• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Literatur Tentang Buku 2.1.1. Pengertian Buku

Kata buku pasti sudah tidak asing lagi, bahkan benda ini digunakan dalam berbagai aktifitas sehari-hari. Namun apa sebenarnya buku itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (218) “buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong”.

Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, buku adalah :

semua tulisan dan gambar yang dilukis atau ditulis atas segala macam lembaran papyrus, lontar, perkamen dan kertas dengan segala macam bentuknya : berupa gulungan, di lubangi dan diikat atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, kayu. (5389)

2.1.2. Fungsi dan Peranan Buku Dalam Kehiduan Sosial 1. Memperluas wawasan,

2. Memberikan pengetahuan baru,

3. Memperdalam pengetahuan sebelumnya, 4. Memberikan inspirasi baru, dan

5. Mendorong untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki. 2.1.3. Sejarah Perkembangan Buku

Basuki menjelaskan buku pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses pembuatan batu bata di masa kini. Buku tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar tahun 2000 SM. Penduduk sungai Nil, memanfaatkan batang papirus yang banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi sungai Nil untuk membuat buku Gulungan batang papirus tersebut yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan seperti yang kita kenal sekarang ini. Orang Romawi juga menggunakan model gulungan dengan kulit domba. Model dengan kulit domba ini disebut perkamen. Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi.

(2)

Kemudian bentuk buku berubah menjadi lenbar-lembar yang disatukan dengan sistem jahit yg disebut codex. Codex merupakan cikal bakal lahirnya buku modern seperti sekarang ini. Di cina, Pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Lalu dicetak dan dijemur. Setelah mengering, bubur berubah menjadi kertas. Pada tahun 751, pembuatan kertas tersebut telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tengah. Beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai tawanan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab, setelah kembali ke negerinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Dari sejarah pembuatan kertas tersebut lah, maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang. Dengan perkembangan zaman dan teknologi, hingga akhirnya, kita menjumpai buku-buku yang seperti sekarang kita gunakan (3).

2.1.4. Jenis-jenis Buku 1. Buku Fiksi

“Buku fiksi adalah karangan yang di dalamnya terdapat unsur khayal atau imajinasi pengarang” (Hasani 21).Menurut Altenbernd dan Lewis karangan fiksi sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia (dikutip dalam Nurgiyantoro 2-3). Di lain pihak ”fiksi, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa” (Sudjiman 17). Dalam hal ini, Sudjiman menjelaskan bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi seorang pengarang yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti tokoh, alur, dan lainnya. Unsur-unsur tersebut saling berkesinambungan agar terjadinya sebuah cerita.

2. Buku Non Fiksi

”Buku nonfiksi adalah karangan yang berupa data dan fakta. Jadi tidak ada unsur imajinasi pengarang” (Hasani 21). Dalam hal ini, Aceng Hasani memberikan batasan

(3)

bahwa sebuah karangan dapat digolongkan ke dalam karangan nonfiksi apabila didalamnya terdapat data-data yang dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, karangan nonfiksi juga disusun melalui fakta-fakta yang secara nyata terjadi di lapangan tanpa adanya unsur imajinasi dari pengarang. Sedangkan, “karangan nonfiksi adalah tulisan yang disusun berdasarkan kenyataan” (Mulyati 73).

2.2. Pengertian Wisata Budaya

Kata pariwisata sudah tidak asing lagi di tengah masyarakat, kata pariwisata itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti seluruh, semua dan penuh, wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah, di suatu atau di beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula.

Menurut Soekadijo, pariwisata adalah :

segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan datang (2).

Menurut Pendit, Wisata dibagi kedalam beberapa jenis:

wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata bahari dan masih banyak lagi. Wisata budaya menurut Pendit merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka (42-48).

2.2.1. Fungsi dan Peranan Wisata Budaya dalam Kehidupan Sosial

Fungsi dan peranan wisata budaya adalah dapat membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat

(4)

lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Dari interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, menggalakkan ekonomi.

2.2.2. Unsur Wisata Budaya 1. Bahasa

“Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia” (Keraf 1).

2. Masyarakat

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. 3. Kerajinan Tangan atau seni kriya

Menurut Haryono, seni kriya adalah :

cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bahasa Sansekerta) yang berarti “mengerjakan”, dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni.

4. Seni Musik dan Kesenian

Menurut Jamalus, seni musik adalah :

suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan (1).

5. Sejarah

Sejarah adalah “record of the whole human experience”. Dimana pada hakikatnya sejarah merupakan catatan seluruh pengalaman, baik secara individu maupun kolektif. 6. Teknologi.

(5)

proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk, produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari sistem (62).

7. Agama.

Menurut Anshari, agama adalah:

berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua kata : “A” artinya tidak, dan “Gama” artinya kocar-kacir, berantakan, yang sama artinya dengan perkataan “chaos”. Jadi artinya kata agama itu adalah teratur, beres, yakni suatu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun suatu yang gaib, mengenal budi pekerti, pergaulan hidup bersama dan lain-lain (2).

8. Pendidikan

“Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan” (Soekidjo Notoatmodjo 16).

9. Aktifitas pada waktu senggang 10. Makanan

11. Bentuk dan Karakteristik Arsitektur 12. Tata Cara berpakaian

2.3. Pengertian Fotografi

Fotografi berasal dari bahasa Yunani yaitu “photos” dan “graphos”. Photos artinya cahaya atau sinar, sedangkan “graphos” artinya lukis/gambar. Jadi fotografi adalah proses dan seni pembuatan gambar dengan cara melukis dengan sinar cahaya pada sebuah bidang film atau permukaan yang dipetakan. Fotografi adalah bahasa gambar.

2.3.1. Sejarah Fotografi

Daventport menjelaskan pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang

(6)

gelap terdapat lubang kecil, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.

Kamera mulai diperkenalkan ketika para pelukis menghadapi masalah untuk merekam gambar sekitar abad 17 dan 18. Oleh karena itu mereka menciptakan kamera Obscura untuk memudahkan merekam gambar. Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam mengamati pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya “Heliogravure” di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah image yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya.

Merasa kurang puas dengan penemuan sebelumnya, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.

Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan air suling.

Foto pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis Jacques Mande Daquerre merupakan bapak fotografi dunia. Kamera Obcura merupakan kamera yang pertama kali yang dipakai untuk menggambar kemudian memotret. Tahun 1900 seorang Juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar ukurannya beratnya 1,400 pound. Lens seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau memindahkannya tenaga manusia sebanyak. 15 orang diperlukan. Kamera ini

(7)

menggunakan film sebesar 4 ½ x 8 kaki dengan bahan kimia sebanyak 10 galon digunakan ketika memprosesnya.

Kamera Kodak pertama kali ditemukan oleh Snapshooter 1888 di Amerika. Konstribusi fotografi ke dunia film pertama kali di pelopori oleh Eadward Muybridge. Flash atau lampu kilat pertama kali ditemukan oleh Harold E. Edgerton pada tahun 1938. Memotret benda-benda mati disebut dengan still life. Penemu film negative adalah John Hendri Fox Talbot dari inggris. Film tersebut dibuat selama 40 detik dibawah terik matahari.

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. (3)

2.3.2. Komposisi Fotografi

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk, warna, terang dan gelap. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact (sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto). Dengan komposisi, foto akan tampak lebih menarik dan enak dipandang dengan pengaturan letak dan perbandingan objek-objek yang mendukung dalam suatu foto. Dengan demikian perlu menata sedemikian rupa agar tujuan dapat tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu mengejutkan. Dalam komposisi selalu ada satu titik yang pertama menarik perhatian. 2.3.2.1.Tujuan Mengatur Komposisi Dalam Fotografi

1. Dapat membangun “mood” suatu foto yang menjadi tujuan pemotretan dan keseimbangan keseluruhan objek foto.

(8)

2. Menyusun perwujudan ide menjadi sebuah penyusunan gambar yang baik sehingga terwujud sebuah kesatuan (unity) dalam karya.

3. Melatih kepekaan mata untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah rasa estetik dalam pribadi pemotret.

2.3.2.2.Penerapan Komposisi Dalam Pemotretan

1. Rule of Thirds (Sepertiga Bagian / Rumus Pertigaan)

Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum dilakukan dimana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.

Gambar 2.1. Rule Of Third 2. Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle )

Dalam fotografi, agar foto yang kita hasilkan memiliki nilai dan terkesan indah harus diperhatikan mengenai masalah penggunaan sudut pengambilan gambar yang baik. Dalam fotografi dikenal 3 sudut pengambilan gambar yang mendasar, yaitu:

a. Bird Eye.

Sudut pengambilan gambar ini, posisi objek dibawah / lebih rendah dari kita berdiri. Biasanya sudut pengmbilan gambar ini digunakan untuk menunjukkan apa yang sedang dilakukan objek (HI), elemen apa saja yang ada disekitar objek, dan pemberian kesan perbandingan antara overview (keseluruhan) lingkungan dengan POI (Point Of Interest).

(9)

Gambar 2.2. Bird Eye b. High Angle.

Pandangan tinggi artinya, pemotret berada pada posisi yang lebih tinggi dari objek foto.

Gambar 2.3. High Angle c. Eye Level.

Sudut pengembilan gambar yang dimana objek dan kamera sejajar/sama seperti mata memandang. Biasanya digunakan untuk menghasilkan kesan menyeluruh dan merata terhadap background sebuah objek, menonjolkan sisi ekspresif dari sebuah objek (HI), dan biasanya sudut pemotretan ini juga dimaksudkan untuk memposisikan kamera sejajar dengan mata objek yang lebih rendah dari pada kita misalnya anak – anak.

(10)

d. Low Angle

Pemotretan dilakukan dari bawah. Sudut pemotretan yang dimana objek lebih tinggi dari posisi kamera. Sudut pengembilan gambar ini digunakan untuk memotret arsitektur sebuah bangunan agar terkesan kokoh, megah dan menjulang. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat pula digunakan untuk pemotretan model agar terkesan elegan dan anggun.

Gambar 2.5. Low Angle e. Frog Eye

Sudut penglihatan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di dasar bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak dihadapkan ke atas. Biasanya memotret seperti ini dilakukan dalam peperangan dan untuk memotret flora dan fauna.

Gambar 2.6. Frog Eye

3. Field Of View

Beberapa jenis komposisi yang umum digunakan dari segi ukuran (field of view) yang akan diambil adalah sebagai berikut :

a. Extreme Close Up

Pengambilan gambar yang sangat dekat sekali dengan objek, sehingga detil objek terlihat jelas.

(11)

Gambar 2.7. Extreme Close Up b. Head Shot

Pengambilan gambar sebatas kepala hingga dagu.

Gambar 2.8. Head Shot c. Close Up.

Pengambilan gambar dari atas kepala hingga bahu.

Gambar 2.9. Close Up d. Medium Close Up.

(12)

Gambar 2.10. Medium Close Up

e. Mid Shot

Pengambilan gambar dari atas kepala hingga pinggang.

Gambar 2.11. Mid Shot f. Medium Shot

Pengambilan gambar dari atas kepala hingga lutut.

Gambar 2.12. Medium Shot g. Full Shot

Pengambilan gambar dari atas kepala hingga kaki.

(13)

h. Long Shot

Pengambilan gambar dengan memberikan porsi background atau foreground lebih banyak sehingga objek terlihat kecil atau jauh.

Gambar 2.14. Long Shot 2.3.3 Traveling Photography

Traveling photography merupakan bagian dari bidang fotografi yang berkaitan dengan dokumentasi pemandangan suatu kawasan, kebudayaan suatu kelompok masyarakat berikut adat istiadatnya berikut sejarah peradabannya. Hasil rekaman sang fotografer bisa membantu mereka yang melihatnya sebagai gambaran umum dari suatu kawasan tujuan wisata. Foto perjalanan memudahkan wisatawan untuk mengingat kembali hasil rekamannya pada masa-masa paling berharga serta mengesankan yang dirasakannya saat berlibur dalam bentuk foto. Gambaran dari pemandangan alam, kegiatan keseharian sekelompok masyarakat pada tempat-tempat yang pernah dikunjunginya. Juga berbagai kehidupan flora dan fauna, sajian kuliner nikmat, berbagai pertunjukan menarik, gaya hidup atau hal-hal lain dari suatu wilayah khusus.

2.4. Tinjauan Literatur Tentang Layout 2.4.1. Pengertian Layout

Menurut Rustan, Layot adalah:

Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya. Me-layout adalah salah satu proses/ tahapan kerja dalam desain. Dapat dikatakan bahwa desain merupakan arsiteknya, sedangkan layout pekerjanya. Namun definisi layout dalam

(14)

perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak orang mengatakan bahwa me-layout sama dengan mendesain (4:0).

2.4.2. Sejarah Perkembangan Layout

Rustan menjelaskan sejarah layout dimulai dari 25.000 tahun S.M. di mana para pemburu yang hidupnya berpindah-pindah di jaman Paleolitikum sampai Neolitikum melukisi dinding gua dengan objek-objek binatang. Peristiwa pemburuan, dan bentuk-bentuk lain. Kurang lebih 1.500 tahun S.M. bangsa Mesir memulai mengenal sistem tulisan hieroglyph dan menggunakan papirus sebagai kertasnya. Sementara itu di Cina, masyarakatnya mengembangkan sistem tulisan yang menggunakan lebih dari 40.000 karakter. Orang-orang terpelajar dan Phoenicia (sekitar Syria, Yordania, Israel, Palestina, dan Lebanon) melakukan sebuah inovasi yang luar biasa : menciptakan sistem tulisan yang tadinya menggunakan lebih dari 500 karakter menjadi hanya 22 karakter saja. Sistem tulisan ini disebut Cuneiform. Bangsa Yunani lalu mulai mengadopsi sistem Cuneiform sekitar tahun 800-900 S.M. Karakter dalam tulisan Yunani selanjutnya digunakan oleh orang-orang Romawi dengan beberapa penyesuaian untuk menuliskan literatur mitologi, filsafat dan kepercayaan mereka.

Diabad petengahan hanya sedikit yang bisa dibaca, selain masih banyak orang yang buta huruf. Diseluruh Eropa hanya ada kurang dari 50.000 literatur dan hanya para birawan dan segelintir orang yang sangat kaya mampu memilikinya. Pada pertengahan abad ke-12, setelah 600 tahun invansi, migrasi dan hubungan dengan Cina, orang-orang Eropa mulai mengenal cara pembuatan kertas yang paling murah. Pabrik kertas pertama didirikan di Fabriano, Italia tahun 1276. Lalu di Troyes, Prancis tahun 1348. Peristiwa yang paling bersejarah adalah pada tahun 1450, saat seorang penemu berkebangsaan Jerman bernama Johann Gensfleisch Zum Gutenberg menggembangkan suatu sistem pencetakan: moveable type, yang dapat memproduksi ribuan hasil cetakan di atas kertas dalam waktu yang singkat. Dalam kurun waktu 13 tahun setelahnya, teknologi percetakan telah menyebar ke seluruh Eropa. Muncullah Broadsides, selembar kertas yang dicetak pada salah satu sisinya, menjadi surat kabar yang pertama.

(15)

Perkembangan teknologi pencetakan mendorong eksplorasi ide-ide dalam bidang desain dan tipografi. John Baskerville tahun 1600-an, dan François Didot serta Gimbattista Bodoni tahun 1.700-an menciptakan huruf yang lebih berkesan ringan, geometris, dan serif yang tebal-tipisnya kontras. Pada tahun 1820-an muncul katalog pertama sebagai media penawaran produk. Jurnal-jurnal sastra dan filsafat banyak beredar ditengah masyarakat dan media-media itu menjadi cikal bakal majalah modern yang kita kenal sekarang. Tahun 1826, Joseph Niépce memperkenalkan fotografi yang pertama. Fotografi memberi dimensi baru terhadap materi cetakan; yang dulunya katalog hanya berisi teks saja, kini orang dapat melihat foto produknya. Art Nouveau muncul di Prancis sebagai dampak teknologi pencetakan warna lithography yang makin berkembang.

Aliran kubisme pada seni rupa mulai bangkit berkat Pablo Picasso sekitar tahun 1907-an. Bentuk-bentuk berkembang ke pola abstrak. Lalu muncul pula ekspresionisme yang menyandang ide bahwa seni adalah ekspresi diri. Pembuatan coporate identity pertama dilakukan oleh desainer Jerman Peter Behrens untuk perusahaan AEG tahun1907. Behrens juga mengerjakan arsitekturnya, periklanan, desain produk, dan lain-lain. Modernisme muncul di Eropa lewat berbagai pergerakan seperti kubisme, futurism, plakatstijl, suprematisme, dada, de stijl, Bauhaus, dan konstuktivisme. Tahun 1917 Marchel Dunchamp mengganti konteks barang-barang keseharian menjadi benda seni hanya dengan memamerkannya. Konstuktivisme muncul sekitar 1917an di Rusia. Kasimir Malevich, Alexander Rodchenko, El Lissitzky adalah tokoh-tokohnya. Kemudian de stijl muncul di Belanda dengan lebih mengutamakan perhatian pada estetika daripada fungsi.

Bauhaus didirikan di Weimar, Jerman tahun 1919 oleh Walter Gropiud. Menjadi tonggak sejarah dan mempengaruhi desain abad 20, baik itu desain grafis, produk, furniture dan arsitektur. Surealisme muncul sekitar tahun 1920. Herbet Bayer menciptakan Universal Type tahun 1925. Pada tahun yang sama muncullah gerakan Art Deco di Paris depengaruhi oleh gaya Art Nouveau, seni patung Afrika dam Kubisme. Terbentuknya institute desain pertama di Amerika dengan kurikulum desain modern pada tahun 1938-1946. Desainer Amerika Paul Rand dengan karya-karya

(16)

desainnya yang melegenda, dipengaruhi oleh gaya desain dan seni Eropa modern. Kesadaran akan pentingnya kurikulum desain di universitas dan sekolah-sekolah seni mulai bangkit ditahun 50-an. Grid sebagai alat bantu untuk layout mulai terkenal sejak hadirnya karya-karya Josef Muler-Brockmann dan Richard Paul Lohse di Swiss. Helvetica dan Univers menjadi huruf yang paling banyak di gunakan.

Desain Majalah mulai marak di tahun 1960-an. Majalah Harper Bazaar terkenal mewakili sisi gemerlap masa itu. Desainer Herb Lubalin dikenal lewat karya-karyanya saat menjadi art director majalah Avant Grade dan Eros. Tahun 1970-an dan 1980-an: Bangkitnya budaya corporate branding dan maraknya dunia periklanan menjadikan kebutuhan akan layout dan pencetakan materi-materi publikasi makin tidak terbatas. Tahun 1990-an perkembangan media digital sangat pesat. Internet merubah pola kehidupan masyarakat didunia. Tak terkecuali desain grafis dengan segera menemukan lahan-lahan baru untuk dieksplorasi: grafis tiga dimensi, animasi, website, game offline dan online, chatting, online banking dan lain-lain. Teknologi internet dilanjutkan dengan teknologi mobile. Tahun 2000-an diwarnai dengan maraknya SMS, MMS, ringtone, java game, mobile game, mobile banking dan segala macam pertukaran informasi dengan sangat mudah (2).

2.4.3. Elemen Layout

Layout memiliki banyak sekali elemen yang memiliki peranan penting. Elemen layout dibagi menjadi tiga: Elemen teks, elemen visual dan invisible element.

2.4.3.1.Elemen Teks 1. Judul

Suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata singkat yang disebut judul. Judul diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya dengan elemen layout yang lain. Selain pemilihan ukuran, pemilihan sifat yang tercermin dari jenis huruf tersebut juga harus menarik perhatian, karena untuk judul segi estetis lebih di utamakan.

2. Deck

Deck adalah gambaran singkat tentang topic yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasanya berada diantara judul dan bodytext. Fungsi Deck adalah

(17)

sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext. Deck biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil daripada judul, jenis huruf yang digunakan berbeda dengan judul, warna deck dibedakan dengan judul dan bodytext. Bila area sangat terbatas dan naskahnya cukup panjang maka deck bisa saja ditiadakan.

3. Byline

Byline berisi nama penulis, kadang disertai dengan jabatan atau keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext atau juga diakhir naskah.

4. Bodytext

Isi/naskah/artikel merupakan elemen layout yang paling banyak memberikan informasi terhadap topic bacaan tersebut. Dukungan judul dan deck yang menarik serta gaya penulisan yang menarik merupakan ketentuan keberhasilan naskah itu sendiri.

5. Subjudul

Artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai topiknya. Subjudul berfungsi sebagai judul segmen-segmen tersebut.

6. Pull Quotes

Pull Quotes merupakan satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang ingin ditekankan. Kadang-kadang pull quotes bisa diambil dari isi bodytext yang dianggap sebagai pokok pikiran naskah tersebut.

7. Captio.

Keterangan singkat yang menyertai elemen visual dan inzet. Caption biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau jenis hurufnya dangan bodytext dan elemen layout lainnya.

8. Callouts

Callouts menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan, misalnya pada diagram. Callouts biasanya memiliki garis-garis yang menghubungkannya dengan bagian-bagian dari elemen visualnya. Balloon adalah salah satu bentuk callouts.

9. Kicker

Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca untuk menemukan topik yang diinginkan dan

(18)

mengingatkan lokasinya saat membaca artikel tersebut. Berbeda dengan running head, kickers tidak berulang-ulang ada disetiap halaman. Kickers selain dapat menggunakan teks juga dapat menggunakan warna dan gambar.

10. Initial Caps

Huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraf. 11. Indent

Baris pertama paragraf menjorok masuk ke dalam. Sedangkan hanging Indent adalah kebalikannya: baris pertama tetap pada posisi, sedangkan baris-baris dibawahnya menjorok masuk kedalam.

12. Lead Line

Beberapa kata pertama atau seluruh kata di baris paling awal pada tiap paragraf, yang dibedakan atribut hurufnya. Fungsinya adalah sebagai penanda anta paragraf satu dan lainnya: agar mudah menangkap paragraf berikutnya.

13. Spasi

Untuk membedakan paragraf satu dengan yang lainnya, antar paragraf diberi spasi. 14. Header dan Footer

Header adalah area disisi atas kertas dan margin atas. Footer adalah area diantara sisi bawah kertaasa dan margin bawah. Header dan Footer bisa berisi: Running head, catatan kaki, nomor halaman dan informasi lainnya.

15. Running Head

Judul buku, bab/topik yang sedang dibaca, nama pengarang dan informasi lainnya yang berulang-ulang pada tiap halaman dan posisinya tidak berubah.

16. Catatan Kaki

Catatan kaki berisi detail informasi dari sebagian tulisan tertentu dalam naskah. Informasi tersebut dapat berupa: referensi atau bahan acuan tulisan tersebut, rekomendasi bacaan selanjutnya dan lain-lain (letaknya di footer).

17. Nomor Halaman 18. Jumps

Untuk artikel yang panjang atau halaman yang terbatas, terpaksa kita membuat sambungannya dihalaman lain.Untuk itu diperlukan teks untuk menginformasikannya.

(19)

19. Signature

Umumnya dijumpai di flier, brosur, poster dan lain-lain. Berisi alamat, nomor telepon atau orang yang bisa dihubungi atau informasi tambahan lainnya.

20. Name Plate

Nama surat kabar, majalah, tabloid atau newsletter. Biasanya dibuat dalam ukuran besar dan diletakan pada bagian atas halaman depan.

21. Mast Head

Area yang berisi informasi tentang penerbitnya: nama-nama staf, contributor, cara berlangganan, alamat, logo penerbit dan lain-lain.

2.4.3.2.Elemen Visual 1. Foto

Kekuatan terbesar dari fotografi pada media periklanan khususnya adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk memberi kesan sebagai “dapat dipercaya”. 2. Artworks

Artworks adalah segala jenis karya bukan fotografi baik itu berupa kartun, ilustrasi, sketsa dan lain-lain.

3. Infographics

Fakta-fakta dan data-data statistik hasil dari survei dan penelitian yang disajikan dalam bentuk grafik, tabel, diagram, bagan, peta dan lain-lain.

4. Garis

Garis melupakan elemen desain yang dapat menciptakan kesan estetis pada suatu karya desain. Didalam suatu layout, garis mempunyai sifat yang fungsional antara lain membagi suatu area penyeimbang berat dan sebagai elemen pengikat sistem desain supaya terjaga kesatuannya.

5. Kotak

Berisi artikel yang bersifat tambahan dari artikel utama. Bila letaknya berada dipinggir halaman disebut sidebar.

6. Inzet

Elemen visual berukuran kecil yang diletakan didalam elemen visual yang lebih besar. Fungsinya memberi informasi pendukung.

(20)

7. Poin

Suatu daftar atau list yang mempunyai beberapa baris berurutan kebawah, biasanya didepan tiap barisnya diberi penanda angka atau poin.

2.4.3.3.Invisible Elements

Elemen-elemen yang termasuk dalam invisible element ini merupakan fondasi atau kerangka yang berfungsi sebagai acuan penempatan semua elemen layout lainnya. Elemen ini dapat berupa margin dan grid.

1. Margin

Margin merupakan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal itu secara estetika kurang menguntungkan bahkan lebih parah lagi apabila elemen-elemen layout tersebut terpotong pada saat pencetakan. Namun ada yang memang sengaja meletakan elemen desain ke pinggir sebagai konsepnya.

2. Grid

Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan di mana harus meletakan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terutama untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman. Dalam membuat grid kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertical dan ada juga yang horisontal.

2.4.4. Prinsip Layout

Prinsip-prinsip layout dapat dianalogikan sebagai suatu formula untuk membuat suatu layout yang baik. Prinsip dasar layout antara lain: sequence/urutan, emphasis/penekanan, balance/keseimbangan, unity/kesatuan.

1. Sequence

Sequence adalah urutan perhatian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr.Mario R. Gracia dan Pegie Stark tahun 2007, diwilayah-wilayah pengguna bahasa latin, orang membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

2. Emphasis

(21)

Kontras tersebut dapat diciptakan bisa lewat ukuran, posisi, warna, bentuk, konsep yang berlawanan dan masih banyak lagi. Selain kontras, emphasis dapat diciptakan lewat elemen-elemen layout yang mengandung pesan yang unik, emosional atau kontroversial.

3. Balance

Balance adalah mengatur keseimbangan. Dalam desain grafis terdapat dua balance: balance simetris dan balance asimetris. Keseimbangan simetris dapat dibuktikan tepat secara matematis, sedangkan keseimbangan asimetris keseimbangannya lebih bersifat optis atau “kelihatannya seimbang”.

4. Unity

Unity merupakan kesatuan secara keseluruhan. Unity tidak berarti hanya kesatuan dari elemen-elemen yang secara fisik kelihatan, namun kesatuan antara fisik dan non-fisik. Non-fisik yaitu pesan/ komunikasi yang dibawa dalam konsep desain tersebut.

2.5. Kota Tua Jakarta

2.5.1. Sejarah Kota Tua Jakarta

Kota pelabuhan ini dikenal pertama kali dengan sebutan Sunda Kelapa. Tetapi pada tanggal 22 Juni 1527 Pangeran Fatahillah menghancurkan Sunda Kelapa dan mendirikan kota Jayakarta di lokasi yang sama. Pada tanggal ini lah terbentuk Jakarta sebagai sebuah kota. Jayakarta adalah port berkembang dimana pedagang dari Cina, India, Arab dan kemudian Eropa, serta orang-orang dari seluruh kepulauan bertukar barang dagangan mereka. Pada tahun 1619, VOC Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta dan membangun sebuah kota baru di tepi barat Sungai Ciliwung, yang Ia namai Batavia, setelah sebelumnya bernama Batavieren, yaitu leluhur suku Belanda. Batavia dirancang mirip dengan kota-kota di Belanda, dalam serangkaian blok dipisahkan oleh kanal-kanal dan dikelilingi oleh dinding benteng dan parit. Bagian dari Batavia ini selesai pada tahun 1650.

Batavia Lama adalah tempat tinggal orang Eropa, sementara Cina, Jawa, dan kelompok-kelompok pribumi lainnya diasingkan di luar kota Batavia lama. Dulunya, Batavia dikenal sebagai permata dari Timur, berikutnya diduduki oleh VOC dan

(22)

kemudian menjadi pusat pemerintahan Belanda atas kepulauan Hindia yang luas. Selama pendudukan Jepang di tahun 1942, Jepang merubah lagi nama Batavia menjadi Jakarta.

2.5.2. Objek Wisata Kota Tua Jakarta 2.5.2.1.Museum Sejarah Jakarta

Gedung Museum Sejarah Jakarta dulunya bernama Staadhuis. Gedung ini berada dijalan Taman Fatahillah Nomor 1 Jakarta Barat. Luas area seluruhnya 13.588 m2, dan bangunan ini dilindungi oleh Pemerintah Pusat maupu Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Keputusan Mendikbud No.28/M/1988 dan keputusan Gubernur DKI Jakarta No.475 tahun 1993).

Menurut catatan, bahwa pembangunan gedung Staadhuis itu sudah tiga kali pada tempat yang sama, tetapi pada kurun waktu yang berbeda. Pertama pada tahun 1620, dibangun oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoen Coen, yang digunakan sebagai Staadhuis sampai tahun 1627. Karena kegiatan VOC semakin meningkat, maka dibangun gedung baru ditempat yang sama. Gedung baru itu hanya bertahan sampai tahun 1707. Selanjutnya Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn, pada tanggal 25 Januari 1707, mulai membangun gedung baru (gedung yang sekarang), diatas puing-puing gedung Staadhuis yang lama. Peletakan batu pertama oleh putri Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn, yang bernama Petrolina Willemina Van Hoorn. Adapun perencanaannya oleh WJ. Van Der Veld, dan pembuatannya dipimpin oleh J. Kemmers. Staadhuis yang cukup besar dan megah itu pembangunannya baru selesai pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeeck, yang kemudian diresmikan pada tanggal 10 Juli 1710. Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja Mataram Yogyakarta, pernah menyerang Batavia dua kali, yakni pada tahun 1628 dan tahun 1629. Pada penyerangan yang kedua itu pasukan Sultan Agung mampu membakar gedung Staadhuis tersebut. Gedung Staadhuis itu ternyata tidak hanya berfungsi sebagai kantor Balai Kota saja, akan tetapi juga sebagai kantor Dewan Urusan Perkawinan, Kantor Balai Harta (Jawatan Pegadaian) dan kantor Pengadilan (Raad Van Justitie). Oleh karena itu gedung Staadhuis tersebut oleh masayarakat dikenal juga sebagai Gedung Bicara. Karena gedung juga berfungsi sebagai kantor pengadilan maka

(23)

dilengkapi pula dengan sel atau ruang penjara sementara menunggu vonis pengadilan. Ruang penjara itu berada di lantai dasar dibagian belakang. Hal yang menarik adalah, bahwa digedung Staadhuis itu pernah ditawan beberapa pahlawan nasional, antara lain Pangeran Diponegoro, sebelum dibuang ke Makasar (Ujung Pandang), dan Cut Nyak Dien pahlawan wanita yang berasal dari Daerah Istimewa Aceh. Selain itu pula orang Cina dan bahkan orang Belanda yang melawan pemerintah. Kasusnya bermacam-macam, selain kasus politik ada juga kasus utang-piutang dan kasus kriminal.

Pada tahun 1925 sampai Jepang masuk ke Indonesia, gedung Staadhuis tersebut menjadi Balaikota Propinsi Jawa Barat oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah perang kemerdekaan sampai dengan bulan desember 1945 menjadi Balai kota Propinsi Jawa Barat dan selanjutnya dijadikan Kantor Kodim 0503 Jakarta Barat, sedangkan dibagian belakang untuk tempat tinggal keluarga. Ketika dijadikan kantor KODIM 0503, Taman Fatahillah didepannya yang luas itu pernah berfungsi sebagai terminal bis kota. Akhirnya pada tahun 1972 Pemerintah DKI Jakarta memugar gedung tersebut dan diresmikan sebagai menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur Ali Sadikin. Koleksi museum sejarah Jakarta ini terdiri dari beragam bahan material baik yang sejenis maupun campuran. Bahan-bahan ini meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal, gerabah, keramik, kain, kulit, kertas dan tulang. Koleksi unggulan dari museum ini adalah Meriam Si Jagur, Pemisah ruangan berhaya Baroque, pedang eksekusi, lukisan gambar Gubernur Jendral VOC.

2.5.2.2.Museum Wayang

Gedung Museum Wayang pada awalnya merupakan bangunan gereja yang dibangun pada tahun 1640. Gedung ini dulunya bernama de Oude Holandsche Kerk. Kemudian gedung ini di perbaiki dan berganti nama menjadi de Nieuw Holandsche Kerk. Bangunan ini juga pernah hancur akibat gempa bumi. Selanjutnya lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli bangunan ini dan diserahkan kepada Stiching Oud Batavia. Pada tanggal 22 desember 1939 dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum. Tahun 1957 gedung ini diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia. Tanggal 17 september 1962 diberikan kepada Departemen P dan K kemudian diserahkan kepada pemerintah DKI tanggal 23 Juni

(24)

1968 untuk dijadikan museum wayang. Akhirnya pada tanggal 13 agustus 1975 gedung ini diresmikan oleh gubernur Ali Sadikin. Gedung ini juga sempat mengalami perluasan pada tanggal 16 september 2003, perluasan ini berasal dari hibah Bapak Probosutedjo.

Museum ini memiliki fasilitas berupa ruang 3D, ruang pagelaran, ruang masterpiece, ruang tata pamer dan perpustakaan. Koleksi dari museum ini adalah selaian berbagai macam wayang yang berasal dari Indonesia, ada juga koleksi-koleksi boneka dari berbagai Negara. Dimuseum ini juga terdapat boneka yang terkenal di Indonesia yaitu boneka Unyil.

2.5.2.3.Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia terletak di jalan Pintu Besar No. 3 Jakarta Kota. Museum Bank Indonesia disajikan dalam bentuk cyber museum. Dalam Cyber Museum Bank Indonesia ini diceritakan mengenai perjalanan panjang BI dalam bidang kelembagaan, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang dapat diikuti dari waktu ke waktu, sejak periode DJB hingga periode BI semasa berlakunya Undang-Undang No.11 tahun 1953, Undang-Undang-Undang-Undang No.13 tahun 1968, Undang-Undang-Undang-Undang No.23 tahun 1999, dan Undang-Undang No.3 tahun 2004 saat ini. Selain menyajikan sejarah perkembangan Bank Indonesia, museum ini juga memiliki koleksi-koleksi. Museum ini memiliki koleksi uang dari berbagai Negara, khususnya Indonesia. Gedung ini juga di fasilitasi dengan ruang auditorium, kios buku dan cendramata serta perpustakaan.

2.5.2.4.Toko Merah

Toko Merah terletak di jalan Kali Besar Barat No.11. Gedung tua ini merupakan salah satu saksi kejayaan Batavia lama. Bangunan ini terletak di tepian Muara Ciliwung. Toko merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaav Willem Baron Van Imhoff. Gustaav Willem Baron Van Imhoff merupakan Gubernur Jendral dari VOC. Setelah menjadi rumah tinggal dari gubernur jendral bangunan ini beralih fungsi menjadi sebuah toko. Nama toko merah sendiri berasal dari fungsinya yakni sebagai sebuah toko warga Cina sejak pertengahan abad ke-19. Pemiliknya bernama Oey Liaw

(25)

Kong. Pada tahun 1958 terjadi Nasionalisasi terhadap semua perusahaan asing di Indonesia. Gedung ini lalu beralih fungsi menjadi function hall.

2.5.2.5.Museum Bank Mandiri

Museum Mandiri berseberangan dengan Stasiun Kota. Bangunan museum pada mulanya adalahmkantor Nederlandsch Handel-Maatschappij (NHM) atau Netherlands Trading Corporation alias Maskapai Dagang Belanda. Kantor pusat NHM berada di Amsterdam, sedangkan Batavia (Jakarta) adalah kantor cabang. Museum ini berada di jalan Lapangan Stasiun No. 1. Ruang pameran Museum Mandiri terletak di tiga lantai. Lantai Dasar terdiri dari Ruang Treasury (Kas Afdeeling), Ruang Pembukuan (kamar khusus untuk buku besar), Ruang Kasir China (Chineesche Kas). Di sayap selatan terdapat Ruang Perlengkapan Bank, Ruang Kearsipan dan Komunikasi, Ruang ATM. Ruang Kearsipan dulunya merupakan kantor budidaya gula yang cukup sibuk. Koleksi dari museum ini antara lain mesin ketik, brankas, telepon, mesin ATM, fasilitas SDP, dan masih banyak lagi.

2.5.2.6.Museum Seni Rupa dan Keramik

Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dibangun pada tahun 1870. Dulunya gedung ini dijadikan sebagai lembaga peradilan tertinggi Belanda (Raand Van Justitie). Kemudian pada masa penjajahan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini dijadikan sebagai asrama militer. Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai kantor walikota Jakarta. Pada tahun 1968 hingga 1975 gedung ini pernah digunakan sebagai kantor dinaas museum dan sejarah DKI Jakarta. Dan akhirnya pada tanggal 20 Agustus 1976 diresmikan sebagai gedung balai seni rupa oleh presiden Soeharto. Dan di gedung ini pula terdapat museum keramik yang diresmikan oleh bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta. Kemudian pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi museum seni rupa dan keramik. Koleksi dari museum ini antara lain lukisan karya seniman-seniman Indonesia serta keramik Asia dan Eropa.

(26)

2.6. Tinjauan Buku Wisata Yang Akan Dirancang 2.6.1. Tinjauan Dari Segi Ide Cerita

Ide perancangan buku wisata budaya Kota Tua Jakarta adalah merancang buku yang menyajikan informasi secara singkat namun jelas dan lengkap. Singkat yaitu menyampaikan poin penting dari informasi terkait. Jelas yaitu penceritaan informasi menggunakan bahasa yang santai, tidak menggunakan bahasa yang sulit di mengerti. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kesalah tafsiran dari isi buku. Isi cerita menjelaskan apa saja yang terdapat di kawasan Kota Tua Jakarta dan hal apa saja yang dapat dilakukan didalam kawasan tersebut. Sebagai informasi tambahan untuk memandu pembaca, akan dicantumkan panduan seperti peta lokasi dari tempat-tempat yang dapat di kunjungi. Lokasi penginapan dan tempat makan serta transportasi yang dapat digunakan di sekitar kawasan. Semua di kemas dengan bahasa yang santai dan mengajak pembaca untuk datang dan berkunjung.

2.6.2. Tinjauan dari segi Filosofis

Pentingnya buku ini dibuat adalah sebagai salah satu media yang memberikan informasi Kota Tua Jakarta. Dan tentunya buku ini dapat dijadikan panduan mengenai Tua Jakarta Kota sehingga memudahkan pembaca saat mengunjungi tentunya. Dengan adanya buku ini juga dapat menambah pengetahuan budaya khususnya budaya yang ada di Kota Tua Jakarta. Setelah membaca buku ini dapat mengubah pandangan negatif yang berkembang di kalangan masyarakat dan nantinya pembaca dapat menceritakan kepada masyarakat luas. Dan dapat melestarikan kawasan Kota Tua Jakarta bagi anak-cucu dimasa yang akan datang.

2.6.3. Tinjauan Aspek Eksternal atau Faktor Sosial Aspek Budaya

Khususnya dari aspek budaya, buku ini dapat menjadi sarana pengetahuan budaya bagi target audience. Buku ini juga menjadi bukti keragaman budya yang ada di Indonesia, khususnya di kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta.

Aspek Ekonomi

Meningkatkan pendapatan daerah dan kegiatan ekonomi di kawasan wisata. Kegiatan perdagangan cindera mata, jajanan, dan lain-lain juga akan semakin berkembang.

(27)

Aspek Sosial

Kegiatan sosial pastinya akan terjalin baik antar pengunjung lokal dan pengunjung asing maupun pengunjung dengan para pedagang yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta. Hal ini dapat mempererat komunikasi sosial walaupun berbeda ras, etnis, agama, status sosial, status ekonomi dan lain-lain.

2.6.4. Tinjauan Fungsi dan Peranan Buku untuk Menyampaikan Pesan

Fungsi dan peranan dari buku yang dirancang adalah untuk memberikan informasi mengenai objek wisata Kota Tua Jakarta dan dapat membantu pengunjung sebagai panduan saat berkunjung di Kota Tua Jakarta. Buku ini juga sebagai pengetahuan budaya, khususnya budaya yang ada di Kota Tua Jakarta. Tampilan visual yang menarik ditujukan agar dapat merubah pandangan negatif masyarakat terhadap Kota Tua Jakarta. Pesan yang ingin disampaikan adalah kawasan Kota Tua merupakan objek wisata yang menarik dan banyak yang dapat dilakukan disana.

2.7. Tinjauan Buku Wisata Pesaing 1 2.7.1. Tinjauan Aspek Bentuk

Bentuk dari buku panduan wisata sang petualang Kota Tua Jakarta adalah persegi panjang dengan format portrait seperti layaknya buku pada umumnya.

2.7.2. Tinjauan Aspek Ide Cerita

Ide cerita dalam buku ini, isinya dibuat seakan-akan penulis sedang bercerita dengan bahasa yang luwes. Penulis juga memberikan tips bagaimana mempersiapkan diri ketika ingin berwisata ke Kota Tua Jakarta. Kelebihan buku ini adalah melampirkan peta lokasi bangunan-bangunan penting yang ada di dalam kawasan objek wisata.

2.7.3. Tinjauan Aspek Visual

Cover dari buku ini dibuat menarik dengan dominasi warna hitam, merah dan putih. Isi dari buku ini terkesan penuh karena hampir keseluruhan buku didominasi teks dan ukuran gambar yang cukup besar. Layout-nya membuat buku ini cenderung membosankan.

(28)

2.7.4. Tinjauan Aspek Content Message

Isi dari buku ini memiliki pesan yaitu bagaimana menariknya Kota Tua Jakarta. Dan bagaimana mempersiapkan diri yang baik, agar liburan dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

2.7.5. Data Visual

Judul : Panduan Sang Petualang Kota Tua Jakarta. Pengarang : Edi Dimyati.

Tahun : November 2010.

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Format : Portrait dan Persegi Panjang. Ukuran Buku : 13.5 cm x 20cm.

Tebal : 292 halaman.

Gambar 2.15. Buku Pesaing Panduan Sang Petualang

2.8. Tinjauan Buku Wisata Pesaing 2 2.8.1. Tinjauan Aspek Bentuk

Bentuk dari buku Kota Tua Jelajah ke Masa Lampau berbentuk persegi panjang. Dibuat seperti itu dengan tujuan tertentu yaitu simple, mudah di bawa dan sesuai dengan karakter.

(29)

2.8.2. Tinjauan Aspek Ide Cerita

Ide cerita dalam buku ini lebih menceritakan bagaimana sejarah masa lampau dari masing-masing bagunan yang ada di dalam kota tua Jakarta.

2.8.3. Tinjauan Aspek Visual

Cover dari buku ini dibuat dengan kesan vintage yang sangat kuat. Dengan dominasi warna coklat. Hasil foto yang ditampilkan juga menunjang karakter buku ini. Foto ditampilkan terkesan tua dan klasik dengan permainan warna-warna gelap atau hitam dan putih.

2.8.4. Tinjauan Aspek Content Message

Pesan yang ingin disampaikan dari buku ini adalah “ Perjalanan seribu langkah tidak akan selesai jika tidak dimulai dari langkah pertama”. Pesan ini mengajak untuk memulai menyadari dan menghargai apa yang telah ada untuk kepentingan dimasa yang akan datang.

2.8.5. Data Visual

Judul : Kota Tua Jelajah Ke Masa Lampau. Pengarang : Leonard Harris dan Tawalinudin Haris.

Tahun : Juli 2008.

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Format : Portrait dan Persegi Panjang. Ukuran Buku : 13.5cm x 20cm.

(30)

2.9. Analisis Data Lapangan 2.9.1. Analisis Profil Pembaca

Target pembaca buku ini adalah para remaja akhir dan kreatif yang memiliki ketertarikan dengan hal-hal sejarah dan seni. Berasal dari kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bali dan kota besar lainnya. Dengan kelas sosial menengah ke atas. Sedang menempuh pendidikan S1.

2.9.2. Analisis Kelemahan dan Kelebihan 2.9.2.1.Kelemahan

Buku wisata ini hanya mencantumkan objek-objek yang berada di satu kawasan yang lokasinya berdekatan. Buku ini tidak mencantumkan keterangan mengenai objek wisata yang berada di lokasi lain dan agak jauh. Seperti contohnya Jembatan Intan, Kantor Arsip, dan Pelabuhan Sunda Kelapa.

2.9.2.2.Kelebihan

Buku wisata yang dirancang memiliki layout yang lebih modern dan menarik. Menarik dalam arti isi dari buku wisata tidak penuh dan membosankan. Bahasa yang digunakan mudah di mengerti. Didalam buku juga terdapat unsur fotografi sebagai pendukung. Buku ini tidak hanya menjadi buku bacaan saja. Buku ini juga dapat digunakan sebagai buku panduan saat berwisata di Kota Tua Jakarta. 2.9.3. Analisis Prediksi Dampak Positif

Dampak positif dari perancangan buku wisata budaya Kota Tua Jakarta ini, adalah menambah informasi mengenai Kota Tua Jakarta. Dengan bertambahnya informasi maka pengetahuan budaya target audience juga bertambah. Informasi yang ada dapat menggambarkan keadaan Kota Tua yang sebenarnya, sehinnga dapat mengajak target audience berkunjung dan mengubah pandangan megatif yang berkembang mengenai Kota Tua. Target audience dapat membagikan pengalamannya kepada orang lain sehingga tertarik untuk mengunjungi kawasan Kota Tua. Dengan banyaknya apresiasi yang ditujukan kepada Kota Tua, maka kawasan cagar budaya ini akan tetap lestari dan berkembang.

(31)

2.10. Simpulan

Berdasarkan masalah yang ada dan dengan hasil dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat masih belum mengetahui keberadaan cagar budaya Kota Tua Jakarta. Bahkan masyarakat yang mengetahui keberadaan Kota Tua, tidak banyak mengetahui apa saja yang terdapat didalam kawasan Kota Tua Jakarta. Pandangan negatif juga bermunculan di kalangan masyarakat seperti “gedung-gedung tua, banyak hantunya”. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah media yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kawasan cagar budaya ini. Media yang cocok adalah buku, karena media buku dapat memuat banyak hal. Media ini nantinya berfungsi tidak hanya sebagai sumber informasi, tetapi dapat menarik pembacanya untuk datang mengunjungi Kota Tua Jakarta. Dengan media ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi pembaca dan kawasan Kota Tua Jakarta. Target audience yang cocok adalah kalangan remaja, yang nantinya merupakan penerus bangsa. Dengan usia 18-22 tahun, remaja tahap akhir ini juga biasanya telah dipercaya untuk dapat menentukan pilihan lokasi berwisatanya sendiri.

2.11. Usulan Pemecahan Masalah

Media buku yang akan dirancang dapat menyampaikan informasi mengenai keberadaan Kota Tua Jakarta. Tentunya buku ini dapat menjadi sumber pengetahuan budaya bagi pembaca. Tidak hanya informasi objek wisata, buku juga dapat memandu pemiliknya saat berkunjung di kawasan Kota Tua Jakarta. Informasi transportasi, akomodasi dan informasi lainnya sangat penting untuk dicantumkan mengingat kota Jakarta merupakan kota besar. Unsur foto menjadi bagian yang penting, foto dapat menggambarkan suasana Kota Tua yang sebenarnya jenis traveling photography cocok untuk buku ini. Dari unsur visual dan verbal dapat mengubah pandangan negatif dan mengajak pembaca untuk berkunjung. Keseluruhannya disesuaikan dengan target audience, sehingga buku ini dapat menarik dan tidak membosankan saat dibaca.

Gambar

Gambar 2.1. Rule Of Third  2.  Sudut Pengambilan Gambar ( Camera Angle )
Gambar 2.5. Low Angle  e.  Frog Eye
Gambar 2.7. Extreme Close Up  b.  Head Shot
Gambar 2.13. Full Shot
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian pembiayaan musyarokah antara nasabah dan Koperasi Agro

Berdasarkan hasil perhitungan persentase,besarnya pengaruh treatment permainan lompat kardus terhadap hasil belajar lompat jauh gaya menggantung dalam pembelajaran PJOK

Adanya komitmen dari Pimpinan Pontren binaan MPKU Muhammadiyah untuk menerapkan Pesantren Sehat Berkemajuan dengan terwujudnya Santri Husada di setiap Pesantren. Adanya gambaran

Inovasi teknologi spesifik lokasi yang telah dihasilkan oleh BPTP Maluku seperti (1) Data dan informasi sumber daya lahan, (2) Dukungan Ketersediaan Teknologi Pembangunan

Hasil penelitian tentang tindak tutur permintaan dalam bahasa Jepang pada Film Tokyo Love Story ini menunjukkan dalam interaksi masyarakat Jepang tuturan senioritas, yang lebih

Kebanyakan mikrobia yang terdapat pada tanah dan air juga ditemukan pada tanaman, karena bahan tersebut merupakan sumber utama mikrobia pada tanaman. Genus bakteri yang

1) Guru yang memberikan penguatan (enforcement) dengan menepuk pundak, menepuk punggung, berjabat tangan, dan memegang kepala peserta didik sepanjang tidak bertentangan

Tabel 1 menunjukkan bahwa keempat senyawa obat yakni Inhibitor IDD384, Alrestatin, Fidarestat dan Tolrestat memiliki afinitas yang lebih baik dari native ligan