• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAPATA ARKEOLOGI Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara Terakreditasi LIPI No. 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015 Volume 12 Nomor 1, Juli 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAPATA ARKEOLOGI Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara Terakreditasi LIPI No. 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015 Volume 12 Nomor 1, Juli 2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAPATA ARKEOLOGI

Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Terakreditasi LIPI No. 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015

Volume 12 Nomor 1, Juli 2016

Fokus dan Ruang Lingkup

Kapata Arkeologi ialah jurnal ilmiah terakreditasi Nasional yang memuat artikel ilmiah berupa tinjauan,

ulasan (review), kajian, dan pemikiran konsep atau teori di bidang keilmuan Arkeologi, Antropologi,

Sejarah, dan kajian ilmu budaya lainnya.

Terbitan

Kapata Arkeologi diterbitkan oleh Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit

Arkenas), Balitbang Kemdikbud. Edisi Kapata Arkeologi terbit dua nomor dalam satu tahun, yaitu di bulan

Juli dan bulan November.

ISSN (elektronik): 2503-0876

ISSN (cetak): 1858-4101

Edisi elektronik tersedia di http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id

Jurnal Elektronik bebas akses Kapata Arkeologi di bawah lisensi Creative Commons NC-BY-SA.

Manajemen Artikel dan Pemeriksaan Plagiarisme

Pada dasarnya penulis wajib mengirim naskah yang bebas dari plagiarisme dan penyimpangan yang tidak

sesuai dengan kaidah akademis. Pengecekan plagiarisme dilakukan oleh Dewan Redaksi melalui

penelaahan naskah berdasarkan kejelasan sumber referensi/kutipan serta pengecekan terhadap

artikel-artikel terkait yang pernah dipublikasikan. Dewan Redaksi menggunakan perangkat Grammarly®

Plagiarism Checker sebagai alat bantu dalam pemeriksaan plagiarisme.

Biaya Pengolahan Artikel

Setiap naskah yang masuk ke Redaksi Kapata Arkeologi serta melewati proses penerbitan bebas dari biaya

apa pun. Proses tersebut mencakup pengiriman naskah, proses penyuntingan, penerbitan, publikasi, hingga

pengarsipan, dan perawatan. Kapata Arkeologi juga tidak menyediakan honor kepada penulis yang

naskahnya diterbitkan. Kapata Arkeologi memberikan kebebasan kepada siapa pun yang ingin mengakses

penuh artikel yang sudah diterbitkan.

Indeksasi dan Abstraksi

Kapata Arkeologi terindeks di beberapa Lembaga Pengindeks, antara lain Google Scholar, Indonesian

Scientific Journal Database (ISJD), Indonesian Publication Index (IPI) / Portal Garuda, Mendeley, Open

Academic Journal Index (OAJI), ResearchBib, Advanced Sciene Index, Indonesia One Search, Directory of

Research Journals Indexing (DRJI), Cite Factor, Bielefeld Academic Search Engine (BASE), WorldCat,

Eurasian Scientific Journal Index (ESJI), Universal Impact Factor, Academia.edu, Library of Congress, dan

Leiden University Libraries.

Akreditasi Jurnal

Kapata Arkeologi terakreditasi sebagai Jurnal Ilmiah Nasional oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) nomor: 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015 pada tanggal 15 Juli 2015 dengan masa berlaku bulan

Agustus 2015 sampai dengan Agustus 2018

.

Alamat Redaksi

Sekretariat Redaksi Kapata Arkeologi Lt. 2, Kantor Balai Arkeologi Maluku, Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec.

Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118 Indonesia. Telp. (0911) 323374, 323382 Faks. (0911) 323374.

Surel: ejournal-kapata@kemdikbud.go.id. Jam kerja: Senin s.d. Jumat, pukul 08.00 – 16.00 WIT GMT+9

(2)

Pemimpin Redaksi

Wuri Handoko, M.Si.

Peneliti Arkeologi Sejarah (Islam Kolonial)

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

wuri_balarambon@yahoo.com

Anggota Redaksi

Marlon NR Ririmasse, MA.

Peneliti Arkeologi Prasejarah

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

ririmasse@yahoo.com

Syahruddin Mansyur, M.Hum.

Peneliti Arkeologi Sejarah (Islam Kolonial)

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

hitam_putih07@yahoo.com

Lucas Wattimena, M.Si.

Peneliti Etnoarkeologi

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

lucas.wattimena@yahoo.com

Karyamantha Surbakti, S.S.

Peneliti Arkeologi Prasejarah

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

manthatorong@gmail.com

Muhammad Al Mujabuddawat, S.Hum.

Kandidat Peneliti

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

mujab@kemdikbud.go.id

Desain Grafis

Donny Nanlohy, A.Md.

Desain Grafis

Balai Arkeologi Maluku, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang Kemdikbud

Jl. Namalatu-Latuhalat, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku 97118, Indonesia

(3)

KAPATA ARKEOLOGI

Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Terakreditasi LIPI No. 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015

Volume 12 Nomor 1, Juli 2016

© Kapata Arkeologi – Balai Arkeologi Maluku 2016. Seluruh hak cipta.

Jurnal ini beserta seluruh isinya dilindungi di bawah hak cipta Kapata Arkeologi - Balai Arkeologi Maluku.

Berikut syarat dan ketentuan berlaku untuk penggunaan:

Kebijakan Bebas Akses

Kapata Arkeologi menyediakan akses terbuka bebas biaya terhadap seluruh konten yang dipublikasikan

untuk kepentingan penelitian, referensi, dan ilmu pengetahuan bagi seluruh khalayak umum secara global.

Ketentuan Hak Cipta

Penulis yang naskahnya diterbitkan menyetujui ketentuan sebagai berikut:

Hak publikasi atas semua materi naskah jurnal yang diterbitkan/dipublikasikan oleh jurnal Kapata

Arkeologi ini dipegang oleh dewan redaksi dengan sepengetahuan penulis (hak moral tetap milik

penulis naskah).

Ketentuan legal formal untuk akses artikel digital jurnal elektronik Kapata Arkeologi tunduk pada

ketentuan lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike (

CC BY-NC-SA

),

yang berarti Jurnal Kapata Arkeologi tidak memiliki tujuan komersial, berhak menyimpan,

mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan artikel tanpa meminta izin dari Penulis selama tetap mencantumkan nama

Penulis sebagai pemilik hak cipta.

Naskah yang diterbitkan/dipublikasikan secara cetak dan elektronik bersifat bebas akses untuk

tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Selain tujuan tersebut, dewan redaksi tidak

bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap hukum hak cipta.

Pernyataan Privasi

Nama dan informasi pribadi yang masuk ke dalam Redaksi Jurnal Kapata Arkeologi akan digunakan secara

eksklusif untuk tujuan yang menyangkut jurnal ini dan tidak akan dibuat tersedia untuk tujuan lain atau

untuk pihak lain.

(4)

Dengan rasa syukur, akhirnya Jurnal Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 1, Juli 2016 dapat

diterbitkan. Usaha untuk menerbitkan volume ini juga bukan tanpa kendala, mengingat usaha

meningkatkan kualitas jurnal dan kuantitas naskah juga bagian dari perjuangan yang tidak bisa dianggap

mudah. Selain mengumpulkan naskah, Kapata Arkeologi juga senantiasa harus memperbaiki berbagai

kelemahan yang ada, dan soal waktu adalah kelemahan yang hampir tak terhindarkan. Selain itu

meskipun jurnal Kapata Arkeologi sudah terbit dalam ejurnal, namun terbitan versi cetak juga tetap

tersedia. Selain itu dalam proses pengelolaan jurnal elektronik, tim Kapata Arkeologi juga masih terus

melakukan pembenahan.

Kapata Arkeologi Volume 12 Nomor 1, Juli 2016 ini mengangkat beragam tema yang dihasilkan

dari berbagai penelitian di wilayah Indonesia. Tema penulisan, meliputi religi, migrasi, pemukiman,

geografi dan sebagainya. Tulisan diawali tentang perbandingan bangunan Hindu-Budha di Pulau Jawa

yang ditulis oleh Nainunis Aulia Izza. Ia menjelaskan bahwa di Gunung Penanggungan dan Gunung

Wajak unsur religi dapat terlihat dari bentuk bangunan dan perkiraan fungsi bangunannya. Beralih ke

tema berbeda, sumber daya arkeologi di Maluku mempunyai keunikan, orijinalitas, otentisitas dan dapat

dijadikan komoditas industri pariwisata sebagai atraksi wisata yang beragam. Demikian menurut Ni

Komang Ayu Astiti, dalam artikelnya tentang sumberdaya arkeologi di Maluku. Artikel berbeda

berikutnya di tulis oleh Muhammad Al Mujabuddawat, ia mengkaji soal metodologi penelitian arkeologi

dalam pemanfaatan Perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Menurutnya, penggunaan perangkat

SIG dapat membantu dalam proses analisis dan penyajian informasi hasil penelitian.

Artikel dengan isu pulau terdepan ditulis oleh Marlon Ririmasse, yang mengangkat soal potensi

arkeologi di Kepulauan Tanimbar. Ia menguraikan hasil penelitian arkeologis di Pulau Fordata dan

Pulau Larat, mengingat pentingnya kawasan ini sebagai jembatan darat yang menghubungkan antara

Kepulauan Kei-Aru dan Papua dengan Kepulauan Babar-Sermata hingga Timor dan Nusa Tenggara.

Pada tema religi, hasil penelitian arkeologi di Jawa Barat dikemukakan oleh Effie Latufundia. Dalam

artikelnya, ia menjelaskan adanya bentuk penghormatan kepada leluhur merupakan kelanjutan tradisi

megalitik pada masa prasejarah. Kembali ke wilayah Maluku, Jatmiko dan Muhammad Al

Mujabuddawat menjelaskan hasil penelitiannya di Pulau Seram. Berdasarkan bukti arkeologi, Pulau

Seram mempunyai peranan yang penting sebagai jalur migrasi manusia awal dan budayanya di wilayah

Indonesia Timur. Masih di Pulau Seram, tema religi Islam diangkat Wuri Handoko. Dalam artikelnya,

ia menjelaskan terbentuknya jaringan politik dalam proses penyebaran Islam dari pusat kekuasaan Islam

di Kepulauan Maluku, Jawa, Arab dan Persia.

Sementara itu, masih di Pulau Seram, tepatnya kawasan pesisir barat, Karyamantha Surbakti

dan Marlon Ririmasse, menuliskan hasil penelitian arkeologi prasejarah di Situs Hatusua. Berdasarkan

data khususnya habitas moluska, mereka menjelaskan karakteristik habitasinya dalam konteks kawasan

zona transisi Asia-Australia (Wallasea) dengan kecenderungan fauna biotis lautnya termasuk dalam

kategori Zona Kawasan Sahul. Terakhir, makalah kunci dari Oktaviadi Abrianto, menyoroti tema yang

berbeda, yakni tentang perspektifnya melihat permasalahan cagar budaya di kota Depok, terutama

perkembangan kekinian seiring semakin pesatnya perkembangan kota.

Semoga ragam tema dan kajian dari hasil penelitian dari berbagai daerah yang dituangkan dalam

artikel pada jurnal ini menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Akhirnya redaksi mengucapkan

selamat membaca!

(5)

KAPATA ARKEOLOGI

Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Terakreditasi LIPI No. 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015

Volume 12 Nomor 1, Juli 2016

DAFTAR ISI

Nainunis Aulia Izza

Karakteristik Bangunan Suci Bercorak Hindu-Buddha di Gunung Penanggungan

1 - 14

dan Gunung Wajak: Sebuah Tinjauan Perbandingan

Characteristics of Hindu-Buddhist Holy Buildings on Mount Penanggungan

and Mount Wajak: A Comparative Study

Ni Komang Ayu Astiti

Sumber Daya Arkeologi dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Provinsi Maluku 15 - 28

Archaeology Resources in Sustainable Tourism Development in the Province Maluku

Muhammad Al Mujabuddawat

Perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Penelitian dan Penyajian Informasi Arkeologi 29 - 42

Geographic Information System (GIS) in Research and Presentation of Information Archaeology

Marlon NR Ririmasse

Arkeologi Kepulauan Tanimbar Bagian Utara: Tinjauan Potensi di Pulau Fordata 43 - 58

dan Pulau Larat Maluku Indonesia

The Archaeology of Northern Tanimbar Islands: A Potential Overview of Fordata

and Larat Island Moluccas Indonesia

Effie Latifundia

Situs Makam-makam Kuna di Kabupaten Kuningan Bagian Timur: Kaitannya dengan Religi 59 - 70

Site of Ancient Tombs in the Eastern Part of Kuningan Regency: Relation to Religion

Jatmiko, Muhammad Al Mujabuddawat

Jejak Budaya Paleolitik di Pulau Seram: Kajian Migrasi Manusia Awal di Wilayah 71 - 78

Indonesia Timur

Palaeolithic Cultural Remains in Seram Island: Study of First Human Migration

in Part of East Indonesia

Wuri Handoko

Arkeologi Sejarah Islam di Pesisir Selatan Pulau Seram Maluku Tengah

79 - 90

Archaeological History of Islam in Coastal South Seram Island, Centre of Maluku

Karyamantha Surbakti, Marlon NR Ririmasse

Karakteristik dan Habitasi Moluska di Situs Hatusua Seram Bagian Barat Maluku Indonesia

91 - 102

Characteristic and Habitation of Mollusk in the Hatusua West Seram Maluku Indonesia

Octaviadi Abrianto

Potensi dan Permasalahan Tinggalan Arkeologi Masa Kolonial di Depok

103 - 112

Potency and Problems Depok’s Archaeological Remains

(6)

Volume 12 Nomor 1, Juli 2016

ISSN (elektronik) 2503-0876

ISSN (cetak) 1858-4101

Lembar abstrak ini boleh disalin tanpa izin dan biaya

DDC: 930.1

Nainunis Aulia Izza

Karakteristik Bangunan Suci Bercorak Hindu-Buddha di Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak: Sebuah Tinjauan Perbandingan Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 1-14

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan dan membahas Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak sebagai tempat dibangunnya banguna-bangunann suci bercorak Hindu-Buddha. Ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, mengenai unsur religi dibalik corak bangunan suci bercorak Agama Hindu dan Buddha di Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak. Kedua, mengenai perbandingan karakteristik unsur religi bangunan suci bercorak Agama Hindu dan Buddha di Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak. Tujuan penelitian ini adalah mencoba merekonstruksi sejarah kebudayaan masa Hindu-Buddha terutama yang berkaitan dengan unsur religi serta mengungkapkan kehidupan kaum agamawan pada masa Hindu-Buddha terutama yang melaksanakan kegiatan ritualnya di wilayah pegunungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari hasil studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan dilakukan dengan melakukan kunjungan ke beberapa situs di Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak sedangkan studi pustaka dilakukan dengan menelusuri penelitian terdahulu dan referensi yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak unsur religi dapat terlihat dari bentuk bangunan dan perkiraan fungsi bangunannya. Bangunan-bangunan suci yang berada di Gunung Penanggungan dan Gunung Wajak memiliki karakteristik tersendiri yang berhubungan dengan faktor alam dan karakter masyarakat pembuatnya. Unsur religi dapat dilihat melalui perbandingan berbagai unsur antara lain unsur latar keagamaan, lingkungan sekitar bangunan suci, masyarakat pengguna bangunan, dan hubungannya dengan tokoh sejarah.

Kata kunci: Bangunan Suci, Penanggungan, Religi, Wajak

DDC: 930.1 Ni Komang Ayu Astiti

Sumber Daya Arkeologi dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Provinsi Maluku

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 15-28

Sumber daya arkeologi di Maluku mempunyai nilai penting dalam pembangunan daerah dan tersebar pada landscape alam yang berbeda. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pengelolaan yang tepat untuk menjadikan sumberdaya ini sebagai atraksi wisata dengan tetap menjaga keotentikan dan pelestariannya sesuai dengan karakter yang dimiliki. Tujuan dan kegunaan penelitian adalah untuk menjadikan sumber daya arkeologi di wilayah Maluku sebagai salah satu atraksi wisata yang memberikan manfaat tidak saja secara ekonomi, tetapi juga sosial budaya dan lingkungan pada generasi sekarang dan yang akan datang. Data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan hasil survey penulis ke beberapa situs arkeologi yang ada di Kota Ambon serta di olah dengan menerapkan teori dan konsep yang sesuai untuk menjawab permasalahan dan tujuan. Sumber daya arkeologi di Maluku mempunyai keunikan, orisinalitas, otentisitas dan dapat dijadikan komoditas industri pariwisata sebagai atraksi wisata yang beragam. Pengelolaan potensi ini penting untuk meningkatkan diversifikasi atraksi dalam pelayanan aktivitas wisatawan mancanegara yang terus meningkat dalam mengunjungi museum dan situs-situs arkeologi di Indonesia. Pengembangan disesuaikan dengan karakter dari masing-masing situs dan kawasan situs arkeologi dalam konteks untuk memunculkan nilai penting dan makna kekinian yang mengarah pada terwujudnya pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism

management). Memberdayakan masyarakat lokal sangat penting sebagai

salah satu pilar dengan melakukan kemitraan dengan stakeholder lain, sehingga memberikan manfaat secara seimbang antara ekonomi, sosial budaya dan lingkungan secara berkelanjutan pada masayarakat sekarang maupun pada generasi-generasi yang akan datang.

Kata kunci: sumber daya arkeologi, pariwisata berkelanjutan, atraksi wisata DDC: 930.1

Muhammad Al Mujabuddawat

Perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Penelitian dan Penyajian Informasi Arkeologi

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 29-42

Ilmu arkeologi sangat erat kaitannya dengan aspek keruangan atau spasial. Karena materi data arkeologi seperti artefak, fitur, bangunan, dan situs mengandung informasi spasial yang melekat agar tidak kehilangan data konteksnya. Tema-tema penelitian arkeologi dewasa ini tidak sedikit yang bertemakan aspek spasial dalam merekonstruksi sejarah dan budaya. Perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) jelas sangat membantu proses penelitian arkeologi baik di lapangan maupun saat proses analisis dan penyajian informasi terkait hasil penelitian semacam itu. SIG menjadi pilihan bagi peneliti arkeologi dalam mengikuti perkembangan dunia riset yang serba digital, praktis, dan efektif. Walaupun penggunaan perangkat SIG dalam penelitian arkeologi sangat populer di banyak negara, namun kenyataannya penggunaan perangkat SIG dalam penelitian arkeologi di Indonesia belum cukup polpuler. Penelitian ini menyajikan penggunaan perangkat SIG yang memungkinkan diterapkan oleh peneliti arkeologi yang dapat membantu dalam proses analisis dan penyajian informasi hasil penelitian, kondisi penerapan perangkat SIG di dalam penelitian arkeologi saat ini, serta kendala-kendala yang dihadapi. Penelitian ini menunjukkan bahwa dewasa ini perhatian peneliti arkeologi di Indonesia terhadap peran SIG cukup terbuka mengingat kebutuhan perangkat analisis spasial yang efektif. Pemerintah juga menaruh perhatian akan pentingnya SIG dalam memetakan data spasial Cagar Budaya dan Lokasi penelitian arkeologi dalam rangka mendukung percepatan kebijakan One Map Policy atau kebijakan Satu Peta.

Kata kunci: Sistem Informasi Geografis (SIG), geospasial, peneliti, arkeologi, Kebijakan Satu Peta

DDC: 930.1 Marlon NR Ririmasse

Arkeologi Kepulauan Tanimbar Bagian Utara: Tinjauan Potensi di Pulau Fordata dan Pulau Larat Maluku Indonesia

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 43-58

Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu gugus pulau paling selatan yang terletak di Maluku. Wilayah ini merupakan jembatan darat yang menghubungkan antara Kepulauan Kei-Aru dan Papua dengan Kepulauan Babar-Sermata hingga Timor dan Nusa Tenggara. Berbatasan langsung dengan Australia, Kepulauan Tanimbar juga merupakan kawasan tapal batas terluar Nusantara. Wilayah ini juga dikenal dengan ragam pusaka budaya yang kaya. Sebagaimana ditemukan dalam karya akademis dan ragam koleksi benda budaya Tanimbar di berbagai museum dunia. Studi arkeologi telah dilakukan sejak tahun 2006 namun hanya menjangkau wilayah bagian selatan dan tenggara kepulauan ini. Makalah ini merupakan hasil studi arkeologis untuk wilayah Tanimbar Bagian Utara dengan perhatian pada Pulau Fordata dan Pulau Larat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei penjajakan. Hasil penelitian menemukan bahwa Pulau Fordata dan Pulau Larat kaya dengan potensi kepurbakalaan dan layak ditindaklanjuti dengan studi arkeologis yang lebih mendalam.

(7)

DDC: 930.1 Effie Latifundia

Situs Makam-makam Kuna di Kabupaten Kuningan Bagian Timur: Kaitannya dengan Religi

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 59-70

Situs makam-makam kuna di Kabupaten Kuningan bagian timur, Jawa Barat menunjukkan adanya unsur religi dan tradisi. Hal ini tercermin dalam kehidupan sebagian masyarakat adanya suatu konsep penghormatan kepada tokoh yang sudah meninggal dunia. Makam para tokoh terkenal seperti pemuka agama, tokoh masyarakat, leluhur mendapat perlakuan tertentu. Makam-makam kuna tersebut dikeramatkan, sebagai objek ziarah, dan dijadikan media meminta sesuatu dengan dilengkapi sesaji. Tulisan ini bertujuan mengungkap makam-makam kuna berlatar religius. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survei untuk mengumpulkan informasi dan mendeskripsikan bentuk-bentuk makam kuno. Hasil penelitian menunjukkan meskipun Islam berkembang namun kepercayaan terhadap leluhur sebagai religi sebelum Islam masih terus berlangsung dan dipertahankan. Secara esensial adanya bentuk penghormatan kepada leluhur merupakan kelanjutan tradisi megalitik pada masa prasejarah. Disimpulkan, pada masa pengaruh Islam kehidupan religi khususnya yang berkaitan dengan kematian terdapat suatu reduksi dengan masa pra Islam.

Kata kunci: religi, makam kuna, ziarah makam

DDC: 930.1

Jatmiko, Muhammad Al Mujabuddawat

Jejak Budaya Paleolitik di Pulau Seram: Kajian Migrasi Manusia Awal di Wilayah Indonesia Timur

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 71-78

Provinsi Maluku yang terdiri beberapa kepulauan (salah satunya Pulau Seram) merupakan salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mempunyai peranan penting dalam mengungkap sejarah kehidupan masa lalu. Secara geografis, posisi keletakannya yang sangat strategis di antara Pulau Irian dan benua Australia merupakan jalur lintasan migrasi bagi manusia dan fauna. Salah satu tujuan untuk mengetahui proses kedatangan awal manusia di wilayah ini adalah melalui tinggalan budayanya, yaitu alat-alat Paleolitik. Budaya Paleolitik (paleo = tua; litik/lithos = batu) adalah perkakas dari batu yang diduga digunakan oleh manusia awal (Homo erectus) sejak munculnya di muka bumi pada Kala Pleistosen. Tinggalan budaya Paleolitik di Pulau Seram selama ini sangat jarang sekali informasinya, namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Puslit Arkenas pada tahun 2012 telah membuktikan adanya temuan alat-alat batu tua di wilayah ini. Bukti-bukti temuan ini menunjukkan bahwa Pulau Seram mempunyai peranan yang penting sebagai jalur migrasi manusia awal dan budayanya di wilayah Indonesia Timur. Kajian budaya paleolitik ini mempergunakan metode eksploratif-komparatif (kontekstual) dan pengamatan teknologis.

Kata kunci: Budaya Paleolitik, Pulau Seram, migrasi manusia

DDC: 930.1 Wuri Handoko

Arkeologi Sejarah Islam di Pesisir Selatan Pulau Seram Maluku Tengah

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 79-90

Dalam sejarah Islamisasi di wilayah Pulau Seram Maluku sejauh ini, hanya menyebut Kerajaan Hoamoal sebagai pusat Islamisasi di wilayah tersebut. Meski demikian, terbentuknya negeri-negeri adat yang dihuni komunitas muslim, menarik untuk diungkap dari mana Islam berasal dan bagaimana perkembangannya. Penelitian ini difokuskan untuk melihat jaringan Islamisasi yang terbentuk pada negeri-negeri adat di wilayah pesisir selatan Pulau Seram. Melalui penelitian arkeologi, dengan metode survei serta wawancara untuk menelusuri sejarah lisan jejak kehadiran Islam. Penelitian ini menemukan bahwa Islamisasi di wilayah pesisir selatan Pulau Seram, berasal dari wilayah pusat kekuasaan Islam di Kepulauan Maluku, juga kemungkinan dari Jawa dan tanah asal Islam dari Arab dan Persia. Penelitian ini juga menemukan bagaimana terbentuknya jaringan politik dalam proses penyebaran Islam hingga sampai ke wilayah pesisir selatan Pulau Seram. Kata kunci: Islamisasi, jaringan, politik, Seram

DDC: 930.1

Karyamantha Surbakti

Karakteristik dan Habitasi Moluska di Situs Hatusua Seram Bagian Barat Maluku Indonesia

Kapata Arkeologi, Volume 12 Nomor 1, Juli 2016, hal. 91-102

Situs Hatusua adalah situs berkarakter masa prasejarah akhir di wilayah pesisir selatan seram bagian barat. Situs yang memiliki penanggalan hingga 1,100 tahun silam, ini merupakan salah satu situs yang banyak diidentifikasi temuan moluska. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali profil temuan moluska yang ada di Situs Hatusua dan karakteristik habitasinya dalam konteks kawasan. Pengumpulan data dilakukan melalui survei permukaan, ekskavasi dan telaah pustaka. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Situs Hatusua yang berada di Seram Bagian Barat merupakan kawasan situs yang memiliki histori pembentukan geologisnya termasuk dalam zona transisi Asia-Australia (Wallasea) dengan kecenderungan fauna biotis lautnya termasuk dalam kategori Zona Kawasan Sahul.

(8)

Pemanfaatan bangunan-bangunan tersebut dapat dikembangkan dengan terlebih dahulu mengidentifikasikan potensi yang ada pada bangunan-bangunan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apa saja potensi tinggalan serta permasalahan apa saja yang mengancam keberadaan bangunan-bangunan kolonial tersebut. Tujuan dari artikel ini adalah mencari cara melestarikan bangunan Kolonial di Depok. Metode penalaran yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah induktif. Data yang didapat menunjukkan bahwa tinggalan yang ada berjumlah cukup banyak terdiri dari bangunan rumah tinggal, infrastruktur, pemerintahan, ibadah serta pemakaman. Potensi yang ada pada tinggalan berupa potensi arkeologis, sosial, politik, maupun budaya. Permasalahan yang ada terkait tinggalan masa kolonial di Depok adalah, kurangnya sosialisasi UU no. 11 tahun 2010, tidak jelasnya status bangunan, tidak jelasnya kepemilikan bangunan, serta kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang berkepentingan. Cara paling penting untuk melestarikan bangunan Kolonial di Depok adalah dengan mensosialisasikan UU no. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya agar timbul kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam melindungi serta menjaga tinggalan arkeologi masa kolonial untuk generasi masa kini dan mendatang. Kata kunci: Depok, bangunan Kolonial, pelestarian, UU Cagar Budaya no 11, 2010

(9)

KAPATA ARKEOLOGI

Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara

Terakreditasi LIPI No. 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015

Volume 12 Nomor 1, Juli 2016

ABSTRACTS SHEET

Volume 12 Issue 1, July 2016

e-ISSN 2503-0876

p-ISSN 1858-4101

This abstracts sheet may be reproduced without permission or charge

DDC: 930.1

Nainunis Aulia Izza

Characteristics of Hindu-Buddhist Holy Buildings on Mount Penanggungan and Mount Wajak: A Comparative Study

Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 1-14

This is a comparison research between the sacred buildings at Penanggungan Mountain and the Wajak Mountain. There are two purposes of this research. Firstly, this study tries to reconstruct the cultural history of the Hindu-Buddhist period which is associated with religious elements on Penanggungan and Wajak Mountain. Secondly, this study aims to reveal the life of the Hindu-Buddhist. This study employs a qualitative approach. The data are obtained from the field and literature. The results show that religious elements at Penanggungan and Wajak Mountains can be seen from the shape of the building as well as the function of the building. The unique characteristic of sacred buildings located at both mountains associated with natural factors and the community. Religious elements can be seen by comparing various elements of religious background, surrounding environment, religious community, and relationships between buildings and historical figures.

Keywords: Holy Buildings, Penanggungan, Religion, Wajak

DDC: 930.1 Ni Komang Ayu Astiti

Archaeology Resources in Sustainable Tourism Development in the Province Maluku

Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 15-28

Archaeological resources in Maluku has important value in regional development and spread in different natural landscape. The problem that arises is how to make the proper management of this resource as a tourist attraction while maintaining the authenticity and preservation in accordance with the character possessed. The purpose and usefulness of the research is to make the archaeological resources in the Moluccas as one of the tourist attractions that provide benefits not only economic, but also social, cultural and environmental on the current generation and the future. The data used are secondary data from the results of research that has been done before and the results of the survey author to several archaeological sites in the city of Ambon as well as if by applying the theories and concepts appropriate to address concerns and objectives. Archaeological resources in Maluku has a unique, originality, authenticity and can be used as industrial commodities tourism as a diverse tourist attractions. The management of this potential is important to increase the diversity of attractions in the ministry of foreign tourists activity continues to increase in visiting museums and archaeological sites in Indonesia. Adapted to the character development of each site and archaeological sites in the region to bring up the context of the importance and significance of contemporary leading to the realization of sustainable tourism development (sustainable tourism management). Empowering local communities is very important as one of the pillars with partnerships with other stakeholders, and will provide benefits in balance between economic, social, cultural and environmentally sustainable manner in the community both now and for generations to come.

Keywords: archaeological resources, sustainable tourism, tourist attraction DDC: 930.1

Muhammad Al Mujabuddawat

Geographic Information System (GIS) in Research and Presentation of Information Archaeology

Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 29-42

Archaeology is closely associated with spatial or spatial aspects. Because the material archeological data such as artifacts, features, buildings, and sites containing the inherent spatial information in order to keep the data context. The themes of the archaeological research nowadays often reconstructing the spatial aspects of history and culture. Device Geographic Information System (GIS) is clearly greatly assist the process of archaeological research both in the field and during the process of analysis and presentation of information related to the results of the research. GIS has become the main choice for researchers to update the development of archeology that have been all-digital, practical, and effective. Although the use of GIS in archaeological research is very popular in many countries, in fact the use of GIS in archaeological research in Indonesia is still not that popular. This paper presents the use of GIS tools that allowed to be applied by archaeologists that can be adopted in the analysis and presentation of information and research results, conditions of application of GIS in the current archaeological research, as well as the constraints faced. This paper shows that recently the archaeologists in Indonesia is very enthusiactic in using the GIS for the effective spatial analysis tools. The government is also concerned about the importance of GIS in mapping the spatial data of heritage as well archaeological research locations in order to support the acceleration of One Map Policy.

Keywords: Geographic Information System (GIS), geospatial, researcher, archeology, One Map Policy

DDC: 930.1 Marlon NR Ririmasse

The Archaeology of Northern Tanimbar Islands: A Potential Overview of Fordata and Larat Island Moluccas Indonesia

Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 43-58

Tanimbar islands is one of the most southern island group in Maluku. This area is a land bridge that connects Kei-Aru Islands and Papua with the Babar-Sermata Islands until Timor. Directly adjacent to Australia, Tanimbar is also an area of the outer boundary of Indonesia. This area is also known for its rich variety of cultural heritage. As reflected in the academics works and diverse collection of Tanimbar material culture in various world museum. Archaeological study have been conducted since 2006 but only covered the southern part of this archipelago. This paper is the result of the archaeological studies in the Northern Part of the Tanimbar Islands with the focus on Fordata and Larat Island. The reconaissance survey have been adopted as the approach in this research. This study found that the island of Larat and Fordata is rich with the archaeological potential and is recommended to be followed with the further research in the future. Keywords: Archaeology, Potential Overview, Larat Island, Fordata Island

(10)

as the media to ask for something to include offerings. This paper aims to uncover these ancient tombs with their religious background. The data have been collected by a survey to gain information and describe the forms of ancient tombs. The results showed that although Islam flourishes, the belief in ancestors as religion before Islam still ongoing and sustained. Essentially any form of tribute to the ancestors is a continuation of the megalithic tradition in prehistoric times. It was concluded, at the time of the influence of Islamic religious life particularly associated with death there is a reduction in pre-Islamic era.

Keywords: religion, ancient tombs, pilgrimage tomb

of Palaeolithic tools. Palaeolithic culture (palaeo=ancient; lithic/lithos=stone) is stone tools used by Homo erectus from the Pleistocene period. The Palaeolithic cultural remains from Seram island is very limitedly known; and the results of archaeological researches by Puslit Arkenas (National Research Centre for Archaeology) in 2012 has been found of Palaeolithic tools on this areas. This fact proves that Seram island has interesting for migration routes of human ancient occupation and their culture in the eastern part of Indonesia. Study of palaeolithic culture used by comparative-exsplorative methods (contextual) and technologic overview. Keywords: Palaeolithic culture, Seram Island, human migration

DDC: 930.1 Wuri Handoko

Archaeological History of Islam in Coastal South Seram Island, Centre of Maluku

Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 79-90

The history of Islamization in the region Seram Island Maluku until recently only records the Kingdom Hoamoal as the center of Islamization in the region. However, the formation of customary lands inhabited by the Muslim community is appealing to uncover where Islam originated and how it goes. This research is focused to see Islamization networks formed on indigenous lands in the southern coastal areas of the island of Seram by conducting the archaeological research that adopted survey method and oral history interviews to discover traces of the presence of Islam. This study found that Islamization in the southern coastal areas of the island of Seram, arised from the central region of Islam in the Maluku Islands; with another possibility that have been introduced from Java and the homeland of Islam, Arab and Persia. The study also found the formation process of political networks in the spread of Islam to get to the southern coastal areas of the island of Seram. Keywords: deployment, Islam, network, politics, coastal Seram

DDC: 930.1

Karyamantha Surbakti

Characteristic and Habitation of Mollusk in the Hatusua West Seram Maluku Indonesia

Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 91-102

Hatusua is a late prehistoric site in the southern coast of west Seram. Chronologically dated until 1,100 BP, Hatusua is a site with rich molusc findings. The aim of this research is to identify the profile of molusc in Hatusua site and its habitation characteristic in the regional context. Collecting data with surface survey, excavation and bibliographical study have been adopted as the approach in this research. The results show that The Hatusua Site is Site Complex with the history of geological genesis was a part of wallacea with the biotic marine faunal profile related to Sahul. Keywords: Mollusk, Habitation, Ekskavation

(11)

DDC: 930.1 Octaviadi Abrianto

Potency and Problems Depok’s Archaeological Remains Kapata Arkeologi, Volume 12 Issue 1, July 2016, page 103-112

Depok is a small city at the outskirt of Jakarta with a very rapid development of infrastructures in the last 36 years. Depok is also a place where first Christian community developed outside of Dutch cities in Indonesia. There are some archaeological remains in Depok; this article explores the archaeological prospects as well as some other potencies of archaeological remains in Depok. This article also investigates problems that threat the existence of archaeological remains in Depok. This article aims is to recognize alternatives in order to preserve Colonial buildings in Depok. The result shows that archaeological potency can be identified in different segments consists of social, political, and cultural potencies in Depok.. Problems faced by archaeological remains in Depok are the lack of socialization of Cultural Heritage Enacment no. 11, 2010, status vaguesess, ownership, and the poor coordination between parties involved. The most important way to solve the problems above is to socialize law of cultural heritage; to develop the understanding of community for the importance of preserving cultural heritage for current and next generation.

Keywords: Depok, potency, Colonial buildings, preserve, Cultural Heritage Enacment no. 11, 2010

Referensi

Dokumen terkait

sarn rn de deng ngan anju ju la la bi biay aya, a, at atau au ap apab abil il la laba bako kont ntri ribu busi si ha hany ny da dapa pa di digu guna naka ka un untu tu aj aj er er ut

Lengan ditahan dengan $ain gendongan se"ama  minggu dan sesudah itu dian8ur$an me"a$u$an pergera$an

Pengaruh-pengaruh pada desain oleh berbagai budaya seperti Cina, Jawa, Arab, dan Eropa pada Masjid Agung Sumenep ini merepresent asikan spirit tersendiri yang ada di

Melihat pengertian tasawuf dimulai dari pembersihan diri yang bertujuan untuk mencapai hakikat yang tingggi oleh karena Allah SWT itu adalah Nur dan Maha Suci, maka hamba yang

a) Membunuh kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh b) Melakukan pembekuan darah jika terjadi luka.. Bahaya yang terjadi jika resepien menerima transfusi darah dari donor

(1) Pemerintah daerah berkewajiban menyusun kebijakan, program dan kegiatan pembangunan berperspektif gender yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Bambu duri (B.blumeana) merupakan jenis bambu yang memiliki diameter yang besar dengan.. Sebaiknya jarak rumpun disesuaikan dengan jenis bambu sehingga semakin besar buluh