• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dan mencipatakan sumber daya manusia yang berkualitas yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dan mencipatakan sumber daya manusia yang berkualitas yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Peranan pembangunan dibidang ketenagakerjaan adalah bagaimana menyediakan dan mencipatakan sumber daya manusia yang berkualitas yang mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan pembangunan diberbagai bidang. Disamping itu, kualitas sumber daya manusia juga merupakan salah satu aset penting dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan ungkapan populer yang menyatakan bahwa “man behind the gun” yang berarti bahwa keberhasilan dan kualitas pekerjaan sangat ditentukan oleh manusia yang mengerjakan bukan oleh alatnya. Bagaimanapun baiknya peralatan dan bahan, namun kualitas hasil lebih ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengerjakan atau orang yang dibelakang senjata.

Tenaga kerja sebagai sumber daya ekonomi menunjuk kepada kepemilikan pekerjaan tertentu, melakukan kegiatan bekerja, menempati lapangan kerja yang tersedia dan dapat menciptakan lapangan kerja baru untuk orang lain. Beberapa kondisi yang ada dewasa ini terutama dalam konteks pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi nasional. Kebutuhan yang sangat terasa, misalnya pencipataan lapangan kerja, pengurangan pengangguran, pengembangan sumber daya mansuia, yang pada gilirannya dibutuhkan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi dan produktif.

(2)

Sehingga untuk mencipatan dan menyediakan sumber daya manusia khususnya tenaga kerja yang berkualitas sehingga dapat merespon permintaan pasar tenaga khsususnya bagi negara-negara pengguna jasa tenaga kerja maka pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya untuk mengembangan sumber daya manusia pada umumnya dan pembangunan ketenagakerjaan khususnya kiranya memang merupakan keharusan dan kebutuhan yang semakin terasa dewasa ini.

Dalam menciptakan dan menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas ini merupakan tanggung jawab berbagai banyak pihak diantaranya adalah dari pemerintah. Begitupun halnya yang dialami oleh Secretaria de Estado da Formação Professional e Emprego (SEFOPE) di Timor Leste dalam menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja dalam mewujudkan kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan.

Sebagai negara yang baru saja merdeka, tentunya Timor Leste harus melakukan berbagai kegiatan atau pembangunan untuk mengisi kemerdekaannya sehingga dapat mencipatakan kesejahteraan hidup bagi masyarakatnya. Untuk mewujudkan hal ini salah satu dilakukan melalui pembangunan dibidang ketenagakerjaan. Karena pembangunan di bidang ketenagakerjaan sangat erat kaitannya dengan tenaga kerja. Dimana tenaga kerja merupakan salah satu aset yang dapat dimanfaatkan untuk mendatangkan devisa bagi keluarga maupun bagi negara. Dengan demikian keberhasilan pembangunan diantaranya ditentukan oleh berhasil tidaknya pembangunan dibidang ketenagakerjaan salah satu diwujudkan

(3)

melalui pengiriman tenaga kerja Timor Leste sebanyak-banyaknya ke luar negeri terutama ke negara-negara yang mempunyai hubungan bilateral dengan Timor Leste.

Untuk menyelenggarakan pelayanan dibidang ketenagakerjaan secara organik, diatur dalam Decreto Lei (Dekrit Pemerintah) No. 3 tahun 2008 tentang Secreteria de Estado Formacao Professional e Emprego (SEFOPE) atau dalam Bahasa Indonesia berarti Sekretariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan, dimana berfungsi sebagai pemerintah pusat yang mempunyai misi untuk menyusun konsep sentral dan menjamin semua aktivitas tentang pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi yang berkaitan dengan kebijakan ketenagakerjaan serta disahkan melalui Dewan Menteri untuk bidang ketenagakerjaan. Kebijakan ketenagakerjaan tersebut pada dasarnya mencakup pengembangan pendidikan dan pelatihan professional ketenagakerjaan dalam menciptakan sumber daya manusia Timor Leste yang berkualitas, menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara pekerja dan pengusaha, mencari dan memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang masalah ketenagakerjaan.

Sebagai organisasi publik, SEFOPE sebagai mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar sesuai dengan misinya dibidang ketenagakerjaan terutama dalam mengembangkan pendidikan dan pelatihan untuk menciptakan dan menyediakan tenaga kerja yang berkualitas untuk memenuhi pasar tenaga kerja baik di dalam negeri maupun ke luar negeri sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran atau pencari kerja semakin meningkat.

(4)

Sampai saat ini program pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja sangat minim sekali dan kurang disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasar aktual atau yang sedang berjalan sehingga menyebabkan setiap tahun jumlah para pencari kerja terus meningkatkan, hal ini dikarenakan pertumbuhan angka pencari kerja yang semakin meningkat, sementara tingkat pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja masih rendah, minimnya penyediaan pusat-pusat pelatihan yang dapat dimanfaatkan oleh para pencari kerja untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian mereka, masih terbatasnya lapangan pekerjaan, baik kualitas maupun kuantitas yang disediakan oleh pemerintah maupun pihak swasta sementara jumah angkatan kerja semakin meningkat menyebabkan tingkat pengangguran semakin tinggi terutama angka pencari kerja dan rendahnya penyerapan tenaga kerja dalam negeri sendiri. Dengan adanya beberapa gejala ini sangat berdampak pada masalah ketenagakerjaan.

Selain fenomena-fenomena diatas, peningkatan angka pencari kerja atau pengangguran ini juga disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara persediaan tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan juga aspek lain yang turut memberikan peluang dalam meningkatnya jumlah angka pencari kerja adalah kurangnya keseriusan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada pencari kerja melalui mekanisme yang sesuai dengan kebutuhan yang harus diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara pelayann publik.

Untuk dapat mengatasi kebutuhan pencari kerja tentang lapangan pekerjaan maka pemerintah melalui SEFOPE mengambil sebuah kebijakan

(5)

dengan memberikan kesempatan kepada sebagian warga masyarakat Timor Leste untuk bekerja ke luar negeri dengan menjadi tenaga kerja melalui kesempatan kerja yang ditawarkan oleh negara-negara yang mempunyai hubungan bilateral dengan Timor Leste. Satu diantaranya adalah Pemerintah Korea Selatan, yang mana memberikan kesempatan kepada pencari kerja Timor Leste untuk bekerja di Korea Selatan sebanyak-banyaknya. Maka tanggal 10 Mei 2008 Pemerintah Timor Leste melalui SEFOPE membuat sebuah kesepakatan dengan Pemerintah Korea Selatan melalui Departemen Tenaga Kerja Korea Selatan yang diwujudkan dalam sebuah Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan .

Adapun tujuan dari MoU ini (pasal 1) adalah untuk membangun kerangka konkrit kerjasama antara SEFOPE dengan Korea Selatan untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam proses pengiriman pekerja Timor Leste untuk Republik Korea Selatan (yang selanjutnya disebut “Korea”).

Berdasarkan tujuan MoU tersebut maka ditetapkan juga badan-badan yang bertugas sebagai pengirim dan penerima tenaga kerja. Hal ini diatur dalam pasal 3 (MoU) “Badan mengirim dan bada menerima” dimana SEFOPE sebagai lembaga yang bertanggung jawab langsung untuk mengirim tenaga kerja ke Korea. sedangkan Korea sebagai Instansi pemerintah yang bertanggung jawab langsung untuk menerima pekerja Timor Leste yang dikirim ke Korea.

Untuk merealisasikan kebijakan pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea maka langkah awal yang harus dilakukan oleh SEFOPE sebagai salah satu kriteria bagi pencari kerja yang ingin bekerja ke Korea adalah diklat tentang

(6)

“Korea Linguage Training”KLT” dengan kualifikasi bagi pelamar KLT sebagai berikut: 1. Orang yang berusia 18-39 tahun; 2. Orang yang belum divonis bersalah atas kejahatan pidana dengan ancaman penjara atau hukuman lebih berat; 3. Orang yang tidak memiliki catatan perintah deportasi atau keberangkatan dari Korea; dan 4. Orang yang tidak dibatasi dari keberangkatan dari Timor Leste; 5. Sertifikat Kursus Bahasa Korea akan berlakuk selama dua tahun dari tanggal ketika hasil tes diumumkan.

Setelah para pelamar memenuhi semua kualifikasi pelamar diatas maka langkah selanjutnya mereka mengikuti diklat tentang KLT yang diselenggarakan oleh SEFOPE dengan bekerja sama dengan Korea. diklat tentang KLT ini diselenggarakan selama 6 bulan dan terbagi ke dalam III level sebagai berikut:

a. Level I atau leval dasar yaitu para peserta diklat diberi materi tentang tentang bagaimana mempelajari hal-hal dasar dalam bahasa korea seperti membaca, menggunakan alfabet dan angka dalam bahasa korea selama satu bulan setengah.

b. Level II yaitu vocabulary, peserta diklat dimateri tentang bagaimana mempelajarai kosa kata dalam bahasa korea selama dua (2) bulan,

c. level III yaitu Conversation Class, peserta diklat tidak lagi mempelajari tentang alfabet atau angka ataupun kosa kata tetapi peserta mulai melakukan percakapan dengan menggunakan bahasa korea baik dengan instruktur maupun antar peserta diklat selama proses belajar berlangsung. Conversation class ini diberikan selama dua bulan setengah.

(7)

d. Sertifikat

e. Mengikuti ujian akhir

Dengan adanya diklat tentang KLT yang diselenggarakan oleh SEFOPE dan Korea ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan para pencari kerja khususnya tentang Bahasa Korea serta menjadi tenaga kerja yang profesional sehingga dapat dikirimkan ke Korea melalui program pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea.

Berkaitan dengan kebijakan pemerintah pengiriman tenaga kerja ke luar ini, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa animo masyarakat khususnya pencari kerja Timor Leste yang ingin bekerja ke Korea begitu tinggi sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan begitu banyaknya pencari kerja yang mendaftarkan diri di SEFOPE. Sesuai dengan data yang diperoleh bahwa mulai tahun 2009 sampai dengan 2012 jumlah tenaga kerja yang mendaftar sebanyak 6.028 orang. Dari data tersebut yang dapat dikirm oleh SEFOPE melalui kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja ke Korea hanya 814 pekerja.

Hal ini menunjukkan SEFOPE belum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dalam menyelenggarakan diklat “KLT” terhadap tenaga kerja sehingga menyebabkan jumlah angka pengiriman tenaga kerja ini belum berjalan semestinya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; minimnya penyediaan tenaga pengajar diklat, minimnya penyediaan sarana dan prasarana dalam mendukung penyelenggaraan diklat, minimnya SDM, serta faktor bahasa.

(8)

Dari beberapa faktor diatas sangat mempengaruhi jumlah angka pengiriman yang dilaksanakan oleh SEFOPE. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh berdasarkan data yang dapat digambarkan bahwa SEFOPE belum menjalankan tugas dan tanggung secara optimal karena adanya kesenjangan yang sangat besar antara pencari kerja yang mendaftar dengan yang dikirim. Hal ini dapat dibuktikan sebagaimana tergambar pada dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Pencari Kerja yang Terdaftar dan Pengiriman ke Korea Selatan Dari Tahun 2009-2012

No. Tahun Pencari kerja Pengiriman Realisasi

1. 2009 1.485 94 6,33 % 2. 2010 1.387 100 7,21 % 3. 2011 1.495 340 22,74 % 4. 2012 1.661 280 16,86 % Total 6.028 814 13,50 % Sumber: SEFOPE 2013

Dari tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja yang ingin bekerja ke Korea Selatan pada periode 2009 – 2012 adalah sebanyak 6.028 pencari kerja. Namun dari sekian banyak pencari kerja yang melamar tersebut hanya 814 tenaga kerja yang dapat dikirim oleh SEFOPE ke Korea Selatan. Sedangkan sisanya yang sangat besar yaitu 5.214 pencari kerja belum dapat disalurkan dan akan mencari kerja sendiri dan berusaha sendiri.

(9)

Sementara itu jumlah pencari kerja yang mendaftar ke SEFOPE terus menerus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Jumlah Pendaftaran Pencari Kerja di SEFOPE Tahun 2013

No. Triwulan Pendaftaran Jumlah

Laki-laki Perempuan 1 2 3 4 5 1. 2. 3. 4. Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 375 400 545 601 180 195 275 301 553 595 820 902 Jumlah 1.921 951 2.870 Sumber: SEFOPE, 2013

Tabel 1.2 di atas, menjelaskan bahwa tahun 2012 jumlah pencari kerja yang mendaftar atau melamar yaitu 1.661 tenaga kerja, sedangkan data tahun 2013 jumlah pencari kerja yang mendaftar sebanyak 2.870 pelamar yang ingin bekerja ke Korea Selatan. Apabila kita membandingkan kedua data tersebut yaitu data tahun 2012 dan data tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan yang semakin besar.

Berdasarkan perbandingan jumlah pencari kerja yang mendaftar dengan jumlah pengiriman tenaga kerja ke korea selatan pada tahun 2012 dan 2013 tampak adanya kesenjangan yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga kerja yang diselenggarakan oleh SEFOPE belum berjalan sebagaimana mestinya. Karena bagaimanapun juga lembaga SEFOPE memiliki tugas dan tanggung jawab untuk

(10)

mewujudkan misinya terkait dengan penyediaan tenaga kerja yang berkualitas, dimana secara langsung bertujuan untuk meminimalisir jumlah angka pengangguran di Timor Leste. Kondisi tersebut juga tidak terlepas dari beberapa faktor , minimnya penyediaan tenaga pengajar diklat, minimnya penyediaan sarana dan prasarana dalam mendukung penyelenggaraan diklat, minimnya SDM, serta faktor bahasa.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh ke dalam bentuk tesis dengan Judul “Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja oleh SEFOPE di Timor Leste (Studi Tentang Pengiriman Tenaga Kerja Timor Leste ke Korea Selatan)”.

1.2 Rumusan Masalah

Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh SEFOPE memiliki peranan yang strategis dalam penyediaan tenaga kerja yang berkualitas, dimana secara langsung bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja sehingga dapat meminimalisir jumlah angka pengangguran di Timor Leste melalui pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan sebanyak mungkin. Namun, dalam realitanya menunjukkan adanya kesenjangan jumlah pencari kerja yang mendaftar dengan jumlah pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan pada tahun 2012 dan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh SEFOPE belum berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian tersebut, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(11)

tenaga kerja oleh SEFOPE di Timor Leste (Studi Kasus pada Pengiriman Tenaga Kerja Timor Leste ke Korea Selatan)” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan belum optimalnya pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Secretaria de Estado da Formação Professional e Emprego dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam mendukung pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan sehingga dapat mengurangi pengangguran di Timor Leste.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman peneliti mengenai Pendidikan dan Pelatihan khususnya Pendidikan dan Pelatihan bagi Tenaga Kerja Timor Leste dalam pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang Pendidikan dan Pelatihan.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Secretaria de Estado da Formação Professional e Emprego dalam merumuskan kembali Program Pendidikan dan Pelatihan bagi Tenaga Kerja tentang Pengiriman Tenaga Kerja Timor Leste ke Korea.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan analisa yang dilakukan pada data seismik adalah analisa hasil inversi secara vertikal untuk mengetahui nilai Impedansi Elastik zona target dan analisa

Beberapa faktor yang dapat menentukan penggunaan femtocell untuk jaringan indoor adalah karena femtocell dapat mencakup dalam ruangan di mana macrocell tidak dapat mencakupnya,

Satuan Pendidikan Menengah Penyelenggara Pendidikan Inklusif adalah kelompok layanan pendidikan pada jenjang menengah yang menyelenggarakan pendidikan jalur formal

Ada beberapa hal yang mempengaruhi diklat terhadap pengembangan karir di lingkungan Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia Kota Padang. Intensitas program-program diklat,

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang

Beban kerja yang berlebihan oleh karyawan didalam perusahaan membuat seorang karyawan tersebut mempunyai banyak tanggung jawab dan peran yang harus dijalankan demi

Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti jelaskan di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Bahan Ajar

Secara Khusus kepada Perum Bulog diinstruksikan oleh Presiden untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah,