• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase (%) Tunas Pada 1 MST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persentase (%) Tunas Pada 1 MST"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

-pertunasan

Hasil rerata tanaman binahong yang muncul tunasnya pada 1MST (Minggu Setelah Tanam) terlihat pada Gambar 4. Menunjukkan bahwa komposisi lumut yang optimal untuk pertunasan tanaman binahong adalah R1.C (10%, 30g lumut/900g media) dengan hasil 83.33% pada minggu pertama setelah tanam. Sedangkan yang memberikan hasil paling sedikit adalah R1.A (Kontrol, 0g lumut/900g tanah).

Gambar 4. Histogram persentase pertunasan tanaman binahong -tinggi tanaman

Hasil analisis anova tinggi tanaman (lampiran 4) pada 2MST, 4MST, 6MST, 8MST, 10MST dan 12MST menunjukkan nilai signifikansi < 0,05

66,67 72,22 83,33 77,78 69,44 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 KONTROL (A) B C D E

(2)

35

yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman binahong.

Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran 2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.C, yang terendah adalah R1.B dan dapat dilihat dari Gambar 5.

Gambar 5. Grafik pertambahan tinggi tanaman binahong -jumlah daun

Hasil analisis anova jumlah daun (lampiran 4) pada 4MST, 6MST, 10MST dan 12MST menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun tanaman binahong. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran 2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 10MST adalah R1.D, yang terendah adalah R1.B dan dapat dilihat dari Gambar 6.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst Tinggi tanaman (cm) (kontrol) (R1.A) Lumut 5% (R1.B) Lumut 10% (R1.C) Lumut 15% (R1.D) Lumut 20% (R1.E)

(3)

36

Sedangkan hasil analisis anova jumlah daun (lampiran 4) pada 2MST dan 8MST menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata.

Gambar 6. Grafik pertambahan jumlah daun tanaman binahong -panjang akar

Hasil analisis anova panjang akar (lampiran 4) menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata pada semua data yang diujikan. Namun jika dilihat dari Gambar 7 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.E dan yang terendah adalah R1.B.

-bobot basah

Hasil analisis anova bobot basah (lampiran 4) pada 10MST dan 12MST menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada bobot basah tanaman binahong. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran

0 10 20 30 40 50 60 2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst

Jumlah daun (helai)

(komtrol) (R1.A) Lumut 5% (R1.B) Lumut 10% (R1.C) Lumut 15% (R1.D) Lumut 20% (R1.E)

(4)

37

2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.E, yang terendah adalah R1.A dan dapat dilihat dari Gambar 8.

Sedangkan hasil analisis anova bobot basah (lampiran 4) pada 2MST, 4MST, 6MST dan 8MST menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata.

Gambar 7. Grafik perubahan panjang akar tanaman binahong

Gambar 8. Grafik perubahan bobot basah tanaman binahong 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst Panjang akar (cm) (kontrol) (R1.A) Lumut 5% (R1.B) Lumut 10% (R1.C) Lumut 15% (R1.D) Lumut 20% (R1.E) 0 5 10 15 20 25 30 2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst Bobot basah (g) (kontrol) (R1.A) Lumut 5% (R1.B) Lumut 10% (R1.C) Lumut 15% (R1.D) Lumut 20% (R1.E)

(5)

38 -bobot kering

Hasil analisis anova bobot kering (lampiran 4) pada 6MST dan 12MST menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yang berarti perlakuan komposisi lumut memberikan pengaruh nyata pada bobot kering tanaman binahong. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan yang hasilnya (lampiran 2) menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi pada 12MST adalah R1.E, yang terendah adalah R1.A dan dapat dilihat dari Gambar 9.

Sedangkan hasil analisis anova bobot kering (lampiran 4) pada 2MST, 4MST, 8MST dan 10MST menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 sehingga berarti tidak berpengaruh nyata.

Gambar 9. Grafik perubahan bobot kering tanaman binahong

B. Pembahasan

Kandungan lumut hasil uji di BPTP menunjukkan bahwa lumut yang diteliti memiliki kandungan C (4.84%) yang tinggi karena berada pada antara 3.01 hingga 5.00 sementara itu, C (%) dengan nilai yang termasuk

0 0,5 1 1,5 2 2,5 2mst 4mst 6mst 8mst 10mst 12mst Bobot kering (g) (kontrol) (R1.A) Lumut 5% (R1.B) Lumut 10% (R1.C) Lumut 15% (R1.D) Lumut 20% (R1.E)

(6)

39

rendah yaitu antara 1.00 hingga 2.00 dan sedang yaitu antara 2.01 hingga 3.00. Kandungan N (0.60%) berada pada antara 0.51 hingga 0.75 sehingga termasuk tinggi juga, N (%) dengan nilai yang termasuk rendah yaitu antara 0.10 hingga 0.20 dan sedang yaitu antara 0.21 hingga 0.50. Hal tersebut disesuaikan dengan kriteria sifat kimia tanah (Lampiran 3). Sedangkan pH nya termasuk netral. Dengan kandungan C dan N yang termasuk tinggi tersebut akan sangat menunjang pertumbuhan tanaman binahong karena keduanya sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Menurut Pracaya (2011: 391), karbon dioksida (CO2) sangat

penting untuk pertumbuhan tanaman. Zat tersebut diambil tanaman dari udara melalui stomata dalam daun-daun hijau. Karbon dioksida bergabung dengan hidrogen dari air tanah, lalu membentuk zat gula (karbohidrat) dan zat-zat tanaman lainnya dengan energi dari cahaya matahari. Proses ini disebut fotosintesis.

Udara mengandung 79% nitrogen, namun hanya tanaman famili leguminoceae yang dapat menggunakan nitrogen udara, misalnya kacang tanah, kedelai, kacang panjang dan buncis (Pracaya, 2011: 391). Menurut Salisbury dan Ross (1995: 143), ada dua bentuk utama ion nitrogen yang diserap dari tanah: Nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+). Menurut Tjahjadi

(1989: 16), nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman. Jika kekurangan nitrogen maka pertumbuhan tanaman terhambat.

(7)

40

Kandungan hara P pada tumbuhan lumut yang diujikan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan hara K yang terkandung di dalamnya. Menurut Salisbury dan Ross (1995: 143), fosfor diserap terutama sebagai anion fosfat valensi satu (H2PO4-), dan diserap lebih lambat dalam bentuk

anion valensi dua (HPO42-), pH tanah mengendalikan perimbangan jumlah

kedua bentuk ini. H2PO4- tersedia pada pH dibawah 7, dan HPO42- tersedia

pada pH diatas 7. Banyak fosfat diubah menjadi bentuk organik ketika masuk ke dalam akar atau sesudah diangkut melalui xilem menuju tajuk. Pada penelitian ini, semua pH media tanam bernilai dibawah 7 sehingga dimungkinkan H2PO4- yang tersedia.

Menurut Tjahjadi (1989: 16), fungsi unsur hara P yaitu merangsang pertumbuhan akar/umbi, mendorong pembentukan bunga dan buah, memperkuat tegaknya batang. Meningkatkan efisiensi fungsi dan penggunaan N (Agustina, 2004: 58). Sedangkan Kalium bukan penyusun jaringan tanaman karena tidak membentuk persenyawaan seperti nitrogen dan fosfor. Unsur hara ini memerankan bagian yang penting dalam penggunaan dari unsur-unsur hara yang lain dan dalam menyintesa protein dan lemak (Pracaya, 2011: 396). Membantu transportasi hasil fotosintesa dari daun ke seluruh tubuh tanaman (Tjahjadi, 1989: 16). Selain itu, menurut Salisbury dan Ross (1995: 145), seperti nitrogen dan fosfor, K+ dengan mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda.

Unsur-unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia di sekitar akat melalui tiga proses yaitu aliran masa, difusi dan intersepsi

(8)

41

akar. Aliran masa adalah gerakan unsur hara di dalam tanah menuju permukaan akar tanaman bersama-sama gerakan masa air. Gerakan ini berlangsung secara terus-menerus karena diserap oleh akar dan menguap melalui transpirasi. Proses ini penting untuk penyediaan unsur-unsur N, Ca, S dan Mo. Difusi merupakan proses penyediaan hara yang paling dominan untuk unsur P dan K. Air beserta unsur hara yang terlarut di dalamnya disebut dengan larutan tanah. Saat akar tanaman menyerap unsur hara dari larutan tanah, unsur hara lain yang terlarut dalam air bergerak menuju akar sebagai akibat hukum difusi (Puslitloka, 2010: 138). Difusi adalah pergerakan neto dari satu tempat ke tempat lain akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion (Salisbury dan Ross, 1995: 32).

Dari hasil penelitian gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa panjang akar tertinggi pada 12 MST diperoleh dari media R1.C serta diikuti dengan bobot basah dan bobot kering tanaman yang tertinggi pada 12 MST. Hal ini menandakan bahwa semakin panjang akar pada tanaman memberikan gambaran semakin banyak juga unsur hara yang mampu diserapnya sehingga meningkatkan bobot yang dihasilkan oleh tanaman binahong.

Menurut Puslitloka (2010: 139), intersepsi akar merupakan proses penyediaan hara yang penting untuk unsur Ca. Akar tanaman aktif tumbuh memanjang, sehingga mencapai larutan tanah. memanjangnya akar tanaman berarti memperpendek jarak antara permukaan akar dan unsur hara dalam larutan tanah tersebut. Unsur-unsur hara yang telah tersedia di

(9)

42

sekitar perakaran tersebut selanjutnya diserap oleh akar tanaman melalui proses serapan aktif yang selektif dan memerlukan energi metabolik.

Penggunaan stek batang tanaman binahong pada penelitian ini, dimaksudkan untuk melihat pada pertunasannya sehingga diketahui potensi munculnya tunas. Menurut Prastowo dan Roshetko (2006: 31), stek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman sehingga menjadi tanaman baru. Selain itu, menurut Sitompul dan Guritno (1995: 21) substrat yang terdapat di dalam stek (karbohidrat, lemak dan protein) akan mengalami perombakan secara enzimatik untuk mendukung aktivitas tunas membentuk bakal tanaman yang kemudian membentuk organ-organ utama tanaman seperti batang, daun dan akar.

Menurut Rahardja dan Wiryanta (2003: 23), tunas merupakan ranting muda yang baru tumbuh atau calon tanaman baru yang tumbuh dari bagian tanaman. Sesuai dengan Zulkarnain (2014: 99), pada sel-sel yang baru terbentuk akan terjadi pemanjangan sel yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup, rangsangan hormon tertentu yang merangsang perentangan sel dan ketersediaan karbohidrat. Pada awal masa tanam penelitian ini, stek sangat membutuhkan suplai air dikarenakan hanya memiliki 1 helai daun saja sehingga perlu sangat dijaga kelembapan nya supaya tidak mudah layu. Peran lumut dalam hal ini adalah sebagai penyimpan air dan penjaga kelembapan media. Menurut Warming dan Smith (1896) dalam Satiyem (2012: 17), ciri lain dari lumut yang

(10)

43

mempunyai arti penting dalam ekologi ialah kemampuannya menyimpan air yang tertangkap diantara daun dan tangkainya.

Fried dan Hademenos (2005: 167) menyatakan bahwa salah satu hormon pertama yang ditemukan pada tumbuhan adalah auksin. Auksin memainkan peranan penting dalam beragam perilaku dan pola pertumbuhan. Auksin terlibat dalam supresi tunas lateral di sepanjang batang. Auksin memberikan pengaruh-pengaruhnya itu pada konsentrasi yang berbeda-beda. Kadar auksin yang merangsang tunas mungkin cukup berbeda dengan yang merangsang akar. Pada penelitian ini, pertumbuhan akar lebih mudah daripada pertumbuhan tunasnya dikarenakan saat pengamatan 1MST ditemukan semua stek sudah memiliki akar meskipun jika belum bertunas.

Hasil pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman binahong selama masa penelitian terus meningkat, hal tersebut mengindikasikan bahwa zat hara yang terkandung dalam media dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pertambahan tinggi tanaman binahong. Menurut Tatik dkk (2014: 186), pertambahan sel-sel tanaman ini berupa memanjang atau membesarnya sel. Pertambahan sel pada tanaman sangat dipengaruhi oleh bertambahnya umur tanaman dan tersedianya unsur hara dalam tanah. Mengacu pada hal tersebut dapat menjelaskan adanya pertambahan tinggi tanaman pada tiap umur pengamatan. Tinggi tanaman merupakan suatu pencerminan dari pertumbuhan tanaman yang menyebabkan perpanjangan ruas-ruas tanaman yang disebabkan oleh memanjang dan membesarnya

(11)

44

sel-sel. Dan menurut Gardner et al (1991), pemotongan stek dari batang akan memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru di ujung akar atau batang sehingga mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi. Peningkatan tinggi tanaman diikuti meningkatnya jumlah daun yang dihasilkan tanaman binahong (Baskoro dan Purwoko, 2010: 9).

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan komposisi lumut dalam media tidak berpengaruh nyata terhadap semua data yang diujikan pada panjang akar. Hasil ini memperlihatkan bahwa pengaruhnya paling kecil dibandingkan peubah lainnya. Jika dilihat dari grafik perubahan panjang akar cukup fluktuatif. Terkadang grafik nya naik dan terkadang juga turun. Namun pada perlakuan R1.E (20%, 60g lumut/900g media) terus mengalami peningkatan hingga akhir pengamatan.

Ketersediaan unsur P yang lebih banyak dibanding unsur K dalam lumut pada kadar tertinggi memungkinkan kemaksimalan fungsi unsur P yang mendukung pertumbuhan akar tanaman. Menurut Untung (2008: 15), unsur P sangat baik untuk perkembangan akar. Semakin baik pertumbuhan akar maka semakin baik pula kondisi tanaman. Pembentukan tajuk berjalan lancar karena efisiensinya penyerapan akar yang telah meluas.

Nitrogen memiliki fungsi merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, mendorong pembentukan daun dan batang tanaman. Jika kekurangan Nitrogen maka pertumbuhan tanaman terhambat (Tjahjadi, 1989: 15). Menurut Sitompul dan Guritno (1995: 8), pertumbuhan yang dibatasi sebagai pertambahan bobot kering dapat sangat bermanfaat dalam

(12)

45

fisiologi tumbuhan. Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran bahan kering dari dengan bobot segar (basah) yang mana dapat sangat mempengaruhi kondisi kelembapan. Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa unsur nitrogen berperan dalam meningkatkan produksi bobot basah dan bobot kering tanaman (Baskoro dan Purwoko, 2010: 10). Pada perlakuan R1.E (20%, 60g lumut/900media) memberikan hasil yang optimum bagi kedua peubah tersebut.

Hal ini dimungkinkan karena banyaknya komposisi lumut pada media tersebut. Menurut hasil penelitian Baskoro dan Purwoko (2010: 10), perlakuan pupuk organik berbeda nyata terhadap bobot kering akar, batang, dan total tanaman. Hal tersebut diduga disebabkan oleh tersedianya nitrogen yang cukup tinggi pada setiap pupuk organik. Sementara itu, pada penelitian ini kadar pupuk kandang (sapi) pada semua media tanam adalah sama, yakni 300g dalam 900g media. Maka dimungkinkan kadar lumut yang menentukan peran media dalam peningkatan bobot tanaman. Selain itu, unsur N juga diperoleh dari pupuk organik yakni pupuk kandang (sapi). Menurut Suwahyono (2011: 35), kandungan pupuk kandang (sapi) secara umum adalah N (0.8 - 1.2) %, P2O5 (0.44 - 0.88) % dan K2O (0.4 - 0.8) %.

Tanah pada penelitian ini (Berbah) termasuk jenis tanah regosol (slemankab.go.id, 2011: II-5). Warna tanah regosol agak kecokelatan atau cokelat kekuningan hingga keputihan (Sunarko, 2014: 90). Menurut Widodo (2007: 11), regosol adalah tanah mineral yang belum

(13)

46

berkembang, mempunyai tekstur pasir karena kandungan fraksi pasirnya lebih dari 60% sampai pada kedalaman 25-100 cm. Kadang-kadang berlapis-lapis antara pasir dan kerikil atau padas yang agak permeabel.

Pada umumnya, miskin unsur hara karena mudah tercuci, semakin kasar teksturnya semakin miskin unsur hara. Selain itu, sering kekurangan air sehingga pemberian bahan organik dengan dosis tinggi merupakan salah satu cara pengelolaan yang tepat untuk membantu perbaikan tanah tersebut (Widodo, 2007: 11). Unsur hara tanah regosol biasanya miskin hara hidrogen dengan pH netral-agak masam (Sunarko, 2014: 91). Umumnya tanah regosol cukup K hanya mungkin dalam bentuk belum tersedia bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002: 106). Jika diberikan pupuk organik dan pengairan yang baik, tanah ini dapat digunakan untuk areal persawahan, palawija, sayur-sayuran, serta perkebunan tembakau dan tebu (Sunarko, 2014: 91). Sehingga pada penelitian ini, fungsi komposisi lumut dihubungkan dengan tanah supaya membantu perbaikan kondisi tanah itu sendiri.

Menurut Tjitrosomo dkk (1992: 180), temperatur mempengaruhi semua kegiatan tumbuhan absorpsi air, fotosintesis, transpirasi, respirasi, perkecambahan, tumbuhan dan reproduksi. Temperatur yang rendah hampir sama pengaruhnya dengan temperatur tinggi, keduanya sama-sama mempengaruhi proses metabolisme tumbuhan. Tingginya temperatur mangakibatkan tumbuhan menjadi layu karena lebih banyak air yang ditranspirasikan ke udara dari pada yang diabsorpsi oleh akar. Pada

(14)

47

penelitian ini, biasanya terjadi daun layu sementara pada siang hari dikarenakan suhu meningkat. Sedangkan pada pagi dan sore hari daun terlihat segar kembali. Suhu berkisar 25-33ºC, suhu media dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Semakin tinggi suhu lingkungan maka suhu media pun semakin tinggi. Suhu media berkisar antara 28-30ºC. Suhu lingkungan dan suhu media (Lampiran 3) pada penelitian ini termasuk aman untuk tanaman karena belum memasuki suhu ekstrim. Menurut Zulkarnain (2014: 73), suhu udara yang ektrim, misalnya: 46-54ºC dapat menyebabkan terjadinya koagulasi protein di dalam sel sehingga dapat berakibat fatal bagi tanaman.

Aktivitas biologi di dalam tanah juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pengaruh di dalam kecepatan penguraian bahan organik. Pada pH sekitar 6-7, mikroorganisme tanah paling aktif menguraikan bahan organik dan membantu cepatnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah. pH optimum untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman berkisar pada pH 6-6.5 (Agustina, 2004: 27). Pada penelitian ini pH media berkisar antara 5.6-6.4 sehingga masih dalam kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman karena tidak terlalu asam dan juga tidak terlalu basa. Menurut Juanda dan Cahyono (2005: 21), sifat kimia tanah salah satunya berupa derajat keasaman (pH) tanah merupakan salah satu faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang terlalu masam akan berpengaruh pada ketersediaan boron, magnesium dan

(15)

48

molybdenum. Sebaliknya, kondisi tanah yang terlalu basa berpengaruh terhadap ketersediaan zat hara kalium.

Hama yang menyerang tanaman binahong selama masa penelitian adalah belalang, ulat api, ulat grayak, siput kecil, bekicot, kutu putih dan kepik. Masing-masing menyerang bagian tanaman yang berbeda dan mengakibatkan kerusakan yang berbeda.

Sejak awal minggu setelah ditanam, hama yang menyerang adalah bekicot dengan memakan daun pada stek batang yang ditanam sehingga mengakibatkan tanaman cukup kesulitan untuk memulai pertunasan. Hama ini terus berdatangan hingga penelitian berakhir. Diikuti dengan datangnya siput kecil juga yang menimbulkan bekas yang sama dengan bekicot. Kedua hama tersebut memakan daun dibagian bawah dekat media.

Belalang, ulat api dan ulat grayak memakan daun lalu mengakibatkan daun berlubang-lubang. Kotoran dari ulat juga dapat mengganggu kesehatan daun sehingga daun menjadi rusak. Menurut Baskoro dan Purwoko (2010: 8), belalang dan ulat api merupakan hama yang menyerang tanaman dengan cara memakan daun-daun muda dan batang muda.

Penyakit yang terjangkit oleh tanaman binahong dalam penelitian ini adalah layu dan bercak. Kedua hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena tidak banyak yang terserang dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan oleh hama tanaman.

Gambar

Gambar 4. Histogram persentase pertunasan tanaman binahong  -tinggi tanaman
Gambar 5. Grafik pertambahan tinggi tanaman binahong  -jumlah daun
Gambar 6. Grafik pertambahan jumlah daun tanaman binahong  -panjang akar
Gambar 7. Grafik perubahan panjang akar tanaman binahong
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan semai gamal karena perlakuan pupuk urea adalah pada dosis 0 gram/ semai, terkecuali terhadap terhadap bobot basah dan bobot kering,

Berdasarkan hasil analisis uji Anova nilai signifikansi 0.001 &lt; 0.01 yang berarti penambahan enzim bromelin dengan dosis berbeda pada pakan komersial

Tingginya 00 bobot 00 basah 0 dan 0 bobot kering tanaman kubis pada 0 perlakuan 0 ekstrak daun sirsak K1I1 (50 gr/l) diakhir pengamatan hari ke-7 disebabkan karena

Pengaruh mandiri cairan pembersih lumut pada konsentrasi 2% menunjukkan jumlah tunas, bobot basah pucuk, dan bobot kering pucuk lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 1% dan

Perlakuan lama penyimpanan bahan tanam berpenagruh nyata terhadap kecepatan bertunas, persentase bertunas, jumlah daun, bobot basah akar, dan bobot kering akar.. Lama penyimpanan

Berdasarkan hasil Uji F atau Anova pada tabel diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,011 yang berarti &lt; 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0

Bobot kering : Y = 44.16 - 3.89 x r2 = 0.9840 Respon basil tanaman terhadap perlakuan populasi ini tidak dipengaruhi oleh perlakuan waktu tanam Dalam hal bobot basah rimpang, ketiga

Nilai signifikansi tersebut < dari taraf signifikansi yaitu 0, 05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan nadi pada bayi premature BBLR pada kelompok kontrol dengan kelompok