• Tidak ada hasil yang ditemukan

...kultur mahasiswa STAN itu adalah orang yang mau belajar, mau bekerja keras...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "...kultur mahasiswa STAN itu adalah orang yang mau belajar, mau bekerja keras..."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ØßÎÇÑÒÑ ËÓßÎæ

ÉßÕ×Ô ÕÛÌËß ÕÐÕ Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÝÛÙßØßÒ ÍÛÎÌß Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÙßÉßÍßÒ ×ÒÌÛÎÒßÔ ÜßÒ ÐÛÒÙßÜËßÒ ÓßÍÇßÎßÕßÌ

“...kultur mahasiswa STAN itu adalah orang

yang mau belajar, mau bekerja keras...”.

ÐÎÑÙÎßÓ ÐÛÎÝÛÐßÌßÒ

ßÕËÒÌßÞ×Ô×ÌßÍ ÕÛËßÒÙßÒ

(2)
(3)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ï

Ü¿º¬¿®

×-·

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ï

ÎÛÊ×ÌßÔ×ÍßÍ× ÞÐÐÕ

Revitalisasi adalah satu kata yang di-gunakan oleh BPPK sebagai tag line Reformasi Birokrasi BPPK.

ÞÐÐÕ ÞÛÔßÖßÎ ÛóÔÛßÎÒ×ÒÙ

Salah satu wujud revitalisasi BPPK dalam rangka pengembangan kediklatan adalah pengembangan diklat berbasis e-learning.

ËÖ×ßÒ ÍßÎ×ÒÙßÒ ÓßÍËÕ ÍÌßÒæ

Ð×ÒÌË ÙÛÎÞßÒÙ ÓÛÓ×Ô×Ø ÞÛÒ×Ø ËÒÙÙËÔßÒ

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan salah satu unit penyelenggara pendidikan dan pelatihan keuangan di bawah Departemen Keuangan yang mempunyai tugas untuk mendidik calon pegawai Departemen Keuangan dan beberapa instansi lain yang berasal dari para lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

ØßÎÇÑÒÑ ËÓßÎæ

ÉßÕ×Ô ÕÛÌËß ÕÐÕ Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÝÛÙßØßÒ

ÍÛÎÌß Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÙßÉßÍßÒ ×ÒÌÛÎÒßÔ

ÜßÒ ÐÛÒÙßÜËßÒ ÓßÍÇßÎßÕßÌ

“...kultur mahasiswa STAN itu adalah orang yang mau belajar, mau bekerja keras...”.

11

21

3

33

Aula Utama 4 Ruang Khusus 11 Gerai Pusdiklat 19 Serambi STAN 25 Ruang Punawarman 29 Kursi VIP 33 Balai-balai 38 Dinding Widyaiswara 40 Ornamen 46 Sofa 50 Selasar Alumni 53 Jendela 54 Karikatur 55 Galeri 56

Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan Diklat keuangan. Sampaikan melalui alamat email: edukasikeuangan@gmail.com

(4)

ÛÜ×Í× ïñîððç

Saat Anda membaca tulisan ini, Anda adalah saksi dari lahirnya edisi perdana majalah “Edukasi Keuangan” yang diterbitkan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Majalah Edukasi Keuangan ini ter-bit sebagai jembatan informasi dan media edukasi dari BPPK kepada khalayaknya. “Edukasi Keuangan” dipilih sebagai nama majalah ini karena kami anggap nama ini mencerminkan organisasi BPPK sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pelatihan (edukasi) keuangan dan juga turut menegaskan tujuan dari majalah ini yaitu sebagai jembatan informasi dan media edukasi. Di majalah ini Anda tidak hanya mem-peroleh informasi seputar organisasi BPPK. Namun lebih dari itu tulisan-tulisan yang disajikan kami harap akan dapat memperkaya referensi Anda dalam bidang keuangan atau bahkan menghibur Anda lewat tulisan-tulisan ringan.

Kami awali dengan Aula Utama yang berisikan fokus utama dari tema majalah ini. Di edisi perdana ini kami mengangkat tema Revitalisasi BPPK sebagai bentuk pengenalan lebih dalam lagi mengenai BPPK. Di Aula Utama ini kita akan melihat upaya BPPK dalam meng-gapai kembali peran strategisnya sebagai unit Eselon I yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kuali-tas SDM Departemen Keuangan. Seperti apa bentuk upaya itu? Anda bisa membacanya di rubrik ini.

Pada rubrik Gerai Pusdiklat Anda akan diajak men-genal Pusdiklat yang lahir seiring proses Reformasi Birokrasi BPPK yaitu Pusdiklat Kekayaan Negara dan

Salam Redaksi

Susunan

Redaksi

Alamat

Redaksi

PELINDUNG Kepala BPPK PENGARAH Kapusdiklat PSDM Kapusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan Kapusdiklat Bea dan Cukai Kapusdiklat Pajak

Kapusdiklat Keuangan Umum Kapusdiklat KNPK Direktur STAN PENANGGUNG JAWAB Sekretaris BPPK

Redaksi menerima artikel untuk dimuat dalam majalah ini. Artikel ditulis dalam huruf arial 11 spasi 1,5 maksimal 5 hal.l Artikel dapat dikirim ke edukasikeuangan@gmail.com. Isi majalah ini tidak mencerminkan kebijakan Badan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

Perimbangan Keuangan (KNPK). Sedangkan bagi Anda yang ter-tarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai aktivitas outbondd, Anda juga dapat membacanya pada rubrik ini di artikel mengenai Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan.

Selain itu kami juga menyediakan rubrik-rubrik lain seperti Serambi STAN yang kali ini membahas mengenai Ujian Saringan Masuk dan Program STAR SDP. Rubrik Ruang Purnawarman berisi-kan informasi dan kebijaberisi-kan dari Sekretariat bagi pelayanan BPPK kepada khalayaknya. Pada Rubrik ini kami mengangkat 2 tema yaitu PMK No.18 mengenai tugas belajar dan Standardisasi Kon-sumsi Diklat yang tentunya Anda perlu ketahui. Di Kursi VIP kami tempatkan profil Bapak Haryono Umar, seorang alumni STAN yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua KPK. Simak perbincangannya mengenai KPK, Reformasi Birokrasi dan pengalamannya saat kuliah di STAN dulu. Tidak lupa kami sajikan pula kabar dari Balai Diklat Keuangan di daerah.

Di Rubrik Dinding Widyaiswara Anda dapat membaca tulisan-tulisan ilmiah populer karya Widyaiswara BPPK. Jika Anda tertarik untuk berinvestasi melalui Surat Berharga Negara (SBN), ulasan mengenai ini dapat Anda baca pada rubrik Ornamen di samping tulisan mengenai Etika dan Kepemimpinan. Cerita pewayangan yang inspiratif dan sekilas mengenai Sekehe Gong Sekar Purnawar-man juga telah kami sediakan jika anda bersandar sejenak di Rubrik Sofa kami.

Akhirnya, redaksi majalah “Edukasi Keuangan” mengucap-kan selamat membaca dan tentunya setiap masumengucap-kan serta kriti-kan akriti-kan menjadi vitamin untuk penyempurnaan penerbitan edisi selanjutnya. (IL) REDAKSI PEMIMPIN REDAKSI Ilhan Lasahido Wakil PEMIMPIN REDAKSI Soffan Marsus REDAKTUR Ismoyo Sejati Agus Sunarya Sulaeman Ganti Lis Ariyadi Iqbal Soenardi Muh Nur khamid Ahmad Rus’an Akhmad Priharjanto Denny Handoyo S. Wawan Ismawandi PENYUNTING/EDITOR Agung Nugroho Iwan Khrisnawan Heru Suwasono Shera Betania Pilar Wirotama DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAFER Anggiat Silalahi Riko Febrialdo Eros Lassa Mursalin

Jl. Purnawarman 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Telp: +62 21 7394666, 7244873 Fax: +62 21 7261775 http://www.bppk.depkeu.go.id ØßÎÇÑÒÑ ËÓßÎæ ÉßÕ×Ô ÕÛÌËß ÕÐÕ Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÝÛÙßØßÒ ÍÛÎÌß Þ×ÜßÒÙ ÐÛÒÙßÉßÍßÒ ×ÒÌÛÎÒßÔ ÜßÒ ÐÛÒÙßÜËßÒ ÓßÍÇßÎßÕßÌ “...kultur mahasiswa STAN itu adalah orang yang mau belajar, mau bekerja keras...”.

ÐÎÑÙÎßÓ ÐÛÎÝÛÐßÌßÒ ßÕËÒÌßÞ×Ô×ÌßÍ ÕÛËßÒÙßÒ ÐÛÓÛÎ×ÒÌßØ øÐÐßÕÐ÷ ÛóÔÛßÎÒ×ÒÙ

(5)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç í SAYA MENYAMBUT BAIK terbitnya majalah “Eduka-si Keuangan” sebagai media informa“Eduka-si dan eduka“Eduka-si Keuangan Negara. Sebagai sebuah institusi pendidi-kan dan pelatihan yang melayani unit pengguna di seluruh penjuru tanah air, sudah selayaknya BPPK memiliki media cetak untuk melengkapi media elek-tronik (website BPPK) yang sudah ada sebelumnya. Dengan isi yang berbobot dan periode terbit yang kontinyu, saya berharap majalah Edukasi Keuangan ini dapat menjadi referensi berharga dunia Keuan-gan Negara. Melalui majalah ini, saya juga berharap tumbuhnya partisipasi aktif dalam upaya pengem-bangan BPPK dan dunia pendidikan dan pelatihan dimasa depan.

Tentunya, harapan di atas tidak akan menjadi kenyataan tanpa usaha distribusi efektif majalah ini. Untuk itu, penyebarluasan majalah ini kepada para pengguna dan alumni diklat maupun Prodip BPPK di seluruh Indonesia perlu dilakukan.

Selamat terbit dan sukses

Jakarta, 1 Oktober 2009 Kepala BPPK

Dr. I.Made Gde Erata, MA

ÍßÓÞËÌßÒ

ÕÛÐßÔß

ÞÐÐÕ

Ü®ò ×òÓ¿¼» Ù¼» Û®¿¬¿ô Óß

(6)

ì ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

ISTILAH INI MENGANDUNG makna bahwa BPPK, sebagai unit pendu-kung kinerja Departemen Keuangan, memiliki peran yang sangat strategis. Terutama dalam konteks peningkatan kualitas SDM. Peran strategis tersebut hendak digapai kembali serta disem-purnakan dengan cara ‘membang-kitkan kembali daya hidup’ beberapa sektor kunci BPPK.

Jika sedikit melakukan kilas balik pada pesan-pesan perubahan yang diusung reformasi birokrasi, maka da-pat dikatakan bahwa tonggak refor-masi di BPPK telah mulai

dipancang-kecuali perubahan itu sendiri. Tuntu-tan perubahan menuju ke arah yang lebih baik akan selalu ada, dan mu-lai tahun 2008, BPPK melembagakan agenda reformasi birokrasi dengan membentuk Tim Reformasi Birokrasi Unit (TRBU) BPPK. Tim kerja ini dibagi menjadi lima bidang, yaitu: penataan kelembagaan, penyempurnaan proses bisnis, pengembangan SDM, Indikator Kinerja Utama dan Komunikasi Publik. Selangkah lebih maju, pada tahun 2009 BPPK tidak lagi menggunakan tim ad

hoc sebagai penanggung jawab

kegia-tan reformasi. Agenda perubahan telah dilekatkan pada struktur organisasi, se-hingga kepastian berjalannya reformasi menjadi semakin pasti.

Pada edisi ini, redaksi mencoba me-nyajikan serangkaian artikel yang meng-gambarkan sebagian hasil revitalisasi BPPK. Mulai dari kelembagaan, SDM, komunikasi publik, dan pengembangan kediklatan. (GTi)

kan pada tahun 2007. Hal ini ditandai dengan semangat kembali ke khitah, kembali pada ruh diciptakannya BPPK dan fitrahnya sebagai institusi publik. Secara operasional, upaya reformasi birokrasi –istilah yang waktu itu belum dilembagakan– dimulai dengan usaha mengembalikan BPPK kepada tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara. Strategi inilah yang secara resmi diperkenalkan sebagai

Back to Basic. Terdapat 15 agenda

yang menjadi prioritas perbaikan BPPK sebagai lembaga pendidikan. Agenda tersebut dapat dikelompok-kan dalam: penataan kelembagaan, penyempurnaan proses bisnis, per-baikan fungsi kediklatan dan pember-dayaan moralitas.

Kesadaran bahwa perubahan ini bukanlah suatu proses yang berujung, sebagaimana dikatakan Rene

Desk-rates “ ”; tidak ada yang abadi

λª·¬¿´·-¿-· ¿¼¿´¿¸

-¿¬« µ¿¬¿ §¿²¹

¼·¹«²¿µ¿² ±´»¸ ÞÐÐÕ

-»¾¿¹¿· ¬¿¹ ´·²»

λº±®³¿-· Þ·®±µ®¿-·

ÞÐÐÕò

(7)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ë DALAM Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 157/PMK.01/2008 tentang Rencana Strategis Departemen Keuangan Tahun 2005-2009, disebutkan bahwa visi Depar-temen Keuangan adalah menjadi pen-gelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperada-ban tinggi.

Ada beberapa kata kunci dalam pernyataan visi tersebut. Kata kunci per-tama adalah bahwa Departemen

Keuan-gan merupakan pengelola keuanKeuan-gan dan kekayaan negara. Maknanya, Departe-men Keuangan mempunyai tugas Departe- men-jalankan peran di bidang manajemen fiskal negara dalam upaya memantapkan stabilitas ekonomi makro, melalui kegiatan menghimpun dan mengalokasikan keuan-gan negara serta memelihara barang milik

negara. Ini merupakan

De-partemen Keuangan.

Kata kunci kedua adalah bertaraf in-ternasional. Artinya pengelolaan keuangan dan kekayaan negara oleh Departemen Keuangan harus memiliki kualitas yang

setara dengan lembaga/institusi yang ada di negara maju. Jadi, kualitas aparat, kinerja serta hasil-hasil yang dicapai oleh Departemen Keuangan harus setinggi standar dunia atau standar internasional yang baik.

Kata kunci ketiga, dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Mengandung makna bahwa Departemen Keuangan har-us memenangkan kepercayaan masyarakat dan menjadi kebanggaan masyarakat, karena pengelolaan keuangan dan keka-yaan negara dilakukan secara transparan, profesional dan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Kata kunci keempat, instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berper-adaban tinggi, mengandung arti bahwa Departemen Keuangan memposisikan diri sebagai

atau pendorong perubahan menuju kemakmuran, keadilan, dan per-ikehidupan yang berperadaban tinggi.

Visi yang sangat ambisius tersebut bukan mustahil untuk diwujudkan. Na-mun, upaya mewujudkan visi memerlukan sejumlah konsekuensi penting yang harus disadari oleh segenap jajaran Departemen Keuangan. Tidak hanya oleh para peja-batnya, namun juga para pelaksana dan

bahkan di luar Departemen

Keuangan. Sarana, prasarana, organisasi, tata kelola, sistem dan sumber daya manu-sia (SDM) yang memadai harus diperoleh dan dikelola secara tepat.

Konsekuensi atas Visi

Dari berbagai faktor penting yang diperlukan sebagai konsekuensi dari pen-etapan visi Departemen Keuangan, faktor SDM memegang peran yang dominan.

Tan-pa SDM yang dengan

kebu-tuhan, maka sarana-prasarana dan sistem super modern yang dibangun tidak dapat

menghasilkan maupun

yang diharapkan. Setidaknya ada tiga kon-sekuensi atas visi Departemen Keuangan terkait dengan aspek SDM.

Konsekuensi pertama adalah SDM yang memadai, baik kuantitas maupun kualitas. Hal ini tak terhindarkan, karena kegiatan pe ngelolaan keuangan negara –termasuk pe rumusan kebijakan terkait– merupa-kan aktivitas utama yang harus ditangani sebaik-baiknya. Lingkup kompetensi SDM

Õ¿®»²¿ -¿¬« °¿µ«ô ¬¿°¿´ µ«¼¿ ¬»®´»°¿-å

Õ¿®»²¿ ¬¿°¿´ ¬»®´»°¿-ô µ«¼¿ ¬¿µ ¾·-¿ ¾»®´¿®·å

Õ¿®»²¿ µ«¼¿ ¬¿µ ¾·-¿ ¾»®´¿®·ô °»-¿² ¬¿µ ¬»®µ·®·³å

Õ¿®»²¿ °»-¿² ¬¿µ ¬»®µ·®·³ô °»®¿²¹ ¬¿µ ¼¿°¿¬

¼·³»²¿²¹µ¿²ò øл°¿¬¿¸ Õ«²± Ö»°¿²¹÷

ÍÌßÒóÞÔËæ

˲¬«µ ³»²½¿°¿· ª·-·

Ü»°¿®¬»³»² Õ»«¿²¹¿²á

ÑÔÛØæ ÓßÎÓßØ ØßÜ×

ö÷

(8)

ê ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

yang diperlukan tidak hanya terbatas pada kom petensi perumusan kebijakan keuangan publik yang bersifat makro. Na-mun mencakup juga disiplin-disiplin yang bersifat mikro, bahkan juga yang bersifat sangat teknis.

Sebagai contoh, SDM yang diperlukan di Direktorat Jenderal Pajak tidak hanya mereka yang ahli di bidang perumusan kebijakan perpajakan dan hukum pajak. Diperlukan juga auditor yang mengua-sai teknis pembukuan dan audit secara mendalam, cekatan, terampil serta cerdas dalam menerapkan pengetahuannya seh-ingga mampu menguji laporan pajak para wajib pajak secara efektif dan efisien.

Konsekuensi kedua adalah bahwa un-tuk mencapai kualitas pengelolaan keuan-gan negara yang bertaraf internasional, maka seluruh SDM di lingkungan Depar-temen keuangan harus memiliki sifat se-bagai pembelajar yang baik dan memiliki komitmen untuk selalu menjadi lebih baik. Maka, setiap pegawai Departemen Keuan-gan harus memiliki sikap mental yang terbuka untuk mencontoh praktik-praktik terbaik di tempat lain, untuk selanjutnya mengembangkannya dan menerapkan-nya secara lebih baik di lingkungan sendiri. Kiranya setiap orang perlu merenungkan

pepatah Jepang yang

artinya meniru adalah belajar. Pendeknya setiap karyawan harus ”ahli” dan cerdas

dalam melakukan dan rela

meninggalkan kebiasaan lama yang tidak lagi tepat, sekalipun kebiasaan lama itu terasa nyaman.

Jika hal di atas dapat terwujud, tentu setiap detik yang dilalui selalu menghasil-kan keadaan yang lebih baik. Rasullah Muhammad SAW mewariskan kata-kata indah yang maknanya: ”

Setiap warga Departemen Keuangan perlu mencamkan kata-kata indah ini.

Konsekuensi ketiga adalah bahwa SDM Departemen Keuangan harus memiliki integritas tinggi serta memiliki kualitas in-telektual dan profesionalisme yang paling baik, sehingga layak merebut kepercayaan masyarakat dan menjadi kebanggaan se-luruh rakyat Indonesia. Tidak hanya itu,

SDM Departemen Keuangan harus

memi-liki yang tinggi sehingga

men-jadi panutan, teladan dan pemrakarsa perubahan menuju masa depan Indonesia yang lebih baik. Maka gaya kepemimpi-nan dari semua jajaran manajemen, dari tingkat yang tertinggi hingga tingkat yang paling rendah, harus menuju pada gaya kepemimpinan kelas dunia yang diadopsi secara tepat untuk kondisi Indonesia.

Biro SDM dan BPPK merupakan kunci

Biro SDM Departemen Keuangan me-megang peran penting dalam pengelolaan SDM dan telah mentransformasikan diri menjadi biro yang lebih efektif melalui

sejumlah penajaman fungsi seperti

mem-bangun , program

pen-didikan dan pelatihan berbasis kompetensi, Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) yang terintegrasi, mengembangkan pola mutasi karyawan, serta meningkatkan di-siplin pegawai. Dengan penajaman fungsi ini, Biro SDM akan memiliki peta yang lebih lengkap dan cermat mengenai kompetensi pegawai serta gap antara kebutuhan den-gan ketersediaan SDM. Denden-gan demikian perencanaan untuk rekrutmen, program pengembangan pegawai, serta promosi, rotasi dan pengembangan motivasi

pe-gawai akan menghasilkan yang

lebih optimal karena didasarkan pada peta masalah yang tepat.

Selanjutnya, tugas Biro SDM adalah mengembangkan berbagai program untuk mentransformasi budaya kerja dan moti-vasi seluruh SDM sehingga kondusif untuk mewujudkan visi Departemen. Berbagai

skim kepegawaian perlu dibangun agar Departemen Keuangan menjadi menarik

bagi untuk bergabung dan

membuat yang telah

berada di dalam merasa nyaman untuk berkarya dan berkarir. Bukankah kebijakan SDM dipandang berhasil jika

Adanya antara kebutuhan dengan ketersediaan SDM diatasi dengan rekrut-men dan penyelenggaraan program diklat. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) memiliki peran penting untuk mer-ancang dan menyelenggarakan program diklat guna mempersempit atau bahkan menutup tersebut. Melalui enam Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) dan sebelas Balai Diklat Keuangan (BDK), BPPK diharapkan dapat mengemas dan men-gelola program-programnya sehingga

tidak saja mampu menutup

kom-petensi pegawai Departemen Keuangan pada saat ini, namun sekaligus menganti-sipasi kebutuhan masa depan yang dina-mis dan penuh tantangan. Melalui Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), BPPK menjaring bibit-bibit unggul yang direkrut secara kompetitif dari seluruh penjuru ta-nah air untuk dididik menjadi tenaga ahli di bidang teknis keuangan negara dan diharapkan tumbuh menjadi calon-calon pemimpin masa depan.

Kini semakin jelas bahwa penguatan kapasitas BPPK merupakan suatu kenis-cayaan. Tanpa program yang kuat, kompetensi tak akan tertutup. Tanpa lu-lusan STAN yang berkualitas tinggi, pelak-sanaan tugas pokok Departemen akan diwariskan kepada tenaga tidak terampil dan calon-calon pemimpin yang lemah. Setiap program diklat ibarat sekrup yang menguatkan ikatan antar komponen suatu mesin. Sekrup yang lemah akan menyebab-kan peralatan terlepas dan mesin berhenti bekerja. Dalam hal ini, Biro SDM dapat di-ibaratkan sebagai komponen mesin dan kegiatan-kegiatan diklat di BPPK sebagai sekrup-sekrup utamanya.

Peran STAN melalui PPK- BLU

Peran BPPK dalam menghasilkan SDM yang sesuai kebutuhan sangat penting. Na-mun, hal itu saja tidaklah cukup. Sekalipun kualitas dan kuantitas SDM Departemen Keuangan telah sesuai dengan kebutuhan, tetapi tujuan mewujudkan pengelolaan

ÍÜÓ Ü»°¿®¬»³»² Õ»«¿²¹¿²

¸¿®«- ³»³·´·µ· ·²¬»¹®·¬¿-

¬·²¹¹· -»®¬¿ ³»³·´·µ·

µ«¿´·¬¿- ·²¬»´»µ¬«¿´ ¼¿²

°®±º»-·±²¿´·-³» §¿²¹

°¿´·²¹ ¾¿·µô -»¸·²¹¹¿

´¿§¿µ ³»®»¾«¬ µ»°»®½¿§¿¿²

³¿-§¿®¿µ¿¬ ¼¿² ³»²¶¿¼·

µ»¾¿²¹¹¿¿² -»´«®«¸ ®¿µ§¿¬

ײ¼±²»-·¿ò

(9)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç é keuagan negara yang baik masih akan

su-lit untuk dapat dicapai. Mengapa? Depar-temen Keuangan hanya merupakan salah satu pilar dari banyak pilar pengelolaan keuangan negara. Kementerian/Lembaga lain memiliki peran penting dalam pen-gelolaan keuangan negara yang berada dalam pengurusan masing-masing. Be-lum lagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di berbagai provinsi, kabupaten dan kota. Siapa yang harus menutup kebutuhan SDM bidang keuangan publik di luar Departemen Keuangan? Tentu instansi masing-masing.

Pertanyaan berikutnya adalah, menga-pa proses peningkatan kamenga-pasitas pengelo-laan keuangan berbagai instansi lain ber-jalan begitu lambat? Tentu penyebabnya beraneka ragam. Salah satu di antaranya adalah karena sulitnya merekrut lulusan perguruan tinggi ”kelas satu” untuk men-jadi PNS (antara lain karena remunerasi dan jenjang karir yang kurang menarik), dan terbatasnya lembaga pendidikan yang dapat menyediakan program pendidikan yang menghasilkan lulusan siap pakai di bidang keuangan publik Indonesia. Ter-lebih lagi tata kelola keuangan publik di Indonesia memiliki keunikan tinggi.

Menyadari hal di atas, maka Departe-men Keuangan memiliki inisiatif untuk menjadi agen perubahan yang membantu instansi lain dalam menerapkan tata kelola keuangan yang baik. Sebagai contoh, De-partemen Keuangan membuat program pelatihan yang disebut Program Perce-patan Akuntabilitas Keuangan Pemer-intah, Kursus Keuangan Daerah, Latihan Keuangan Daerah, Kursus Bendahara, dan sebagainya. Program dimaksud bertujuan melayani kebutuhan pengembangan SDM instansi lain atas beban anggaran Depar-temen Keuangan. Akan tetapi, pelatihan-pelatihan itu tidak mencukupi kebutuhan. Dengan jumlah satuan kerja yang menca-pai puluhan ribu di seluruh Indonesia, In-stansi Pemerintah Pusat dan Daerah mem-butuhkan sangat banyak program diklat keuangan. Jelaslah hal tersebut tidak dapat sepenuhnya diakomodasi dan dibiayai oleh anggaran Departemen Keuangan.

Untuk itu, diperlukan adanya suatu unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan yang dapat secara luwes mengembangkan kapasitasnya untuk menjawab kebutuhan instansi di luar Departemen Keuangan.

Agar unit kerja ini dapat berjalan efektif dan efisien, serta dapat mengikuti dina-mika perubahan yang cepat, maka pen-gelolaan keuangan unit kerja tersebut perlu menggunakan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). De ngan ditetapkannya STAN sebagai instansi yang menerapkan PPK-BLU, maka STAN mengambil peran tersebut.

Setelah menerapkan PPK-BLU, STAN dapat menawarkan program-program pendidikan jenjang diploma keuangan ke-pada Kementerian/Lembaga di luar Depar-temen Keuangan dan Pemerintah Daerah, serta BUMN/BUMD, tanpa membebani anggaran belanja Departemen Keuangan karena biaya penyelenggaraan

ditang-gung oleh instansi pengguna. Selain itu, STAN juga dapat menyediakan berbagai program diklat untuk percepatan pening-katan kapasitas SDM di bidang pengelo-laan Keuangan Negara bagi instansi di luar Departemen Keuangan. Selanjutnya, untuk meningkatkan efektivitas program diklat, STAN menyediakan bimbingan teknis dan konsultasi pasca diklat. Dengan demikian permasalahan-permasalahan riil yang di-alami oleh para peserta dalam tataran implementasi dapat dibantu dipecahkan sesuai dengan kondisi spesifik masing-masing.

Dengan PPK-BLU, STAN dapat men-jalankan peran penting dalam percepatan peningkatan kapasitas instansi lain dalam pengelolaan keuangan publik. Sejumlah instansi yang menjadi binaan STAN dalam pengelolaan keuangan telah

menunjuk-Í»µ¿´·°«² µ«¿´·¬¿-

¼¿² µ«¿²¬·¬¿- ÍÜÓ

Ü»°¿®¬»³»² Õ»«¿²¹¿²

¬»´¿¸ -»-«¿· ¼»²¹¿²

µ»¾«¬«¸¿²ô ¬»¬¿°· ¬«¶«¿²

³»©«¶«¼µ¿² °»²¹»´±´¿¿²

µ»«¿²¹¿² ²»¹¿®¿ §¿²¹

¾¿·µ ³¿-·¸ ¿µ¿² -«´·¬

¼·½¿°¿·ò

kan peningkatan kualitas perencanaan dan akuntabilitas keuangan. Instansi yang telah menjadi binaan tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lebih lanjut untuk

menjadi tempat belajar dan

bertanya bagi instansi atau unit kerja lain di sekitarnya. Dengan demikian tercipta proses pembelajaran yang berantai dan peningkatan kapasitas pembelajaran yang tidak lagi linear, sehingga terbangun aksel-erasi peningkatan kapasitas SDM di

berba-gai tempat di suatu tempat

akan dengan lebih cepat ditularkan ke tempat lain.

Dengan dukungan dan kerjasana Pusdiklat dan BDK di lingkungan BPPK serta berbagai unit Eselon I Departemen Keuangan, maka program diklat yang disediakan oleh STAN dapat dikembangkan secara cepat, baik luasan cakupan ma-teri, keanekaragaman mama-teri, jangkauan geografis maupun jumlah peserta yang dapat dilayaninya. Sekalipun tidak dimak-sudkan untuk memupuk laba, kegiatan pelayanan kepada instansi pemerintah di luar Departemen Keuangan tersebut akan menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kua litas pelayanan STAN dan Pusdiklat serta BDK di lingkungan BPPK.

Semula, tampaknya peran STAN san-gat kecil dalam memberikan kontribusi bagi pencapaian visi Departemen Keuan-gan yang ambisius. Namun, denKeuan-gan menerapkan PPK-BLU, STAN akan dapat memainkan peran yang penting. Ibarat paku yang menguatkan tapal (sepatu) kuda, STAN dapat mendukung kuda pacu untuk berlari kencang menuju medan perang. Sungguh tepat pepatah Jepang yang pernah disitir oleh Sekretaris BPPK, bahwa ”karena satu paku, tapal kuda terlepas; karena tapal terlepas, kuda tak bisa berlari; karena kuda tak bisa berlari, pesan tak terkirim; karena pe-san tak terkirim, perang tak dapat di-menangkan.” Dalam konteks tulisan ini, peran STAN dapat diibaratkan ”paku” yang menguatkan tapal kuda, dan SDM pengelola keuangan pada instansi lain di luar Departemen Keuangan sebagai tapal kuda, serta Departemen Keuangan sebagai kuda perang.

*) Penulis adalah Widyaiswara madya - STAN

(10)

è ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

UNIT TES

BPPK

HAL INI MEMBAWA perubahan para-digma pengelolaan SDM Departemen Keuangan. Sistem pengelolaan SDM yang sebelumnya lebih bersifat administratif kepegawaian berubah menjadi sistem pengelolaan yang lebih memprioritaskan perencanaan dan pengembangan SDM. Sistem yang sebelumnya hanya identik dengan urusan pengangkatan, kepangka-tan, mutasi, dan penggajian pegawai, ser-ta ser-taser-ta usaha kepegawaian telah berubah menjadi sistem yang lebih memprioritas-kan perencanaan SDM sesuai kebutuhan manajemen dan pengembangan potensi SDM untuk menciptakan SDM keuangan negara yang profesional dan bertanggung jawab.

Dalam rangka mendukung keber-hasilan perubahan paradigma pembinaan SDM tersebut, BPPK berinisiatif memben-tuk dan mengembangkan Unit Tes BPPK sebagai langkah awal dari upaya penca rian

dan pem binaan SDM berkualitas di lingkungan D e p a r t e m e n Keuangan. Unit Tes BPPK ada lah unit yang me-nyelenggarakan tes atau penila-ian atas potensi yang di miliki SDM Departe-men Keuangan secara ob yektif atas aspek-as-pek penilaian SDM dalam

rangka meningkatkan kinerja dan mem-perbaiki manajemen SDM Departemen Keuangan.

Tes atau penilaian SDM pada awal-nya digunakan dalam rangka tes atau seleksi pegawai baru. Namun dalam perkembang annya, tes SDM juga dapat digunakan untuk menyeleksi kandidat-kandidat dalam rangka promosi, peren-canaan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan SDM atau rencana sukse-si. Penilaian SDM secara obyektif merupa-kan modal organisasi untuk menciptamerupa-kan budaya kinerja karena kegiatan strategis ini dapat memastikan bahwa SDM terpilih merupakan SDM yang tepat untuk men-capai target-target ki nerja organisasi.

Adapun layanan Unit Tes BPPK yang telah diberikan mencakup layanan as-esmen, tes psikologi (psikotes), tes po-tensi akademik, dan tes bahasa Inggris

(TOEFL like), serta perumusan pedoman

tes kese hatan dan kebugaran. Asesmen me ru pa kan prosedur yang komprehensif dan stan dar dengan menggunakan be-berapa tek nik assessment atau multiple

inputs untuk mengevaluasi kompetensi

seseorang (memprediksi prilaku). Ases-men dapat di terapkan secara luas untuk seleksi, promosi, mutasi, identifikasi awal potensi pegawai, diagnosa kebutuhan pelatihan, pengembangan serta peren-canaan orga ni sasi. tes potensi akademik adalah tes yang dirancang untuk men-gungkapkan potensi intelektual yang dianggap mendasari kemungkinan ke-berhasilan seseorang jika mengikuti jen-jang pendidikan akademik seperti seleksi beasiswa untuk program S2 dan S3. Tiga komponen utama dalam tes potensi aka-demik adalah kemampuan verbal (baha-sa), kemampuan kuantitatif (berhitung) serta kemampuan penalaran (logika). Tes bahasa Inggris adalah tes untuk menguji kemampuan bahasa Inggris pegawai dari aspek pemahaman pendengaran

(listen-ing comprehension), struktur dan ekspresi

tertulis (structure and written expression), serta pemahaman bacaan (reading

com-prehension).

Sejauh ini, Unit Tes BPPK telah dili-batkan dalam sejumlah kegiatan inter-nal BPPK seperti menyusun soal ujian saringan masuk (USM) Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN); melaksanakan psikotes bagi peserta USM STAN Prodip I Kepabeanan dan Cukai (Crash Program), Prodip III (kurikulum khusus), dan Prodip IV; melaksanakan tes potensi akademik (TPA), tes bahasa Inggris (TOEFL like) dan psikotes bagi peserta Diklat Kepemimpi-nan (Diklatpim) pada Pusdiklat Pengem-bangan SDM di Magelang; melaksanakan tes TOEFL bagi semua pejabat eselon IV dan pegawai golongan III BPPK yang ber-potensi untuk dipromosikan di lingkun-gan BPPK; dan melaksanakan asesmen bagi pejabat eselon IV untuk menjaring kandidat potensial untuk menduduki ja-batan eleson III di lingkungan BPPK; serta melaksanakan asesmen dalam rangka seleksi calon Widyaiswara Departemen Keuangan.

Ù»®¿µ ´¿²¹µ¿¸ λº±®³¿-· Þ·®±µ®¿-· Ü»°¿®¬»³»²

Õ»«¿²¹¿² ¬»´¿¸ ³»²»¬¿°µ¿² °»²·²¹µ¿¬¿² ³¿²¿¶»³»²

-«³¾»® ¼¿§¿ ³¿²«-·¿ øÍÜÓ÷ -»¾¿¹¿· -¿´¿¸ -¿¬« ¼¿®·

¬·¹¿ °·´¿® ®»º±®³¿-· ¾·®±µ®¿-·ò

ÑÔÛØæ ×ÒÜÎß ßÍÓßÜÛÉß

ö÷

*) Penulis adalah Kasubbid Peman-tauan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia

(11)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ç

Õ±³«²·µ¿-· Ы¾´·µ ¼¿²

л²½·¬®¿¿² Ñ®¹¿²·-¿-·

NAMUN HAL TERSEBUT belumlah cukup,

kar-ena selain bersifat informatif, komunikasi juga diharapkan dapat bersifat persuasif. Artinya, orang lain dapat menerima suatu paham, makna atau maksud, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Jadi selain menyampaikan informasi, komunikasi juga dapat membuat orang tertarik kepada infor-masi tersebut dan mengikuti apa yang ada pada informasi tersebut.

Sejak digulirkannya Agenda Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan yang salah satunya membawahi bidang komunikasi publik pada awal tahun 2008, kegiatan komunikasi publik di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) lebih dit-ingkatkan melalui Tim Reformasi Birokrasi Unit (TRBU) BPPK. Beberapa aktivitas yang mendukung pengenalan BPPK kepada para pemangku kepentingan mulai gencar

dilak-sanakan. Peran komunikasi publik di BPPK menjadi sesuatu yang strategis dan vital. Media informasi untuk menyampaikan se-gala sesuatu mengenai BPPK mulai menda-pat perhatian yang lebih. “Ada sesuatu yang harus kita lakukan untuk memuluskan langkah di bidang komunikasi publik yang strategis ini“, begitu kira-kira keinginan para pimpinan BPPK pada saat itu. Salah satu media yang dipilih adalah internet, melalui pembentukan portal BPPK yang baru.

Portal BPPK

Sebuah organisasi seperti BPPK yang melayani berbagai pihak mengenai pen-didikan dan pelatihan (diklat) membutuh-kan sebuah publikasi dan penyebaran infor-masi agar dapat diketahui oleh pihak-pihak terkait. Melalui sebuah media internet, langkah awal itu dimulai. Portal atau situs

Í»½¿®¿ «³«³ô

µ±³«²·µ¿-·

¾»®¿®¬·

³»²§¿³°¿·µ¿²

·²º±®³¿-·

ô

¹¿¹¿-¿²ô ¼¿² ·¼»

µ»°¿¼¿ °·¸¿µ

´¿·²

ò

ÑÔÛØæ ÉßÉßÒ ×ÍÓßÉßÒÜ×

ö÷

(12)

ïð ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

BPPK yang sebenarnya sudah ada sejak ta-hun 2006 mulai disempurnakan dan dijaga tingkat kemutakhiran datanya melalui salah satu kegiatan TRBU BPPK bidang komunikasi publik pada awal tahun 2008. Dengan semangat untuk lebih mensosialisasikan organisasi BPPK, penyempurnaan dan pen-genalan portal BPPK yang baru dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan rapat pimpinan Departemen Keuangan yang dip-impin langsung oleh Menteri Keuangan. Berbagai tanggapan dan komentar positif bermunculan pada saat itu. Hal tersebut se-makin memacu BPPK untuk terus mengem-bangkan dan menyempurnakan portalnya hingga saat ini.

Sebuah publikasi melalui media internet, yang dapat diakses semua orang khususnya bagi para pemangku kepentingan BPPK, diharapkan dapat “berbicara dan menjadi corong” untuk terus menginformasikan hal-hal terbaru yang ada di BPPK. Dengan de-mikian, penyebaran informasi akan menjadi lebih cepat dan tepat. Dengan dibukanya arus informasi mengenai BPPK, termasuk Pusdiklat-pusdiklat, STAN dan Balai Diklat Keuangan (BDK) di daerah, wajah BPPK mu-lai terlihat di hadapan publik. Itulah langkah awal yang dilakukan BPPK terkait dengan pelaksanaan agenda komunikasi publik.

Setelah banyak pihak mulai mengenal BPPK dengan lebih baik, ke giatan-kegiatan yang terkait dengan kepentingan publik mulai digiatkan. Salah satunya dengan mengembangkan diklat berbasis elektronik

Melalui portal BPPK,

dapat diakses oleh para peserta diklat dan publik yang ingin mengetahui pengetahuan mengenai keuangan ne gara. Beberapa pelatihan mulai memanfaatkan

sebagai salah satu media pembelajaran yang mendukung kegiatan diklat secara keseluruhan. Selain sisi kegiatan diklat, hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan

di BPPK juga diin-formasikan secara transparan kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat secara umum.

Pencitraan melalui Komunikasi Publik

Langkah BPPK tidak berhenti sampai disini, melalui Bagian Teknologi Informasi dan Komunikasi, BPPK terus mengembang-kan kegiatan-kegiatan komunikasi publik lainnya. Pengenalan program-program BPPK secara langsung kepada para

pemang-Í»¾«¿¸ °«¾´·µ¿-· ³»´¿´«·

³»¼·¿ ·²¬»®²»¬ô §¿²¹ ¼¿°¿¬

¼·¿µ-»- -»³«¿ ±®¿²¹ô

µ¸«-«-²§¿ ¾¿¹· °¿®¿

°»³¿²¹µ« µ»°»²¬·²¹¿²

ÞÐÐÕ ¼·¸¿®¿°µ¿² ¼¿°¿¬

•¾»®¾·½¿®¿ ¼¿² ³»²¶¿¼·

½±®±²¹Œ «²¬«µ ¬»®«-

³»²¹·²º±®³¿-·µ¿² ¸¿´ó¸¿´

¬»®¾¿®« §¿²¹ ¿¼¿ ¼· ÞÐÐÕò

atau kegiatan komunikasi publik yang gencar namun tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas, akan mengham-bat terciptanya pencitraan organisasi yang baik. Sehingga kedua hal tersebut harus berjalan berbarengan dan harus tetap dijaga agar dapat tetap berjalan dengan baik.

Saat ini, BPPK terus berusaha berbe-nah untuk meningkatkan kualitasnya. Kegiatan-kegiatan seperti pembenahan fasilitas pendidikan, sarana dan prasa-rana belajar, ruang kelas, asrama, me-tode pembelajaran, pelaksanaan, evalu-asi, dan lain-lain, terus dilakukan secara berkesinambungan. Di sisi lain, komu-nikasi publik juga terus berjalan agar upaya-upaya BPPK dalam melakukan pengembangan sistem diklat maupun kegiatan

dapat terinformasikan dengan cepat dan tepat. Sistem layanan

dan layanan lainnya saat ini da-pat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan BPPK. Semua itu dilakukan dalam rangka menciptakan dan membina hubungan baik dengan para pengguna, pemangku kepentin-gan dan publik pada umumnya.

Pada akhirnya, BPPK yakin bahwa dengan komunikasi publik yang tepat dapat menjadi sebuah alat jitu untuk menciptakan citra positif sebuah organ-isasi, dan hal itulah yang sedang dan terus dilakukan BPPK.

ku kepentingan juga tidak luput dari perha-tian. Kerja sama diklat dengan berbagai Satuan Kerja, BUMN, BUMD dan Pemda juga mulai ditingkatkan. Brosur, buletin, dan majalah mengenai BPPK mulai dis-ebarluaskan. Semua dilakukan dengan harapan agar publik lebih meng enal dan mengetahui mengenai kegiatan-kegiatan BPPK khususnya dalam hal diklat di bidang Keuangan Negara.

Setelah publik mengenal BPPK, maka kewajiban BPPK-lah yang harus menin-gkatkan kualitas kegiatan pendidikan dan pelatihannya, agar hal tersebut dapat menjadi alat untuk menciptakan citra yang positif. Portal BPPK, brosur, majalah, dan media komunikasi publik lainnya akan sangat bermanfaat jika in-formasi yang terkandung di dalamnya sejalan dengan hasil dan kualitas kegia-tan yang telah dilaksanakan. Kegiakegia-tan yang berkualitas namun tidak dikomu-nikasikan dengan baik kepada publik

*) Penulis adalah kasubbid Kurikulum dan Metodologi Pembelajaran-Pus-diklat Pajak

(13)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ïï

BPPK “Belajar“

-Learning

SALAH SATSASA U WUJUD revitalisasi BPPK

dalam rangka pengembangan kediklatan adalah pengembangan diklat berbasis

e-learning. Di era informasi dan

komu-nikasi saat ini, pengembangan diklat berbasis e-learning merupakan suatu keniscayaan. Karena jika tidak BPPK akan ketinggalan jaman dan ditinggal-kan pengguna potensialnya, yaitu: Gen-erasi muda. GenGen-erasi muda ini adalah generasi masa mendatang yang akan sangat digelimangi berbagai perang-kat teknologi, informasi dan komunikasi yang sudah akan melewati batas-batas, baik batas tempat, batas waktu mau-pun batas-batas sumber daya. BPPK, bagaimanapun harus mengakui, masih merupakan instansi diklat tradisional. Diklat-diklat yang dilaksanakanpun um-umnya masih merupakan diklat-diklat tradisional, berbasis kelas. Perangkat

teknologi informasi baru kita gunakan alakadarnya sebagai pendukung pem-belajaran tatap muka di kelas.

Namun demikian kondisi tersebut tidak harus melemahkan semangat. Transformasi ke bentuk diklat cita rasa baru harus mulai disiapkan. Beberapa kesempatan yang ada harus diman-faatkan semaksimal mungkin. Agaknya semangat itulah yang harus ditunjukan pucuk pimpinan BPPK saat ini den-gan menerima tantanden-gan Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan un-tuk mengadakan Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (bi-asas dikenal sebagai PPAKP) berbasis

E-learning. “Mission Imposible”, demikian

decak sebagian dari kita ketika pertama kali mendengarnya. Tetapi suatu prestasi besar memang harus selalu didahului dengan mimpi.

Terbukti saat ini, meski diharap-harap cemas karena belum betul-betul dimulai, sebagian dari hasil kerja sudah mulai terlihat, dan cukup membangga-kan. Sebagai sebuah pembelajaran, apa yang sudah dicapai, agaknya sudah akan merupakan prestasi lumayan. Yang patut menjadi harapan kita sekarang adalah, sesudah saat ini kita belajar E-learning, kedepan kita akan mengajarkan

E-learn-ing kepada yang lain.

Beberapa tulisan pada ruang khusus kali ini merupakan beberapa ‘buah’ dari hasil belajar tersebut. Tulisan awal mem-bedah secara konseptual. Berikutnya menuliskan sedikit kesan selama per-ekayasaan. Bagian akhir membahas ke-lengkapan produk yang akan digulirkan. Lengkap. Sehingga hanya dua kata yang tersisa untuk Anda para pembaca, yaitu selamat membaca. (SM)

(14)

Õ¸«-«-ïî ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

Pendahuluan

Salah satu misi utama BPPK adalah melakukan pengembangan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan dinamika lingkungan. Dinamika lingkungan yang selalu berubah dan semakin matangnya pemanfaatan teknologi informasi dan ko-munikasi telah mendorong BPPK untuk melakukan penyesuaian dan perubahan atas kurikulum dan model pembelajaran bagi pegawai Depkeu. Terkait dengan pengembangan model ini, BPPK telah merintis pendidikan jarak jauh (distance

learning) yang memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk menin-gkatkan kinerja pegawai depkeu sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi yang sedang digulirkan oleh Departe-men Keuangan.

Salah satu bentuk pendidikan jarak jauh (distance learning) ini adalah

e-learning. E-learning merupakan suatu

sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media inter-net, jaringan komputer maupun

com-puter standalone (learnframe.com).

Ber-dasarkan laporan Gartner tahun 2004, teknologi-teknologi yang menyokong

E-learning telah mencapai pada

ting-kat kematangan. Gartner bahkan me-nyarankan agar perusahaan segera mengadopsi e-learning secara agresif. Menurut Gartner, adopsi e-learning yang lebih cepat akan memberikan manfaat sebagai berikut:

ÞÐÐÕ

memiliki banyak pegawai namun tersebar di berbagai wilayah;

baik; peraturan.

Dari poin-poin manfaat di atas, ada-lah jelas bahwa Departemen Keuangan termasuk entitas perusahaan yang da-pat mengambil manfaat besar dari pen-erapan e-learning. Departemen Keuan-gan saat ini memiliki pegawai kurang lebih 67.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, bergulirnya reformasi menuntut adanya suatu bisnis proses yang lebih cepat dan manaje-men perubahan yang lebih baik. Se-mentara itu, BPPK yang bertanggung jawab mengemban misi pendidikan dan pelatihan keuangan bagi pegawai Dep-keu menghadapi masalah keterbatasan jumlah pengajar yang berkualitas, ket-ersediaan ruang kelas dan hambatan ru-ang dan waktu. Oleh karena itu, adopsi

e-learning pada departemen keuangan,

khususnya di BPPK, tidak dapat ditun-da-tunda lagi.

Konsep e-Learning BPPK

Model yang dipilih adalah metode pembelajaran campuran antara metode

e-learning dan metode pembelajaran

konvensional. Model ini lebih dikenal se-bagai metode blended learning. Model

pembelajaran ini mengacu pada model pembelajaran 4-tingkat IBM (IBM 4-Tier

Learning Model) yang menggabungkan

interaksi antar pengajar dan peserta baik secara on-line maupun secara

off-line (klasikal). Pemilihan atas model ini

didasarkan pada beberapa pertimban-gan.

Pertama, bahwa BPPK merupakan institusi yang tidak hanya mendidik tetapi juga melakukan pelatihan

(train-ing). Beberapa jenis diklat akan lebih

efektif dengan metode kelas offline (klasikal) dimana interaksi fisik antar peserta dibutuhkan baik dalam proses pembelajaran maupun untuk keperluan evaluasi.

Kedua, implementasi e-learning ada-lah suatu pengalaman baru tidak hanya bagi para peserta diklat namun juga bagi pengajar dan penyelenggara diklat. Perubahan paradigma cara belajar ini akan mengakibatkan kurang efektifnya penyelenggaraan e-learning. Pengajar dan peserta telah lama ‘terikat’ den-gan paradigma/budaya belajar men-gajar konvensional yang mungkin telah mendarah daging. Resistensi adalah hal yang wajar terjadi pada awal pengenal-an sesuatu ypengenal-ang baru. Oleh karena itu, implementasi e-learning akan dilakukan secara bertahap sebelum menuju ke model full e-learning. Selanjutnya, eval-uasi dilakukan untuk melihat efektivitas penyelenggaraan tersebut dan untuk mengukur kesiapan penerapan

e-learn-ing secara penuh.

Ketiga, kesiapan infrastruktur pen-dukung e-learning juga merupakan fak-tor pendukung keberhasilan adopsi

e-learning. Infrastruktur untuk e-learning

tidak merata di semua daerah. Pemban-gunan jaringan internet lebih marak di kota-kota besar saja. Sementara itu, pegawai Depkeu tersebar di kota-kota besar maupun kota-kota kecil di se-luruh Indonesia. Meskipun ada solusi dengan menyediakan konten/materi diklat secara offline (dalam bentuk CD/DVD), keterbatasan infrastruktur pendukung ini tetap akan membuat peserta diklat kesulitan dalam berin-teraksi dalam proses belajar mengajar melalui e-learning.

ÑÔÛØæ ßÙËÒÙ ÒËÙÎÑØÑ

ö÷

*)Penulis adalah Kasubbag Dukungan Teknis - Sekretrariat BPPK.

(15)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ïí

ÛóÐÐßÕÐ

PEMBELAJARAN E-LEARNING saat ini lazimnya masih bersifat suplemen atas pembelajaran klasik berbasis kelas (kelasikal). Jika pola e-learning sudah menjadi pola inti dalam pembelajaran, seperti yang sedikit banyak akan dilak-sanakan BPPK dalam diklat PPAKP

E-Learning, banyak hal yang harus

men-jadi perhatian kita.

Pertama, masalah prasarana pe-nunjang, baik di internal BPPK sebagai pelaksana maupun di eksternal BPPK sebagai target peserta. Kita harus ber-hitung, apakah jumlah peserta yang di-targetkan mengikuti proses e-learning tidak terlalu optimistis, atau sebaliknya tidak terlalu pesimistis, dibandingkan dengan estimasi jumlah peserta po-tensial yang dapat mengakses

perala-tan komputer yang dilengkapi koneksi internet. Kedua-dua angka tersebut merupakan angka estimasi. Target berhubungan dengan berapa biaya yang harus disiapkan, berapa sumber daya --personil maupun fisik-- yang harus disediakan. Sementara peserta potensial, tentu juga estimatif, karena belum ada semacam program sensus TIK, yang mendata berapa sebenarnya jumlah penduduk yang sudah internet

literate.

Pada pelaksanaan PPAKP

E-Learn-ing di BPPK disepakati angka 5.000

se-bagai target peserta E-Learning. Angka 5.000 ini memang tidak ada dasar hi-tungan eksaknya. Barangkali angka ini hanya semacam angka psikologis yang disepakati oleh peserta dalam rapat

pe-Ó»²¼»-¿·²

³±¼»´

°»³¾»´¿¶¿®¿²

¾»®¾¿-·-

»ó´»¿®²·²¹ ¬»®²§¿¬¿

¾«µ¿² °»µ»®¶¿¿²

³«¼¿¸

ô ¿°¿´¿¹· ¶·µ¿ °±´¿

°»´¿µ-¿²¿¿²²§¿ ¾»®¾»¼¿

¼»²¹¿²

³¿·²-¬®»¿³

»ó´»¿®²·²¹

°¿¼¿ «³«³²§¿ò

×ÓÐÔÛÓÛÒÌßÍ× ÛóÔÛßÎÒ×ÒÙ ÐßÜß ÞÐÐÕ

ÑÔÛØæ ÍÑÚÚßÒ ÓßÎÍËÍ

ö÷

(16)

ïì ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

pasif).

Masalah kedua yang harus diper-hatikan adalah terkait dengan bentuk proses pembelajaran. Menurut referensi, dikaitkan dengan ada tidaknya sentuhan e-learning dalam suatu proses pembe-lajaran, suatu proses pembelajaran dap-at dilihdap-at sebagai sudap-atu spektrum yang berawal dari proses pembelajaran tatap muka tanpa e-learning sama-sekali dan berakhir pada proses pembelajaran sepenuhnya online tanpa tatap muka sama sekali. Spektrum tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Dengan dinyatakan sebagai spek-trum maka garis di atas berbentuk tidak terputus (kontinyu). Empat kate-gori pembelajaran yang ada di atas da-pat dibayangkan menemda-pati titik-titik tertentu pada garis tersebut. Dengan demikian setiap kategori juga memani-festasikan spektrum masing-masing. Misalnya pembelajaran berbantuan TIK di kelas, ada yang berada pada titik ban-tuan minimal –misalnya dibantu hanya dengan OHP dengan tulisan tangan di transparan– ada juga yang berada pada titik bantuan maksimal, misalnya den-nentuan kebijakan pelaksanaan PPAKP

E-Learning ini, penulis termasuk di

antaranya. Kami merasa angka ini tidak terlalu kecil untuk ‘dijual’ ke khalayak untuk dilekatkan bersama istilah yang cukup ‘gagah’: e-learning. Juga angka ini dirasa tidak terlalu besar untuk da-pat dilayani dengan maksimal. Pada ke-nyataannya nanti apakah sesuai predik-si atau tidak memang belum diketahui, namun mudah-mudahan sesuai.

Termasuk dalam permasalahan pras-arana penunjang adalah masalah target sebaran peserta, apakah akan dipatok agar mencapai

seba-ran seluas-luasnya, atau dibiarkan bersifat prag-matis saja. Pendekatan pragmatis artinya dalam pelaksanaan e-learning

sama-sekali tidak mem-pertimbangkan sebaran

peserta. Siapa yang mendaftar silakan ikut, tidak melihat darimana dia berasal. Pendekatan ini dapat membuat peserta akan terkonsentrasi pada daerah yang tingkat difusi TIK-nya sudah tinggi, misalnya di kota-kota besar. Namun, pendekatan pragmatis saat ini masih merupakan pendekatan paling realistis mengingat kondisi kecepatan bandwith

internet di Indonesia yang masih

san-gat terbatas. E-learning yang dibebani jumlah peserta yang tak dibatasi akan berjalan sangat lambat, sementara un-tuk membatasi peserta yang memper-hatikan pemerataan sebaran peserta membutuhkan penerimaan pendaft-aran peserta yang tak dibatasi terlebih dahulu. Dengan pendekatan pragmatis, peserta yang paling cepat mendaftar, sampai jumlah yang ditargetkan, mere-ka itulah yang amere-kan dilayani. First come,

first serve.

Mengingat kemu da han nya, maka pen de katan pragmatis inilah yang akan di tem puh BPPK dalam pe laksanaan diklat PPAKP e-learning. Se ba nyak 5.000 peserta di atas akan ditentukan ber dasarkan urutan pen daftaran peser-ta. Se sudah mencapai 5.000 peserta, pendafta ran pe serta e-learning akan ditutup (meski de mikian, direncana-kan, guna meningkatkan pelayanan ke-pada pe serta, kelebihan di atas 5.000 pendaftar akan dilayani sebagai pe serta

gan menggunakan berbagai macam perangkat TIK pendukung multimedia dan audio visual. Pada kategori ketiga

(mixed model) ada yang tekanan tatap

muka-nya sangat besar, ada yang teka-nan tatap muka-nya sangat kecil tetapi intensitas e-learning- nya sangat tinggi.

Pola proses pembelajaran mana yang diambil BPPK melalui PPAKP

E-Learning? Pertanyaan ini mungkin agak

sulit dijawab. Namun dengan meman-faatkan ilustrasi di atas, kira-kira dapat dikatakan bahwa yang dilaksanakan BPPK berada di antara kategori ketiga dan keempat. Tepatnya yang diselenggarakan BPPK su-dah tidak facto-face &

e-learning(mixed model) tetapi

juga belum fully online. BPPK melalui PPAKP E-Learning di satu sisi sudah pada taraf menghilangkan face-to-face

learning tapi di sisi lain belum dapat

mengandalkan teknologi interaksi se-cara on-line sepenuhnya. Langkah ini cukup berani dan penulis rasa termasuk model rintisan dalam model proses

e-learning di Indonesia. Sebagai ganti face-to-face learning BPPK

mengguna-kan tayangan multimedia intensif yang di bundle dalam repository DVD lalu dibagikan kepada target peserta. Se-mentara proses on-line nya dimanfaat-kan khusus untuk interaksi on-line untuk memfasilitasi feedback dari peserta set-elah mempelajari materi di DVD, dalam bentuk maksimal yang dapat dibuat yang masih feasible sesuai dengan kon-disi infrastuktur TIK di Indonesia.

Kenapa face-to-face learning dihi-langkan? Jawaban atas pertanyaan ini secara konseptual dapat menjadi bahan perdebatan. Apakah dijamin tidak ter-dapat tingkat efektivitas belajar yang hilang dengan mengganti face-to-face

learning dengan DVD? Tidak ada

ja-minan memang. Namun untuk diingat, agar kita tidak terjebak pada perdeba-tan konseptual: Sejak awal penjelasan pengkategorian proses pembelajaran di atas, tidak menyebut pengkategorian tersebut seiring-sejalan dengan tingkat efektivitas pembelajarannya. Artinya dari sisi efektivitas pembelajaran bisa jadi proses pembelajaran tanpa e-learning sama sekali lebih efektif dibanding jika

Õ»²¿°¿ º¿½»ó

¬±óº¿½» ´»¿®²·²¹

¼·¸·´¿²¹µ¿²á Ö¿©¿¾¿²

¿¬¿- °»®¬¿²§¿¿² ·²·

-»½¿®¿ µ±²-»°¬«¿´

¼¿°¿¬ ³»²¶¿¼· ¾¿¸¿²

°»®¼»¾¿¬¿²ò ß°¿µ¿¸

¼·¶¿³·² ¬·¼¿µ ¬»®¼¿°¿¬

¬·²¹µ¿¬ »º»µ¬·ª·¬¿- ¾»´¿¶¿®

§¿²¹ ¸·´¿²¹ ¼»²¹¿²

³»²¹¹¿²¬· º¿½»ó¬±óº¿½»

´»¿®²·²¹ ¼»²¹¿² ÜÊÜá

(17)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ïë bagai media penyebaran ilmu pengeta-huan secara cuma-cuma, distribusi DVD ini dapat memenuhi tujuannya... meski memang masih sekadar media, karena penerima tidak sedang mencari. Ber-beda deng an ketika kita mencari sendiri sebuah buku untuk kita pelajari sendiri. Lagipula misi BPPK terletak pada pros-es pembelajarannya.

Untuk memenuhi tuntutan terse-lenggaranya proses interaksi maksimal antara peserta dengan pemberi materi (pengajar/tutor), sebagai esensi dari

e-learning dalam PPAKP E-Learning ini,

satu-satunya sandaran penyelenggara adalah pada aplikasi Learning

Manage-ment System (LMS) yang

dikembang-kan secara khusus. Melalui LMS ini kami berupaya semua pene rima DVD (se-banyak 20.000 satker) minimal harus melaporkan data diri mereka. Maksimal-nya mereka diminta mengikuti proses PPAKP E-Learning secara utuh (target 5.000 peserta tadi) yang meliputi

tuto-rial on-line (live- real time, interactive), quiz on-line, forum on line, FAQ, digital library dan lain-lain. Jika dimisalkan,

un-tuk memonitor pembelajaran peserta ini aplikasi LMS PPAKP E-Learning di-harapkan dapat “mengepung” peserta dari segala arah sebagaimana diilus-trasikan di bawah. Ini adalah konsep dan harapannya. Di lapang an, sebagaimana

dijelaskan di atas, pelaksanaannya banyak terhambat dengan fokus yang terpecah.Meskipun demikian, sebagai sebuah kegiatan pembelajaran, semua tantangan tersebut memang merupa-kan proses yang harus dilalui.

*) Penulis adalah Kasubbid Program dan TI - Pusdiklat Anggaran dan Per-bendaharaan.

dilengkapi atau semuanya diganti den-gan e-learning. Meski juga pernyataan ini bisa berlaku sebaliknya. Pendeknya pembicaraan efektivitas pembelajaran sesungguhnya merupakan pembicar-aan masalah yang berbeda.

Secara praktis-pragmatis manfaat strategi ini masih harus dibuktikan. Menghilangkan face-to-face learning dengan DVD dalam anggapan kami, setidaknya sampai sementara ini masih dalam tahap perencanaan (belum mulai dilaksanakan), akan cukup mengurangi

biaya (cost), khususnya untuk komponen biaya perjalanan, ako-modasi dan biaya imbalan jasa un-tuk pengajar. Biaya yang berkurang tersebut (sebagai benefit), masih akan lebih besar dibandingkan berkurangnya efektivitas pembe-lajaran kepada peserta (sebagai

cost). Jadi benefit ‘insya Allah’

masih akan lebih besar daripada cost-nya.

Masalah terakhir yang akan dibahas dalam tulisan ini terkait dengan penggunaan e-learning se-bagai pola inti dalam pembelajaran PPAKP E-Learning di BPPK. Seba-gaimana telah dijelaskan, karena PPAKP E-Learning sudah meng-hilangkan face-to-face learning, maka teka nan intensitas e-learn-ing harusnya su dah cukup te-learn-inggi. Di lapangan, dari pe ng alaman per-siapan, tekanan yang harus tinggi ini belum dapat diwujudkan mak-simal. Kelaziman pe rilaku organisasi agak nya menjadi ala sannya: ketika sa-tu urusan tengah men jadi fokus, maka u rusan lain sedikit ter kesampingkan. Fo kus pada PPAKP E-Learning saat pelun curan pertama ini memang pada pem buatan DVD ma teri. BPPK sudah me nyiapkan suatu stu dio perekaman vi deo yang sudah me menuhi standar per televisian. Para na rasumber ma-teri PPAKP harus diundang un-tuk melakukan shooting. Hasil shooting harus dilakukan pengolahan:

rastering, editing, il-lustrating, mastering, duplicating dan pack-ing. Proses yang cukup

panjang, padat karya, dan padat modal, sehingga me-mang patut menjadi fokus perhatian.

Masalahnya DVD yang telah diba gi tidak menjamin proses pembelajaran dilakukan. Antara peserta, pemateri dan penyelenggara tetap harus ada in-teraksi. Tanpa ada interaksi, DVD materi yang telah dibagi tidak termonitor, se-hingga kita tidak mengetahui apakah DVD tersebut benar dijadikan sumber pembelajaran atau tertelantarkan, ter-simpan di rak dan terlupakan. Tapi

se-Ì¿²°¿ ¿¼¿ ·²¬»®¿µ-·ô

ÜÊÜ ³¿¬»®· §¿²¹ ¬»´¿¸

¼·¾¿¹· ¬·¼¿µ ¬»®³±²·¬±®ô

-»¸·²¹¹¿ µ·¬¿ ¬·¼¿µ

³»²¹»¬¿¸«· ¿°¿µ¿¸ ÜÊÜ

¬»®-»¾«¬ ¾»²¿® ¼·¶¿¼·µ¿²

-«³¾»® °»³¾»´¿¶¿®¿²

¿¬¿« ¬»®¬»´¿²¬¿®µ¿²ô

¬»®-·³°¿² ¼· ®¿µ ¼¿²

¬»®´«°¿µ¿²

(18)

ïê ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

PESERTA DAPAT LELUASA memilih

fitur-fitur yang sesuai dengan gaya pembela-jaran mereka masing-masing. Fitur-fitur tersebut antara lain

dan

Fitur video presentasi adalah fitur yang menampilkan rekaman

(SME) dalam menyampaikan materi pembelajarannya. Video ini direkam di Studio BPPK menggunakan peralatan berkualitas tinggi untuk menghasilkan kualitas gambar dan suara yang baik

seh-mat modul klasikal dapat memanfaatkan

fitur Fitur berisikan format

digital dari modul pembelajaran klasikal yang disajikan dalam bentuk file PDF. Peserta dapat membuka serta membaca langsung isi modul melalui layar komput-ernya atau mencetak dalam bentuk

sesuai kebutuhan dan keinginan peserta. Kelengkapan isi materinya sama seperti halnya modul cetak klasikal, na-mun lebih praktis.

Jika mobilitas peserta sangat tinggi hingga tidak sempat membuka komputer ataupun membaca , atau jika pe-serta lebih senang mendengarkan reka-man penyampaian materi, ada satu lagi fitur yang ditawarkan dalam modul PPAKP

ini yaitu fitur . Fitur

ini berisikan rekaman suara SME saat me-nyampaikan materi pembelajaran yang disimpan dalam format MP3. File MP3 ini

dapat di atau

perserta asalkan mampu mendukung sehingga materi yang terdapat dalam ini dapat didengarkan ka-pan saja dan dimana saja.

Seluruh fitur tersebut disajikan dalam desain yang menarik serta sistem

pen-goperasian yang sehingga

diharapkan seluruh peserta dari berbagai latar belakang dapat mengoperasikannya dengan mudah. Bagi peserta yang masih mengalami kesulitan dalam pengeopera-sian fitur-fitur tersebut, di dalam modul PPAKP e-learning ini juga disediakan

pan-duan penggunaan Fitur-fitur

ini diharapkan akan memudahkan para peserta diklat untuk menerima dan me-mahami materi pembelajaran yang dis-ampaikan via DVD tersebut, serta mem-buat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.

Ì·¹¿ Ù¿§¿ л³¾»´¿¶¿®¿²

¼¿´¿³ Í¿¬« пµ»¬

Ó±¼«´ ÐÐßÕÐ »ó´»¿®²·²¹æ

Ó±¼«´ ÐÐßÕÐ

»ó´»¿®²·²¹

§¿²¹

¼·µ»³¾¿²¹µ¿² ÞÐÐÕ

³»²¹¿¼±°-·

¬·¹¿ ¹¿§¿

°»³¾»´¿¶¿®¿²

ø´»¿®²·²¹

-¬§´»÷ ¼¿®· °¿®¿ °»-»®¬¿ ¼·µ´¿¬

§¿²¹

¼·-»¼·¿µ¿²ò

ingga mampu mendukung proses transfer materi dengan baik. Video presentasi ini dilengkapi pula dengan tampilan

dimana transisi slide tersebut mampu menyesuaikan dengan apa yang disampaikan oleh SME, sehingga terlihat interaktif. Selain itu tersedia pula menu daftar isi materi serta naskah dari ucapan SME tersebut yang dilengkapi dengan

menu . Melalui menu ini, peserta

dapat beralih dari satu materi ke materi lain dengan cepat dan mudah. Peserta hanya perlu memilih dari daftar isi atau cukup mengetikan kata kunci dari materi

yang dicari pada menu . Bagi

pe-serta yang lebih menyukai tampilan video saja, tersedia menu untuk memperbesar ukuran video presentasi sehingga menye-suaikan dengan ukuran layar

Bagi para peserta yang merasa belum memperoleh pemahaman materi yang cukup dari apa yang ditampilkan pada video presentasi, atau bagi peserta yang lebih senang membaca materi dalam

for-ÑÔÛØæ Ð×ÔßÎ É×ÎÑÌßÓß

ö÷

*) Penulis adalah Pelaksana Bag. TIK – Sekretariat Badan

(19)

ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç ïé

ACARA YANG DIAWALI dengan pena yangan BPPK ini di hadiri oleh Kepala Ba-dan Pendidikan Pe latihan Keuangan, Para Kapusdiklat di lingkungan BPPK, Direktur Akuntansi dan Pelaporan Kinerja Ditjen Per bendaharaan, serta perwakilan sa tu an kerja dan perwakilan beberapa per guruan tinggi. “Acara ini sebagai ke giatan awal untuk mencanangkan e-learning di dalam kerangka PPAKP.” de mikian Kepala BPPK, I Made Gde Erata mengawali sambutan-nya. Sosi a lisasi ini memang menjadi titik

•Õ¿°¿² Í¿¶¿ô Ü·³¿²¿ Í¿¶¿ô Í·¿°¿ Í¿¶¿Œ

di mana sebelumnya mereka juga dapat

mengikuti secara me

la-lui (LMS)

yang telah dikembangkan BPPK. Fitur

di PPAKP juga meng adopsi

berbagai gaya pembelaja ran dari set-iap individu. Diantaranya penyampaian materi melalui video presentasi,

dan , serta kemuda han dalam

mengakses materi yang disajikan baik di tempat kerja mau pun dirumah. Seh-ingga tidak ada lagi kendala yang berarti bagi peserta un tuk memahami materi pembelaja ran. “Suatu saat (di-red)

-nya bi sa dimasukkan kita,

sehing ga sehari-hari kita lihat dikantor teman-teman tidak lagi dicurigai akan mendengarkan musik, siapa tahu

men-dengarkan kita” Pak Erata

mencontohkan yang disambut senyum para peserta.

Pada kesempatan ini peserta juga memperoleh informasi mengenai

tek-nis pelaksanaan Diklat PPAKP

yang disampaikan oleh Sekre ta ris BPPK, Dodi Iskandar, serta Kapus diklat Angga-ran dan Perbendaha raan, Agus Hermanto. Melengkapi rangkai an acara Sosialisasi ini,

dilakukan de mo modul PPAKP

dan (LMS)

yang telah dikembangkan BPPK. Sesi ini mendapat apresiasi yang sangat bai k dari para peserta sosialisasi, terlihat dari antu-siasme para peserta yang ing in menyam-paikan pertanyaan dan ma sukannya.

Acara yang juga diikuti oleh para PPAKP dari Pusdiklat Ang garan dan Perbendaharaan di Gadog-Bogor

melalui ini, diakhiri

den-gan sesi uji coba produk PPAKP

secara langsung oleh para peserta di stan-stan yang telah disiapkan oleh pani-tia. Beragam komentar bermunculan dari peserta yang telah mencoba Produk

PPAKP ini. Namun satu hal yang pasti, mereka sama-sama menantikan dimulainya Diklat PPAKP dengan metode e-learning ini yang bisa diikuti kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. (PW)

ͱ-·¿´·-¿-· ÐÐßÕÐ ÛóÔ»¿®²·²¹ îððçæ

Ü»³·µ·¿² ¾«²§· -¿´¿¸ -¿¬«

µ¿´·³¿¬ °¿¼¿ ³»¼·¿ Èó Þ¿²²»®

§¿²¹ ³»²§¿³¾«¬ °¿®¿

°»-»®¬¿ ß½¿®¿ ͱ-·¿´·-¿-·

Ю±¹®¿³ л®½»°¿¬¿²

ßµ«²¬¿¾·´·¬¿- Õ»«¿²¹¿²

л³»®·²¬¿¸ øÐÐßÕÐ÷

ÛóÔ»¿®²·²¹ ¼· Í»µ®»¬¿®·¿¬

Þ¿¼¿² л²¼·¼·µ¿² ¼¿²

л´¿¬·¸¿² Õ»«¿²¹¿² øÞÐÐÕ÷

¬¿²¹¹¿´ ïí ß¹«-¬«- îððç

§¿²¹ ´¿´«ò

awal di kenalkannya PPAKP dalam bentuk kepada para wakil calon peser-ta diklat karena sebelumnya PPAKP dise-lenggarakan melalui metode kla sikal atau metode tatap muka. Meto de

dipilih untuk menja wab tantangan dari keterbatasan penga jar yang berkualitas serta tantangan atas banyaknya jumlah target program ini yang semuanya harus dicapai sebelum akhir tahun 2009 ini. “Kita diminta untuk mempercepat proses dari PPAKP ini karena seperti kita sadari, bahwa tahun 2007 kita mulai, tapi di ta-hun 2008 be lum sampai 10.000 (orang-red) yang sang gup kita berikan diklatnya”

Kepala BPPK menambah-kan. Harapan se rupa di -s a m p a i k a n oleh Sony Loho, Direktur Akun tan si dan Pe laporan Ke-u a n g a n , D i r e k t o r a t J e n d e r a l Perbenda ha-raan, “Deng-an adanya PPA KP mung kin ba nyak mem-bantu, karena target yang d it a rg e t k a n sekarang saja 22.000 (orang-red), (sedangkan-red) 22.000 lebihnya tuh bagaimana? kalau

bisa me la kukan melalui ini

baik sekali.”

Bentuk yang dipilih

ada-lah dengan mengirimkan paket DVD, yang terdiri dari 13 keping, dima na total Modul yang tertanam di pa ket itu seba-nyak 33 modul PPAKP. Pa ket ini nantinya akan dikirimkan ke 20.000 Satker. Pada tahap awal, 5.000 orang akan mengikuti ujian ser tifikasi dengan metode klasikal,

(20)

ïè ÛÜËÕßÍ× ÕÛËßÒÙßÒ ÛÜ×Í× ïñîððç

ÑÔÛØæ Ð×ÔßÎ É×ÎÑÌß

Ì

Ì Óß

ö÷

Memperkenalkan:

99

Ô¿³°«

³»²§¿´¿ ³»²»®¿²¹·

-»±®¿²¹ Í«¾¶»½¬ Ó¿¬¬»®- Û¨°»®¬ øÍÓÛ÷ §¿²¹

-«¼¿¸ ¾»®°¿µ¿·¿² ®¿°·¸ ²¿³«² ¬»¬¿° ®·´»µ- ¼·

µ«®-· ³»¶¿²§¿ò Ü·¬»³¿²· ±´»¸ -»¾«¿¸ Ô¿°¬±°ô

ÍÓÛ ¬»®-»¾«¬ ³«´¿· ¾»®´¿¬·¸ ³»³¾¿½¿ ¬»µ-

±«¬´·²» ³¿¬»®· ¼·µ´¿¬ °¿¼¿ ¬»´»°®±³°¬»® ³·®®±®

׳¿¹» ÔÝóïë𠧿²¹ ³»´»µ¿¬ °¿¼¿ µ¿³»®¿ ͱ²§

ØÜÎ Š ÍÎ ïî Ûò Í»³»²¬¿®¿ ·¬« °¿®¿ ¿²¹¹±¬¿ ¬·³

¬»´¿¸ -·¿° ¼·°±-·-·²§¿ ³¿-·²¹ó³¿-·²¹ ¼¿² ¬¿µ ´¿³¿

¾»®-»´¿²¹ ¬»®¼»²¹¿® -»-»±®¿²¹ ¾»®«½¿° •íôîôïô

ß½¬·±²òŒ

konversi modul klasikal ke dalam format elektronik, Studio 99 ini juga berfungsi sebagai studio untuk kegiatan multime-dia lainnya. Tak hanya dilengkapi dengan perlengkapan yang sudah disebutkan di atas, studio ini juga dilengkapi dengan

tiga buah komputer dan tiga

buah untuk melakukan

hasil gambar, suara dan desain grafis serta sebuah alat duplikator

dll.

Studio 99 juga didukung oleh tim studio yang terus mengembangkan ke-mampuannya dengan cara melakukan kerja sama dengan para praktisi penyi-aran dari TV swasta nasional dalam proses kegiatan konversi. Melalui kerja sama ini transfer pengetahuan dan keterampilan dalam mengoperasikan peralatan yang ada diharapkan akan menjadi lebih efektif dan cepat. Masing-masing anggota tim studio pun memiliki posisi dan tugasnya masing-masing yaitu diantaranya sebagai

dan Bisa dibilang kehadiran Studio 99 ini

menjadi salah satu BPPK untuk

menjadi pusat unggulan pendidikan dan pelatihan keuangan negara dalam meng-hasilkan SDM yang kompeten, profesional dan berintegritas. Dalam video sambutan-nya di

(LMS) BPPK (yang juga direkam di Studio 99 ini-red), Menteri Keuangan Sri Mulyani me-nyampaikan bahwa beliau sangat mendu-kung upaya pengembangan modul berba-sis elektronik yang dilakukan BPPK. Beliau juga berharap agar dimasa depan sebagian besar modul BPPK dapat dikonversi dalam format elektronik untuk mempercepat dan mengefektifkan proeses transformasi infor-masi dan ilmu pengetahuan kepada selu-ruh pegawai di jajaran Departemen Keuan-gan. Dari Studio 99 inilah BPPK melanjutkan upaya untuk mewujudkan itu semua.

ITULAH CUPLIKAN suasana kegiatan

kon-versi modul klasikal Program Percepa-tan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP) menjadi modul elektronik PPAKP yang dilakukan di Studio 99 di lantai 6 gedung B, Sekretariat BPPK Jl.Purnawarman No. 99 beberapa waktu lalu. Nomor 99 pada alamat Sekretariat Badan tersebut menginspirasi nama stu-dio ini. Di stustu-dio itu SME “beraksi” di depan kamera menyampaikan materi pembela-jaran secara komunikatif seakan-akan berbicara langsung dihadapan peserta diklat. Anggota tim studio pun dengan seksama mengamati tata cahaya, hasil rekaman gambar dan suara dalam proses syuting tersebut.

Sebagian dinding studio sengaja di-laburi dengan cat berwarna hijau guna menghasilkan sebuah green screen untuk mempermudah penempatan variasi back-ground dari objek. Selain ditujukan untuk

mendukung kegiatan yang

sedang dikembangkan oleh BPPK dima-na didalamnya menuntut dilakukannya

*) Penulis adalah Pelaksana Bag. TIK – Sekretariat BPPK

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini, Seksi Penge- lolaan Taman Nasional I, Taman Nasional Alas Purwo memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang tergolong sedang dengan

Untuk hand soap bentuknya cair, kami menilai jenis sabun yang bersifat khusus, artinya sabun yang dikhususkan untuk membersihkan tangan dari kotoran. Jika kita perhatikan hand

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja diantaranya yakni penelitian yang dilakukan oleh (Masydzulhak et al.,

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

juga dinamakan A1 jabar Sakl ar karena di terapkan terutama dalam rangkaian-rangkaian yang menerapkan sistem saklar.. Untuk memudahkan pengertian

Pada penelitian tindakan kelas ini- digunakan metode P'(& Langkah1langkah penelitiansetiap siklus yang yang dilakukan adalah meliputi tahapan + )!* Peren,anaan )Persiapan

Oleh Karena penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh wudu’ terhadap konsentrasi belajar siswa yang dilakukan dengan cara eksperimen, maka sumber data yang pasti

Selanjutnya, berdasarkan realita tersebut maka diperlukan suatu penelitian apakah ada hubungan antara paparan pestisida dengan keluhan subjektif gangguan kulit pada petani