• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PENUTUP. value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan. pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 6 PENUTUP. value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan. pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

112 BAB 6 PENUTUP

6.1. Simpulan

Pada penjelasan yang telah diuraikan pada pembahasan dua bab sebelumnya, telah diungkapkan tiga unsur model bisnis yang terdapat pada organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto, meliputi value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka disimpulkan bahwa organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto, Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul ini memiliki Model Bisnis Volunter atau Volunterism-Based Model. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian karakter organisasi dengan Model Bisnis Volunter seperti yang diungkap dalam Kusumasari, dkk. (2015), yaitu:

a. Proposisi Nilai (Value Preposition)

Value preposition atau preposisi nilai menjelaskan latar belakang terbentuknya organisasi, keuntungan yang coba ditawarkan, serta cara penawaran produk organisasi tersebut. Berdasarkan latar belakang berdirinya, Volunterism-based Model berangkat dari kerelaan seseorang untuk melakukan sesuatu, berdasarkan panggilan atau dorongan hati. Kusumasari, dkk. (2015) menjelaskan dalam proposisi nilai setiap organisasi harus mampu menjelaskan isu sosial yang

(2)

113

diharapkan untuk diselesaikan oleh organisasi dan menentukan sasaran penggunanya dengan cermat. PAMDes Ngudi Ajining Tirto dirintis karena rasa keprihatinan Damanhuri akan sulitnya mengakses air bersih di Banyusoco, kemudian bersama dua orang rekannya, Widodo dan Haryono merelakan BPKB-nya digadaikan untuk membeli peralatan guna membangun sistem pengelolaan air di dusun mereka. Keuntungan yang coba ditawarkan para perintis kepada sasarannya, yakni warga Ketangi kala itu adalah kemudahan akses terhadap air bersih, baik dalam hal jarak maupun biaya. Artinya warga Dusun Ketangi tak perlu lagi berjalan ke Sungai Oyo atau mata air Tuk Sewu untuk mengambil air, tak perlu pula membeli air dari derigen dan tangki dengan harga mahal, melainkan dapat langsung mendapatkan air dari bak penampungan terdekat, bahkan langsung dari kran rumah warga. Cara penawaran yang dilakukan adalah dengan memberikan bukti terlebih dahulu bahwa sistem pengelolaan air bersih dapat mengalirkan air dengan lancar dengan membangun prototype-nya berupa tiga bak penampungan di Dusun Ketangi yang dapat diakses langsung oleh masyarakat sekitar secara cuma-cuma pada lima hari pertama. Hal itu dilakukan untuk membentuk kepercayaan warga bahwa sebuah sistem pengelolaan air yang baru saja dibangun di Dusun Ketangi memberi manfaat positif bagi kehidupan. Seperti halnya organisasi kewirausahaan sosial yang memiliki Model Bisnis Volunter lainnya yang bergerak untuk

(3)

114

menciptakan kesetaraan kaum marginal, PAMDes Ngudi Ajining Tirto yang secara resmi berdiri pada tahun 2008 ini pun memiliki misi sosial untuk menghapus ketimpangan air bersih yang dialami warga Dusun Ketangi terhadap daerah-daerah lain di Indonesia dan mencapai kesetaraan dalam hal akses terhadap air bersih.

b. Penciptaan Nilai (Value Creation)

Kusumasari, dkk. (2015) dalam bukunya yang berjudul Memahami Model Bisnis Organisasi Sosial (Social Entrepreneurship) di Indonesia mengungkapkan setelah organisasi mampu mendefinisikan tujuannya dengan jelas, maka dalam menciptakan nilai, organisasi perlu merumuskan aktivitas yang jelas dan beragam untuk mendukung visi dan misi organisasi. Penciptaan nilai atau value creation mencakup lima hal yaitu aktivitas organisasi untuk mencapai nilai organisasi, cara kerja organisasi, keberlanjutan organisasi, kerja sama organisasi, dan pembiayaan suatu organisasi.

Dalam organisasi kewirausahaan dengan Volunterism-based Model nilai yang ingin dicapai organisasi adalah nilai sosial dengan pendorong nilai utama yaitu pelayanan sosial. Aktivitas dan cara kerja organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto sesuai dengan karakteristik model tersebut, yaitu melakukan pelayanan sosial terhadap akses air bersih masyarakat, mulai dari mengalirkan air, kontrol terhadap mesin secara rutin, hingga menangani kerusakan yang ada. Nilai sosial juga dikedepankan oleh PAMDes ini dengan

(4)

115

memberikan potongan harga khusus bagi warga kurang mampu, tempat umum, dan tempat ibadah.

Value creation mencakup how the company makes money, atau strategi pembiayaan. Pembiayaan organisasi dengan Volunterism-based Model bersumber dari donatur, swadaya, masyarakat, serta penjualan produknya. PAMDes Ngudi Ajining Tirto mengandalkan penjualan produk dan jasanya berupa iuran masyarakat pelanggan PAMDes yang ditarik setiap satu bulan sekali. Uang tersebut kemudian dialokasikan untuk kepentingan operasional PAMDes dan upah bagi pekerja.

PAMDes Ngudi Ajining Tirto Desa Banyusoco menjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar dalam hal tenaga untuk pemasangan sistem air. Selain itu juga dengan pemerintah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Paguyuban Air Minum Masyarakat Yogyakarta (Pammaskarta) baik level Kabupaten Gunungkidul maupun Provinsi DIY dalam hal pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah di luar Banyusoco yang masih belum memiliki akses yang baik terhadap air bersih. Kerja sama yang dilakukan semata-mata dalam hal pemberdayaan masyarakat dan bukan bantuan finansial. Hal ini sesuai dengan karakter organisasi kewirausahaan sosial dengan Model Bisnis Volunter yang juga bergerak di bidang pendampingan masyarakat disamping pelayanan sosial.

(5)

116

Keberlanjutan PAMDes Ngudi Ajining Tirto, seperti halnya

Volunterism-based Model lainnya yakni bergantung pada

kesukarelaan dan komitmen kuat dari para pengurus untuk mengelola organisasi. Selain itu, untuk menjaga ketersediaan produknya yang berupa air bersih, PAMDes ini juga memperhatikan kelestarian alam sekitarknya sehingga cadangan air tetap ada.

c. Tangkapan Nilai (Value Capture)

Value capture atau tangkapan nilai menekankan pada cara organisasi mendapatkan keuntungan, pengukuran kinerja organisasi, definisi sukses bagi organisasi dan hambatan yang dialami organisasi. Pada organisasi volunter, berbagai aktivitas yang dilakukan bertujuan menyelesaikan masalah sosial, sehingga keuntungan finansial sama sekali tidak menjadi tujuan. Setiap orang yang berkreativitas di dalam organisasi berbasis volunterism menyadari bahwa kontribusi yang mereka berikan pada organisasi bersifat sukarela dan cenderung tidak memperoleh gaji. PAMDes Ngudi Ajining Tirto mendapatkan keuntungan dari pendapatan iuran warga pelanggan setiap bulannya rata-rata sebesar Rp7.500.000,-. Dana sebesar itu dimanfaatkan untuk operasional PAMDes, cadangan kas, dan upah bagi pengurus. Meskipun pengurus mendapatkan upah ada yang setiap bulan dan setiap setahun sekali, namun keuntungan finansial terbesar dialokasikan untuk kepentingan organisasi (Kusumasai, dkk., 2015) yaitu untuk pembiayaan operasional dan cadangan kas, sehingga

(6)

117

apabila ada mesin rusak tidak perlu ada tarikan lagi yang dibebankan kepada pelanggan.

Organisasi berbasis volunter menganggap terselesaikannya masalah sosial sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengukur kinerja. Sementara definisi sukses bagi organisasi dengan model volunter adalah kemandirian kelompok sasaran, tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, PAMDes Ngudi Ajining Tirto telah berhasil mencapai tujuannya dalam menyelesaikan masalah sosial berupa kesulitan mengakses air bersih tak hanya di Dusun Ketangi, namun juga di tiga dusun lain di Banyusoco, bahkan di satu dusun tetangga desa. PAMDes ini telah memberikan kemudahan akses air sehingga warga dapat lebih hemat tenaga, jarak, waktu, dan biaya. PAMDes ini juga dapat dikatakan sukses karena telah mandiri tidak bergantung pada organisasi manapun, bahkan telah membantu daerah-daerah lain untuk keluar dari masalah kesulitan mengakses air bersih. Meski demikian, organisasi kewirausahaan sosial yang telah sepuluh tahun melayani masyarakat ini tak lepas dari hambatan-hambatan. Kusumasari, dkk (2015) mengungkapkan dalam tangkapan nilai, untuk menjadi organisasi yang sukses, maka organisasi perlu memikirkan langkah-langkah yang harus dilakukan apabila menghadapi hambatan. Seperti layaknya organisasi penganut Model Bisnis Volunter lainnya yang mengalami keterbatasan anggaran dan resitensi masyarakat, pada awal dirintisnya PAMDes ini juga

(7)

118

kekurangan dana sehingga harus menggadaikan BPKB dan berhutang kepada toko besi juga sempat diragukan kemampuannya oleh masyarakat, namun akhirnya berhasil keluar dari krisis dan diterima sebagian besar masyarakat Banyusoco.

Sebagai organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto telah mendefinisikan masalah dan upaya mengatasinya, merumuskan aktivitas dan cara kerja, serta mengatasi segala hambatan yang ada dengan menjalankan karakter-karakter Volunterism-Based Model seperti uraian di atas dan telah berhasil menjalankan model bisnis tersebut. Meskipun demikian ada beberapa hal yang masih menjadi permasalahan dalam jalannya organisasi yaitu daya listrik yang belum maksimal dan adanya wacana mengubah sitem organisasi menjadi BUMDes. Namun, sebagai sebuah organisasi yang dikelola masyarakat dan bergerak ada lingkup desa, PAMDes Ngudi Ajining Tirto telah berperan dalam mewujudkan salah satu dari MDGs serta membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pemerataan akses air bersih, khususnya pemerintah Kabuapaten Gunungkidul dan daerah-daerah lain yang dibantunya. Suatu prestasi yang diraih suatu organisasi dengan Model Bisnis Volunter yang dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh para pengurusnya. Prestasi yang telah dilakukan PAMDes Ngudi Ajining Tirto diharapkan dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia yang masih sulit mengakses air bersih untuk membuat pengelolaan air berbasis masyarakat secara sukarela demi terwujudnya pemerataan akses air bersih.

(8)

119 6.2. Saran

Organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto di Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul pada dasarnya telah menjalankan Model Bisnis Volunter dengan baik, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kelancarannya tetap terjaga, yaitu:

a. Masalah listrik yang selama ini menjadi kendala pada sistem pengelolaan air bersih di Desa Banyusoco, yang bahkan berdampak pada terhentinya aliran air di Dusun Kepek I dan Dusun Kepek II selama satu tahun terakhir tidak dapat dibiarkan terus-menerus. Pengurus PAMDes Ngudi Ajining Tirto harus berusaha mencarikan solusi agar listrik tak lagi menjadi kendala utama di era sekarang. Kerjasama dengan PLN dan bahkan pihak ilmuwan di perguruan tinggi dapat dilakukan untuk mendapatkan pemecahan masalah atas kendala listrik yang selama ini menghambat aliran air di Desa Banyusoco. Jika masalah listrik ini dapat diatasi, diharapkan pengelolaan PAMDes dapat lebih maksimal menjangkau warga Banyusoco.

b. Terkait adanya wacana Pemerintah Desa Banyusoco yang hendak menjadikan PAMDes Ngudi Ajining Tirto sebagai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga perlu dipertimbangkan melalui musyawarah

(9)

120

antara pengurus PAMDes, pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan warga sebagai pelanggan PAMDes. Dengan bergabung menjadi BUMDes diharapkan kerjasama dengan pihak-pihak di luar PAMDes dapat lebih mudah dilakasanakan karena alur birokrasinya jelas. Dengan berbentuk BUMDes diharapkan kontrol para pelanggan terhadap aktivitas organisasi dapat lebih terjaga.

c. BUMDes pengelolaan air yang bersinergi dengan baik dengan pemerintah desa dan masyarakat ke depannya disarankan untuk menmanfaatkan segala potensi sumber mata air yang ada di Banyusoco dan tidak hanya menggunakan sumber air di tepi Sungai Oyo, sehingga cakupan layanan air dapat menjangkau masyarakat Desa Banyusoco secara keseluruhan.

d. Keberlanjutan organisasi ini dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) juga perlu diperhatikan. PAMDes ini memang mengedepankan komitmen pengurus untuk mengelola organisasinya sehingga tidak ada pergantian pengurus selama sepuluh tahun berdiri. Masyarakat sebagai pelanggan juga menyerahkan kepengurusan kepada pengurus yang ada sehingga kurang terlibat dalam pengelolaan PAMDes Ngudi Ajining Tirto, padahal sangat diperlukan regenerasi untuk menjaga eksistensi PAMDes apabila kelak para pengurus yang sekarang menjabat tak bisa lagi mengemban amanah. Oleh karena itu, sangat disarankan adanya pelibatan beberapa pemuda dalam kepengurusan PAMDes yang dilatih untuk mengatasi masalah teknis maupun

(10)

121

nonteknis, sehingga di kemudian hari PAMDes ini dapat terus-menerus berlanjut demi kepentingan anak cucu di Desa Banyusoco. Sebab, keberlanjutan dan kekayaan secara Sumber Daya Alam berupa air bersih dari mata air Tuk Sewu tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada SDM yang mengelolanya. Menjadi BUMDes tak harus berarti pengurus berganti, pengurus dapat pula merupakan pengurus saat ini, namun perlu dilakukan penyadaran kepada masyarakat bahwa pengurus tidak selamanya dapat mengelola air, sehingga regenerasi sangat diperlukan yang dapat diperoleh kesepakatan melalui musyawarah dengan berbagai pihak.

e. Untuk menjaga keberlanjutan SDM pengelola PAMDes, kemungkinan perubahan model bisnis pada PAMDes Ngudi Ajining Tirto dari

Volunterism-based Model ke Model Bisnis Murni yang

memperbolehkan pengurus mendapatkan profit yang lebih ‘layak’ juga perlu dipertimbangkan. Karena mengubah menjadi Model Bisnis Murni juga dapat berdampak pula kepada kenaikan tariff iuran yang dibebankan kepada pelanggan. Namun, hal ini dapat pula menjadi salah satu opsi untuk menarik orang agar mau menjadi pengurus jika tidak ada lagi warga yang sukarela mengelola air bersih di Banyusoco seperti yang dilakukan Damnhuri dan timnya saat ini.

f. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang telah berlaku di Banyusoco memiliki beberapa gap antara apa yang tertulis dengan kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

(11)

122

perubahan pada AD/ART untuk menyesuaikan perkembangan yang ada agar AD/ART ini benar-benar menjadi pedoman bagi berjalannya PAMDes Ngudi Ajining Tirto dan tak semata-mata menjadi pajangan yang dimiliki organisasi.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri,

Asli Surat Pernyataan tidak akan mengajukan pindah tugas sebelum memiliki masa kerja selama 10 (Sepuluh) tahun sejak diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di

Tjang Riyanto and Partners untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang dianggap kurang sehingga perusahaan dapat menjadi sadar bahwa pasien adalah bagian terpenting dalam

Borang Unit Pengelola Program Studi Diploma, AMIK Raharja Informatika Tangerang 2012 77 ilmiah/penelitian dosen yang akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dapat dilakukan

Dengan pemberlakuan IHR 2005 sejakTahun 2007 menuntut setiap negara anggotanya untuk mampu melaksanakan deteksi dini dan respon cepat terhadap setiap kejadian yang

Artikel berita seputar konflik antara Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat tentang kenaikan harga BBM menjadi objek penelitian yang nantinya akan digunakan dalam

Pada tahun 2013, dari jumlah wajib pajak di Kecamatan Kendari sebanyak 4.395 orang, dapat terealisasi 101,2 persen dari target pembayaran pajak dengan Kelurahan Kendari Caddi

Pengeluaran tunai melalui ATM atau kaunter Bank Rakyat akan dikenakan bayaran perkhidmatan sebanyak 3% atau RM21.20 yang mana lebih tinggi manakala bagi pengeluaran tunai yang