• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Transportasi Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Sistem Transportasi Kota Tangerang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI

KOTA TANGERANG

KOTA TANGERANG

( Suatu TinjauanTeknis )

( Suatu TinjauanTeknis )

A.

A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Tranportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan Tranportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan pada ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya kegiatan tersebut perlu diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan terwujudnya sistem transportasi yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman, efisien dan selamat diselenggarakan secara terpadu, tertib, aman, lancar, nyaman, efisien dan selamat dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola distribusi. mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pola distribusi.

Pada skala makro, permasalahan transportasi pada dasarnya adalah Pada skala makro, permasalahan transportasi pada dasarnya adalah terjadinya ketidak efisienan sistem transportasi antara lain disebabkan oleh tidak terjadinya ketidak efisienan sistem transportasi antara lain disebabkan oleh tidak adanya integrasi yang baik antara sub-sistemnya. Kebutuhan akan transportasi adanya integrasi yang baik antara sub-sistemnya. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand), dimana pergerakan yang terjadi merupakan kebutuhan turunan (derived demand), dimana pergerakan yang terjadi merupakan akibat dari adanya pergerakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul merupakan akibat dari adanya pergerakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul akibat adanya pemisahan lokasi aktivitas. Dengan demikian, sistem kegiatan (land akibat adanya pemisahan lokasi aktivitas. Dengan demikian, sistem kegiatan (land use) merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perencanaan transportasi. use) merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perencanaan transportasi. Pemisahan aktivitas membutuhkan pelayanan jaringan jalan, yang selanjutnya Pemisahan aktivitas membutuhkan pelayanan jaringan jalan, yang selanjutnya menimbulkan adanya pergerakan lalu lintas (traffic). Sistem kegiatan, sistem menimbulkan adanya pergerakan lalu lintas (traffic). Sistem kegiatan, sistem  jaringan

 jaringan dan dan sistem sistem pergerakpergerakan an (traffic) (traffic) merupakamerupakan n tiga tiga sub-sistem sub-sistem yang yang salingsaling terkait yang

terkait yang perlu dikendalikan perlu dikendalikan dan diselaraskan dan diselaraskan guna guna menunjang terciptanyamenunjang terciptanya sistem transportasi yang baik.

sistem transportasi yang baik.

Kondisi ketidakefisienan transportasi juga terjadi di Kota Tangerang, hal ini Kondisi ketidakefisienan transportasi juga terjadi di Kota Tangerang, hal ini tercermin dari adanya

(2)

kesemrawutan lalu lintas yang pada akhirnya pelayanan transportasi kota menjadi tidak optimal. Guna menangani kondisi transportasi kota Tangerang yang demikian, tidak hanya diperlukan penanganan secara parsial tetapi sudah waktunya penanganan transportasi kota Tangerang yang ada perlu diarahkan secara komprehensif dan terkonsep dengan mengembangkan Pola Transportasi Kota Tangerang yang efektif dan efisien.

B. PERMASALAHAN TRANSPORTASI KOTA TANGERANG

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap kegiatan transportasi di wilayah Kota Tangerang, maka dapat disampaikan beberapa permasalahan transportasi yang selanjutnya menjadi isu utama terjadinya ketidakefisienan dalam penyelenggaraan transportasi di wilayah Kota Tangerang adalah antara lain :

1. Peningkatan mobilitas di wilayah Kota Tangerang baik merupakan pergerakan

lokal maupun pergerakan terusan belum diimbangi dengan pengembangan  jaringan jalan yang memadai sehingga di beberapa bagian wilayah kota terutama pada koridor penghubung antar wilayah memiliki tingkat pelayanan jalan yang rendah.

2. Kinerja angkutan umum memiliki kualitas pelayanan yang rendah dan hal ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

Banyaknya trayek angkutan umum yang beroperasi di wilayah Kota saling tumpang tindih sehingga menjadikan terganggunya keseimbangan penyediaan jasa angkutan dengan kebutuhan yang ada dan hal ini berdampak pada tingkat pendapatan yang rendah dimana pada akhirnya para awak mengoperasikan angkutan umum tidak secara tertib dan teratur guna mencapai pendapatan yang memadai.

Banyaknya angkutan umum yang beroperasi tidak sesuai dengan izin trayek yang ditetapkan sehingga pelayanan angkutan umum yang ada belum mampu menciptakan kepastian pelayanan bagi pengguna jasa angkutan.

(3)

Kondisi faktor muat (load factor) yang rendah dan penggunaan angkutan umum yang berkapasitas kecil menjadikan pelayanan angkutan umum mengenakan biaya yang relative lebih mahal, sehingga fenomena yang terjadi banyak penumpang angkutan umum (captive rider) yang beralih melakukan mobilitas dengan menggunakan sepeda motor.

3. Ketidak optimalan penggunaan terminal angkutan umum yang telah disediakan

dan di beberapa bagian wilayah kota belum berfungsi sebagai titik transfer angkutan umum menjadikan angkutan umum belum memiliki orientasi asal tujuan perjalanan yang representatife sehingga menyebabkan timbulnya terminal bayangan yang pada akhirnya memicu timbulnya kesemrawutan lalu lintas dan ketidakpastian pelayanan angkutan umum.

4. Belum adanya pengaturan terhadap penyelenggaraan angkutan barang baik

penetapan lintasan maupun parkir atau bongkar muat kendaraan barang menyebabkan kegiatan angkutan barang menjadi salah satu komponen utama yang mempengaruhi rendahnya kinerja arus lalu lintas yang ada.

Melihat dari permasalahan-permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka isu-isu penting yang perlu dipecahkan antara lain :

1. Bagaimana pengembangan jaringan jalan mampu mengakomidir mobilitas orang dan barang dalam rangka meningkatkan kelancaran arus lalu lintas.

2. Bagaimana membuat angkutan umum semakin menarik dan biaya yang terjangkau, dimana pada akhirnya dapat mengurangi minat masyarakat menggunakan kendaraan pribadi.

3. Bagaimana menetapkan suatu kebijakan transportasi agar keberadaan terminal mampu menjadi pusat simpul transportasi yang representatif.

(4)

C. RUMUSAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TANGERANG

Dasar perumusan kebijakan pembangunan sektor transportasi pada wilayah perkotaan lebih ditujukan untuk “ Meningkatkan penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman efisien dan selamat ”. Secara umum rincian rumusan kebijakan transportasi kota Tangerang dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengembangkan dan memadukan sistem jaringan jalan perkotaan dengan

wilayah sekitarnya agar angkutan perkotaan dapat berfungsi secara optimal dalam melayani kegiatan lokal dan wilayah sekitarnya.

2. Mengembangkan dan menata sistem angkutan yang lebih berkualitas dan efisien melalui kebijakan yang lebih aplikatif yakni :

a. Mengembangkan sistem angkutan umum massal

b. Menata jaringan trayek sesuai hirarki trayek dan kebutuhan mobilitas. c. Mengembangkan sistem jaringan lintas angkutan barang

3. Mengembangkan dan mengoptimalkan sistem terminalisasi angkutan.

D. STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TANGERANG

Dalam rangka mengembangkan sistem transportasi kota Tangerang yang efektif dan efisien memang secara ideal seluruh program dapat dilaksanakan secara simultan namun hal tersebut sudah barang tentu sangat sulit untuk diwujudkan mengingat berbagai keterbatasan baik dari segi waktu maupun penganggaran, oleh karena itu guna mewujudkan kegiatan transportasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan maka pelaksanaan terhadap strategi yang ada ditetapkan melalui sistem prioritas sesuai dengan urgenitas permasalahan yang ada. Secara rinci strategi yang dilaksanakan berdasarkan prioritas dalam mengembangkan sistem transportasi yang efektif dan efisien adalah sebagai berikut :

(5)

1. PROGRAM PENGEMBANGA N TERMINAL CILEDUG 

Ciledug dan sekitarnya merupakan bagian wilayah Kota Tangerang yang memiliki kinerja lalu lintas yang buruk dan hal tersebut tercermin dari kondisi yang sering terjadi yakni kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas. Kondisi demikian lebih disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Ciledug dan sekitarnya merupakan wilayah perdagangan dan jasa serta pemukiman yang padat, oleh karenanya ciledug merupakan pusat bangkitan dan tarikan lalu lintas yang tinggi yang berdampak pada tingginya tingkat mobilitas di wilayah tersebut dan hal tersebut tidak dibarengi penyediaan kapasitas jalan yang memadai sehingga seringkali terjadi kemacetan lalu lintas.

b. Kondisi ciledug yang merupakan salah satu titik rawan kemacetan lalu lintas semakin diperparah dengan kesemrawutan lalu lintas yang disebabkan oleh angkutan umum yang mangkal/parkir di tiap sudut bagian wilayah ciledug. Hal tersebut dikarenakan terminal lembang yang ada sudah tidak berfungsi lagi mengingat lokasi tersebut untuk saat ini telah difungsikan sebagai pasar tradisional.

Dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di wilayah ciledug yang kian hari bertambah parah maka Pemerintah Kota telah melakukan penanganan dengan membangun underpass persimpangan ciledug, dimana diharapkan dengan adanya simpang susun akan mereduksi titik konflik arus lalu lintas sehingga kelancaran lalu lintas dapat terwujud.

Namun demikian persoalan kemacetan lalu lintas tidak hanya disebabkan oleh konflik lalu lintas di persimpangan ciledug saja tetapi hal yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya lokasi-lokasi yang dijadikan sebagai terminal bayangan dari angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug sehingga

(6)

sangat mempengaruhi sekali terhadap tingkat kelancaran lalu lintas. Sebagai informasi angkutan umum yang beroperasi di wilayah Ciledug terdiri dari ± 14 trayek dengan jumlah kendaraan ± 1.750 unit.

Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di wilayah Ciledug dan sekitarnya harus dilaksanakan secara komprehensif yakni :

a. Dengan meningkatkan kapasitas jalan berupa pembangunan underpass

persimpangan Ciledug

 b. Hal yang sangat perlu dipertimbangkan adalah dengan mengembangkan

Terminal angkutan penumpang umum di wilayah Ciledug yang difungsikan sebagai berikut :

 Adanya terminal ciledug akan berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu lintas dimana angkutan umum yang beroperasi di wilayah tersebut memiliki orientasi asal dan tujuan sebagai titik transfer penumpang sehingga dengan lokasi terminal yang representaif dapat menghilangkan terminal bayangan dan pada akhirnya dapat berkonstribusi terhadap kelancaran lalu lintas di wilayah Ciledug.

Berdasarkan informasi yang ada, oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta akan dikembangkan Koridor Bus way Blok M  –  Ciledug maka dengan adanya pengembangan terminal Ciledug dapat digunakan sebagai terminal asal/tujuan bus way, dimana dengan masuknya bus way ke wilayah Ciledug secara signifikan dapat berkonstribusi pada peningkatan kelancaran lalu lintas mengingat munculnya harapan adanya peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.

(7)

Pengembangan potensi sistim angkutan umum massal (SAUM) di wilayah Kota Tangerang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

a. Bahwa konsep sistim angkutan umum massal (SAUM) adalah mengedepankan p a s s e n g e r t r a f f ic   daripada vehic le traffic yakni :

Melayani tingginya tingkat mobilitas masyarakat dengan penyediaan  jumlah angkutan umum terbatas namun sesuai kebutuhan.

adanya angkutan umum massal dapat memberikan pilihan bagi pelaku perjalanan yang selama ini dalam melakukan mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan pribadi diharapkan beralih ke angkutan umum massal sebagai sarana angkut alternatif

Terlaksananya kedua kondisi tersebut diatas, diharapkan dapat berkonstribusi terhadap penurunan kepadatan lalu lintas di koridor-koridor utama wilayah Kota Tangerang.

b.  Adanya perubahan kebijakan transportasi umum di wilayah DKI Jakarta yang difokuskan pada pengembangan angkutan massal, maka berdampak pula terhadap pola mobilitas masyarakat daerah penyangga termasuk Kota Tangerang mengingat sebagian besar pola pergerakan masyarakat daerah penyangga merupakan pelaku perjalanan Komuter. Oleh karena itu Sistim  Angkutan Umum Massal Kota Tangerang dapat memberikan peluang

kemudahan berupa transportasi umum yang andal, dimana selain dapat menghubungkan kawasan permukiman di wilayah Kota Tangerang dengan pusat-pusat kegiatan lainnya secara aman, nyaman, tepat waktu dan teratur  juga dapat terintegrasi dengan pelayanan angkutan massal di wilayah lainnya

(8)

c. Pengembangan angkutan massal diharapkan selain dapat meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum, juga diharapkan dapat menekan biaya transportasi karena tarif yang dikenakan angkutan massal lebih rendah dibanding dengan angkutan non massal.

Selanjutnya berdasarkan Hasil Studi Tataran Transportasi Lokal Kota Tangerang, bersama ini kami sampaikan analisis mengenai pengembangan potensi Angkutan Umum Massal di wilayah Kota sebagai berikut :

a. Pengembangan potensi sistem angkutan umum massal di Kota Tangerang dengan membangun jalur khusus bus (bus priority) ditinjau dari 4 (empat) aspek yakni antara lain :

1). kebutuhan masyarakat Kota Tangerang.

Hal ini ditunjukkan dengan tingginya mobilitas penduduk Kota Tangerang yang melakukan kegiatan ke wilayah DKI Jakarta. Pada dasarnya perjalanan komuting dari Tangerang menuju ke wilayah DKI Jakarta telah diakomodir oleh angkutan umum massal yakni dengan bus-bus kota, namun angkutan umum massal yang ada tidak merepresentatifkan pelayanan yang prima baik dari segi kenyamanan, keamanan, tepat waktu maupun tarif yang terjangkau sehingga kegiatan mobilitas dari Tangerang ke wilayah DKI Jakarta memiliki kecenderungan meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum. Ditinjau dari kondisi demikian, pengembangan bus priority merupakan potensi pemilihan moda alternative yang lebih andal yang diharapkan dapat memberikan pelayanan angkutan umum bagi para komuter dengan lebih optimal.

2). Demand yang signifikan

Berdasarkan hasil survey bahwa pola pergerakan yang cukup signifikan digunakan sebagai basis demand untuk pengembangan potensi

(9)

angkutan umum massal dengan sistim bus priority terdapat di Kota Tangerang yakni pada koridor-koridor utama antara lain jalan Daan Mogot  – Jalan Sudirman dan Jalan MH. Thamrin.

3). Prasarana Penunjang

Dalam mengembangkan potensi bus prioritas (bus way) dibutuhkan prasarana jalan yang memiliki lebar jalan yang memadai yakni koridor tersebut minimal memiliki 3 lajur per arah. Dari ketentuan teknis yang ada untuk di Kota Tangerang lebar jalan yang memungkinkan adalah Jalan Sudirman dan jalan sudirman dengan tetap memerlukan penyesuaian, sedangkan Jalan Daan Mogot memerlukan pelebaran.

4). Integrasi dengan Pola Transportasi Makro DKI Jakarta

Pemerintah Propinsi telah mengembangkan sistim bus prioritas (bus way) yakni koridor 3 yakni lintas Harmoni  –  Rawa Buaya yang merupakan lintasan yang berdekatan dengan wilayah Kota Tangerang. Dengan mengintegrasikan sistem yang ada dengan sistem bus priority yang direncanakan di Kota Tangerang akan memberikan kemudahan-kemudahan para komuter terutama yang berasal dari Tangerang karena memang pada dasarnya koridor ini diperkirakan akan banyak digunakan oleh komuter dari Tangerang.

b. Berdasarkan hasil analisis diatas, maka pengembangan potensi angkutan umum massal dengan sistim bus prioritas sangat memungkinkan dikembangkan di Kota Tangerang terutama di Koridor J a l an D a a n M o g o t

 –

J a l a n Su d i r m a n

 –

 Jalan MH. Thamrin .

c. Namun demikian agar pengembangan sistim bus priority ini dapat dilaksanakan secara optimal, maka pengembangan sistim bus priority kiranya dapat diarahkan dengan m e m p e r p a n j an g K o r i d o r 3 ja l u r B u s w a y H a r m o n i

(10)

 –

  Kalideres ke Terminal Poris Plawad   dengan pertimbangan sebagai

berikut :

1) Pengembangan koridor Bus way Harmoni  –  Kalideres ke Terminal Poris Plawad akan sangat mendudukkan wilayah Tangerang semakin strategis mengingat koridor tersebut akan menghubungkan langsung ke pusat Harmoni Central Busway sehingga masyarakat Tangerang dapat diberikan kemudahan mencapai seluruh wilayah DKI Jakarta.

2) Keberadaan Bus way ke Terminal Poris Plawad memberikan daya tarik tersendiri pada sebagian penumpang komuter untuk melakukan transfer kendaraan umum di Terminal Poris Plawad dan hal tersebut pada akhirnya dapat m e w u j u d k a n s i n e r g i a n t ar a s i s t em b u s w a y d e n g a n t r a y e k a n g k u t a n K o t a T an g e r a n g y a n g b e r o r i en t a s i d i T e r m i n a l P o r i s P l aw a d s e b a g a i t r a y e k p e n g u m p a n j a l u r B u s w a y ( F ee d e r B u s w a y  ) sehingga diharapkan penggunaan Terminal Poris Plawad sebagai central terminating menjadi lebih optimal.

3) Sistem Pengembangan angkutan massal ke Kota Tangerang yang menyatu dengan sistem busway koridor Harmoni  –  Kalideres akan menjadi lebih efisien mengingat bahwa penumpang dari Tangerang ke Jakarta atau sebaliknya dilakukan hanya sekali perjalanan.

(11)
(12)

3. PROGRAM PENGEMBANGA N TERMINAL PERBA TASAN 

Konsep dasar pengembangan terminal perbatasan di wilayah Kota Tangerang lebih mempertimbangkan pada hal-hal sebagai berikut :

a.  Adanya pemikiran untuk membatasi ruang gerakan angkutan pada wilayah

perbatasan mengingat dengan berkembangnya wilayah-wilayah di perbatasan Kota Tangerang secara pesat sebagai daerah pemukiman pada akhirnya meningkatkan kebutuhan akan transportasi umum, kondisi tersebut tercermin dari semakin meningkatnya penyediaan angkutan umum antar wilayah di daerah perbatasan yakni angkutan umum antar Kota  – Kabupaten Tangerang (KOKAB) baik legal maupun ilegal yang berkonstribusi dalam membebani lalu lintas di jaringan jalan kota serta keberadaannya begitu mengintervensi trayek angkutan kota yang saling tumpang tindih.

 b. Terminal Perbatasan difungsikan sebagai tempat mengendalikan lalu lintas

karena dapat mengurangi lalu lintas angkutan umum menuju ke Kota Tangerang dan sebagai titik transfer mobilisasi penumpang dari wilayah perbatasan ke pusat Kota Tangerang serta sebagai orientasi asal/tujuan bagi trayek pengumpan jalur busway (feeder busway).

 Adapun pengembangan terminal perbatasan di wilayah Kota Tangerang meliputi antara lain :

a. T E R M I N A L J A T A K E    yang difungsikan sebagai titik transfer angkutan KOKAB dari arah Bitung dan sekitarnya serta sebagai orientasi asal/tujuan bagi trayek pengumpan jalur busway menuju Terminal Poris Plawad.

b. TERMINAL CA DAS   yang menggantikan terminal pasar baru difungsikan sebagai titik transfer angkutan KOKAB dari arah Mauk, Kotabumi, Cadas dan sekitarnya serta sebagai orientasi asal/tujuan bagi trayek pengumpan jalur busway menuju Terminal Poris Plawad.

(13)

4. PROGRAM PENGEMBANGA N SISTEM PRIMER JA RINGAN PELA YANAN ANGK UTAN PENUMPANG UMUM

Pada hakekatnya pengembangan sistem primer jaringan pelayanan angkutan penumpang umum merupakan perubahan yang mendasar pola pelayanan angkutan penumpang umum terutama angkutan AKAP dan Bus Kota yang beroperasi di wilayah Kota Tangerang. Adapun konsep dasar pengembangan program ini adalah sebagai berikut :

a. Dengan terbangunnya jaringan jalan STA 11 yang menghubungkan Tol

Jakarta Merak – Benteng Betawi – Tol Prof Sedyatmo ataupun terbangunnya  jaringan jalan STA 15 yang dikenal sebagai JORR 2 yang menghubungkan BSD  –  Tol Jakarta Merak  –  Bandara Soekarno Hatta merupakan sumber daya dalam mengembangkan sistem primer jaringan pelayanan angkutan penumpang umum dimana Bus AKAP dan Bus Kota yang menghubungkan Kota Tangerang dengan daerah lain diarahkan pada jaringan jalan dimaksud menuju ke Terminal Poris Plawad.

 b. Konsep tersebut akan berdampak mengurangi kepadatan lalu lintas yang

melintas di pusat kota yakni jalan M.H. Thamrin atau jalan Imam Bonjol serta Jalan Sudirman.

c. Selain dari itu konsep tersebut dapat secara signifikan mengoptimalkan

(14)

perubahan pola pergerakan angkutan, dimana akan menghilangkan transfer penumpang di sepanjang ruas jalan Sudriman, MH. Thamrin maupun Imam Bonjol sehingga para penumpang secara sistem diarahkan melakukan pindah moda angkutan di Terminal Poris Plawad.

5. PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN LINTAS DAN TERMINAL

A N G K U T A N B A R A N G  

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh angkutan barang adalah belum tersedianya jaringan lintas yang representatif dimana pilihan jalur untuk lalu lintas angkutan barang pada jaringan jalan kota terbatas.

 Adapun konsep dasar pengembangan program pengembangan jaringan lintas dan terminal angkutan barang adalah sebagai berikut :

a. Dalam mengembangkan jaringan lintas angkutan barang sumber daya yang

dibutuhkan adalah adanya sistem jaringan jalan yang menghubungkan langsung ke pusat-pusat kegiatan pembangkit dan penarik distribusi barang (industri, pergudangan, bandara).

 b. Berdasarkan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada sesuai dokumen

RTRW Kota Tangerang menunjukkan sistem jaringan jalan yang terbentuk sangat menunjang Konsep tersebut, dimana secara makro adanya pola jalan circular yang memungkinkan pengembangan jaringan lintas angkutan barang melalui ruang-ruang kegiatan distribusi barang dan kondisi demikian akan sangat mengeliminir lalu lintas angkutan barang yang selama ini menjadi salah satu komponen utama yang berkonstribusi pada kurang lancarnya arus lalu lintas di pusat-pusat kota

c. Selain dari pengembangan jaringan lintas maka guna mengoptimalkan

(15)

memiliki jaringan pelayanan yang terintegrasi dengan sistem kepelabuhan sehingga kecepatan, kepastian dan biaya distribusi barang menjadi lebih efisien.

d. Dengan terbentuknya sistem jaringan lintas dan terminalisasi angkutan

barang diharapkan lebih menjamin kelancaran distribusi barang sehingga pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi kota Tangerang untuk berkompetisi dalam menarik investor.

E. POLA TRANSPORTASI MAKRO KOTA TANGERANG

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien perlu kiranya perencanaan sistem transportasi dilakukan secara komprehensif yang selanjutnya dapat diwujudkan dalam Pola Transportasi Makro suatu wilayah yang bertujuan untuk menetapkan Rencana Induk Sistem Jaringan Transportasi suatu wilayah.

(16)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalam meningkatkan pelayanan transportasi di Kota Tangerang kedepan perlu adanya pengembangan Pola Transportasi makro Kota Tangerang yang merupakan integrasi dari berbagai program pengembangan transportasi di wilayah Kota Tangerang sebagai satu kesatuan sistem yang meliputi antara lain :

1. Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

2. Pengembangan Sistem Terminal Perbatasan 3. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal

4. Pengembangan sistem Primer Angkutan Penumpang Umum 5. Pengembangan Jaringan Lintas dan Terminal Angkutan Barang

Dengan terbentuknya Pola Transportasi Makro Kota Tangerang diharapkan pembangunan sektor transportasi menjadi lebih terarah yang menjamin kelancaran mobilitas orang dan barang di wilayah Kota Tangerang secara efektif dan efisien sehingga secara signifikan akan dapat meningkatkan produktivitas kota.

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama, dapat disimpulkan sebagi berikut: (1) informan memiliki sikap positif terhadap

Basis data adalah suatu kumpulan data terhubung yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu kerangkapan data

o Counterflow Heat Exchanger. Fluida-fluida yang mengalir pada heat exchanger tipe ini berada saling sejajar, akan tetapi memiliki arah yang saling berlawanan. Desain

bersifat asosiatif kausal dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pedagang pasar sebanyak 2108 pedagang. Teknik sampling yang digunakan adalah

Melalui penerapan strategi pembelajaran action learning dengan media video dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi menunjukkan sikap terhadap globalisasi di

Model pengukuran ( outer model ) adalah model yang menghubungkan variabel laten dengan variabel manifest. Untuk variabel laten Kesadaran Wajib Pajak terdiri dari 3

Penulis pun berusaha untuk banyak bertanya dan belajar dengannya bagaimana cara memvisualkan suatu pengalaman atau rasa ke dalam karya dua dimensi, membuat sebuah konsep, dan

1. Kelompok pengerajin dan wanita tani belum memiliki jiwa wirausaha yang tinggi sehingga belum bisa membaca dan memanfaatkan peluang dan potensi yang bisa dihasilkan