• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI SISTEM MANIBOB DALAM KEHIDUPAN ORANG BIAK

Windy Hapsari (BPSNT Jayapura)

Abstract

For the Biak people, manibob means friend. Manibob is a trade relation, whereas manibob system is a system in which two individuals from two villages or two different locations to see each other through trade relations. Trade relations in the exchange system without use the currency values. The meeting can take two different individuals on closer ties and old. Problems in this paper is whether the system manibob functions in the lives of Biak. The core of this manibob system is a form of reciprocity in Biak people who reactivate the social relations in society.

Keywords: Biak people, trade relations, reciprocity

Latar Belakang

Orang Biak adalah sebutan bagi pendukung kebudayaan Biak Numfor yang terletak di bagian Utara Teluk Cenderawasih. Kepulauan ini terdiri dari tiga pulau yakni Pulau Biak, Pulau Numfor dan Pulau Supiori, dan lebih dari 42 pulau kecil di sekitarnya yang berada di Samudera Pasifi k. Secara administrasi, kedua pulau yakni Pulau Biak dan Pulau Numfor masuk dalam wilayah Kabupaten Biak Numfor sedangkan Pulau Supiori saat ini telah menjadi kabupaten baru dengan nama yang sama. Orang Biak dikenal dengan unsur budaya dan bahasa yang sama diantara para pendukung kebudayaan tersebut. Baik mereka yang tinggal di daerah Biak Numfor maupun yang berada di perantauan menggunakan satu bahasa yakni bahasa Biak. Ada beberapa dialek khas yang membedakan satu tempat dengan tempat lain di Biak antara lain dialek Samber, Swapodibo, Wadibu, Sopen, Sawias, Doreri, Sowek, dan sebagainya. Dialek ini tidak menghalangi mereka untuk berkomunikasi satu dan lainnya.

(2)

Suatu sistem perdagangan orang Biak yang terkenal pada masa lampau yakni farobek yaitu cara tukar-menukar barang tanpa menggunakan mata uang. Perdagangan ini melampaui wilayah tempat mereka tinggal hingga ke pulau-pulau yang jauh, sebab itu orang Biak terkenal sebagai pelaut yang tangguh. Kemampuan berlayar menggunakan perahu-perahu besar dibantu oleh pengetahuan mereka mengenai kedudukan bintang di langit dalam menentukan arah. Pelayaran mereka berhasil hingga ke pulau-pulau sekitar daerah Kepala Burung bahkan hingga ke wilayah Raja Ampat. Barang-barang utama yang diperdagangkan atau ditukarkan pada masa lampau tersebut adalah hasil laut, piring batu, alat-alat kerja seperti tombak dan parang, serta budak. Selain sebagai pelaut tangguh, orang Biak juga terkenal sebagai pandai besi. Melalui sistem farobek ini orang Biak kemudian menciptakan suatu institusi dagang tradisional yang terkenal yakni manibob.

Secara harfi ah manibob berarti teman atau sahabat. Manibob merupakan perpanjangan sistem perdagangan dengan cara barter (farobek), yang awalnya dilakukan para lelaki suku bangsa Biak dengan mengunjungi tempat-tempat yang jauh dari tanah kelahirannya untuk memperoleh bahan pangan, yang dikenal dengan fanandi. Fanandi juga bertujuan untuk menaklukkan daerah lain demi memperoleh gengsi di mata para kerabat atau kampung lain.

Sedangkan sistem manibob adalah suatu sistem dimana dua individu yang berasal dari dua kampung atau dua tempat yang berbeda lokasi saling bertemu melalui hubungan dagang. Pertemuan tersebut dapat membawa dua individu berbeda tersebut pada hubungan yang lebih erat dan lama ( Mansoben, 1995: 277). Manibob juga dikenal sebagai rekanan dagang. Perdagangan yang dimaksud disini adalah dalam bentuk pertukaran antar kedua pihak dengan barang-barang yang dibutuhkan pada saat itu.

Hubungan manibob merupakan hubungan jangka panjang dan bersifat erat sehingga pasangan manibob akan saling mengenalkan kaum kerabatnya dan kadangkala diikat dengan suatu perkawinan. Dengan memiliki manibob di tempat lain maka kaum kerabat akan saling bertukar barang dengan lancar dan aman, sebab sistem ini berdasar pada saling pengertian dan kepercayaan.

Relasi ini tidak terbatas hanya pada saat menukarkan barang-barang, tetapi meluas kepada bantuan tenaga atau pemikiran pada saat yang lain memerlukan pertolongan. Misalnya pada saat pesta perkawinan, atau mengingatkan akan datangnya wabah, keadaan

(3)

bahaya pada peperangan di jaman dahulu, dan musim kemarau. Kadangkala relasi manibob ini dikuatkan dan dilestarikan dengan perkawinan anak-anak mereka yang pada akhirnya mempererat kaum kerabat dari kedua klen yang berbeda tersebut. Dengan relasi manibob ini, pemenuhan kebutuhan klen atau kampung dapat dijalankan dengan dengan lancar dan mudah karena adanya rasa saling percaya dan pengertian. Seseorang dalam suku bangsa Biak pasti mempunyai relasi manibob di tempat lain, dan ini berlangsung hingga mereka meninggal. Dengan memiliki banyak manibob, seseorang akan sangat dihormati di kampungnya karena berarti ia akan sangat membantu kebutuhan hidup masyarakat melalui interaksi-interaksi dagang bersama manibobnya.

Dengan demikian hubungan dagang ini juga bisa menaikkan derajat atau menambah prestise seseorang di mata kaum kerabatnya.

Permasalahan

Keberadaan manibob pada masa lampau terbentuk melalui pelayaran jauh untuk mencari bahan pangan yakni fanandi, dimana seseorang yang berani berlayar hingga ke tempat yang baru akan dianggap sebagai pahlawan atau mambri. Pada masa lampau, farobek (tukar-menukar) dilakukan antar teman dagang atau manibob dengan bertukar bahan pangan, hasil laut, piring batu, alat kerja dan budak. Hubungan manibob bersifat tak terbatas baik secara tempat maupun waktu. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka yang menjadi permasalahan adalah “apakah fungsi manibob dalam kehidupan orang Biak?”

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui fungsi manibob dalam kehidupan sosial masyarakat orang Biak.

Metode Penulisan

Kajian terhadap fungsi manibob pada orang Biak merupakan hasil penelitian mengenai organisasi sosial tradisional Orang Biak Numfor yang telah dilakukan di

(4)

Kabupaten Biak Numfor. Selain itu dalam tahapan penulisan ini juga disertakan beberapa kajian pustaka yang berkaitan mengenai sistem manibob pada orang Biak.

Hasil dan Pembahasan

Organisasi sosial terkecil pada masyarakat Biak adalah sim atau keluarga batih. Kumpulan keluarga batih membentuk suatu ikatan kerabat yang erat menurut garis keturunan laki-laki yakni keret atau klen. Hubungan kekerabatan tersebut otomatis menimbulkan pelbagai bentuk kewajiban dan hak baik antar kerabat inti maupun kerabat diluar kerabat inti serta kewajiban diantara pemimpin dan bawahan dalam suatu struktur sosial yang didasari oleh suatu prinsip resiprositas atau hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini mengaktifkan hubungan ekonomi, penukaran kewajiban kaum kerabat yang mengaktifkan kehidupan kekerabatan, sistem penukaran mas kawin yang mengakibatkan hubungan antara kelompok-kelompok kekerabatan, penukaran bingkisan antara kelompok-kelompok pada upacara-upacara keagamaan, dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1980: 168).

Orang Biak terkenal sebagai pelaut yang handal dan beberapa keret (klen) terkenal sebagai pandai besi. Kondisi ini terbentuk karena letak geografi s yang berada di gugusan pulau-pulau di Samudera Pasifi k. Topografi nya yang dipenuhi pegunungan karang menjadikan sebagian daerah ini menjadi kering dan tandus sehingga masyarakat mengandalkan hasil laut dan kepandaian sebagai pandai besi. Agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang tak didapatkan di kampungnya, seorang laki-laki Biak akan keluar dari kampung dan seringkali berlayar hingga di luar wilayah mereka. Kepentingan melakukan pelayaran (fanandi) tersebut bukan hanya sebagai symbol prestise seseorang namun menjadi kebanggaan bagi keret dan keluarga luasnya.

Seperti yang telah diulas pada halaman sebelumnya bahwa orang Biak memiliki suatu sistem perdagangan tradisional yakni farobek. Farobek atau sistem barter dilakukan hingga ke daerah yang jauh di sekitar pesisir Teluk Cenderawasih, Kepala Burung, Raja Ampat bahkan sampai ke Maluku, Seram dan Ternate. Berbeda dengan suku bangsa lain yang menjadikan sesuatu benda sebagai mata uang, misalnya kerang atau manik-manik, dalam sistem farobek tidak dikenal adanya alat tukar tersebut.

(5)

Pada saat melakukan perjalanan dagang ke kampung lain atau daerah lain yang jauh dari tempat asalnya, seseorang pasti akan bertemu dengan orang lain dari kampung atau daerah tersebut. Mereka kemudian saling menukarkan sesuatu yang dibutuhkan oleh masing-masing partner dagang itu, dan hubungan ini akan berlanjut terus berkali-kali hingga menimbulkan suatu ikatan pertemanan yang akrab. Dari hubungan dagang yang berkembang menjadi pertemanan itulah yang disebut manibob yang berarti sahabat. Maka seseorang akan mempunyai seorang relasi dagang (manibob) yang tetap dan berlangsung lama di tempat tersebut.

Manibob merupakan ikatan yang erat dan tidak terbatas pada perdagangan barang saja, tetapi bisa lebih dari itu. Seringkali untuk mempererat hubungan ini terjadi perkawinan pada kerabat masing-masing manibob. Seseorang dapat memiliki manibob atau partner dagang atau teman di beberapa tempat yang berbeda. Manibob dilakukan dengan menukarkan berbagai barang-barang kebutuhan hidup tanpa menggunakan mata uang. Barang-barang yang ditukarkan pada masa lampau seperti garam, beras, sagu, pakaian, sayur-sayuran, ikan, makanan jadi, bantuan tenaga dan bahkan bisa berlanjut hingga barang-barang untuk mas kawin (ararem). Seorang partner dagang akan merasa terikat satu sama lain dengan partner dagangnya, dan hubungan ini akan berlangsung berpuluh-puluh tahun bahkan sampai meninggal.

Kebiasaan sosial menentukan sifat dan kesempatan diadakannya tukar-menukar. Seseorang yang didatangi dan diberi sesuatu oleh teman manibobnya sebisa mungkin pada saat itu juga memberikan sesuatu yang dimilikinya. Begitupun sebaliknya, apabila seseorang didatangi oleh teman manibobnya walaupun teman itu tidak membawa sesuatu barang yang hendak ditukarkan, ia akan berusaha memberi sesuatu kepada manibobnya. Dengan kata lain, seseorang akan merasa sangat berdosa apabila manibob yang berkunjung ke rumahnya pulang dengan tangan hampa. Andaikata tidak ada sesuatu yang bisa diberi, paling tidak mereka akan menjamu sang manibob dengan makanan dan minuman yang terbaik yang mereka miliki.

Relasi manibob menimbulkan hubungan resiprositas atau timbal balik, dimana saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya. Menurut Keesing dalam buku Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer bahwa resiprositas atau timbal balik merupakan suatu prinsip penting dan mendasar dari interaksi sosial. Resiprositas

(6)

mengatakan bahwa kita seharusnya bertindak terhadap orang–orang lain sebagaimana mereka bertindak terhadap kita. Resiprositas merupakan bentuk tukar menukar yang ditandai oleh kewajiban untuk membalas jasa dalam bentuk sejenis atau yang lainnya (1999: 257.) Jadi dalam sistem manibob ini, yang ditukarkan tidak hanya berwujud benda tetapi juga jasa seperti bantuan tenaga, nasihat, saran dan lainnya. Hubungan resiprositas dalam sistem manibob dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Hubungan Resiprositas dalam Sistem Manibob

A

B

C

D

E

Seseorang dapat memiliki lebih dari satu teman manibob yang berada di berbagai tempat, namun tidak semua teman manibobnya saling mengenal satu dengan lainnya. Seseorang yang memiliki banyak manibob di berbagai tempat yang berbeda, akan sangat terbantu apabila suatu saat ia bepergian ke tempat tersebut atau pada saat ia sangat membutuhkan bantuan. Dalam ruang lingkup dimana kehidupan masyarakat masih saling mengenal satu sama lain, biasanya masing-masing orang di tempat itu mengetahui siapa menjadi manibob bagi siapa dan dimana saja pasangan manibobnya berada.

Fungsi Sistem Manibob bagi sukubangsa Biak

Sistem manibob berperan penting bagi kehidupan sukubangsa Biak. Seseorang yang mempunyai banyak relasi dagang di berbagai tempat dan dengan kelebihannya itu ia dapat membantu keluarga, keret serta kampungnya, maka ia akan disegani oleh masyarakat dan mengangkat prestise klennya.

(7)

Menguatkan status seseorang dalam masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat, status dan peran seseorang selalu berubah namun keduanya saling beriringan. Kadangkala seseorang melakukan suatu hal berdasarkan keinginan manusiawi yakni diakui dalam segala hal. Seseorang yang sering melakukan perjalanan ke tempat jauh dan menukarkan bermacam kebutuhan bagi keluarga, keret maupun kampungnya tentunya akan memiliki banyak manibob. Kondisi ini memudahkan ia pada saat kaum kerabatnya membutuhkan bantuan baik barang-barang kebutuhan hidup maupun jasa. Ia dapat memimpin kaum kerabatnya untuk melakukan perjalanan perdagangan. Dengan demikian orang-orang akan mengakui kepemimpinannya karena berjasa menyelamatkan kampung dari kelaparan maupun bahaya lain. Hal ini penting terutama bagi seorang mananwir mnu (kepala kampung) maupun mananwir keret (pemimpin klen), dimana kemampuan mereka akan sangat teruji dan dipertaruhkan dalam tradisi fanandi. Sistem manibob adalah sebuah sistem ekonomi yang sederhana, sehingga aktivitas dan motivasi pelakunya juga sederhana berdasarkan kebutuhan pelakunya. Menurut R. Firth yang dikutip oleh Koentjaraningrat (1990 : 188) bahwa ekonomi sederhana dan ekonomi pedesaan lebih bersifat kekeluargaan dan lebih mementingkan keuntungan sosial-budaya seperti kedudukan, kehormatan, gengsi dan sebagainya daripada keuntungan materi, yang juga lebih banyak mementingkan asas timbal balik.

Membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup

Mempunyai manibob akan sangat membantu kehidupan masyarakat, karena masyarakat bisa mengandalkan teman dagangnya itu jika ia membutuhkan sesuatu yang tidak dimiliki. Misalnya saat panen gagal, ombak besar sehingga tidak bisa melaut, usaha dalam mengumpulkan mas kawin, bantuan tenaga saat pesta adat atau perkawinan, memperingatkan bahaya perang pada masa lampau dan sebagainya. Akan selalu ada saling menukar sesuatu entah barang maupun jasa yang menguntungkan bagi kehidupan bermasyarakat.

Mengintensifkan kembali hubungan sosial di masyarakat

Seseorang yang memiliki banyak teman akan menjadi media penghubung bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia dapat mengakomodir kebutuhan antara kaum kerabat maupun teman dagangnya sehingga terjadi pertukaran diantara kedua belah

(8)

pihak. Kondisi seperti ini tentu menimbulkan hubungan-hubungan pertemanan yang baru yang akhirnya mengikat erat antara kerabatnya dan kerabat teman manibobnya. Hubungan pertemanan ini dapat berlangsung hingga mereka meninggal. Dengan demikian akan dapat mengintensifkan kembali hubungan sosial di masyarakat yang kadang kala terpecah oleh keadaan dan situasi.

Sebagai penyeimbang kehidupan sosial di masyarakat

Fungsi utama dari sistem manibob ini adalah sebagai penyeimbang hubungan pertemanan antara kedua belah pihak. Apabila salah satu pihak memberi dan pihak lain tidak membalasnya, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hubungan ini. Hubungan timbal balik atau resiprositas selalu memerlukan sesuatu yang dapat diberi dan diterima seseorang kemudian pemberian itu akan dibalasnya baik pada waktu itu juga maupun pada waktu yang akan datang. Apabila salah satu tidak berjalan dengan baik maka yang terjadi adalah ketidakharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut menurut Cremers (1997 : 47 ), bahwa pertukaran dalam kehidupan masyarakat merupakan unsur kesamaan dalam sekian banyak kegiatan sosial yang beraneka ragam dan heterogen sehingga dapat menyeimbangkan kehidupan sosial di masyarakat.

Faktor Terjadinya Akulturasi

Dengan bepergian jauh ke daerah lain maka akan terjadi kontak dengan budaya setempat yang berbeda dan memungkinkan terjadinya akulturasi. Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila manusia dalam suatu masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian khas unsur budaya asli (Koentjaraningrat, 1990 : 91)

Pasangan dagang atau relasi dagang ini tidak terikat hanya sesama orang Biak saja atau dalam kebudayaan Biak saja. Hubungan ini jauh melebihi batas ruang karena pada masa lampau orang Biak berlayar ke daerah Raja Ampat, Seram, Ternate, Halmahera hingga ke Tidore dan sekitarnya. Hal ini menjadi salah satu faktor di daerah-daerah tersebut memiliki marga seperti marga orang Biak yang berada di Biak.

(9)

Gelar-gelar seperti kapitan, sangaji, dimara merupakan pemberian dari Kesultanan Tidore. Selain itu, dalam pelayarannya orang Biak membawa pulang benda-benda asing seperti keramik, kain tekstil, manik-manik, piring batu dan sebagainya. Hanya ada dua cara untuk mendapatkan benda-benda tersebut yakni dengan cara berdagang (bertukar) atau menjarah (Muller, 2008 : 85).

Benda-benda asing tersebut dijadikan barang berharga bahkan ada yang dijadikan sebagai mas kawin (ararem).

Sistem Manibob Pada Masa Kini

Seiring perubahan jaman dengan makin majunya teknologi dan informasi, maka wujud relasi dagang ini pun turut berubah. Sistem manibob masih melingkupi kehidupan social budaya orang Biak walaupun bentuk yang dipertukarkan berbeda dan bisa lebih luas. Secara eksternal dapat dilihat bahwa, pelayaran perdagangan yang dahulu dilakukan dengan perahu besar dan ditempuh berhari-hari, saat ini dapat dilakukan menggunakan perahu tempel bahkan kapal penumpang yang menyinggahi pelabuhan-pelabuhan. Transportasi darat yang lancar juga memudahkan seseorang menemui manibobnya dalam waktu singkat. Dalam hal berkomunikasi pun saat ini masyarakat sudah sangat dimudahkan dengan hadirnya jaringan telepon, seluler bahkan internet, sehingga dapat dengan mudah mengadakan kontak walaupun sekedar menyapa maupun meminta bantuan.

Di era industri ini seseorang tak perlu lagi berlayar jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencari pasangan bertukar. Segala sesuatu bisa didapatkan dengan mudah karena tersedia di pasar tradisional maupun pasar yang lebih modern seperti supermarket, kecuali untuk barang-barang khusus seperti piring batu untuk mas kawin, gelang besi, dan sebagainya. Barang-barang yang ditukarkan tidak lagi sekedar barang-barang kebutuhan hidup tetapi bisa berupa uang untuk biaya pendidikan, bantuan biaya perkawinan dan sebagainya. Hubungan yang erat tersebut juga menghasilkan rasa saling percaya dan rasa memiliki satu dengan lainnya sehingga bantuan tenaga dan nasehat juga menjadi pengikat hubungan ini.

Di kampung-kampung, bantuan tenaga bagi manibob masih bisa ditemukan. Misalnya bantuan tenaga bila ada acara adat, membangun rumah, melaut, panen dan

(10)

pertolongan lain yang membutuhkan tenaga. Ada yang memiliki manibob di kota-kota besar dan secara kebetulan sang anak sekolah di tempat itu, maka sang anak tersebut akan menjadi tanggung jawab si pasangan manibob tersebut. Hubungan manibob ini berlangsung hingga anak cucu, dan masing-masing keluarga saling mengetahui siapa pasangan manibob keluarga mereka. Manibob yang di masa lampau sebagai relasi dagang, pada masa kini lebih mengarah pada hubungan persahabatan yang lebih erat.

Kaum muda masa kini banyak yang tak mengerti tentang nilai manibob pada masa lampau,tentang keberanian berlayar, tentang sebuah relasi dagang dan simbol persahabatan erat,. Manibob bentuk relasi dagang ini menjadi cerita milik kaum tua yang akan hilang nilainya bila tak diwariskan. Pewarisan nilai-nilai budaya ini harus diinventarisasi ke pelbagai bentuk seperti membuat sebuah buku mengenai cerita daerah yang masuk kedalam muatan lokal di sekolah-sekolah atau dituangkan melalui nyanyian (wor) pada saat upacara adat.

Kesimpulan

Manibob adalah suatu sistem relasi dagang orang Biak dimana pada masa lampau terjadi akibat pelayaran ke daerah jauh (fanandi) dan melalui sistem farobek atau barter. Manibob masih melingkupi di setiap sendi kehidupan orang Biak dimanapun ia berada, sebab manibob berarti juga sahabat dan hubungan ini berlangsung sangat erat dan bertahun-tahun serta mengikat kaum kerabat masing-masing. Fungsi manibob bagi orang Biak adalah:

1. Menguatkan status sosial dalam masyarakat 2. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup

3. Mengintensifkan kembali hubungan sosial dalam masyarakat 4. Sebagai penyeimbang kehidupan sosial masyarakat

5. Faktor terjadinya akulturasi

Inti dari suatu sistem manibob adalah resiprositas atau hubungan timbal- balik, dimana hubungan ini berfungsi mengaktifkan kembali jaringan-jaringan social dalam kehidupan bermasyarakat.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Cremers, Agus. 1997. Antara Alam dan Mitos. Memperkenalkan Antropologi Struktural Claude Levi-Strauss. Ende: Penerbit Nusa Indah.

Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press --- , 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press

Keesing, Roger M. 1999. Antropologi Budaya. Suatu Perspektif Kontemporer, terjemahan Samuel Gunawan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mansoben, 1995. Sistem politik Tradisional di Irian Jaya. Jakarta: LIPI-RUL Muller, Karl. 2008. Mengenal Papua. Daisy Works Books.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Resiprositas dalam Sistem Manibob A

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Kepemimpinan sebagai suatu proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang

Karena bangunan jono berupa segmen, maka dipilih perform math on all point of selected segmen, kemudian klik segmen bangunan jono, Akan muncul jendela baru “graphic string

Tabel 4.2 merupakan hasil waktu rata-rata yang diperoleh dari tabel-tabel sebelumnya dalam pengujian untuk waktu pencarian rata-rata berdasarkan looping dari

Jumlah anak 4 ( empat ) orang Pekerjaan Sekarang : Anggota DPRD Prov.Sumatera Selatan Pendidikan Terakhir : STIE Budi Iswara – Surabaya 2000 Perolehan Suara : 41.447... Jumlah anak

Hal ini sangat didukung dengan postur mahasiswa yang sesuai yakni dari hasil penelitian di peroleh kom-posisi badan dan tinggi badan sangat proporsional, serta mahasiswa

INDEKS JENIS / NAMA BARANG MERK SATUAN... 2 Stempel Kusen (stam

3) apabila tidak ada peserta lainnya sebagaimana dimaksud pada angka 2), maka sayembara dinyatakan gagal. Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal

Notasi λ merupakan fungsi bijektif yang memetakan sisi dan simpul graf ke bilangan asli sehingga penjumlahan label dari semua sisi yang melekat pada simpul tertentu ditambah