ini peneliti mengambil data
laporan keuangan perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, yang meliputi
laporan Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Laba Rugi (Income
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini
tidak bias (sesuai dengan tujuan). Untuk mengambil keputusan BLUE,
maka harus dipenuhi diantaranya asumsi-asumsi klasik yang tidak boleh
dilanggar oleh persamaan tersebut, (Gujarati, 1999 : 153) yaitu :
1. Normalitas
Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk
menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model
regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui
apakah data tersebut berdistribusi normal, digunakan uji Kolmogorov
Smirnov
Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau
nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka data tersebut
berdistribusi normal (Sumarsono, 2004 :40)
2. Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). (Gujarati,
1999 : 128)
Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat
digunakan uji Durbin Watson, dengan ketentuan sebagai berikut :
2. Angka Durbin Watson diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi
3. Angka Dubin Watson, dibawah -2, berarti ada autokorelasi negatif
3. Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
(Ghozali, 2002 : 57). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat
besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance
Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi
tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas
Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)
4. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2002: 69). Alat uji yang
digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas secara
kuantitatif dilakukan dengan melihat Grafik Scatter Plot.
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Adapun model
persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
(Sumber : Suharyadi, 2004: 508)
Keterangan :
Y = Dividend Payout Ratio.
X1 = Current Ratio
X2 = Cash Position
X3 = Debt to Equity Ratio
X4 = Return on Investment
bo = Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi
e = Standart Error
3.5.2. Uji Hipotesis
3.5.2.1.Uji Kesesuaian Model
Uji F ini dilakukan untuk menguji sesuai tidaknya model regresi yang
Equity Ratio dan Return on Invenment terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
Prosedur Uji F :
1. H0 : b1,b2,b3,b4 = 0
(artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat
pengaruh Current Ratio, Cash Position, Debt to Equity Ratio
dan Return on Invenment terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek Indonesia)
H1 : b1,b2,b3,b4 ≠ 0
(artinya model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat
pengaruh Current Ratio, Cash Position, Debt to Equity Ratio
dan Return on Invenment terhadap Dividend Payout Ratio pada
perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek Indonesia)
2. Pada penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok.
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan cocok.
3.5.2.2.Uji Parsial
Uji t ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan secara
empiris pengaruh Current Ratio, Cash Position, Debt to Equity Ratio dan
Prosedur Uji t :
1. H0 : bj = 0
(artinya tidak ada pengaruh yang signifikan Current Ratio,
Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Invenment
terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan BUMN
yang go publik di Bursa Efek Indonesia)
H1 : bj ≠ 0
(artinya ada pengaruh yang signifikan Current Ratio, Cash
Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Invenment
terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan BUMN
yang go publik di Bursa Efek Indonesia)
2. Pada penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan :
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak,
yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan Current
Ratio, Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Invenment terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan
BUMN yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima,
yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan Current Ratio,
Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Invenment
terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan BUMN yang go
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan
sampel laporan keuangan dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang
ada di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Terdapat 20 perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI. Jumlah sampel yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 46 laporan keuangan dari 16
perusahaan BUMN yang go publik di Bursa Efek Indonesia selama periode
2009-2011 (3 tahun).
Berikut ini merupakan sejarah singkat, profil singkat, serta
informasi mengenai tanggal dan harga pada saat Penawaran Umum Perdana
Saham (IPO) dari perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian :
1. PT. Adhi Karya, Tbk. (Persero) (ADHI)
PT. Adhi Karya, Tbk. didirikan pada tanggal 11 Maret 1960
oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Surat Keputusannya. Status
ADHI sebagai Perusahaan Negara kemudian berubah menjadi
Perseroan Terbatas pada tahun 1974. Akta Pendirian ini kemudian
diperkuat oleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa
dalam bidang teknologi informasi, real estat dan agro industri.
Beralamat di Jl. Raya Pasar Minggu Km. 18 Jakarta 12510.
Pada tanggal 8 Maret 2004, ADHI memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum kepada
masyarakat atas 441.320.000 saham biasa dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp150,- per saham.
2. PT. Aneka Tambang, Tbk. (ANTM)
Perusahaan ini berdiri dengan nama "Perusahaan Negara (PN)
Aneka Tambang" tanggal 05 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tanggal 5 Juli 1968. PT. Aneka Tambang merupakan
Perusahaan Industri Pertambangan yang bergerak di Bidang
Pertambangan Umum yang menghasilkan Nikel, Emas dan Mineral
lainnya, dengan orientasi ekspor. Perusahaan ini beralamat di Gedung
Aneka Tambang, Jl. Letjen TB Simatupang No. 1, Lingkar
Selatan/Tanjung Barat, Jakarta 12530.
Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham ANTM (IPO) kepada masyarakat sebanyak
430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan