“Tiada Arti Tanpa Keterlibatan Kami”
Lokakarya dan Forum Konsultasi Inklusi Disabilitas Lintas Sektoral Jakarta, 3-5 Juni 2013
Fasilitator dan Penulis Laporan: Galuh Wandita (AJAR) dan Herizal Arifin
Latar Belakang
Sebagai salah satu langkah nyata setelah Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas diratifikasi oleh Pemerintah RI pada November 2011, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) dan Tim Pendukung PNPM (PNPM Support Facility /PSF) menyelenggarakan forum konsultasi lintas sektoral untuk membahas agenda dan strategi inklusi disabilitas dalam pemberdayaan masyarakat.
Tujuan rangkaian pertemuan yang berlangsung selama dua setengah hari adalah:
1. Memberikan ruangan dan kesempatan bagi organisasi dan kaum disabilitas di
Indonesia untuk berbagi aspirasi, pengalaman, dan tantangan dalam mengadvokasi hak-hak kaum disabilitas baik dalam masyarakat maupun pada tataran kebijakan yang lebih tinggi
2. Memperoleh input terkait pengembangan Forum Lintas Sektoral dalam program PNPM Disabilitas (PNPM DPO Window), termasuk membangun visi tentang tujuan, prioritas, keanggotaan forum, struktur kepengurusan, dan sekretariat
3. Menyusun agenda dan rencana tindak lanjut Forum Lintas Sektoral.
Untuk memastikan partisipasi penuh dan bermakna dari para penyandang disabilitas maupun organisasi disabilitas (DPOs) maka, DPOs diberi ruang khusus lebih dari satu hari untuk membahas isu prioritas dan menyiapkan agenda yang ingin diperjuangkan pada Forum Lintas Sektoral yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni.
Peserta
Forum Konsultasi ini diikuti oleh kalangan aktivis isu disabilitas, organisasi disabilitas, LSM lokal dan internasional, perwakilan kementerian dan instansi pemerintah, dan lembaga donor. [Lihat Lampiran Daftar Peserta ]
A. Lokakarya Khusus DPOs, 3-4 Juni 2013 1. Perkenalan dan Harapan
Hari Pertama, 3 Juni 2013, para peserta diajak saling berkenalan, berbagi harapan mereka atas lokakarya, dan menyusun orientasi lokakarya (seperti jadwal dan aturan main).
Hari Kedua, 4 Juni 2013, lokakarya dilanjutkan dengan membangun gagasan tentang Forum Lintas Sektoral. Pembahasan berkisar soal tujuan, struktur, agenda, dan keanggotaan forum. Forum ini kelak akan menjadi sarana gerakan bersama kelompok disabilitas dalam memperjuangkan pemenuhan hak disabilitas yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan Konvensi Internasional Hak Disabilitas.
2. Pemetaan: hambatan, capaian, dan kekuatan
kelompok disabilitias.
Dalam sesi ini peserta memetakan secara singkat hambatan, capaian dan kekuatan yang mereka alami dalam memperjuangkan isu disabilitas
Isu
Hambatan
Pencapaian
Diskriminasi dan akses • Penyandang disabilitas tidak diperlakukan sama dan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan serta dalam program pembangunan sosial
• Kurangnya akses informasi dan teknologi, seperti penerjemah bahasa isyarat dan alat bantu untuk tuna netra di seminar, pelatihan, lokakarya dan acara lainnya
• Kurangnya akses fasilitas dan sarana umum
• Adanya peningkatan perhatian dari pemerintah atas hak penyandang disabilitas
• Adanya perbaikan akses dalam layanan kesehatan, transportasi, dan layanan umum lainnya bagi penyandang disabilitas
Isu
Hambatan
Pencapaian
• Sektor usaha dan bisnis kerap menolak penyandang disabilitas dan Upah Minimum Regional (UMR) tidak layak bagi penyandang disabilitas
• Terbatasnya kesempatan kerja dan pelatihan bagi penyandang disabilitas
• Penyandang disabilitas tidak diterima untuk ikut audisi TV
• Penyandang disabilitas semakin berpartisipasi dalam acara keagamaan
Pendanaan, peraturan,
kebijakan dan program • Terbatasnya akses informasi seputar anggaran pemerintah ditingkat daerah danpusat bagi penyandang disabilitas
• Dukungan pendanaan bagi isu disabilitas tidak konsisten dan terpenggal-penggal
• Anggaran untuk disabilitas diselewengkan
• Diskriminasi pemerintah yang menyebabkan sulitnya hibah dana komunitas diakses oleh penyandang disabilitas
• Kurangnya dukungan pemerintah dalam bidang pekerjaan, pendidikan dan kesehatan yang ditujukan bagi penyandang disabilitas
• Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah
• Lemahnya penegakan hukum dan peraturan terkait disabilitas
• Kurangnya kerjasama dan koordinasi antar SKPD di tingkat local
• Kurangnya kesadaran pegawai pemerintah mengenai peraturan menyangkut disabilitas
• Pengesahan UU 19 No 2011 yang mendukung Konvensi Hak Penyandang Disabilitas
• Semakin banyaknya Perda (peraturan daerah) mengenai disabilitas meskipun implementasi belum terwujud penuhnya
• Peningkatan anggaran untuk usaha inklusi disabilitas di beberapa provinsi
• Koordinasi antara pemerintah daerah dan dinas sosial yang semakin baik di beberapa provinsi
• Makin banyak penyandang disabilitas yang bekerja sebagai pegawai negeri
• Peraturan mengenai hak penyandang disabilitas untuk memilih dan dipilih
Hak atas pendidikan
dan bahasa • Kurikulum nasional tidak memasukkan pendidikan dan pelatihan ketrampilan untuk penyandang disabilitas
• Kurangnya sumber daya pendukung pendidikan inklusif seperti lemahnya pemahaman atas pendidikan inklusif para guru dan tenaga sekolah dan ketergantungan guru pendidikan inklusif atas bantuan dari SLB dalam mengajar anak disabilitas
• Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) dan penggunaannya di SLB secara resmi tidak diakui oleh pemerintah
• Kesenjangan partisipasi dari kelompok disabilitas (dimana kehadiran tuna netra lebih banyak dibandingkan disabilitas lain dalam lokakarya, seminar, konferensi dan acara lainnya)
• Meningkatnya partisipasi penyandang disabilitas di sekolah inklusi dan sekolah umum
• Membaiknya pengakuan dan penerimaan atas Bisindo melalui advokasi ke SLB
• Membaiknya akses untuk mendapatkan penerjemah bahasa isyarat
• Banyak tuna rungu yand dapat dikembangkan bakatnya
Stigma dan pandangan
Isu
Hambatan
Pencapaian
sebagai ‘orang sakit’ (invalid)• Kebanyakan program pendekatannya mejurus ke amal dan iba terhadap penyandang disabilitas daripada pendekatan yang berbasis hak asasi
• Banyak penyandang disabilitas yang dieksploitasi untuk mengemis
(disabilitas menjadi isu populer setelah adanya CRPD)
• Komunitas internasional semakin tahu perkembangan isu disabilitas di Indonesia
• Media semakin giat meliput isu dan cerita yang positif seputar penyandang disabilitas yang mengurangi stigma
• Semakin banyak penyandang disabilitas yang menjadi panutan
Kapasitas dan jaringan
DPO •• Kurangnya kapasitas dan sumber daya DPO (organisasi disabilitas)Perbedaan visi dan misi antar DPO yang membatasi kerjasama antar DPO
• Kurangnya kerjasama antar Dinas Sosial dan DPO
• Semakin banyak cabang DPO di berbagai daerah
• Koordinasi antara sesama DPO payung dan cabang yang meningkat
Menurut perwakilan DPO yang hadir, pencapaian yang ada tidak lepas dari kekuatan yang dimiliki saat ini yaitu:
• Beberapa penyandang disabilitas telah dianggap sebagai pakar isu disabilitas
• Adanya kesamaan visi dan misi sesame DPO, terutama dalam hal yang berkaitan dengan prinsip Konvensi Hak Penyandang Disabilitas (UN CRPD)
• Ratifikasi UN CRPD oleh pemerintah yang dituangkan dan disahkan dalam UU No. 19 tahun 2011
• Pemahaman DPO tentang isu dan hak disabilitas dan strategi penanganannya yang semakin tinggi
• Dukungan terhadap DPO di Indonesia dari jejaringan DPO internasional
• Meningkatnya anggaran untuk program inklusi disabilitas yang berbasis hak di beberapa provinsi
• Peranan DPO sebagai garda depan dalam ratifikasi UN CRPD dan keterlibatan aktif mereka dalam pembuatan kebijakan serta penyusunan perda semakin gencar
• Solidaritas antar penyandang disabilitas dan semangat juang aktivis yang tinggi
3. Presentasi Hasil Kajian DPOW dan Gagasan tentang Forum Multi Sektoral
Dalam sesi ini, tim DPO Window memaparkan hasil pemetaan dan konsultasi awal dengan pihak terkait di berbagai wilayah dari awal Desember 2012 dan masih berlangung hingga sekarang. Hasil konsultasi dari lapangan menegaskan perlunya strategi dan rencana aksi inklusi disabilitas yang cerdas, terarah dan terkoordinasi di antara pemerintah, donor local dan internastional, masyarakat sipil serta kalangan akademik di Indonesia.
Pentingnya keterlibatan langsung DPO dalam tahap awal dan proses pembentukan Forum Lintas Sektoral juga digarisbawahi dalam forum ini. Selain memberdayakan peranan DPO sebagai ujung tombak dalam upaya perbaikan program inklusi disabilitas, forum ini menghubungkan DPO dengan pemerintah dijajaran tingkat tinggi melalui Menko Kesra dengan dukungan teknis dari PNPM DPOW (Disabled People Organizations Window).
Hasil penemuan lapangan dan konsultasi tim DPOW diringkas sebagai berikut:
• Minimnya informasi tentang keberadaan organisasi disabilitas tingkat akar rumput di luar Jakarta dan Pulau Jawa
• Kurangnya komunikasi dan pembagian peran yang jelas dikalangan kementerian atas penangganan isu disabilitas
• Kebijakan nasional yang efektif dan harmonis untuk inklusi disabilitas dalam program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat belum ada
• Kurangnya koordinasi antar donor, dilihat dari keberadaan beberapa program yang sama di daerah yang sama
• Lemahnya jejaringan antar DPO yang mempengaruhi partisipasi bermakna dari DPO dalam tingkat akar rumput dan tataran kebijakan tinggi
• Walaupun CRPD telah diratifikasi, banyak program masih memperlakukan penyandang disabilitas sebagai penerima pasif bukan pemain kunci
• Perlunya tindakan afirmatif bagi penyandang disabilitas
• Kurangnya kesepakatan atas definisi dari penyandang disablitas dan organisasi disabilitas. Pemerintah dan DPO perlu bertemu dan mencapai kata sepakat atas isu ini
4. Diskusi Kritis – Buat Apa Forum Lintas Sektoral?
Peserta mempertanyakan tujuan pembentukan forum ini secara kritis. Walaupun beberapa perwakilan DPO Induk yang bermarkas di Jakarta merasa bahwa inisiatif Kemenko Kesra ini penting, mereka mengkhawatirkan Forum Lintas Sektoral akan tumpang tindih dengan forum konsultasi lainnya. Mereka mempertanyakan tentang hubungan forum ini dengan Rancangan Aksi Nasional (RAN Disabilitas) yang dikoordinasi oleh Kemensos.
Terjadi diskusi yang cukup mendalam diantara kelompok DPO Induk, DPO daerah dan DPO independen tentang peranan DPOs. Apakah DPOs hanya akan menjadi peserta dalam forum yang bernaung dibawah Kemenko Kesra atau berperan sebagai mitra kerja.
Inti dari diskusi kelompok adalah pentingnya untuk:
• Pendefinisian tentang aspek keunikan program ini sebagai pembeda dari program disabilitas serupa lainnya. Beberapa peserta menyarankan bahwa sasaran dan fokus program sebaiknya terkait penanganan isu dan area yang belum terjangkau oleh program yang sudah ada
• Jika memungkinkan, PNPM-DPOW sebaiknya mempertimbangkan untuk bersinergi dengan program disabilitas lain yang dinaungi oleh Kementerian/Lembaga lain misalnya Kemensos, Kemenlu, TNP2K untuk menghindari tumpang tindih maupun stagnanasi atas pelaksanaan kegiatan program
• Menyelaraskan Forum Lintas Sektoral dengan kerangka dan basis Rencana Aksi Nasional (RAN) termasuk proses dan implementasinya
Peserta DPO membentuk tim perumus untuk menentukan ruang lingkup proses, isu yang dibahas, aktor dan pihak yang berkepentingan, peserta potensial, dan hambatan sebagai bahan diskusi dalam lokakarya Lintas Sektoral pada 5 Juni 2013.
Isu-isu Prioritas tekait disabilitas
• Persepsi negatif dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas
• Akses dan perangkat hukum yang lemah dalam melayani penyandang disabilitas yang mencari keadilan
• Kurangnya pengarusutamaan DPO dan sumber dana yang ditujukan untuk pengembangan kapasitas kapasitas DPO
• Minimnya perhatian terhadap penyandang disabilitas di daerah konflik serta anak dan perempuan disabilitas
• Terbatasnya akses informasi yang terbatas (misalnya melalui penerjemah bahasa isyarat) serta akses ke penyandang disabilitas sebagai narasumber
• Minimnya teknologi alat bantu yang dapat mendukung penyandang disabilitas
• Kurangnya akses terhadap pedidikan, lowongan pekerjaan serta pelatihan keterampilan
• Kesenjangan koordinasi serta kurangnya komunikasi antara DPO di Jawa dan di luar Pulau Jawa
• Kurangnya penelitian yang berkualitas mengenai disabilitas dalam dunia akademik
• Terbatasnya alokasi anggaran untuk program-program bagi penyandang disabilitas serta proses penganggaran yang tidak transparan dan tidak inklusif
Rekomendasi terkait Pembentukan Forum Lintas Sektoral
Peserta diskusi memandang perlunya pembentukan Forum Lintas Sektoral sebagai wadah bagi pemangku kepentingan dari berbagai sector, terutama DPO dan penyandang disabilitas, dalam upaya penanganan isu-isu yang tersebut di atas.
Fungsi dan cakupan Forum Lintas Sektoral meliputi:
• Koordinasi; termasuk rencana kerja yang nyata dan jelas;
• Penanganan kesenjangan kapasitas DPO di Pulau Jawa dan Indonesia Timur – forum diharapkan dapat menjembatani hal ini melalui pembentukan rencana khusus untuk meningkatkan kapasitas DPO di wilayah timur;
• Mekanisme pemberdayakan DPO untuk meninjau ulang dan memantau program pengentasan kemiskinan dan program lainnya untuk lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas
Perwakilan DPO menyambut baik pelibatan mereka dalam Forum Lintas Sektoral dalam tahap awal. Ada kemungkinan berbagai pemangku kepentingan dan peserta lokakarya yang menghadiri pertemuan
ini akan ikutserta dalam pertemuan berikutnya. Untuk menyeimbangkan perspektif yang berbeda, jangkauan peserta Forum Lintas Sektoral harus diperluas diluar DPO Induk dan diluar pulau Jawa semaksimal mungkin. Harus juga ada kesempatan untuk komunitas, pihak swasta dan pihak lain yang tertarik untuk berpartisipasi.
Keanggotan Forum Lintas Sektoral
Pemilihan anggota Forum Lintas Sektoral, sama seperti perancangan program, idealnya harus terlaksana sebelum acara Forum Lintas Sektoral. Beberapa saran terkait proses pemilihan sebagai anggota Forum Lintas Sektoral termasuk:
• Membentuk komite seleksi –komite akan bersikap netra dan tidak ikut berpartisipasi dalam Forum Lintas Sektoral
• Proses yang terbuka dan transparan, di mana tiap DPO memasukkan CV organisasi mereka untuk dikaji oleh komite seleksi
• Mekanisme khusus untuk memampukan DPO berpartisipasi aktif dan berkontribusi ke Forum Lintas Sektoral
• Evaluasi yang rutin atas kinerja anggota Forum Lintas Sektoral tiap 6 bulan sekali
Catatan Hal-hal yang perlu ditanggapi segera:
• Konsensus bersama atas definisi umum DPO
• Pembentukan milis forum ini
B. Penyusunan Agenda untuk Forum Lintas Sektoral, 5 Juni 2013
Pada Hari Ketiga, berbagai pihak pemangku kepentingan inklusi disabilitas yang terdiri pemerintah lintas sektoral, DPO, NGO, media, akademisi, dan lembaga donor berkumpul bersama. Dalam pembukaannya, Sujana Royat, Deputi VII Bidang Pemberdayaan Masyarakat dari Kemenko Kesra membagikan perspektifnya serta beberapa usaha pemerintah terkait inklusi disabilitas. Beliau juga mengutarakan beberapa alasan kunci mengapa acara penyusunan agenda ini penting untuk membangun dan memperkuat inklusi disabilitas melalui langkah-langkah yang strategis dan terkoordinasi.
Menurut Pak Sujana Royat, strategi penanggulangan kemiskinan belum memandang dan menempatkan kelompok disabilitas dan DPOs sebagai aktor. Untuk itu, Kemenko Kesra mengambil inisiatif penanganan isu-isu disabilitas dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) melalui program PNPM-DPOW.
Dalam sesi tanya jawab, sebuah gagasan menarik diutarakan mengenai cara membangun pengertian dan penerimaan masyarakat atas para penyandang disabilitas melalui: (1) advokasi sistematik dan berkelanjutan; (2) inklusi disabilitas dalam kurikulum pendidikan; dan (3) peningkatan dan penerapan penegakkan hukum dan peraturan yang melindungi hak-hak disabilitas.
Antoni Tsaputra, peserta perwakilan Perhimpunan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) Sumatera Barat menyajikan peta isu yang menjadi prioritas, dasar pemikiran, dan rekomendasi yang telah dirumuskan oleh DPO sebelumnya. Berbagai masalah yang diidentifikasi kemudian dikelompokkan dalam tiga ranah: kebijakan (regulasi, program, penanganan atau respon pemerintah terhadap kasus per kasus); strukur (perilaku dan praktik-praktik penyelenggaraan layanan negara oleh aparat negara), dan budaya (perilaku dan cara pandang masyarakat).
Sesi presentasi rumusan DPO ini dilanjutkan dengan presentasi berantai oleh empat panelis DPO: Yohanes Subasno dari Yayasan Bhakti Luhur Malang memaparkan kondisi layanan bagi anak dengan disabilitas di wilayah terpencil, Nurul Andriani dari SAPDA melampirkan kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas perempuan di tiga provinsi, Serafina Bete dari Persani Kupang berbagi tantangan yang dihadapi pemuda penyandang disabilitas dan Nurlaili Ramdani dari LP3C Sumbawa menyajikan topik kesempatan mata pencaharian bagi penyandang disabilitas. Ringkasan presentasi disajikan dalam Lampiran Presentasi Panelis DPO.
Diskusi Kelompok Perumusan Agenda Forum Multi Sektoral
Peserta pertemuan dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing terdiri dari perwakilan kalangan DPOs, pemerintah, NGO, dan donor. Kelompok dibagi dalam 4 kelompok dengan fokus:
1. Asistensi Sosial 2. Ketenagakerjaan 3. Sarana dan Prasarana 4. Pendidikan
Fasilitator memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi kelompok sebagai berikut: 1. Apa tujuan jangka panjang Forum Lintas Sektoral?
2. Apa yang sebaiknya masuk dalam agenda atau program prioritas Forum Multi Sektoral? 3. Hasil apa saja yang diharapkan dari rangkaian Forum Multi Sektoral yang berkesinambungan
selama 2 tahun?
4. Bagaimana mekanisme partisipasi, akuntabilitas, dan komunikasi dalam Forum Multi Sektoral? 5. Adakah isu-isu lain yang perlu dibahas?
C. Rekomendasi
Rekomendasi ini berdasarkan pengamatan fasilitator selama proses diskusi dan termasuk juga dinamika interaksi antar DPO dan antara DPO dan peserta lainnya.
1. DPO Window sebaiknya segera melaksanakan tindak lanjut dari beberapa komitmen yang disepakati di akhir untuk memelihara kepercayaan, minat dan antusias para peserta pasca lokakarya dan untuk mempercepat pembentukan Forum Lintas Sektoral. Tim DPO Window juga harus segera mengirim laporan lokakarya, membuat milist sebagai media bagi peserta untuk mengutarakan gagasan peningkatan kapasitas DPO melalui Forum Lintas Sektoral
2. Setelah pembentukan Forum Multi Sektoral, penting untuk menempatkan kelompok DPOs sebagai komponen operasional forum baik di pusat atau daerah karena mereka lebih memahami inklusi disabilitas. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Sujana Royat:
“ … Organisasi yang kuat ditentukan oleh kekuatan para pemangku kepentingan di lini bawah. Pemerintah akan memberikan segala bentuk dukungan yang dibutuhkan, namun demikian akan membatasi diri dan tidak akan terlalu jauh terlibat karena perwujudan maksud dan tujuan program ini akan bergantung pada aspirasi dan keputusan para penyandang disabilitas dan DPO sendiri”.
3. Sebaiknya PNPM-DPO Window mempertimbangkan untuk menempatkan Forum Multi Sektoral sebagai forum atau “mekanisme” strategis bukan pelaksana program. Di samping agenda-agenda yang sudah disampaikan dalam bagian-bagian sebelumnya dalam laporan ini, satu agenda penting yang patut dipertimbangkan adalah membangun “Pengertian dan penerimaan masyarakat dan negara atas para penyandang disabilitas” melalui: (1) kerja-kerja advokasi sistemik dan berkelanjutan; (2) inklusi disabilitas dalam kurikulum pendidikan; dan (3) peningkatan dan penerapan penegakkan hukum dan peraturan disabilitas (nasional dan internasional).
4. Beranjak dari gagasan yang disampaikan DPO, PNPM-DPOW juga sebaiknya mempertimbangkan peluang bersinergi dengan program-program disabilitas lain di bawah Kementerian/Lembaga pemerintah lain, semisal Kemensos, Kemenlu, TNP2K, dan lain-lain. Hal ini perlu dicermati dengan seksama untuk menghindari tumpang tindih dan stagnasi
kegiatan-kegiatan program. DPOs diharapkan memainkan peran penting dalam Forum Multi Sektoral sehingga berjalan selaras dengan kerangka dan basis peraturan perundang-undangan nasional, Rencana Aksi Nasional (RAN), dan konvensi internasional hak disabilitas baik dalam proses maupun implementasi.
Disabled People Organizations (DPOs)
NO Organisasi Perwakilan Daerah Kontak
1 LP3C Al Mujadalah Nurlaili Ramdhani Sumbawa, NTB nellylave@gmail.com085 239 985 6321 081917636228
Disabled People Organizations (DPOs)
NO Organisasi Perwakilan Daerah Kontak
2 Yayasan Penca Garuda Rinjani
& PPCI NTB Budi Cahyono Lombok, NTB
Budicahyono_bc@yahoo.co.i d; yysnpemberdayaan paca@ymail.com 085692183897 082174873921
3 Persani Serafina Bete Kupang, NTT
persanintt@yahoo.co.id serafinabete@ymail.com 08563998090
082145272095
4 KPPC Kita Juga Anselmus Gabies Kartono Labuan Bajo, NTT 081322612769anselkartono@gmail.com 5 HWDI Ambon Mince Agisty Rumlaklak Ambon, Maluku 082397876017hwdimaluku@yahoo.com 6 PPDI Papua Nyong Roby Jayapura, Papua 081310151801nyongroby@yahoo.com 7 HWDI Gorontalo Risna Karim Gorontalo 081219611965rtriana.hwpci@yahoo.com 8 Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni)
Kalimantan Selatan
Agus Hidayat Martapura Kota, Banjar, Kalimantan Selatan
082153257753; 0511-6223529
arfintolis@gmail.com 9 Bandung Independent Living Center (BILIC) Yuyun Yuningsih Bandung
085322787080 infobilic@yahoo.com; uyunk_uber@yahoo.com; roda_hade@yahoo.com
10 PPDI Padang Antoni Tsaputra Padang, Sumatera Barat
085692183897; 082174873921 antonthetranslator@yahoo.c om; ppcikotapadang@gmail.com antoni.tsaputra@padang.ppd i.co http://padang.ppdi.co 11 Pertuni Sumatera Utara Hairul Batubara Medan, Sumatera Utara 081376563736Dpd.pertunisumaterautara@
gmail.com
12 Konas Difabel Risnawati Utami Yogyakarta 0812542315; 081227289686risnautami@gmail.com 13 Sasana Integrasi dan AdvokasiDifabel (SIGAB) Muhammad Joni Yulianto Yogyakarta 085878469692Joni.yulianto@aseanidpp.org 14 SAPDA (Sentra Advokasi
Perempuan Difabel dan Anak
Nurul Saadah
Andriani Yogyakarta
0274-384066; 081917636228 Info_sapda@yahoo.com; nurul_sa54@yahoo.com 15 Pusat Pengembangan dan Rehabilitasi Berbasis
Masyarakat Solo Sunarman Sukamto Solo 0271-781743; 780829; 780976 081329203898 Maman_shg@yahoo.com 16 YAKKUM Bali I Nengah Latra Bali 0361-7444620/94333; 08123990701
Disabled People Organizations (DPOs)
NO Organisasi Perwakilan Daerah Kontak
17 Perhimpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI)
Pusat Gufroni Sakaril Jakarta
0811949592
Gufroni.sakaril@yahoo.co.id 18 Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Pusat Maulani Rotinsulu Jakarta 021-49041858; 08128253598Rotinsulu.maulani@gmail.co
m
19 Yayasan Tuna Rungu Sehjira Rachmita Harahap Jakarta 021-36086952/5840813Sehjira_vdf@yahoo.com 20 Gerakan Kesejahteran Tuna Rungu Indonesia Pusat Juniati Effendi Jakarta 081807900275Iawd1981@yahoo.com 21 Yayasan Mitra Netra Aria Indrawati Jakarta 021-7651386; 081511478478Aria.indrawati@gmail.com
aria@mitranetra.or.id 22 Bhakti Luhur Yohanes Subasno Malang 085234107601pprbm@bhaktiluhur.com
subasno@yahoo.com
Academis and Media
NO Organizations Perwakilan Daerah Kontak
23 Majalah Diffa Jonna Damanik Jakarta
021-44278887; 087888457889
jonna@majalahdiffa.com 24 Pusat Studi dan Layanan Disabiltas UIN Sunan Kalijaga Ro'fah Mudzakir Yogyakarta 081281614842Rofah72@yahoo.com 25
Pusat Studi dan Layanan Disabiltas Universitas
Brawijaya Slamet Thohari Malang
082122222686 amexsip@gmail.com
Pemerintah
No Kementerian Bidang/ Jabatan Perwakilan Kontak
1
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Deputi 7
Asisten Deputi VII untuk Urusan Pengawasan Kebijakan dan Anggaran
Wijanarko Setiawan Hadi Santoso
085298058082 081381272286 2 Kementerian Sosial Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan Drs. Kiki Ritol, MSi 08170946105
3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Muda dan Wanita
Staff Penempatan Tenaga Kerja Rentan
Dewi Anggraini Atiek Widiawati
08121360678 081213605077 aksus@ymail.com 4 Kementerian Kesehatan Staf Subdi RS. Privat Direktorat Bina Rujukan dr. M. Rikidr. Eldy Akhirul Akbar 081315293096081318600573
5 Kementerian Pekerjaan Umum
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
Kasubdit Turbin Dit. PBL Staff
Staff Staff
Kepala Seksi Pemantauan & Evaluasi, Dit. Pengembangan Permukiman
Ir. Guratno Hartono, MBC Dian Irawaty
Agustine E Putri Esthi Dwityanti (staff) Duty R (staff) Kusumawardhani 0816874388 021-72799246 Turbintaga_pbl@gmail.co m 085312307967 021-72799246 021-72797427 6 Kementerian Pendidikan
Kasubdit Program Dir. PKLK Pendidikan Menengah
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
Jk Kannaha Putri, SPd, MA Ninik Purwaning
081283219877
Putri_rakaja@yahoo.co.id 08151600932
7 Kementerian Dalam Negeri
Direktur DKM dan PDN Staff Biro Hukum Kasubdit Pemetaan Heri Kusuanto Siti Avianti Farid Chandra 081316171819 / hery_kusuanto@yahoo.co m 085697097818 08129498001 8 TNP2K Social Assistance Policy Advisor Fiona Fowell
Jan Priebe
085715420830 081316542802 9 Sekretaris PokJa Pengendali
DONOR, LSM Lokal dan Internasional
No Organisasi Jabatan Perwakilan Kontak
1 AusAID Secretary Hannah Derwent Ahmad Arfiza 021 2922 6886; 081186066480811846695 2 EU Economic and Regional Cooperation/Good Governance
Section Nur Isravivani 021-23546269
3
Australia-Indonesia Partnership for
Justice Technical Coordinator for Disability Cucu Saidah
021 571 0199 08122489301 Cucu.saidah@aipj.or.id
4 CBM Indonesia Adrian Brahmana abrahmana@cbmindonesia.org08111016214 5 Handicap International Operational Coordinator Matthieu Dewerse 087738154222
6 International Labor Organization Disability Programme Consultant
Yohanis Pakereng Friska
Yohanis@ilo.org
angelafriska@gmail.com; 0818262511
7 GIZ Advisor Frank Schneider Frank.schneider@giz.de08119524548 8 JICA Senior Representative Akira Matsunoya 08119108195
9 Dare Foundation Clinician Rini OktaraRicky Nugraha 081212905001085218400917
10 Netherlands Leprosy Relief National Consultant for Disability and Rehabilitation Kerstin Beise Dr. Firmansyah Arief, MPH 081242966446; kerstinbeise@gmail.com 081220356127; firsyah_q@yahoo.com
11 Inspirasia Foundation director Joseph De Wolk 08199945722; joseph@y-hub.com 12 Yayasan Indonesia untuk Kemanusian Communication Officer Marthin 082125425694
LAMPIRAN 2
Presentasi Panelis
KESEMPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PENYANDANG DISABILITAS
NURLAILI
LEMBAGA PEMBINAAN DAN PELATIHAN PENYANDANG CACAT,
AL MUJADALAH, KABUPATEN SUMBAWA
PROFIL LP3C AL MUJADALAH
•
Sejak 2007, dengan anggota 200 orang dari seluruh kecamatan di Sumbawa
•
Tuna netra, rungu, daksa, grahita dan disabilitas ganda
•
Sebagian memiliki pekerjaan (produktif), sebagian masih bergantung pada keluarga
•
Yang produktif bergerak di perdagangan (kios), perikanan, peternakan dan pertanian
•
Program LP3C: pembinaan dan pembangunan karakter, ketrampilan dan menyalurkan
program pemerintah
•
Mitra pemerintah adalah Kementeriaan sosial, dalam bentuk bantuan kebutuhan
dasar, bantuan langsung tunai
PERMASALAHAN
•
Bantuan pemerintah:
o
Ada yang tidak tepat sasaran
o
Ada yang hanya bisa dinikmati sementara (tidak memandirikan)
oBantuan makanan perlu, tapi tidak cukup hanya program itu
•
Kurangnya pendidikan dan pelatihan yang bermutu
•
Kurangnya akses permodalan
•
Rendahnya ketrampilan manajemen usaha
•
Data yang kurang akurat dan kurang lengkap.
•
Pemahaman bahwa penyandang disabilitas memiliki kebutuhan yang berbeda-beda
UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN
•
Memberikan pendidikan untuk masuk ke sektor formal
•
Memberikan pelatihan wirausaha
•
Memfasilitasi akses peminjaman modal
•
Penyandang disabilitas membentuk koperasi dari, oleh dan untuk penyandang
disabilitas
HARAPAN
•
Tindakan nyata yang lebih dari pemerintah
•
Bantuan permodalan untuk yang mau berwirausaha
•
Kemandirian dan taraf hidup yang lebih baik
TEMUAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN DISABILITAS
NURUL SAADAH ANDRIANI
SAPDA 2013
Ruang Lingkup Kekerasan Berbasis Gender & Disabilitas
“Adalah kekerasan yang terjadi karena dia seorang perempuan & dia adalah perempuan dgn
disabilitas”
dapat terjadi di :
•
dalam lingkungan keluarga
•
dalam lingkungan sosial
•
dalam panti
•
dalam sekolah
•
dalam lingkungan kerja
•
di jalan –jalan
Ruang Lingkup dan Pelaku Kekerasan
Jenis Kekerasan di DIY dan Jawa Tengah
•
sterilisasi paksa anak perempuan dengan disabilitas mental/intelektual yang telah
menstruasi di beberapa SLB
•
Pemasungan orang dengan disabilitas mental psikososial
•
Diskriminasi pendidikan dan pekerjaan
•
Penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan difabel yang tidak efektif
Kenapa ini terjadi & terus terjadi
•
Stigma Negatif keluarga dan masyarakat bahwa perempuan disabilitas tidak mandiri
Kasus tidak terungkap: keluarga/ korban malu, keluarga adalah pelaku, tidak paham
kalau perlakuan tersebut merupakan kekerasan
•
Perlindungan hukum belum memadai
•
Dukungan dari kelompok disabilitas belum kuat
Bagaimana menghentikan ?
•
Penguatan kepada perempuan dengan disabilitas
•
Mendorong daya dukung dari komunitas
•
Menyiapkan sistem & perangkat hukum dengan perspektif disabilitas
•
Mendorong kebijakan, program & anggaran yang berpihak kepada penyandang
disabilitas
•
Kampanye ……..
Apa yang bisa dilakukan perempuan dengan disabilitas yang menjadi korban & komunitas ?
KAUM MUDA DIFABEL
SERAFINA BETE
PERKUMPULAN TUNA DAKSA KRISTIANI (PERSANI), NTT
KONDISI YANG TERJADI
DISABILITAS = KUTUK, AIB, BEBAN KELUARGA, HARUS DISEMBUNYIKAN
PENYANDANG DISABILITAS MINDER, TERTUTUP, TERPINGGIRKAN DAN MENYERAH
DISKRIMINASI
DISKRIMINASI YANG DIALAMI
•
Tidak dilibatkan dalam kegiatan masyarakat dan pemerintah
•
Kurang akses ke pendidikan yang bermutu
•
Kurangnya layanan kesehatan
•
Tidak adanya kesempatan untuk memiliki pekerjaan layak formal dan informal
•
Aksesibilitas fasilitas umum, transportasi, bangunan umum
HARAPAN DAN KEINGINAN
•
Mengenyam pendidikan yang setinggi-tingginya
•
Dipandang, diperlakukan sama, dan dilibatkan dalam kegiatan masyarakat maupun
pemerintah
•
Kemandirian dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya melalui akses ke pekerjaan yang
layak, aksesibilitas fasilitas umum
PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS
Subasno
YAYASAN BHAKTI LUHUR
MALANG – INDONESIA
PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS
Lima tahun terakhir, peran pemerintah lebih baik
Legislasi:
Muncul Perda Penyandang Disabilitas
Perwali/Perbup
Bidang Sosial:
Bantuan bahan makanan
Bantuan sosial PD berat
Distribusi melibatkan stakeholder lokal
Bidang pendidikan:
BOS
Banyak sekolah menjadi sekolah inklusi.
Peningkatan kapasitas guru untuk pendidikan inklusi.
Bidang kesehatan:
Jamkesmas-Jamkesda serta sistem rujukan.
Kerja sama dengan LSM untuk operasi medis dan pemberian alat
bantu.
PERANAN DPOs
Kerja sama DPO, GO dan NGO
Permata ---> Micro finance dan KUBE
Pertuni ---> Low vision
Yakkum Bali ---> ortose-protese
Dll
TANTANGAN
ID berat-sedang tidak terwakili
Lebih-lebih di minus area
Penguatan kapasitas paguyuban keluarga PD (FKKDAC/FKKABK?)
Kebanyakan DPO besar belum sampai pelosok.
Infrastruktur (kesehatan dan pendidikan) belum mencukupi
Minat untuk bekerja di pelosok kurang.
Pandangan negatif tentang PD
Pelayanan dan sikap berorientasi charity/philantropy
BHAKTI LUHUR (INSTITUSI)
•
Sistem wisma (socio homes)
•
Bersekolah (SLB atau inklusi)
•
Dilengkapi dengan fasilitas penunjang
•
Program sekolah dan penunjang diteruskan di asrama (Master-IRP)
PELAYANAN BHAKTI LUHUR
MELALUI REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT
•
Pemberdayaan PD & keluarga
o
Akses dan atau provide fasilitas kesehatan, pendidikan, livelihood, pemberdayaan
dan sosial.
o
Banyak sekolah menolak PD
o
Pelatihan pendidikan inklusif bagi guru.
oJudul sekolah inklusif, tapi masih integratif.
o
Di desa, kasus ID (sedang-ringan) tidak dipersoalkan saat intake.
•
Tidak semua keluarga dengan PD terbuka dan mau dibantu.
•
Dibutuhkan tenaga terlatih untuk bekerja bersama PD di pelosok.
KELOMPOK KETENAGAKERJAAN Tujuan jangka panjang:
• Penyelarasan dengan Perundang-undangan nasional dan internasional
• Peningkatan dalan jumlah penyandang disabilitas, mencapai kuota 1% inklusi penyandang disabilitas dalam pemerintahan dan swasta
Agenda utama:
• Identifikasi kebutuhan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi, memastikan pelaksanaan Per-UU
• Identifkasi program yang sudah berhasil dalam sosialisai program terkait pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas
• Identifikasi akses terhadap pekerjaan yang layak, termasuk asuransi kesehatan pekerja penyandang disabilitas
• Mendorong pencapain kuota 1% pekerja penyandang disabilitas dalam pemerintahan • Mendorong keterlibatan instansi terkait, misalnya Menpan terkait inklusi penyandang
disabilitas sebagai PNS atau Ditjen Pajak terkait pengaturan atau pemberian insentif pajak, dll
Keanggotaan Forum Lintas Sektoral:
• Perwakilan dari semua pihak plus Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, Kementeriaan Keuangan terutama Direktorat Jenderal Pajak, BUMN dan pengusaha swasta
Mekanisme menjamin partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas:
• Kemenko Kesra diharapkan dapat menjadi leading coordinator untuk keberlangsungan forum dalam jangka panjang
• Legalitas pembentukan Forum Lintas Sektoral harus diikat dalam suatu dokumen legal – UU, Kepmen
• Pertemuan rutin 3-4 bulan sekali
• Penyusunan laporan maupun sirkulasi laporan publik secara berkala melaui media sosial Perwujudan dampak nyata:
• Melalui penggerakkan seluruh unsur masyarakat dengan menggunakan struktur yang ada (Lurah, Camat, tokoh/ organisasi keagamaan dsb)
• Melalui rencana kerja yang jelas KELOMPOK SARANA DAN PRASARANA Tujuan jangka panjang:
• Periode ‘jangka panjang’ adalah 10 tahun
• Pencapaian 30% peningkatan akses terhadap fasilitas publik, termasuk informasi, publikasi, transportasi, gedung, sarana ibadah ayng ramah difabel
• Forum Lintas Sektoral menjadi jembatan antara permasalahan dan solusi antara pemerintah dan kaum disabilitas
Agenda utama:
• Mendorong pengesahan dan penerapan PERDA di setiap daerah terkait disabilitas • Pemberian contoh oleh instansi pemerintah, misalnya Kementerian Pekerjaan Umum
memberikan stimulan kepada pemerintah daerah dan komunitas, disosialisaikan melalui forum yang kemudian mengawal pelaksanaan hingga ke tingkat daerah.
• Mendorong proses penganggaran.
• Partispasi aktif penyandang disabilitas dalam Musrenbang, dll.
• Mendampingi penguatan DPO dalam berbagi informasi, pengembangan proposal. Keanggotaan Forum Lintas Sektoral:
• Perwakilan dari kelompok disabilitas, LSM, pemerintah, sektor bisnis, akademisi. Proporsi keanggotaan ditentukan kemudian disesuaikan dengan pemetaan.
Mekanisme menjamin partisipasi, transparansi dan akuntabilitas: • Laporan terbuka yang dapat diakses oleh publik
• Program audit dan penganggaran
• Pembentukan milis sebagai media dialog on-line
• Pertemuan berkala terkait pemantauan dan evaluasi, minimal 2 kali dalam setahun atau hingga 3-4 kali jika ada kebutuhan khusus
Perwujudan dampak nyata:
• Melalui penerapan pijakan hukum yang jelas
• Melalui surat edaran dari pemerintah pusat ke daerah terkait keterlibatan disabilitas dalam program-program PNPM
• Melalui pemilihan sasaran yang tepat agar program ini sesuai dengan disabilitas • Melalui penyelarasan dengan Rencana Aksi Nasional (RAN)
KELOMPOK ASISTENSI SOSIAL Tujuan jangka panjang:
• Mendorong kerja sama, koordinasi dan fasilitasi dengan pihak pendukung asistensi sosial • Mendorong upaya pemenuhan hak-hak disabilitas terkait asistensi sosial
Agenda utama:
• Pemetaan bentuk-bentuk asistensi sosial dari Kementerian dan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah
• Pengkajian atas program-program asistensi sosial tersebut guna mengetahui apakah layanan yang ada telah memenuhi hak-hak disabilitas, seperti misalnya hak ibu dan anak penyandang disabilitas, jamkesmas dll
• Rekomendasi dan revisi program-program asistensi sosial yang baru Keanggotaan Forum Lintas Sektoral:
• Perwakilan DPO, LSM, pemerintah menjalankan peran sebagai pengemban amanat mendukung para penyandang disabilitas penerima manfaat berdasarkan fokus amanat
organisasi masing-masing, ditambah anggota dari perwakilan akademisi. Media tidak diikutsertakan sebagai angggota karena sifatnya yang independen.
Mekanisme menjamin partisipasi, transparansi dan akuntabilitas: • Melalui partispasi penuh penyandang disabilitas
• Melalui proses seleksi tim yang terbuka bagi siapa pun • Melalui perencana.a kerja yang terbuka.
• Melalui penggunaan media dalam mempubilkasikan laporan keuangan. Perwujudan dampak nyata:
• Melalui perencanaan partisipatif pemangku kepentingan dari akar rumput dan kelompok inklusif.
KELOMPOK PENDIDIKAN Tujuan jangka panjang:
• Fokus lokasi pelaksanaan program di tingkat daerah, kabupaten/kota.
• Penerapan instruksi seperti misalnya surat edara dari Kemendagri yang telah disosialisaikan ke daerah terkait implementasi Konvensi Hak-hak Disabilitas, mendukung keterlibatan penyandang disabilitas dalam proses perencanaan dan penganggaran • Melakukan pangarusutamaan hak-hak disabilitas di sektor pendidikan maupun
sektor-sektor lainnya Agenda utama:
• Penyelarasan dengan rencana implementasi RAN, terutama pada tingkat daerah. Keanggotaan Forum Lintas Sektoral:
• Perwakilan Kementerian, DPO, donor, akademisi. Lenih jauh lagi forum harus memiliki jangkauan ke daerah untuk kemudian melibatkan PEMDA dan DPO di daerah.
Mekanisme menjamin partispasi, transparansi dan akuntabilitas: • Untuk awal mula dapat melalui milis dan sosial media lainnya. Perwujudan dampak nyata:
• Identifikasi sumber daya hingga ke tingkat daerah.