• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI

KABUPATEN SOLOK

Yurnelis 1Dr. Zainal Arifin, M.Hum2Dian Kurnia Anggreta, M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This thesis explain about society opinion of those doing the Marriage Sasuku in Nagari Air Dingin at Lembah Gumanti district at Solok regency who see couples daily life that having marriage sasuku and society perception of the couples that doing marriage sasuku. This study aimed to describe society views about marriage sasuku in Nagari Air Dingin at Lembah Gumanti district at Solok regency and describe the sanctions if the marriage sasuku had happened at Nagari Air Dingin society at Lembah Gumanti district at Solok regency. In doing this research, the writer use a fenomenologi theory that according to Alfred Schurt. This research use qualitative research approach using descriptive research type. Informants in this research is using purposive sampling technique that on purpose where is selected samples based on certain characteristics that needed in this research . Data were collected through observations and interviews. Data analysis was carried out interactively. Based on the results of this research that can be concluded that the society perception of marriage sasuku in nagari air dingin that society has to consider that the couples who do that marriage sasuku is considered as a person who does not have the traditional, crazy people, there are same with animals, and those that are not expected polite. Also resulted in his family life on the verge of contention, and also they have deformed in their generation that cause of the same genetics. Sanctions or fines for people who are given to couples who have marriage sasuku in Nagari air dingin as expelled from their village, ostracized from society, and even in wearing fine with paying as to kill one head of cattle ( cow, goat, buffalo ) and invite the whole peope of village for a bite to eat. It has been a tradition since formerly in Nagari Air Dingin.

Keyword : Perception, Society, Marriage, and Tribes.

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009

2Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(2)

PENDAHULUAN

Semua masyarakat di dunia tentu akan mengalami berbagai peristiwa penting semasa hidupnya. Peristiwa penting tersebut biasanya diperingati dengan berbagai bentuk upacara tradisional sebagaimana yang telah dibiasakan dalam kehidupan masyarakat (Ihromi, 2006: 140).

Peralihan yang terpenting dari semua manusia seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat remaja ketingkat hidup berkeluarga yakni perkawinan. Upacara perkawinan biasanya berlangsung melalui serangkaian kegiatan yang telah berpola dalam usaha mematangkan, melaksanakan, dan menetapkan sebuah perkawinan (Sukmasari, 1986: 9-14).

Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, sebab perkawinan itu tidak hanya mengikat kedua jenis laki-laki dan perempuan dalam suatu ikatan yang syah. Tetapi juga kedua belah pihak dari orang tua, saudara-saudaranya dan bahkan keluarga mereka masing-masing (Setiady, 2009: 225).

Dalam adat Minangkabau bentuk perkawinan yang dilarang adalah perkawinan sasuku (satu suku). Apabila perkawinan sasuku tersebut dilangsungkan maka kedua belah pihak akan dikenakan

sanksi dari hukum adat. Sanksi dalam hukum adat belum tentu sama dalam satu daerah dengan daerah lain. Walupun daerah tersebut masih berada dalam ranah Minangkabau. sesuai pepatah adat “ adat salingka nagari ”adat terbatas berlaku dalam daerah tertentu (Navis, 1986: 210).

Di Nagari Air Dingin masih terdapat pelanggaran-pelanggaran (penyimpangan) terhadap ketentuan adat tidak bolehnya melakukan perkawinan sasuku tersebut, hal ini tentunya tidak sesuai dengan apa yang telah diatur oleh hukum adat.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang perkawinan sasuku di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok

2. Mendeskripsikan sanksi jika terjadi perkawinan sasuku masyarakat Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Evi Etra 2000 yang judulnya Pandangan Masyarakat Tentang Ketentuan Adat Mengenai Perkawinan Sasuku Di Batang barus, Kecamatan Gunuang Talang, Kabupaten Solok.

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini ada keterkaitan

(3)

permasalahan yang penulis lakukan yakni tentang perkawinan sesuku yang menjadi pembicaraan orang banyak.

JENIS DATA DAN METODE

Penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan Maret sampai bulan September 2013.Tempat penelitian ini, di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif yang berusaha mengungkapkan dan memahami relitas yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi real di lapangan. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara, yang mencari data secara kompleks.

1. Persepsi Masyarakat Tentang Perkawinan Sasuku Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok

Dalam masyarakat Nagari Air Dingin bentuk perkawinan yang berlaku adalah eksogami suku. Eksogami suku artinya seseorang masyarakat tidak boleh mengawini atau mengambil pasangan hidupnya dar kelompok suku yang sama.

Sesuku adalah memiliki suku yang sama yang di ambil berdasarkan garis keturunan ibu.

Di Nagari Air Dingin terdapat 3 (Tiga) pasang orang yang melakukan perkawinan sasuku, dimana orang yang melakukan perkawinan sasuku itu adalah suku

kutianye (jambak), malayu, dan caniago.

Orang yang melakukan perkawinan tersebut tidak semua yang melaksanakan perkawinan di Nagari Air Dingin tapi ada yang melaksanakan pernikahan di daerah lain. Karena yang mereka tahu bahwa di nagarinya dilarang melaksanakan perkawinan sesuku. bagi orang yang melaksanak perkawinan sesuku di Nagari Air Dingin harus siap-siap untuk memasang muka tebal untuk menerima omongan dan gunjingan para masyarakat dimana pasangan tersebut tinggal seperti yang terdapat di Nagari Air Dingin ini. a. Perkawinan Sesuku dianggap

masyarakat Sebagai Menikah Dengan Saudara Sendiri.

Masyarakat yang melakukan perkawinan sesuku adalah orang yang dianggap sebagai orang yang melakukan perkawinan dengan saudaranya sendiri. Oleh sebab itu orang yang mempunyai suku yang sama seharusnya saling menjaga kehormatann suku yang dipegangnya agar tidak menjadi bahan pembicaraan orang banyak.

(4)

b. Perkawinan Sesuku dianggap Tidak Mematuhi Adat

Di Nagari Air Dingin salah satu perkawinan yang dilarang adalah perkawinan sesuku, perkawinan sesuku dari dulunya sudah tidak boleh. Karena pasanagan yang melakukan perkawinan sesuku dianggap oleh masyarakat Nagari Air Dingin adalah orang gila dan orang yang yang tidak mempunyai adat dan tradisi, sebab orang yang sesuku berarti bersaudara. Dan bahkan mereka tidak tahu apa dampak dari perbuatan yang mereka lakukan. Orang yang mempunyai suku yang sama, maka mereka dianggap sebagai saudara.

c. Perkawinan Sesuku dianggap Sebagai Orang Gila

Orang yang melakukan perkawinan sesuku di Nagari Air Dingin ini ada sebagaian masyarakat yang menggap orang yang kawin sesuku itu sebagai orang gila dan oarnga yang tidak mempunyai adat tradisi. Padahal orang tersebut juga tidak tau kalau akibat dari perbuatannya akan merusak tali persaudaraan antara keluarganya dan juga berdampak terhadap keturunannya (anak), selain itu juga berdamapk terhadap rumah tangganya seperti jadi bahan gunjingan orang banyak.

d. Perkawian Sesuku dianggap Sebagai Binatang

Orang yang melakukan perkawinan sesuku di Nagari Air Dingin ada yang dianggap oleh masyarakat sebagai bintang yang bisa saja melakukan perkawinan diantara mereka, karena bintang tidak mempunyai adat dan tradisi, sedangkan manusia mempunyai adat dan tradisi. jadi dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan perkawinan sesuku di Nagari Air Dingin dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai adat dan tradisi oleh masyarakat nagari.

d. Perkawinan Sesuku dianggap Tidak Sopan

Di Nagari Air Dingin kawin sesuku tidak di bolehkan, namun ada kenyataannya bahwa sudah ada terdapat tiga pasang masyarakat Nagari Air Dingin yang melakukan perkawinan sesuku, generasi muda Cuma bisa berbicara seperti itu karena apa yang penulis dapatkan dari lapangan bahwa mereka juga kurang tahu kalau perkawinan sesuku itu perkawinan yang dilarang menurut adat tradisi di nagari kami.

2. Sanksi Perkawinan Sasuku di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok

Denda atau sanksi adat yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan perkawinan sesuku di Nagari Air Dingin seperti di usir dari kampung dan di kucilkan dari kehidupan keluarga dan

(5)

lingkungan masyarakat. Karena orang tersebut sudah berusaha melanggar aturan hukum adat tentang larangan dalam melakukan perkawinan. Serta menyemblih satu ekor hewan ternak (sapi, kambing, atau kerbau). Pasangan yang melakukan perkawinan sesuku tersebut juga tidak akan dibawa dalam berbagai urusan karena pasangan tersebut sudah tidak bisa di percaya lagi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Nagari Air Dingin Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, yaitu pertama Persepsi masyarakat tentang perkawinan sesuku di Nagari Air Dingi Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, orang yang kawin sesuku di anggap sebagai orang yang tidak mempunyai adat, orang yang di anggap gila, orang yang sama dengan binatang, dan juga orang yang tidak mempunyai aturan adat dan tradisi. Kedua Bagi orang yang melakukan perkawinan sesuku di Nagari Air Dingin diberikan sanksi atau denda oleh pemuka adat atau orang ampek

jinih seperti di usir dari kampung,

dikucilkan dari kehidupan masyarakat, dan bahkan juga di kenakan denda dengan membayar seperti menyemblih satu ekor ternak (sapi, kambing, kerbau) serta

mengundang orang sekampung untuk makan-makan.

DAFTAR PUSTAKA

Ihromi T.O. 2006. Pokok-Pokok

Antropologi Budaya. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Navis A.A. 1986. Alam Terkembang Jadi

Guru. Jakarta : Gratifitipers

Sukmasasi Fiony. 1986. Perkawinan Adat

Minangkabau. Jakarta: Karya

Indah

Setiady, Tolib. 2009. Intisari Hukum Adat

(6)

Referensi

Dokumen terkait

'DODP PHQHPXNDQ OLOLWDQ JDULV DQWDUD GXD [ RUDQJ QRUPDO DNDQ PHQHPXNDQ JDULV \DQJ PHQJKXEXQJNDQ ZDUQD XQJX GDQ RUDQJH GDQ SHQGHULWD JDQJJXDQ SHQJOLKDWDQ PHUDK KLMDX PHQHPXNDQ JDULV

Sehingga secara konkret, apabila menghadapi orang yang sedang mengalami krisis, kita harus melihatnya secara lengkap, utuh dalam keseluruhan sebagai manusia yang perlu

Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan

17 Pada laporan kasus ini terdapat riwayat adanya kutil yang tumbuh dengan lambat selama 12 tahun dan pasien ser in g beker ja di sawah tan pa menggunakan alas kaki,

Analisis fasa dan kandungan mineral dilakukan pada pellet geopolimer yang memiliki kuat tekan tertinggi untuk metode sintesis geopolimer dengan variasi NaOH kecuali untuk

Maka dari itu peneliti ingin meneliti bagaimana kemampuan mereka dan faktor ketidakmampuan mereka dalam membacakan aksara han dan objek yang akan diteliti oleh peneliti adalah anak

Kartu reagen memiliki 3 jenis yaitu GN (Gram-Negatif) yang digunakan untuk mengidentifikasi secara langsung bakteri Gram- negatif, GP (Gram-Positif) yang digunakan

Yang dimaksud dengan memberikan pendidikan adalah memberikan pendidikan atau pengajaran tentang bahaya akibat penyalahgunaan NAPZA termasuk kedalam pendidikan