• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS SUMBER ENERGI TERBARUKAN SETEMPAT DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SEKTOR PERIKANAN DI DESA TABLOLONG, NTT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS SUMBER ENERGI TERBARUKAN SETEMPAT DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SEKTOR PERIKANAN DI DESA TABLOLONG, NTT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS SUMBER ENERGI TERBARUKAN

SETEMPAT DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SEKTOR PERIKANAN DI

DESA TABLOLONG, NTT

Kamaruddin Abdullah, Aep Saepul Uyun, Herman Noer Rahman dan Eri Suherman Sekolah Pascasarjana, Universitas Darma Persada

Email:Kamaruddinabd@gmal.com

ABSTRAK

Dalam rangka penelitian MP3EI tahun ke 3 telah dipilih desa Tablolong, di NTT sebagai obyek penelitian. Desa ini mempunyai penduduk 1116 jiwa dengan sebaran penduduk berpendidikan SMA 21.8%, SMP 25.3% dan SD 50.5%. Dari hasil analisis Table I/O diketahui bahwa sektor penghela ekonomi desa adalah sektor rumput laut yang memberi sumbangan sebesar 32.8% terhadap PDRB yang diikuti oleh sektor perikanan 27.9%. Potensi hasil rumput laut dengan 4 kali panen dalam setahun mencapai 548 ton. Selama ini para petani rumput laut menjemur rumput laut mereka diterik matahari, yang hasilnya sering tercampur kotoran dan debu sehingga kualitasnya kurang baik. Untuk mengatasi masalah di desa Tablolong dibangun mesin pengering hibrid surya dan angin dengan ukuran 4 m x 6 m dengan kapasitas pengeringan sebesar 300 kg. Hasil analisis aliran dana menunjukkan bahwa dengan sistem sewa dengan pinjaman bunga bank sebesar 14%, pengelola mesin pengering surya hibrid ini mampu mendapat keuntungan dengan nilai ROI sebesar 21.26%, titik impas 4 tahun, dengan nilai NPV sebesar Rp.59,716,142 selama 10 tahun operasi.

Kata kunci: rumput laut, pengering surya hibrid, analisis aliran dana, Tabel I/O

1 PENDAHULUAN

Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diluncurkan pada tahun 2011, merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi

(3)

secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi (MP3EI,2011).

2 PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dilakukan di koridor ekonomi 5, yaitu di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dimana prioritas pembangunannya ditujukan untuk membangun sektor wisata dan perikanan dan peternakan. Untuk sektor perikanan salah satu masalah pembangunan di koridor 5 adalah pengembangan budidaya laut berupa rumput laut. Pengolahan rumput laut di koridor ekonomi 5 ini masih bersifat tradisional yaitu dengan menjemur di terik matahari dimana produknya sering tercampur kotoran dan debu sehingga mempunyai kualitas rendah. Untuk itu dikoridor 5 ini perlu terapkan mesin pengering hibrid surya dan angin sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas produk rumput laut.

3 TUJUAN PENELITIAN

a) Menyusun Table I/O Desa Tablolong b) Menentukan PDRB desa Tablolong

c) Menentukan keekonomian mesin pengering surya hibrid untuk rumput laut serta pengaruhnya terhadap PDRB

4 TINJAUAN PUSTAKA

4.1 BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih. Ciri utamanya, tidak mempunyai alat berupa akar, batang, dan daun yang dinding selnya dilapisi lendir. Alga jenis rumput laut ini bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat bergantung dari factor-faktor osenografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis substrat dasarnya. Untuk

(4)

pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallusnya. (Anggadiredja,dkk, 2008).

Rumput laut banyak dibudidayakan di berbagai wilayah perairan laut Indonesia, seperti Karimun Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, NTT dan Papua. Rumput Laut banyak dibudidayakan dan diperdagangkan karena rumput laut merupakan bahan baku berbagai produk olahan bernilai ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun non pangan. Karaginan sebagai hasil olahan rumput laut selanjutnya diolah lagi menjadi bahan makanan minuman, pet-food, bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Selain itu rumput laut diproses menjadi bahan emulsi, pembentuk gel, bahan film dan pembentuk busa pada sabun. Karena luasnya potensi pasar dan pengembangan ke depan maka budidaya rumput laut, dijadikan program primadona oleh pemerintah dalam revitalisasi pertanian. Menurut Giat Sunarto (1985), upaya pemasyarakatan budidaya rumput laut sudah lama dilakukan. Pada dekade 1960-an di Labuan Haji Kabupaten Lombok Timur budidaya dan pemrosesan rumput laut mulai disosialisasikan.

Salah satu bentuk sosialisasi itu adalah penanaman dan pengolahan rumput laut menjadi bahan makanan siap pakai yaitu agar-agar. Pada tahun 1984 dilakukan budidaya rumput laut Eucheuma sp di Desa Batu Nampar, Teluk Ekas, Lombok, dengan luas areal 1,08 Ha. Metoda budidaya yang diterapkan adalah rakit apung dengan ukuran 4,0 × 8,0 m2 setiap rakit. Bibit jenis unggul didatangkan dari Bali dan sebagian dipenuhi dari daerah sekitar lokasi. Sebuah rakit memerlukan bibit 10 kg dan dengan pemeliharaan selama 4 bulan diperoleh hasil panen ± 640 kg berat basah atau ± 100 kg setelah menjadi kering. Saat ini jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah rumput laut jenis Eucheuma sp. Alasan dibudidayakannya rumput laut jenis ini secara luas adalah mengikuti arah perkembangan permintaan pasar. Eucheuma sp diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1984 di Nusa Dua, Nusa Penida, Nusa Celingan Bali dan Lombok Timur. Bibit rumput laut ini didatangkan dari Filipina. (Anggadireja, 2005). Rumput laut jenis Eucheuma Cottonii sangat baik pertumbuhannya pada wilayah yang memikiki ciri : arus kuat, pantai berkarang serta, air laur jernih dan tingkat penyinaran yang tinggi. (Dwi Yahya, 2013).

(5)

4.2 METODA PENANAMAN (YUNIAS DAO, 2013)

Terdapat berbagai metodapenanaman antara lain metoda dasar, metoda lepas dasar (Off bottom method), metoda floating rack method dan metoda long line. Untuk metoda long yang merupakan cara yang paling banyak diminati petani rumput laut karena di samping fleksibel dalam pemlihan lokasi, juga biaya yang di keluarkan lebih murah. adapun teknik budidaya rumput laut Eucheuma sp. dengan metode ini adalah sebagai berikut:

 Bibit rumput laut diikat pada tali ris dengan jarak antar bibit 25 cm dan panjang tali ris mencapai 50 – 75 cm atau sesuai keinginan petani rumput laut.

 Jangkar diikat pada kedua tali utama yang di bawahnya sudah diikatkan pada jangkar, batu karang atau pemberat.

 Untuk mengapungkan rumput laut pelampung diikatkan dari Styrofoam,atau dari botol plastik atau jika ada pelampung khusus, upayakan jarak bibit dengan permukaan laut berkisar 10 – 15 cm, dengan penetapan posisi pelampung yang tepat.

 Pada satu bentangkan tali ris utama dapat diikat beberapa tali ris dengan jarak antara tali ris 1 meter. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi beradunya tali ris akibat ombak atau arus laut.

Tabel 1. Menunjukkan potesni rumput laut di provinsi NTB. Terlihat jelas potensinya cukupbesar

Tabel 1. Potensi rumput laut di NTB No Komoditas Potensi produksi (ton) Nilai Potensi (Rp Juta) Relaisasi Produksi (ton) Nila Produksi (Rp Juta) Tingkat Pemanfaatan (%) 1 Rumput laut 209480 633000 31162.8 19476,75 14,8 2 Mutiara 1,5 300000 1,217 304250 80 3 Kerapu,kakap,dll 11680 140000 211,4 47277,2 2 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB (2003).

4.3 PASCA PANEN

Rumput laut setelah dipanen dibersihkan dicuci dengan air laut, dibersihkan dari kotoran dan dari tanaman lain, kemudian dijemur diatas para-para bambu atau diatas plastik atau jaing sehingga

(6)

tidak terkontaminasi dengan pasir. Pada kondisi matahari terik pengeringan dapat berlangsung selama 2 - 3 hari. (Yunias Dao, 2013). Kamaruddin, dkk (2013), menggunakan mesin pengering surya hibrid untuk mengeringkan rumput laut selama satau hari dari 45%bb. menjadi 35 %bb. Umumnya di daerah produsen rumput laut proses pengolahannya berhenti di proses pengeringan dan belum ada upaya untuk melakukan pengolahan lebih lanjut seperti pemuatan bahan baku untuk pangan , kosmetik, atau bahan farmasi (Kamaruddin, dkk, 2012).

4.4 PEMASARAN

Pemasaran rumput laut untuk ekspor umumnya masih berbentuk rumput laut kering Hasil eksport menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan seperti ditunjukkan pada Table 2.

Tabel 2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Rumput Laut, 2001 – 2005 (Sumber Ditjen Perikanan Tangkap, DKP,RI,, 2006)

Tahun volume

Nilai

(US$ 1000) Harga

Jumlah ( ton ) Perkembangan jumlah Perkembangan US$ / kg.

2001 27.874 17.230 0,618139 2002 28.560 2,46% 15.785 -8,39% 0,552696 2003 40.162 40,62% 20.511 29,94% 0,510707 2004 51.011 27,01% 25.296 23,33% 0,495893 2005 63.020 23,54% 39.970 58,01% 0,634243 5 METODOLOGI

Hal yang pertama dilakukan adalah melakukan survai potensi sumber energi terbarukan dan kondisi sosial ekonomi desa untuk menyusun Tabel I/O. Dari hasil penyusunan Table I/O ini akan terlihat sektor ekonomi mana yang menjadi sektor penghela ekonomi desa. Dengan mengetahui sektor ekonomi penghela ini kemudian diterapkan teknologi energi terbarukan untuk meningkatkan nilai tambah dari sektor ekonomi penghela tadi. Pada penelitian ini teknologi energi yang diterapkan adalah berupa teknologi pengering surya hibrid dengan energi angin. Setelah mesin pengering surya hibrid dibangun maka dilakukan analisis aliran dana dari pengering surya hibrid yang dijadikan Pusat Pengolahan Skala Kecil (PPSK) desa. Dari hasil analisis aliran dana ini kemudian dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap PDRB yang dihitung dari Tabel I/O.

(7)

LEAP model kemudian diterapkan untuk menentukan skenario pembangunan ekonomi desa untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Tablolong dapat dicapai melauui jalur darat dari Kota Kupang memakai kendaraan roda empat ,dengan jarak tempuh sekitar 30 km ke arah barat , kondisi jalan secara umum beraspal, namun dengan alur tanjakan dan berbelok, sehingga kecepatan yang aman tidak dapat melebih rata-rata 20 km/ jam. Letak geografis desa Tablolong sebelah utara berbatasan denagn desa Tesabela, di selatan berbatasan dengan desa Lifuleo, di Timur berbatasan dengan desa Tesabela dan desa Lifuleo, sebelah barat berbatasan laut (lautan Hindia). Jumlah Penduduk 1116 jiwa, laki-laki 569 jiwa, dan perempuan 547 jiwa dan terdiri dari 278 KK. Desa Tablolong mempunyai luas wilayah keseluruhan sekitar 18 km2 , dengan panjang pesisir atau garis pantai sekitar 3.5 km.

6.1 SEBARAN PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN

Tabel 3 berikut menyajikan sebaran mata pencaharian penduduk desa Tablolong, dimana terlihat mayoritas adalah bekerja sebagai nelayan dan petani rumput laut dan sebagian menjadi petani. Sisanya bekerja sebagai peternak, wiraswasta dan PNS.

Tabel 3. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian

Pada Tabel 4 ditunjukkan tingkat pendidikan penduduk desa Tablolong.

Tabel 4. Distribusi pendudukn berdasarkan tingkat Pendidikan: No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 S3 -

2 S2 3

3 S1 17

4 D3 6

No Mata Pencaharian Junlah KK

1 Petani 30

2 Peternak 11

3 Nelayan dan Petani Rumput laut 274

4 Wiraswasta/Pedagang 10

(8)

5 SMA 232

6 SMP 269

7 SD 537

6.2 BUDI DAYA RUMPUT LAUT.

Lokasi rumput laut, terletak sepanjang pantai sebelah barat desa Tablolong, berjarak sekitar 500 meter dari pantai , sepanjang 2 s/d 3km. Jenis rumput laut yang ditanam adala Euchema cottoni (warna hijau), Saleacea gocem (hijau). Gracelaria (coklat), rumput laut local (merah). Cara yang dilakukan adalah dengan memakai sistem longline, dengan memakai jangkar berupa karung pasir, dan pelampung dari botol air mineral 1600 ml. Tali yang dipakai adalah tali tambang plastic dengan jarak sekitar 25 cm , sepanjang 25 meter. Jarak tanam Antara 25 cm disepanjang tali, dengan berat bibit 250 gr . Harga bibit sekitar Rp 4000/kg.

Panen dilakukan dengan memakai perahu kecil, diangkut ke pantai , dibersihkan, dijemur di atas para-para yang berukuran sekitar 3 x 4 m2. Ada petani yang sudah punya gudang untuk penyimpanan hasil panen yang sudah dijemur. Letak gudang berdampingan dengan rumah tinggal. Hasil untuk sekali panen adalah untuk tiap kk rata-rata 500 kg, dengan frekwensi

tanam/panen raya 4 kali dalam setahun harga jual kering adalah Rp 15.000 sd 20.000/kg. 6.3 POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Pada Gbr.1. terlihat potensi energi angin dimana 90.7% berada pada kisaran 0-5m/detik, dimana untuk kisaran 0-2.5 m/detik berada frekuansi 49.5%.

(9)

Gambar 1. Distribus i frekuensi energi angin di Kupang 6.4 TABEL I/O

Tabel I/O untuk desaTablolong dapat dilihat pada Table 5 berikut. Disni terlihat bahwa sektor rumput Sektor Intermediate Demand Final Demand Total Demand Import Total Output Total Supply 1. Rumput Laut 695,00 2200,00 2895,00 0,00 2895,00 895,00 31,52% 33,22% 32,80% 0,00% 45,69% 32,80% 2. Perikanan 0,00 2464,00 2464,00 0,00 2464,00 2464,00 0,00% 37,21% 27,91% 0,00% 38,89% 27,91% 3. Peternakan 13,60 436,21 449,80 223,64 226,16 449,80 0,62% 6,59% 5,10% 8,98% 3,57% 5,10% 4. Komersil/Warung 447,09 1522,05 1969,14 1408,20 560,94 1969,14 20,28% 22,98% 22,31% 56,52% 8,85% 22,31% 5. Transportasi+energi 1049,00 0,00 1049,00 859,45 189,55 1049,00

(10)

Tabel 5. Table I/O untuk desa Tablolong (dalam Juta Rp)

Laut merupakan sektor penghela ekonomi desa tablolong dengan pangsa sebesar 45.7%terhadap total output, diikuti oleh sektor perikanan sebesar 38.9%. Dari Tabel 5 dan hasil eksport dapat dihitung PDRB desa seperti ditunjukkan oleh Table 6 berikut.

Tabel 6. Nilai PDRB desa Tablolong (dalam Juta Rp) Sektor Nilai Persentage

of Final Demand

Persentase dari PDRB

Konsumsi rumah tangga 3851,69 58% (Konsumsi) 93% Eksport 2770,57 42% (Net Export-Import)= 7% Total permintaan akhir 6622,26 100%

Import (2491,29) -38%

PDRB 4130,96

6.5 ANALISIS ALIRAN DANA MESIN PENGERING SURYA HIBRID

Mesin pengering yang dibangun berukuran 4 m x 6 m dengan tinggi 2.4 m. Pengering ini mempunyai kapasitas 300 kg basah dan mampunmengeringkan dalam waktu 2.5 hari. Dengan biaya seperti pada Tabel 7 dapat dihitung parameter keekonomian dari mesin pengering surya hibrid. Disini diasumsikan bahwa skim pengoperasikan menerapkan sistem sewa yaitu sebesar 1000/kg rumput laut basah dengan menggunakan kredit sebesar 14%/tahun. Dari analisis aliran dana dapat diketahui nilai ROI sebesar 21.26%, titik impas 4 tahun dan nilai NPV selama 10 tahun sebesar Rp. 59716141.86. Gambar 2 menunjukkan pembayaran pinjaman pokok tiap tahun dimana terlihat bahwa pada tahun ke 4, pinjaman pokok tadi dapat dilunasi.

47,58% 0,00% 11,88% 34,50% 2,99% 11,88% Total 2204,69 6.622,26 8826,94 2491,29 6335,65 8826,94 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

(11)

Gambar 2. Hasil pembayaran biaya pinjaman pokok investasi.

6.6 4DAMPAK OPERASI MESIN PENGERING HIBRID TERHADAP PDRB DESA TABLOLONG

Bila dihitung dampak operasi mesin pengering hibrid terhadap PDRB hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Disni terlihat bahawa pada masa 10 tahun besarnya dampak penggunaan mesin pengering dapat menambahkan PDRB sebesar 5%.

Tabel 7.Dampak pengoperasian mesin pengering hibrid terhadap PDRB Tahun Ke- Pendapatan dari Instalasi Pengering PDB Income HH/Bulan % Kenaikan 0 4130964000 1,256,376 0% 1 -52200000 4078764000 1,240,500 -1,26% 2 -31261752 4099702248 1,246,868 -0,76% 3 -16060949 4114903051 1,251,491 -0,39% 4 -5229372 4125734628 1,254,785 -0,13% 5 2297795 4133261795 1,257,075 0,06% -1.00E+08 -5.00E+07 0.00E+00 5.00E+07 1.00E+08 1.50E+08 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pem b ay ar an p o ko k (R p ) Tahun

(12)

7 KESIMPIULAN

a) Penduduk Dusun Tablolong merupakan penghasil rumput laut dengan kapasitas produksi 548 Ton/tahun

b) Pangsa produksi sektor rumput laut 46% diikuti oleh sektor perikanan sebesar 38.9% c) Desa Tablolong mempunyai PDB sebesar Rp 4,130,964,000.-

d) Kontribusi PPSK (berupa pengering surya) terhadap PDB adalah 0.5% dalam 10 tahun.

Ucapan terima kasih

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan hibah Dikti No.251/SP2H/PI/DITLITABMAS/VII/2013

8 KEPUSTAKAAN

Anggadiredja, dkk,2008.. Rumput laut,Jakarta:Penebar Swadaya

6 10133770 4141097770 1,259,458 0,25% 7 15151416 4146115416 1,260,984 0,37% 8 18098114 4149062114 1,261,880 0,44% 9 19545807 4150509807 1,262,321 0,47% 10 19929544 4150893544 1,262.437 0,48%

(13)

Dwi Yahya, 2013. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Budidaya Rumput Laut (Metode Tali Letak Dasar).BNI.

Ditjen Perikanan Tangkap, DKP, RI, 2006.

8.1 DIAN, W, 2012.ANALISA USAHA BIDANG PERIKANAN “ USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SEAWEED CULTURE) METODA RAKIT APUNG “. HTTP://DIAN-W-FPK11.WEB.UNAIR.AC.ID/ARTIKEL_DETAIL

8.2 WISMAN INDRA ANGKASA, HERI PURWOTO, JANA ANGGADIREDJA. TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT. DIREKTORAT PENGKAJIAN ILMU KEHIDUPAN-BPPT.

8.3 HTTP://KENSHUSEIDESU.TRIPOD.COM/ID49.HTML .DIKUNJUNGI, AGUSTUS 201

9 YUNIAS DAO, 2013. BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEUMA SP.

10 HTTP://DENDIHIDAYAT12030.BLOG.TEKNIKINDUSTRI.FT.MERCUBUANA.A

Referensi

Dokumen terkait

Infiltrasi : wadah berisi materi daun dan campuran TBA, minyak parafin serta 1/3 bagian parafin disimpan dalam oven 58 o C selama 12 jam dan dituan seluruh parafin diganti

Integrated Microbanking System Collect adalah nama dari aplikasi yang diterapkan oleh BMT Kube Sejahtera Unit 068 Palangka Raya untuk operasional kerja pelayanan sismpan pinjam

Bagi kajian ini, rumah tradisional negeri Johor telah dipilih berdasarkan kepada isu yang timbul sejak kebelakangan ini terutama sekali yang berkaitan dengan seni bina asli

Gambar 2 menunjukkan nilai stabilitas yang dihasilkan dari Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) tanpa serat ijuk dengan umur curing 0 hari telah memenuhi syarat

Perancangan ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai seni tradisional Bantengan yang ada di kota Batu kepada masyarakat dengan jangkauan yang lebih

kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Diantara kedua variabel tersebut, motivasi memiliki pengaruh lebih dominan terhadap

Adapun kendala yang terjadi selama proses ini antara lain saat pasien dipanggil ke loket pendaftaran dan pasien adalah peserta BPJS, seringkali berkas-berkas

Gejala yang terkait dengan keluhan artritis adalah gejala umum berupa keluhan tidak nafsu makan, lemah/letih, sulit tidur dan penurunan berat badan. Dari seluruh responden, sebesar