• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

kependudukan. Sejak 2004, program Keluarga Berencana (KB) dinilai berjalan

lamban, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada tahun 2010

berdasarkan sensus penduduk mencapai 237 juta jiwa. Ledakan penduduk disadari

akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya manusia.

Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha keras menekan angka

kelahiran hingga di bawah 4,5 juta jiwa per tahun (BKKBN, Jakarta, 2011).

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan

kinerja program KB tahun 2007-2012 menunjukkan berjalan stagnan. Hal ini

disebabkan sejumlah indikator krusial yang ditargetkan pada tahun ini ada

penurunandan kurang tercapai. SDKI 2012 menunjukkan perjalanan KB selama lima

tahun stagnan dengan hasil ini bisa dipastikan sejumlah target pembangunan

millennium (MDGs) pada tahun 2015 nanti hampir ada penurunan kurang tercapai.

SDKI 2012 mencatat, rata-rata dari 100 perempuan usia subur yang menjadi peserta

KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/ CPR) hanya mencapai 61,9 % selain CPR

BKKBN juga mengalami penurunan dalam memenuhi target pemenuhan rata-rata

wanita usia subur melahirkan anak (Total Fertality Rates/TFR) kisaran 2,6 per

(2)

penurunan mencapai target 2,4% pada tahun ini dengan TFR 2,6 rata-rata pasangan

usia subur, di Indonesia rata-rata masih memiliki 2-4 anak dengan kondisi yang

dihadapi pada saat ini hampir mustahil target TFR 2,1 pada tahun 2015 nanti bisa

diraih pasalnya untuk mencapai TFR 2, syaratnya pemerintah harus bisa

meningkatkan CPR minimal 68% terus terang untuk menaikkan CPR dari 61,9%

menjadi 68% dalam jangka waktu sekitar kurang dari 3 tahun sangat berat sekali.

Indikator yang paling menunjukkan pelaksanaan KB ada penurunan

dijalankan pemerintah adalah kurang terlayaninya pasangan usia subur yang ingin ber

KB (unmeet need) ada penurunan yang kurang memenuhi target. SDKI 2012

menunjukkan unmeet need pada tahun ini mencapai 8,9 % atau hanya turun 0,02%

dari SDKI 2007 yaitu 9,1% dengan raihan seperti ini, secara teori mustahil untuk

mencapai target unmeet need pada 2015 menjadi 5%. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan pemerintah kabupaten/ kota ada penurunan dalam membina peserta KB

baru untuk terus bertahan untuk ber KB sehingga peserta putus KB ditengah jalan

(drop out rate) tinggi (Jurnal Keluarga BKKBN, 2012).

Diharapkan hal tersebut sejalan dengan Millenium Development Goals

(MDGs) merupakan target kesepakatan dunia berkaitan dengan arah pembangunan

global untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan terencana di segala

bidang oleh setiap negara sampai tahun 2015.

Salah satu program untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yakni

melalui program Keluarga Berencana (KB). Program KB memiliki peranan dalam

(3)

kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah pasangan usia

subur (PUS). Program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan

mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan

jarak kelahiran dengan program KB (Manuaba, 2010).

BKKBN mengalami perubahan peran dari Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional. Perubahan ini tentunya diperlukan konsolidasi internal organisasi secara

terus menerus mengingat tantangan pelaksanaan program kependudukan dan keluarga

berencana khususnya di era desentralisasi ini cukup berat. Penduduk dunia pada

Tahun 2011 tepatnya dibulan Oktober telah mencapai 7 milliar. Alasan Indonesia

sendiri memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap jumlah penduduk dunia.

Hal ini ditandai dengan posisi Indonesia sebagai negara peringkat keempat penduduk

terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.

Sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia

mencapai 237 juta jiwa dan pada tahun 2011 sudah berkembang mencapai sekitar

240 juta jiwa. Angka ini lebih besar sekitar 3,5 juta jiwa dari perkiraan proyeksi

penduduk yang dilakukan di tahun yang sama sebesar 234,2 juta jiwa. Sedangkan

angka laju pertumbuhan juga sedikit mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,49

persen per tahun pada periode tahun 2000-2010, menjadi sebesar 1,47 persen pada

periode sebelumnya (tahun 1990-2000). Hal ini menjadi tantangan tersendiri,

terutama bagaimana mengatasi kesenjangan akses pada pelayanan kesehatan,

(4)

Sebagai langkah lanjut maka kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38

tahun 2007 Rincian setiap bidang urusan Pemerintah ini mencakup bidang, sub

bidang sampai dengan sub sub bidang. Rincian lebih lanjut dari sub bidang pemangku

kepentingan terkait mengamanatkan bahwa urusan KB dan keluarga sejahtera adalah

urusan wajib. Oleh karena itu, ketika tuntutan pengendalian penduduk melalui KB

menjadi suatu hal yang penting, maka pada bulan Juni tahun 1970 menjadi tonggak

bersejarah bagi perkembangan gerakan KB di Indonesia dengan terbentuknya sebuah

lembaga yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencanan Nasional (BKKBN) sebagai

pengendalian laju pertumbuhan penduduk berskala nasional. Dimana bagian ini bertugas menyusun paket informasi sesuai kondisi sosial, menyiapkan, dan

mengembangkan segmentasi sasaran dalam rangka peningkatan partisipasi KB baik

di kecamatan maupun didesa yang pelaksananya disebut PLKB (Petugas Lapangan

Keluarga Berencana) (Jurnal keluarga, 2012).

Pembangunan kependudukan dan KB berdasar kan undang undang no 52

tahun 2009 tentang perkembangan penduduk dan perkembangan keluarga BKKBN

telah beganti baju menjadi Badan Kependudukan dan KB Nasional.

Berdasarkan Undang undang NO 52 tahun 2009 maka sejak tahun 2010

BKKBN telah melakukan perubahan visi dan misi, yaitu Visi BKKBN adalah

“Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015”. Dan untuk mencapai Visi tersebut,

maka Misi yang ditetapkan adalah “Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan

(5)

PLKB dituntut untuk mampu melakukan pendekatan dengan masyarakat

sesuai dengan taraf kehidupan masyarakat tersebut. Misalnya, untuk para nelayan

maka PLKB harus mengetahui kehidupan kaum nelayan, demikian juga halnya

dengan kaum petani. Sehingga waktu melakukan pendekatan PLKB dapat

menyesuaikan cara komunikasi sesuai tingkat pendidikan/ pekerjaan. PLKB juga

harus berkomunikasi yang dengan menggunakan bahasa-bahasa yang harus

dimengerti untuk menjelaskan tujuan KB sehingga diharapkan akhirnya masyarakat

dapat menjadi peserta KB aktif.

Petugas PLKB memiliki tugas yang sulit dimana selain harus mengerti

kehidupan masyarakat kota dan desa mereka juga harus menguasai dunia kesehatan

selain itu juga harus mampu melakukan pendekatan ke pimpinan daerah untuk

menyampaikan sehubungan program KB (Jurnal Keluarga, 2012)

Menurut BKKBN Provinsi Sumatera Utara (2011), peran PLKB adalah

mengelola KB di Kecamatan, Desa maupun Kelurahan, sebagai penggerak

masyarakat dalam program KB, pemberdayaan masyarakat dalam program KB/KR

serrta penggalangan dan pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak dalam

pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional (PKBN). Sedangkan bentuk

kegiatan yang dilakukan PLKB sehubugan dengan pelayanan yang diberikan adalah

pelayanan alat kontrasepsi, pelayanan tribina (ketahanan keluarga), pelayanan

pemberdayaan ekonomi keluarga, dan pelayanan program KB maupun Kesehatan

(6)

Dari peran dan pelayanan PLKB diatas, masih terlihat beberapa masalah

diantaranya yaitu masih terjadi peningkatan penduduk Indonesia di beberapa wilayah

di wilayah Propinsi Sumatera Utara hingga Desenber 2012 tercatat sebanyak 194.237

Akseptor Peserta KB baru atau 50,2 % dari PPM 387.309 Akseptor.sedangkan

peserta KB yang telah berhasil di bina ( Peserta KB Aktif ) Tercatat

sebanyak1.457.908 Akseptor atau 67,9% dari junlah Pasanguan Usia Subur (PUS)

yaitu 2.145.921 pasangan..Hal ini menandakan bahwa masih kurangnya masyarakat

yang berpartisipasi dengan KB sedangkan PLKB terus menjalankan tugasnya untuk

menggalakkan program dan pembinaan KB, disisi lain pertambahan penduduk yang

cukup cepat diperkirakan akan mengancam ketahanan pangan nasional, tenaga kerja,

kesehatan dan kedepannya. Untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang

seimbang menurut kualitas, pemerintah terus menetapkan kebijakan KB dan PLKB

sebagai pelaksana (IPKB Media BKKBN Provinsi Sumut, 2012).

Sejalan dengan hal tersebut, dalam jurnal yang diteliti oleh Akhmad Zaeni

pada tahun 2006 mengenai Implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana di

Kabupaten Batang Jawa Tengah. Studi Kasus Peningkatan Kesertaaan KB Pria di

Kecamatan Gringsing diperoleh bahwa masih rendahnya kemampuan berkomunikasi

tenaga PLKB pelaksana di tingkat lapangan dalam memberikan penyuluhan tentang

permasalahan KB pria dan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana di tingkat

lapangan yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian,

usaha PLKB harus lebih giat lagi dalam wujud masyarakat bersedia menggunakan

(7)

Diharapkan juga dengan kinerja PLKB, terjadi peningkatan peserta KB aktif. Hal ini

juga menjai indikator untuk mengukur pencapaian kinerja PLKB, dimana dari tahun

ketahun harus terdapat peningkatan KB baru dan setelah menjadi KB Baru di

harapkan menjadi Peserta KB Aktif.

Begitu pula yang terjadi di salah satu Kabupaten yang terletak di Sumatera

Utara yaitu Kabupaten Simalungun, dimana merupakan salah satu kabupaten yang

terdiri dari 31 Kecamatan, 22 kelurahan dan 345 desa. Kabupaten ini memiliki luas

wilayah sebsar 4.386.60 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 875.886 jiwa.

Dalam menunjang pembangunan nasional dalam bidang kependudukan, KB

terus dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Hasil monitoring

(Rek.kec.F/I/DAL/10) kab Simalungun. Perkembangan peserta KB aktif Bulan

Desember 2012 PUS 147.318, PPM PA : 87.280, PA : 103.156, Peserta KB aktif jalur

Pemerintah: 68.441, jalur Swasta : 34,715 Jumlah pelayanan jalur Pemerintah dan

Swasta : 103.156, % PA/PUS 70,02 %, PA/PPM : 118,19%, IUD : 10.675; % :Penc.

12,23%, MOW : 14.678 Penc: 16,82%, MOP : 838, Penc : 0,96%, KDM : 6.990,

Penc: 8,01%, IMPL : 11.885, Penc : 13,62%, STK : 32.300, Penc : 37,01%, PIL :

25.790, Penc : 29,55%.

Pencapaian peserta KB Baru (PB) bulan Desember 2012 PPM : 21.394 Penc

PB: 1.935 (9,04%) / MI IUD Penc: 163 (0,76%) MOW: Penc: 15 (0,07%), MOP

Penc : (0%) KDM : Penc: 319 (1,49%) IMPL Penc : 219 (1,02%), Suntik Penc : 709

(3,31%), Pil Penc : 510 (2,38%).F/II/KB/08 Simalungun.

Dengan demikian dari target yang berhasil menjadi akseptor KB baru hanya

(8)

21.394 oleh BKKBN Kabupaten Simalungun.ini dapat disebabkan oleh beberapa hal

seperti masih ada PUS yang ingin memiliki anak lagi, menjelang menopause ataupun

tidak ber KB karena alasan tertentu.

Dari target tersebut diperoleh data kumulatif selama 6 bulan sebagai berikut:

Tabel 1.1. Perbandingan Jumlah PUS dan Akseptor KB Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Jenis Alat Kontrasepsi

Jumlah PUS

Agustus September Oktober November Desember

147.000 147.090 147.135 147.202 147.318 SUNTIKAN 28.772 29.200 29.305 29.417 32300 P I L 24.785 24.892 24.832 23.632 25790 MOW 13.900 14.000 14.323 14.323 14.678 IMPLANT 11.537 11.600 11.712 11.882 11.882 IUD 10.184 10.300 10.423 10.523 10.675 KOMDOM 5.661 5.881 5.961 5.961 6990 MOP 838 838 838 838 83 8 Jumlah akseptor KB 95677 96711 97403 96576 103156 PUS bukan peserta

KB 51323 50379 49723 50626 44162

Hamil 4735 4531 4754 5244 5442

Ingin anak segera

(IAS) 10374 15101 13112 13500 12039

Tidak ingin anak

tunda (IAT) 15192 14234 15198 15467 13007

Tidak ingin anak

lagi (TIAL) 21022 16513 16659 18415 13674

Unmet Need 41214 30747 31857 33882 26681

(Sumber : Perkembangan Peserta KB Aktif Kabuaten Simalungun 2012)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa masih terdapat selisih antara target

pencapaian akseptor KB dengan jumlah pengguna/akseptor KB dari bulan Agustus

sampai Desember tahun 2012, dengan selisih rata-rata sekitar 30%. Dengan demikian

(9)

sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan

antara target/sasaran dengan kenyataan dilapangan, padahal BKKBN menetapkan

bahwa PLKB harus memenuhi target dimana PUS 147.318 Peserata KB Aktif 95878

(70,2%), PUS bukan peserta KB 44162 (29,98%), Hamil 5.442 (12,32%), Ingin anak

segera 12039 (27,26%), Ingin anak tunda 13.607 (29,45%), yang tidak ingin memiliki

anak 13.674 (30,96%). Unmeet need 26.681 harus menjadi Akseptor KB aktif, hal

sesuai dengan visi BKKBN yaitu meningkatkan kesertaan dan Pembinaan KB di

wilayah dan sasaran khusus.

Masalah yang menjadi penyebab belum tercapainya target KB adalah

distribusi penyebaran tenaga PLKB yang belum menyeluruh secara merata karena

masih ada beberapa wilayah di Kabupaten Simalungun yang belum memiliki PLKB

seperti daerah Dolok Pardamean, PLKB Raya, PLKB Silimakuta dan PLKB Horison

(daerah pemekaran kecamatan yang baru), masalah lain adalah jumlah PLKB yang

tergolong minim dimana hanya terdapat 40 orang PLKB untuk seluruh wilayah

Kabupaten Simalungun yang terdiri dari 31 kecamatan 345Desa 22Kelurahan, dengan

kata lain setiap kecamatan hanya memiliki 1-2 orang PLKB. Padahal menurut Profil

Badan Keluarga Berencana Kabupaten Simalungun tahun 2011 jumlah PLKB yang

harus tersedia untuk mencakup seluruh wilayah Kabupaten Simalungun adalah 183

orang (minimal setiap wilayah memiliki 2-3 orang PLKB). Keterbatasan jumlah

PLKB ini dapat berdampak pada pemberian pelayanan dan pembinaan di wilayah

(10)

beberapa desa/kelurahan bisa tidak terjangkau setiap bulan, sementara evaluasi

pelaporan data akseptor KB dilakukan setiap bulan.

Dilihat dari profil PLKB Kabupaten Simalungun yang berjumlah 40 orang

yang semua PLKB merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan masa kerja

berkisar antara 20 tahun sampai 8 tahun masa kerja, dengan masa kerja yang

tergolong lama tersebut ditemukan kendala kerja PLKB seperti rata-rata berusia

diatas 40 tahun maka para PLKB memerlukan pelatihan yang berguna untuk

penyegaran kerja PLKB. Sedangkan kendala lain yaitu latar belakang pendidikan

PLKB dikabupaten Simalungun mayoritas berpendidikan Bidan D1 dan masih ada

PLKB yang berpendidikan sederajat dengan SMA yaitu SPK. (BKKB Simalungun,

2011).

Sementara itu jika dilihat dari potensi yang dimiliki 31 Kecamatan di

kabupaten Simalungun maka seharusnya kondisi yang terjadi adalah peranan

pemerintah dalam pembinaan KB dapat ditingkatkan melalui peningkatan jumlah

tenaga pembinaan dari Pengendali Petugas Lapangan Keluarga Berencana/PPLKB

Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB ke Institusi Masyarakat Pedesaan

Pembantu Petugas KB Desa /Sub Pembantu Petugas KB Desa (PPKBD)/Sub PPKBD

dan Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat Kelompok KB agar tercapai target pencapaian

Peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif, kesehatan reproduksi meningkat dan tidak

terjadi drop-out dalam menggunakan alat kontrasepsi, serta peningkatan kesadaran

para petugas dan KIE yang dapat dimengerti kepada masyarakat namun pelayanan

(11)

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan beberapa kendala yang

menyebabkan PLKB belum mencapai target jumlah tenaga PLKB yang relatif sedikit

yaitu hanya 40 orang PLKB menangani 31 kecamatan dan 345Desa 22Kelurahan di

Kabupaten Simalungun. Dengan kata lain 1 PLKB harus bertanggung jawab terhadap

sekitar 2000orang-4000orang PUS yang menjadi target akseptor KB. Pembinaan

PLKB secara personal yang masih kurang sehingga banyak dari peserta KB baru

berhenti dan tidak menjadi KB aktif yang disebabkan oleh kurang memperoleh

pelayanan dan pembinaan yang berkesinambungan dari penyuluh lapangan keluarga

berencana (PLKB).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti akan melakukan penelitian

tentang bagaimana pelayanan dan pembinaan yang dilaksanakan PLKB dalam

mencapai dan membina akseptor KB dengan mengambil judul : “Pengaruh Pelayanan

Program KB dan Pembinaaan Keluarga oleh PLKB terhadap Pencapaian Peserta KB

Aktif di Badan KB Kabupaten Simalungun 2013”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian

“Bagaimana Pengaruh Pelayanan Program KB dan Pembinaaan Keluarga oleh PLKB

terhadap Pencapaian Peserta KB Aktif di Badan KB Kabupaten Simalungun 2013”.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa “Pengaruh Pelayanan Program KB dan Pembinaaan

Keluarga oleh PLKB terhadap Pencapaian Peserta KB Aktif di Badan KB Kabupaten

(12)

1.4. Hipotesis

Ada Pengaruh Pelayanan Program KB dan Pembinaaan Keluarga oleh PLKB

terhadap Pencapaian Peserta KB Aktif KB di Badan KB Kabupaten Simalungun

2013.

1.5. Manfaat Penelitian

A. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Menjadi Referansi dan sebagai bahan Bacaan di perpustakaan.

B. Bagi Badan KB Kabupaten Simalungun

Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan

program pelyanan KB dan pembinaaan keluarga sebagai upaya perwujudan

misi BKKBN.

C. Bagi PLKB Kabupaten Simalungun

Dapat memberikan manfaat dan Pemhaman kepada para PLKB untuk dapat

membentuk strategi kerja sehingga dapat terus meningkatkan Pencapaian

Peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif

D. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Magister Kesehaan sekaligus

Peneliti dapat menerapkan ilmu atau teori pada waktu kuliah yang digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Diduga pneumonia mikoplasma mencapai 30-.. 50% dan pneumonia klamidia 10-20% kasus di antara penyebab pneumonia atipik. Pola infeksi bervariasi di setiap negara. Di Nigeria

belajar (BSNP, 2016). Mengacu pada pengertian pembelajaran tersebut dapat kita pahami.. bahwa dalam pembelajaran ada tiga unsur penting yaitu: 1) subjek, 2) aktivitas atau..

KETIGA : Referensi sosialisasi PKPI meliputi Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1999 tentang PKPI dan referensi lainnya yang berkaitan dengan PKPI, dan

Kedua, Dampak yang disebabkan oleh dualisme perbedaan pe nentuan awal bulan syawal 1427 H di organisasi ke aga maan NU berbeda-beda dan diklasifikasikan se bagai berikut: (1)

Metode yang paling umum dalam menganalisis nasabah yang mengajukan pembiayaan adalah metode analisis 5C ( Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral ).

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk membangun suatu sistem informasi pengelolaan haji dan umroh pada PT.Arwaniyah Tour dan Travel Kudus

Masyarakat memiliki tingkat kepentingan yang tinggi pada unsur-unsur pelayanan ini yang diindikasikan oleh nilai indeks harapan masyarakat yang tinggi (di atas

Komunitas Pustakawan Homogen Dalam Rangka Pemanfaatan Bersama Koleksi Antar Perguruan Tinggi: Prodi Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan Universitas Sebelas Maret