• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lestyani 1. Wartiningsih 2. Aresa Dwy Novela Saputri 3 Akademi Keperawatan YAPPI Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lestyani 1. Wartiningsih 2. Aresa Dwy Novela Saputri 3 Akademi Keperawatan YAPPI Sragen"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN NYERI MELALUI TEKNIK PENGALIHAN TERAPI MUSIK DALAM PENURUNAN SKALA NYERI PADA ASUHAN

KEPERAWATAN POST OPERASI SEKSIO SESAREA DENGAN INDIKASI KPD (KETUBAN PECAH DINI)

Lestyani1. Wartiningsih2. Aresa Dwy Novela Saputri3 Akademi Keperawatan YAPPI Sragen

Email: aresa2111@gmail.com

Abstrak

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pada pasien KPD dilakukan operasi sektio sesarea yaitu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada perut. Setelah dilakukan tindakan operasi pasti mengalami nyeri. Bila nyeri tidak segera ditangani maka dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis manajemen nyeri melalui terapi musik tradisional bali untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi sektio sesarea. Desain yang digunakan adalah studi kasus diskriptif dengan 1 subyek srudy kasus. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah terapi musik selama 45 menit sebanyak 3x dengan menggunakan musik tradisional bali. Instrumen yang digunakan adalah format pengkajian nyeri, HP untuk memutar musik, dan checklist SOP terapi musik. Hasil pengkajian menunjukkan adanya nyeri skala 6. Masalah keperawatan yang ditegakkan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Prosedur bedah). Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah terapi musik tradisional bali. Hasil evaluasi menunjukkan terapi musik tradisional bali menurunkan nyeri dari skala 6 ke skala 2. Kesimpulannya adalah terapi musik dilakukan selama 45 menit sebanyak 3x dapat menurunkan nyeri pada asuhan keperawatan post operasi sektio sesarea.

Kata kunci: KPD, Nyeri, Terapi Musik

PAIN MANAGEMENT THROUGH THE TECHNIQUE OF TRANSFER OF MUSIK THERAPY IN REDUCING THE PAIN SCALEON

POSTOPERATIVE SECTIO CAESAREAWITH INDICATION KPD (KETUBAN PECAH DINI

Abstract

KPD is the ruptur of membranes prematurely childbirth. In the patient KPD performed sectio cesarea surgery that is how to give birth to the fetus by making an incision in the stomach. After surgery performed must have pain. If the pain is not treated immediately it can interfere with comfort and activity. the purpose of this study is analyzing pain management through traditional Balinese music therapy to reduce the scala of pain in post operative pas section caesarea patients. The design used is descriptive case study with 1 case study patient. The act of nursing performed is music therapy for 45 minutes a total of 3x with using traditional Balinese music. The instruments used are pain assessment format, HP to play and cheklist SOP music therapy. The results of the assessment indicate the

(2)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) presence of pain scale 6. The problem of nursing that is upright is pain associated with physical injury agents (surgical procedure). The act of nursing performed is traditional Balinese music therapy reduce pain from scale 6 to scala 2. The conclusion is music therapy performed for 45 minutes a total of 3x can decrease pain in nursing care post operative sectio caesarea.

Keywords: KPD, Pain, Music therapy PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 15 cm. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini berlangsung sebagai berikut yaitu, selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Dan bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan cairan (Solikhah, 2011).

Ketuban pecah dini saat preterm (usia kehamilan < 37 minggu) kejadiannya 2-4% dari kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. Ketuban pecah dini saat aterm (usia kehamilan > 37 minggu) kejadiannya 8-10% dari semua persalinan. Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua pesalinan sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4% (Sulastri, 2016).

Operasi sektio sesarea adalah lahirnya janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus. Tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor (Reeder, 2012). Sektio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut (Solikhah, 2011). Nyeri terjadi akibat tindakan insisi pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dalam Rahim (Mochtar,1998 dalam Fitri, 2016). Operasi sektio sesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan infisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama, dan terjadinya gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre eklamsi, dan kesalahan letak janin .

Sektio sesarea terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi. Hasil data di RS dr. Moewardi menunjukkan faktor penyebab

(3)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) persalinan seksio sesarea meliputi

KPD (ketuban pecah dini) 89 orang (40%), CPD (chepalopelvik disproportion) 58 orang (26%), kelainan letak janin (20%) dan ancaman gawat janin 32 orang (14%) ( Nurrochmad, 2014). Jumlah angka kejadian sektio sesarea indikasi ketuban percah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tahun 2012 sebesar 20,75% dari 65,67% angka kelahiran sektio sesarea Dirumah Sakit tersebut (Sutami, 2013 dalam sulastri, 2016).

Suatu tindakan operasi sering kali berhubungan dengan rasa nyeri sehingga menjadi masalah pada saat selesainya operasi. Nyeri post operasi sektio sesarea timbul karena terjadi pembedahan di abdomen, nyeri timbul setelah pembedahan karena anestesi yang di berikan hanya dalam jangka waktu tertentu. Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat

mempunyai efek yang

membahayakan diluar ketidak nyamanannya, nyeri yang tidak kunjung mereda dapat mempengaruhi system pulmonary, cardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan

imonologik (Yeager, dkk, 1997 dalam Fitri, 2016).

Manajemen nyeri pasca bedah meliputi pemberian terapi farmakologi dan terapi non farmakologi berupa intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik, imagery dan biofeedback. Intervensi perilaku kognitif dalam mengontrol nyeri dimaksudkan untuk melengkapi atau mendukung pemberian terapi analgesic agar pengendalian nyeri menjadi efektif (Potter dan Perry, 2005 dalam Judha, Sudarti dan Afroh, 2012).

Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia dan slow musik (Potter, 2005 dalam Nurdiansyah, 2016).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan dengan mengambil

(4)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) kasus yang berjudul “Manajemen

Nyeri Melalui Teknik Pengalihan Terapi Musik Dalam Memurumkam Skala Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Post Operasi Sectio Sesarea Dengan Indikasi KPD (Ketuban Pecah Dini)”.

METODE

Desain Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus keperawatan dengan metode diskriptif. Penelitian ini dilakukan di RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen. Pada studi kasus ini waktu penelitian dimulai sejak tanggal 11 Desember 2017 sampai 21 April 2018. Subjek yang akan diteliti oleh penulis dalam studi kasus, ini adalah 1 pasien dengan post Sektio sesarea indikasi ketuban pecah dini (KPD) yang mengalami gangguan nyeri di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro. Metode Pengumpulan Data: Metode observasi partisipatif , Metode Wawancara Tak Terstruktur Metode Pengukuran, Metode Dokumentasi dan Instrumen Studi Kasus: Format asuhan keperawatan, Buku tulis, Bolpoin, Pengaris, Nursing kit, Handpon, Lembar

observasi / lembar perkembangan klien, SOP terapi musik. Uji keabsahan data dimasudkan dengan mengambil data baru (here and now). Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membandingkan antara hasil studi kasus dengan jurnal penelitian ataupun sumber sumber lain seperti buku, skripsi dan lain sebagainya.

HASIL

Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Februari 2019 diruang Cempaka RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen didapatkan data dengan metode wawancara dengan pasien, observasi langsung, didapatkan data identitas umum Ny.L adalah seorang ibu berusia 22 th, jenis kelamin perempuan, beragama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan SLTA, pekerjaan swasta, pasien sudah menikah. Dengan diagnosa medis post operasi sektio sesarea indikasi ketuban pecah dini. Saat dilakukan pengkajian hari ke-1 didapatkan hasil pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi sektio sesarea luka sepanjang ±15 cm, nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di

(5)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) bagian perut, nyeri terasa skala 6 dan

nyeri terasa hilang timbul. Tanda-tanda vital tekanan darah: 130/80 mmhg, nadi : 85x /menit, respirasi : 22x /menit, suhu: 36,6 ⁰C. Pasien terlihat menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut.

Berdasarkan data subjektif dan data objektif pada pasien, maka dapat ditegakkan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur bedah).

Intervensi yang dapat dirumuskan untuk mengatasi nyeri yaitu NOC: dilakukan selama 3 x 24 jam dengan cara mengenali kapan nyeri terjadi, menggambarkan faktor penyebab, mampu menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik (seperti: teknik pengalihan, teknik relaksasi dan terapi musik), menggunankan tindakan pencegahan, mengatakan nyeri terkontrol dengan melaporkan skala nyeri dalam rentang (0-3) dan NIC: lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, pilih dan implentasikan tindakan yang beragam (farmakologi, non

farmakologi) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan, ajarkan prinsip manajemen nyeri, ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi (relaksasi, terapi musik, bimbingan antisipatif, TENS), evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan. Dalam NIC penulis menekankan dengan menggunakan metode pengalihan terapi musik degung bali untuk mengontror nyeri yang dirasakan klien.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.L selama 3 x 24 jam. Pada hari pertama melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetu Ny.L mengeluh nyeri pada luka post operasi sektio sesarea (luka sepanjang ±15 cm), nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 6 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien terlihat menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut. Tanda-tanda vital tekanan

(6)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) darah: 130/80 mmhg, nadi : 85x

/menit, respirasi : 22x /menit, suhu: 36,6 ⁰C dan pada jam 20.00 WIB mengajarkan tindakan teknik pengalihan terapi musik menggunakan tradisional bali.

Metode pelaksanaan teknik pengalihan terapi musik dengan cara mengatur posisi yang nyaman menurut pasien yaitu dengan posisi berbaring, membatasi stimulasi eksternal (yaitu: cahaya, suara, pengunjung) selama mendengarkan musik Bali dengan menggunkan handphon dan hedset meminta pasien memejamkan mata dan memfokuskan pikiran pasien pada wajah untuk dirilekskan, kendorkan seluruh otot-otot wajahnya, dan rasakan wajah yang relaksasi. Setelah dari wajah kemudian memfokuskan pikiran pasien pada kedua tangannya untuk dirilekskan, kendorkan seluruh otot-otot tangannya, merasakan rilex pada kedua tangannya, kemudian memfokuskan pikiran pasien pada kedua kakinya untuk dirilekskan, kendorkan seluruh otot-otot kakinya, merasakan relaksasi pada kedua kakinya. Kemudian meminta pasien untuk tersenyum agar otot otot muka menjadi rileks dan menyalakan musik

dan menganjurkan pasien untuk mem fokuskan diri saat menikmati instrument dan menganjurkan pasien untuk membanyangkan bahwa dia sedang berada ditempat yang tenan dan damai dengan mengikuti alunan musik lakukan selama 45 menit. Seletah 45 menit seselai menjurkan pasien membuka mata dan ceritakan apa yang dirasakan. Mengevaluasi kembali nyeri pada Ny.L dengan mengkaji nyeri secara komprehensif, Ny.L mengatakan setelah mendengarkan musik nyeri pada luka post operasi sektio sesarea sedikit berkurang (luka sebesar ±15 cm) , nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 5 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien tampak lebih nyaman dan rilek, walaupun kadang masih menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut. Dengan tanda tanda vital tekanan darah: 120/80 mmhg, nadi : 82x/menit, respirasi:20x/menit, suhu: 36,6 ⁰C

Evaluasi setelah dilakukan teknik pengalihan terapi musik selama 3x 24 jam, pada hari ketiga 20 Februari

(7)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) 2019 jam 20.45 WIB dengan data

subjektif pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi sudah berkurang (luka sepanjang ±15 cm) terasa nyeri bila bergerak, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 2 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien terlihat nyaman dan ekspresi wajah tampak lebih rilek, pasien sudah tidak nampak menyeringai menahan nyeri, tidak tampak kerutan pada dahi, sudah bisa beraktivitas secara mandiri walaupun pelan-pelan dan pasien sudah mampu berjalan di kamar mandi sendiri. Tanda tanda vital tekanan darah: 120/80mmHg, nadi: 80x/menit, respirasi: 18x/menit, suhu: 36,5ºC. Assesment masalah teratasi. Planning intervensi hentikan.

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas proses asuhan keperawatan pada Ny.L dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Prosedur pembedahan).

Saat dilakukan pengkajian keperawatan tanggal 18 Februari 2019 jam 17.00 WIB didapatkan dari data subjektif Ny.L mengeluh nyeri

pada luka post operasi sektio sesarea (luka sepanjang ±15 cm), nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 6 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien terlihat menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut. Tanda-tanda vital tekanan darah: 130/80 mmhg, nadi : 85x /menit, respirasi : 22x /menit, suhu: 36,6 ⁰C.

Suatu tindakan operasi sering kali berhubungan dengan rasa nyeri sehingga menjadi masalah pada saat selesainya operasi. Nyeri post operasi sektio sesarea timbul karena terjadi pembedahan di abdomen, nyeri timbul setelah pembedahan karena anestesi yang di berikan hanya dalam jangka waktu tertentu. Nyeri yang tidak diatasi secara adekuat

mempunyai efek yang

membahayakan diluar ketidak nyamanannya, nyeri yang tidak kunjung mereda dapatmempengaruhi system pulmonary, cardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan imonologik (Yeager, dkk, dalam Fitri, 2016).

(8)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) Ibu dengan persalinan sektio

sesarea mengalami nyeri skala tinggi selama 24 jam pertama. Nyeri pada klien post operasi sektio sesarea diakibatkan dari rahim dan juga rasa nyeri yang muncul dari daerah insisi operasi (Kalstrom, 2007)

Perumusan diagnosa yang penulis angkat sesuai dengan teori NANDA NIC NOC (2015), diagnosa yang muncul dalam kasus ini ada 3 diagnosa. Tetapi diagnosa keperawatan prioritas utama pada Ny.L adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Prosedur bedah). Pemilihan diagnosis prioritas Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Prosedur bedah) didasarkan pada aktualnya masalah dan data hasil pengkajian menunjukkan nyeri yang paling mengganggu pasien.

Herdman (2016) menyebutkan bahwa diagnosis nyeri ditegakan bila ada batasan karakteristik yaitu bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri. Pasien mengungkapkan nyeri secara verbal atau non verbal.

Intervensi pada Ny.L mengacu pada Nursing Outcomes Classifikacation (NOC) dan Nursing

Nursing Intervention Classification (NIC) untuk dilakukan tindakan pengurangan nyeri. NOC yang digunakan untuk mengurangi nyeri pasien yaitu kontrol nyeri. Menurut NOC kontrol nyeri adalah tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri. Yaitu tidak ada kolaborasi dengan dokter untuk menggunkan terapi non farmakologi. Waktu yang di rencanakan penulis yaitu 3x 24 jam karena penulis berharap pasien merasakan nyaman/ nyeri hilang dengan baik. Sedangan intervensi yang digunakan sesuawai dengan NIC, intervensi keperawatan yang disarankan untuk diagnosa nyeri akut salah satunya yaitu menejemen nyeri, tetapi pada penelitian ini mengguunakan manajenen nyeri yang difokuskan pada teknik pengalihan terapi musik dengan menggunakan musik tradisional.

Menurut Nursing Intervention Classification (NIC), manajemen nyeri adalah pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien. Sedangkan, menurut Brunner & Suddart dalam Sintadewi (2011) yaitu, terapi non farmakologi pemberian teknik pengalihan terapi

(9)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) musik yang terbukti menunjukan

perubahan intensitas nyeri. Musik mampu meringankan penderita dari rasa sakit karena saraf untuk mendengarkan musik sama dengan safar perasa, sedangkan pengalihan merupakan pengalihan perhatian dengan memfokuskan perhatian pada rangsangan lain dari rangsangan nyeri. Teknik pengalihan dengan terapi musik ini akan membantu melepaskan endorphrin yang ada dalam tubuh, sehingga dapat menghambat terjadinya nyeri.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny.L yaitu mengkaji nyeri nyeri secara komprehensif. Dengan data subjektif Ny.L mengeluh nyeri pada luka post operasi sektio sesarea (luka sepanjang ±15 cm), nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 6 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien terlihat menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut. Tanda-tanda vital tekanan darah: 130/80 mmhg, nadi : 85x /menit, respirasi : 22x /menit, suhu: 36,6 ⁰C dan mengajarkan tindakan teknik pengalihan terapi musik

menggunakan musik tradisional bali sesuai dengan metode pelaksanaan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan teknik pengalihan terapi musik, kemudian mengevaluasi kembali nyeri pada Ny.L dengan mengkaji nyeri secara komprehensif. Dengan data subjektif Ny.L mengatakan setelah mendengarkan musik nyeri pada luka post operasi sektio sesarea sedikit berkutang (luka sepanjang ±15 cm), nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 5 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien tampak lebih nyaman dan rilek, walaupun kadang masih menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut. Dengan tanda tanda vital tekanan darah: 120/80 mmhg, nadi : 82x /menit, respirasi : 20x /menit, suhu: 36,6 ⁰C

Waktu dilaksanakan terapi musik dimulai sesegera mungkin yaitu bisa dimulai 2 jam post operasi, meskipun klien masih di ruang pulih sadar terapi bisa langsung diberikan. Hal ini merupakan upaya untuk menstimulus pengeluaran hormon endrophin sesegera mungkin. Dilakukan terapi

(10)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) musik selama 30 menit, endophin

terbukti akan distimulasi untuk menginhibisi persepsi nyeri (Nillson dalam Yusinta, 2013).

Penulis melakukan teknik pengalihan terapi musik dengan musik tradisional bali selama 45 menit, bila dilakukan selama 45 menit diharapkan pengeluaran hormon endrophin lebih banyak, pasien lebih merasan tenang dan pasien dapat masuk ke dalam fase tidur NREM dan pada tahap 3 yaitu tidutnyenyak. Karena fase tidur NREM dan pada tahap 3 yaitu tidur nyenyek adalah fare ke 3 dari taham tidur dimana setiap fare terjadi selama 5-15 menit. Jadi peneliti berharap dilakukan teknik pengalihan terapi musik dengan musik tradisional bali selama 45 menit dapat membuat pasien tertidur nyenyak.

Fisiologi tidur dibedakan menjadi dua tahap rapid eye movement (REM) dan non –REM (NREM). Tidur NREM terdiri dari 4 tahap: tahap 1 yaitu tidur ringan, teransisi antara tidur dan terjaga, kelopak mata membuka dan menutup pelan-pelan , bola mata bergerak atas bawah , berlangsung 10 menit.Tahap 2 tidur ringan, periode suara tidur, mulai

relaksasi otot, fungsi tubuh berlangsung lambat, dapat dibangunkan dengan mudah, berlangsung selama 15 menit. Tahap 3 adalah tahap awal dari keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan relaksasi otot menyeluruh tekanan darah menurun, berlangsung selama 15-30 menit. Tahap 4 tidur nyenyak, sulit untuk dibangunkan, untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun ( Zahara, dini safitri, 2013).

Penelitian pada Ny.L setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam yang berfokus pada teknik pengalihan terapi musik dengan menggunakan musik tradisional untuk menurunkan sklasa nyeri, dan setelah didapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi sudah berkurang (luka sepanjang ±15 cm) terasa nyeri bila bergerak, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 2 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien terlihat nyaman dan ekspresi wajah tampak lebih rilek, pasien sudah tidak nampak menyeringai menahan nyeri, tidak tampak kerutan pada dahi, sudah bisa beraktivitas secara mandiri walaupun pelan-pelan

(11)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) dan pasien sudah mampu berjalan di

kamar mandi sendiri. Tanda tanda vital tekanan darah: 120/80mmHg, nadi: 80x/menit, respirasi: 18x/menit, suhu: 36,5ºC. Hal ini membuktikan bahwa tektik pengalihan terapi musik efektif untuk mengurangi nyeri.

Hal penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shintadewi, (2011) menunjukan bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasiean post oprasi sektio sesarea. Dan penelitian yang dilakukan Erna Yusnita, (2013) menunjukan bahwa terapi musik berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi sektio sesarea.

Hasil penelitian imi juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Somoyani, dkk (2017) didapatkan hasil bahwa didapatkan kelompok musik tradisional bali juga mengalami penurunan nyeri, yaitu dari intensitas skala 7 menjadi skala 5. Keadaan ini menandakan bahwa musik bali mampu menurunkan intensitas nyeri dan dapat mencegah peningkatan nyeri. Terbukti karena musik tradisional bali merupakan salah satu

jenis musik yang mengalun lembut sehinga dapat dikatakan sebagai msuik relaksasi. Musik yang dihasilkan dari berberapa jenis alat musik seperti gamelan Bali yang dipadukan dengan musik moderen.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tektik pengalihan terapi musik efektik untuk mengurangi nyeri meskipun ada pengaruh dari terapi farmakologi/analgesik. Dimana pada Ny.L yang awal nya nyeri sedang skala 6 menjadi nyeri ringan skala 2.

SIMPULAN

Penulis menyusun asuhan keperawatan yaitu “manajemen nyeri melalui teknik pengalihan terapi musik dalam penurunan skala nyeri pada Ny.L dengan post operasi seksio sesarea dengan indikasi kpd (ketuban pecah dini)” dengan melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama 3x 24 jam. Dari hasil pengkajian didapatkan data subjektif Ny.L mengeluh nyeri pada luka post operasi sektio sesarea (luka sepanjang ±15 cm), nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang saat diam, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 6 dan

(12)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) nyeri terasa hilang timbul. Data

objektif pasien terlihat menyeringai kesakitaan, mata tampak cekung, muka tampak merah dan dahi berkerut. Tanda-tanda vital tekanan darah: 130/80 mmhg, nadi : 85x /menit, respirasi : 22x /menit, suhu: 36,6 ⁰C. Dari hasil pengkajian tersebut maka masalah keperawatan yang muncul adalah Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik (Prosedur bedah). Implementasi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pada Ny.L adalah teknik pengalihan terapi musik dengan musik tradisional bali selama 45 menit sesuai dengan SOP yang sudah dilampirkan. Evaluasi yang dilakukan pada Ny.L setelah dilakukan tindakan keperawatan teknik pengalihan terapi musik dengan menggunakan musik bali selama 3x 24 jam didapatkan hasil pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi sudah berkurang (luka sebesar ±15 cm) terasa nyeri bila bergerak, terasa seperti tertusuk-tusuk, di bagian perut, nyeri terasa sekala 2 dan nyeri terasa hilang timbul. Data objektif pasien terlihat nyaman dan ekspresi wajah tampak lebih rilek, pasien sudah tidak nampak menyeringai menahan nyeri,

tidak tampak kerutan pada dahi, sudah bisa beraktivitas secara mandiri walaupun pelan-pelan dan pasien sudah mampu berjalan di kamar mandi sendiri. Tanda tanda vital tekanan darah: 120/80mmHg, nadi: 80x /menit, respirasi: 18x/menit, suhu: 36,5ºC. Hal ini membuktikan bahwa tektik pengalihan terapi musik efektif untuk mengurangi nyeri.

Teknik pengalihan terapi musik dengan menggunakan musik tradisional bali selama 45 menit dan sebanyak 3 x dapat menurunkan nyeri dari awalnya nyeri skala 7 menjadi nyeri skala

DAFTAR PUSTAKA

Buluchek Gloria M. 2013. Nursing Intervetions Classification (NIC) Edisi Keenam Terj. Nurjanah Intansari dan Roxsana Devi. Yogyakarta : CV Mocomedia.

Fitri, Irma Aryadika. 2016. Asuhan Keperawatan Ny. “X” (37 Tahun) Dengan Nyeri Pada Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk. Karya Tulis Ilmiah. Stikes Satria Bhakti Nganjuk.

Herdman, Heather dan Shigemi Kamitsuru Ed. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan

(13)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019) Klasifikasi Edisi 10 Terj Keliat

Budi Anna. Jakarta : EGC

Judha, Mahamad., Sudarti, dan Arroh Fauziah. 2012. Tepari Pengukuran Nyeri dan nyeri persalina. Yogyagarta: Muha medika

Moorhead Soe, et al. 2013. NursingOutcomes

Classifikacation (NOC) Edisi Kelima Terj Nurjanah Intansari dan Roxsana Devi. Yogyakarta : CV Mocomedia.

Nurhidayat, Tubagus erfan. 2016. “Pengaruh terapi musik terhadap respon nyeri pada pasien dengan post oprasi RSUD . A. Dadi Tjokrosipo kota Bandar Lampung”. Jurnal kesehatan. vol 4 (1). hlm 14-22. https://poltekkes-tjk.ac.id 24 September 2018 (11:54).

Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas edisi 18. Jakarta: EGC.

Solikhah, Umi. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nusa Media Sulastri. 2016. “Asuhan Keperawatan

Pada Ny.S Dengan Gangguan Mobilisasi Post OP: Sectio Cesarea Indikasi Ketuban Pecah Dini Di Bangsal Cempaka Rumah Sakit Daerah dr. Soehadi Prijonegoron Sragen”. Karya Tulis Ilmiah. Akper YAPPI Sragen.

Zahra, Dini Safitri. 2013. Hubungan Antara Gangguan Tidur Dengan pertumbuhan pada anak usia 3-6 tahun di kota semarang. Tugas

Akhir. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

NK Somoyani. 2017. “Pengaruh Terapi Musik Tradisional Bali Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif”. Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat. Volume 1 (1). Hal 50-60.

Yusinta , Erna. 2013. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Manajemen Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Cesarea Di Ruang Delima RSUD Pasar Rebo Tahun2013. Tugas Akhir. Program Study D-III Kebidanan STIKES Medistra Indonesa.

Shintadewi, Ruth Berliana Nicky. 2011. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Sectio Cesarea Di Bangsal Kenanga RSUD Kulon Progo. Karya Tulis Ilmiah. STIKES Aisiyah Yogyakarta

Kalstrom, olofsson, Morbergh. 2007. Postoperativ Pain After Casarean Birth Affects Breast Feeding And Infant Care.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu bmeed/17880313. Pada tanggal 30 November 2018.

Referensi

Dokumen terkait

• Semua perilaku penyalahgunaan narkoba mendorong otak untuk memproduksi efek euforis. Bagaimanapun, beberapa jenis psikotropika juga memberikan dampak yang sangat negatif pada

Kondisi lingkungan tempat  –    tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga perlu dilakukan

Upaya Penyelesaian : Kepastian pelaksanaan Kegiatan Konsultasi dan Koordinasi dalam rangka Pembentukan P2TP2A Berbasis Komunitas ke Kementerian PP-PA RI menunggu kepastian

Nama Dokter yang tidak kerjasama dengan Allianz dalam pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap : 1. Sudarto

Pada akhirnya, BPPK yakin bahwa dengan komunikasi publik yang tepat dapat menjadi sebuah alat jitu untuk menciptakan citra positif sebuah organ- isasi, dan hal

Selain sebagai material tunggal, penelitian juga difokuskan pada sintesis film tifis dari polimer konduktif sebagai upaya untuk mendapatkan material baru dengan aplikasi yang

Setelah nilai kecocokan diperoleh maka aplikasi ini akan menghitung nilai total integral dari setiap penyakit yang terpilih kemudian akan dilakukan proses perankingan dan nilai

Pada penelitian ini telah dilakukan analisis gugus fungsi menggunakan spektroskopi FTIR untuk sampel α-selulosa dan nanokristal selulosa yang diisolasi dari pelepah nipah pada