• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

RAKHMAT AFANDI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Judul : Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

Nama : Rakhmat Afandi NRP : A44051426

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. NIP. 19620801 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP. 19480912 197412 2 001

(3)

RAKHMAT AFANDI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat ridho, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Bapak, kakak, dan keluarga besar penulis atas semua dukungan baik material maupun spiritual; Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang memberi dukungan dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini; Teman-teman bimbingan skripsi (Arsyad, Indah, dan Dian) atas kerjasama dalam mengumpulkan inventarisasi data; Ibu Reza atas bantuan dan arahan tentang ilmu desain; Mba Wulan yang mengajari teknis metode SBE; Diar yang mengarahkan pengambilan gambar; Chandra atas pinjaman kameranya; Ferbi yang mengajarkan penulis software “Piranesi”; Teman-teman angkatan 42 atas kehebatan persahabatan dan cerita yang telah tertulis; dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang menggunakannya.

Bogor, Februari 2010

(5)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1986. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari Bapak Surani dan Ibu Suparti.

Pendidikan penulis diawali pada tahun 1991, yaitu TK Al-Hikmah selama satu tahun. Pada tahun 1992 penulis menjalankan studi di MI Al-Hikmah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu, penulis melanjutkan studi di MTsN 1 Mampang prapatan, Jakarta Selatan dan menyelesaikannya pada tahun 2001. Selanjutnya penulis pernah menjalankan studi di STM 17 Agustus 1945 Tebet dalam, Jakarta Selatan jurusan Teknik Elektro pada tahun yang sama. Karena keinginan diri sendiri, penulis memutuskan tidak melanjutkan studi tersebut. Kemudian, penulis diterima di SMU SULUH, Jakarta Selatan tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Selama menjalani studi tersebut, penulis pernah menjalani kegiatan-kegiatan dan non formal, seperti les bahasa inggris di IEC, dan bimbingan belajar Ganesha Operation.

Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun 2006. Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan akademik, yaitu menjadi asisten MK Desain Lanskap. Selain itu kegiatan yang dilakukan di luar akademik adalah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis pernah menjadi Koordinator desa MK Kuliah Kerja Profesi di Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng dan Koordinator kelas MK Dasar-Dasar Proteksi Tanaman. Penulis juga mengikuti berbagai pelatihan, Studium General, dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

(6)

RINGKASAN

RAKHMAT AFANDI (A44051426). Pengaruh Reklame Terhadap Kualitas Estetik Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Bogor sebagai kota wisata seharusnya memperhatikan estetika kota secara keseluruhan. Estetika kota dapat diinterpretasikan pada Landmark seperti Kebun Raya Bogor. Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB) mempunyai berbagai potensi dan kendala estetika tentang kenyamanan penggunanya. Salah satu potensi dan kendala tersebut adalah visual produk reklame yang meningkat secara kuantitas dan kualitas. Sementara itu, penataan media reklame kurang mempertimbangkan kondisi lingkungan yang berkonsep estetika sehingga perlu adanya kajian dan evaluasi keberadaan reklame sesuai kaidah keseimbangan dan keserasian. Hal tersebut disebabkan tidak adanya “standar estetika lingkungan penataan reklame” sebagai landasan suatu lanskap jalan dalam menganalisa keberadaan reklame.

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh reklame terhadap kualitas estetik lanskap Jalan Lingkar KRB. Selain itu, penelitian ini juga mempelajari karakter visual reklame pada tapak, mempelajari tata letak reklame pada tapak, dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi visual reklame secara umum. Penelitian ini memberikan manfaat bagi: (1) Perencana kota dalam merencanakan lanskap kota secara komprehensif dan terintegrasi, (2) bahan masukan pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame, (3) mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya selama studi.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Scenic Beauty

Estimation (SBE). Metode ini memberikan penilaian estetika secara kuantitatif

pada lanskap. Uji SBE bertujuan untuk menentukan kualitas estetika lanskap Jalan Lingkar KRB dan faktor yang mempengaruhinya. Tahapannya adalah pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, sintesis, dan solusi. Pengumpulan data berupa foto-foto lanskap dan data pendukung lainnya. Foto tersebut dinilai oleh responden dan diolah sehingga mengghasilkan nilai estetika. Analisis merupakan tahapan dimana hasil olah data dipelajari dan dikaji dengan menurut prinsip desain, aspek sumberdaya visual, dan aspek legal.

Hasil analisis uji SBE memperlihatkan banyak titik Jalan Lingkar KRB dikategorikan lanskap dengan estetika rendah. Kategori estetika rendah umumnya terdapat pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Reklame adalah faktor yang menyebabkan kategori rendah tersebut. Kategori estetika tinggi umumnya terdapat pada penggunaan lahan RTH. Vegetasi yang harmonis adalah salah satu faktor yang menyebabkan kategori tinggi. Sedangkan, penggunaan lahan lain mempunyai nilai estetika yang bervariasi dan intensitas reklame yang berarvariasi.

Berdasarkan uji SBE faktor-faktornya, nilai estetika reklame tinggi terdapat pada reklame billboard, reklame dengan pengurangan ukuran yang ideal, warna yang kontras dan tajam dengan latar belakang, pencahayaan yang memberi kesan interaksi reklame dengan ruang, reklame intensitas rendah, dan vegetasi atau perpaduan vegetasi dan bangunan yang harmonis. Faktor-faktor tersebut mempunyai korelasi linier terhadap nilai estetika reklame.

(7)

digunakan peletakan reklame. Pada zona ini dapat diletakkan reklame permanen dan non permanen. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah berbagai jenis reklame dan ukuran. Zona ini tercipta sebagai fasilitasi pemusatan media reklame pada daerah dengan penggunaan lahan perdagangan dan jasa, (2) Zona alternatif reklame adalah kawasan dengan peletakan hanya reklame non permanen saja. Jenis reklame yang dapat diletakkan adalah spanduk, banner, dan poster dengan ukuran kecil saja. Zona ini tercipta mengacu pada uji SBE kondisi umum yang memperlihatkan bahwa zona perkantoran dan pemerintahan mempunyai potensi untuk diletakkan reklame dengan intensitas rendah. Selain itu, zona ini juga mengarahkan peletakan reklame pada daerah yang tidak rawan kecelakaan, (3) Zona bebas reklame adalah kawasan tanpa peletakan reklame sama sekali. Zona ini tercipta mengacu pada Perda Bogor yang menjelaskan kawasan-kawasan yang tidak diperbolehkan adanya reklame, nilai estetika uji SBE, dan keselamatan pengendara bermotor.

Pertimbangan kualitas Estetika Reklame juga merupakan rekomendasi penelitian ini. Billboard dapat digunakan sebagai media reklame utama. Untuk aspek pesan iklan, isi tersebut juga dapat terbaca apabila reklame menggunakan warna-warna yang dengan saturasi ideal tinggi. Selain dapat memperjelas pesan yang akan disampaikan, warna ideal tinggi juga dapat menambah nilai estetika. Akan tetapi, penggunaan warna reklame satu dengan yang lainnya harus mempertimbangkan prinsip desain tentang warna. Ukuran pada reklame dapat disesuaikan keperluan tetapi sebaiknya diminimalisir hingga ukuran ideal yang dapat menyampaikan isi pesan reklame dan tidak mengganggu pandangan. Pencahayaan malam untuk reklame sebaiknya memperhatikan aspek estetika reklame dan lingkungan sekitarnya. Untuk pengontrolan, pencahayaan mempunyai peran untuk tata letak relame. Pada zona yang tidak diperbolehkan dipasang reklame, lampu penerangan jalan umum dapat digunakan sebagai kontrol. Sifat lampu ini hanya sebagai penerangan jalan untuk umum dan tidak menerangi suatu objek saja sehingga reklame tidak berpotensi untuk diletakkan reklame.

Uji SBE penelitian ini menunjukkan bahwa lanskap Jalan Lingkar KRB mempunyai nilai estetika rendah. Reklame pada Jalan Lingkar KRB memiliki intensitas tinggi dan dapat mengganggu lanskap. Kualitas estetika lanskap meningkat apabila intensitas peletakan reklame semakin rendah dan beberapa titik mempunyai nilai estetika sangat tinggi. Lanskap estetika tertinggi adalah lanskap yang mempunyai ciri tanpa reklame. Pengurangan nilai estetika sebagai akibat peletakan reklame dapat diminimalisir atau dihindari dengan memperhatikan sumberdaya visual tapak, yaitu karakter visual (form, line, color texture,

dominance, scale, diversity, continuity) dan kualitas visual (vividness, intanctness, unity). Faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah desain, pencahayaan,

intensitas, dan view sekitar reklame.

Faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame adalah faktor desain, pencahayaan, intensitas, dan view sekitar reklame. Kondisi umum lanskap dengan faktor-faktor nilai estetika reklame berbeda-beda mempunyai nilai estetika yang berbeda-beda pula.

(8)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Manfaat ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Reklame ... 3 Visual ... 9 Estetika ... 11 Lanskap Jalan ... 11

Scenic Beauty Estimation (SBE) ... 14

Persepsi dan Preferensi ... 15

Simulasi Komputer... 16

METODOLOGI ... 18

Waktu dan Lokasi ... 18

Batasan Penelitian ... 18

Metode dan Tahapan Penelitian ... 19

Persiapan ... 20

Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis Data ... 25

Sintesis dan Solusi ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Kondisi Umum ... 28

Karakterisik jalan ... 28

(10)

viii

Analisis ... 30

Karakteristik Jalan ... 30

Penggunaan Lahan ... 31

Persebaran dan Jenis Reklame ... 33

Estetika Jalan KRB ... 36

Estetika kondisi umum ... 36

Lanskap daerah permukiman ... 39

Lanskap perdagangan dan Jasa ... 40

Lanskap Ruang Terbuka Hijau... 41

Faktor-Faktor Estetika Reklame ... 43

Jenis reklame ... 43 Ukuran reklame ... 45 Warna warna ... 46 Pencahayaan ... 48 Intensitas ... 49 View Sekitar ... 50 Rekomendasi ... 54

Zonasi penempatan reklame ... 54

Zona Utama Reklame ... 54

Zona Alternatif Reklame ... 54

Zona Bebas Reklame ... 55

Pertimbangan kualitas estetika reklame ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

Kesimpulan ... 59

Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(11)

ix Halaman

1. Pertimbangan Prinsip Desain Penataan Media ... 6

2. Aspek Sumberdaya Visual ... 10

3. Data Fisik Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ... 29

4. Jarak Pandang Pengendara Bermotor Menurut Fungsi Jalan ... 31

5. Jumlah dan Jenis Reklame Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ... 33

6. Perbandingan Jenis Reklame Menurut Skala Penggunaan Lahan Perdagangan dan Jasa. ... 34

7. Perbandingan Prinsip Penataan Media Reklame Litbang (2004) dan Hasil Uji SBE Faktor Estetika. ... 53

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Persepsi Visual ... 15

2. Contoh Hasil SoftwareAdobe Photoshop dan Google Sketchup. ... 17

3. Lokasi Penelitian ... 18

4. Tahapan Kegiatan Penelitian ... 19

5. Bidang Penglihatan Mata Manusia ... 21

6. Pembagian Fungsi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ... 28

7. Penggunaan Lahan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ... 32

8. Persebaran Titik Reklame ... 35

9. Foto Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah. ... 36

10. Grafik Nilai SBE Kondisi Umum ... 38

11. Lanskap Permukiman ... 39

12. Lanskap Perdagangan dan Jasa Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah ... 40

13. Lanskap RTH Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah ... 41

14. Zona Estetika Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ... 42

15. Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Faktor Jenis Reklame ... 43

16. Grafik Nilai SBE Faktor Jenis Reklame ... 44

17. Simulasi Foto Dengan Kualitas Estetika Tertinggi Faktor Ukuran Reklame ... 45

18. Grafik Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame ... 46

19. Nilai SBE Faktor Warna Reklame Tertinggi dan Terendah ... 47

20. Grafik Nilai SBE Faktor Warna Reklame ... 47

21. Contoh Lanskap Faktor Estetika Pencahayaan Reklame ... 48

22. Grafik Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame ... 49

23. Simulasi Foto Faktor Estetika Intensitas Reklame Tertinggi dan Terendah.50 24. Grafik Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame ... 50

25. Foto Kualitas Estetika Tertinggi dan Terendah Faktor View Sekitar Reklame ... 51

26. Grafik Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame ... 52

(13)

xi 30. Tampak Atas (atas) dan Tampak Samping (bawah) Peletakkan Reklame

Besar dan Kecil ... 56 31. Rekomendasi Zona Reklame ... 57 32. Simulasi Pertimbangan Kualitas Estetika Reklame ... 58

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Gambar Uji SBE Kondisi Umum ... 63

2. Gambar Uji SBE Faktor Estetika Reklame ... 67

3. Kuesioner Uji SBE ... 71

4. Daftar Hadir Responden ... 73

5. Perhitungan Nilai SBE Kondisi Umum ... 75

6. Perhitungan Nilai SBE Faktor Jenis Reklame ... 82

7. Perhitungan Nilai SBE Faktor Ukuran Reklame ... 84

8. Perhitungan Nilai SBE Faktor Warna Reklame ... 85

9. Perhitungan Nilai SBE Faktor Intensitas Reklame ... 86

10. Perhitungan Nilai SBE Faktor Pencahayaan Reklame ... 87

11. Perhitungan Nilai SBE Faktor View Sekitar Reklame ... 88

12. Persebaran Reklame Segmen 1 ... 89

13. Persebaran Reklame Segmen 2 ... 90

14. Persebaran Reklame Segmen 3 ... 91

15. Persebaran Reklame Segmen 4 ... 92

16. Persebaran Reklame Segmen 5 ... 93

17. Persebaran Reklame Segmen 6 ... 94

18. Persebaran Reklame Segmen 7 ... 95

19. Persebaran Reklame Segmen 8 ... 96

20. Persebaran Reklame Segmen 9 ... 97

21. Persebaran Reklame Segmen 10 ... 98

22. Persebaran Reklame Segmen 11 ... 99

23. Persebaran Reklame Segmen 12 ... 100

(15)

Latar Belakang

Lanskap jalan merupakan wajah dari karakter lahan yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik dari elemen alami seperti bentuk topografi lahan berpanorama indah maupun elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan merupakan sarana penunjang aktifitas manusia dan lalu lintas kendaraan. Sarana ini meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya sehingga memungkinkan terjadinya akses yang mengutamakan aspek efisiensi, keselamatan dan kesenangan pemakai. Menurut Booth (1983), lanskap jalan memiliki fungsi untuk mendukung penggunaan secara terus menerus; membimbing; mengatur irama pergerakan; mengatur waktu istirahat; mendefinisikan penggunaan lahan; memberikan pengaruh; mempersatukan; membentuk karakter lingkungan, spasial, dan visual. Salah satu bangunan pelengkap jalan adalah reklame. Reklame berfungsi sebagai elemen penyampaian informasi yang peletakannya memerlukan kesesuaian pengaturan. Ketidaksesuaian reklame secara visual dapat mengurangi keindahan pada suatu area yang mempengaruhi perilaku manusia sehingga menyebabkan ketidakpuasan penggunanya.

Bogor sebagai kota wisata yang dicirikan dengan banyaknay objek wisata seharusnya memperhatikan estetika kota secara keseluruhan. Estetika kota dapat diinterpretasikan pada landmark seperti daerah Istana Bogor, Tugu kujang, dan Kebun Raya Bogor. Lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB) terdiri dari empat jalan yaitu Jalan Juanda, Otto Iskandar Dinata (Ottista), Pajajaran, dan Jalak Harupat. Jalan tersebut mempunyai berbagai potensi dan kendala tentang kenyamanan penggunanya. Salah satunya adalah visual produk reklame yang meningkat secara kuantitatif dan kualitatif. Sementara itu, penataan media reklame kurang mempertimbangkan kondisi estetika lingkungan sehingga perlu adanya kajian dan evaluasi keberadaan reklame sesuai kaidah keseimbangan dan keserasian. Hal tersebut disebabkan tidak adanya “standar estetika lingkungan penataan reklame” sebagai landasan suatu lanskap jalan dalam menganalisis keberadaan reklame dalam lanskap jalan.

(16)

2

Kualitas visual reklame dapat diukur melalui respon manusia dengan memberikan persepsi dalam menduga keindahan atau kualitas estetika. Evaluasi kualitas visual reklame mudah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Perlu adanya kajian untuk mengetahui elemen lanskap apa saja yang mempengaruhi kualitas estetika dan visual reklame. Pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan studi literatur dan data instansional, survei lapangan, survei data instansi yang menangani perizinan reklame, wawancara, diskusi, kajian, dan analisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, elemen-elemen dasar lanskap yang menjadi variabel penduga kualitas visual reklame dapat diketahui.

Penelitian estetika jalan di Kota Bogor masih jarang dilakukan terutama di Jalan Lingkar KRB. Oleh karena itu, penelitian mengenai estetika perlu dilakukan pada Jalan Lingkar KRB untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat meningkatkan nilai estetika tapak.

Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari pengaruh reklame terhadap kualitas estetika lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (KRB). Sedangkan untuk memenuhi tujuan umum tersebut, peneliti terlebih dahulu mempelajari karakter visual reklame yang ada pada tapak, mempelajari tata letak reklame yang ada pada tapak, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame, seperti: 1. Perencana kota dalam merencanakan lanskap kota secara komprehensif dan

terintegrasi.

2. Bahan masukan pihak terkait dalam mengambil kebijakan penanganan reklame.

(17)

Reklame

Komunikasi adalah penyampaian pesan seseorang atau lembaga kepada seseorang atau banyak orang, baik secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan media. Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan dan akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Bentuk komunikasi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan media reklame. Reklame merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan ragamnya untuk tujuan komersil dan dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang, jasa, atau orang, untuk menarik perhatian umum sehingga peletakannya harus dapat dilihat, dibaca, dan didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah (Perda Bogor No .4 Tahun 2005).

  Peraturan tentang reklame di Kota Bogor tertuang dalam Perda No. 4 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Reklame. Penyelenggaraan reklame adalah rangkaian kegiatan dan pengaturan yang meliputi perencanaan, jenis, perizinan, penyelenggara, pengawasan, pengendalian, dan penertiban reklame dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi. Peraturan tersebut dijelaskan jenis-jenis reklame, yaitu:

1. Reklame Bando, adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan besi, kayu, kertas, plastik, Fibre Glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain bersinar. Reklame ini dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan dan ditempelkan melintang (berseberangan) di atas jalan sarana dan prasarana kota.

2. Reklame rombong, adalah reklame yang diselenggarakan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, Fibre Glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain yang bersinar. Reklame ini dipasang pada kios dan penyelenggaraannya ditujukan di luar sarana dan prasarana kota milik orang pribadi atau badan. 3. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

(18)

  4

4. Reklame film atau slide adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, dan barang-barang lain sejenisnya sebagai alat untuk diproyeksikan pada layar atau benda lain.

5. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh peralatan atau visualisasi apapun.

6. Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenisnya.

7. Reklame berjalan adalah reklame yang diselenggarakan dengan membawanya berkeliling dengan berjalan kaki, kendaraan bermotor atau tidak bermotor. 8. Reklame selebaran atau brosur adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas

diselenggarakan dengan cara menyebarkan selebaran atau brosur atau pamflet. 9. Reklame Baliho adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan

bahan kayu, plastik, dan sejenisnya dengan jangka waktu paling lama 1 bulan. 10. Reklame Papan (Billboard) adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat penyinar atau alat lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan. 11. Megatron, Videotron, Large Electronic Display (LED), Video Wall dan

Dynamic Wall adalah reklame menggunakan layar monitor besar berupa

program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. 12. Reklame umbul-umbul atau banner atau Spanduk adalah reklame yang

diselenggarakan menggunakan bahan kain, plastik, dan sejenisnya dalam jangka waktu paling lama 1 minggu.

13. Reklame poster atau tempelan stiker adalah reklame berbentuk lembaran lepas. Reklame ini diselenggarakan dengan cara disebarkan atau diminta untuk ditempelkan, diletakkan, dipasang, dan digantungkan pada tempat umum.

Perda Bogor No. 4 Tahun 2005 mendefinisikan berbagai istilah penyelenggaraan reklame. Pola penyebaran reklame adalah peletakkan reklame yang tercermin dalam peta sebagai acuan dan arahan penyelenggaraan reklame.

(19)

Bidang reklame adalah bagian atau muka reklame yang dimanfaatkan guna tempat

atau penyajian gambar, naskah, dan kata dari pesan-pesan penyelenggaraan reklame. Tinggi reklame adalah jarak antara ambang paling bawah bidang reklame ke permukaan tanah rata-rata atau bidang atap datar atau plat beton dan sejenisnya yang memenuhi kelayakan konstruksi tempat kedudukan peletakkan kaki konstruksi reklame. Panggung reklame adalah sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa bidang reklame yang diatur secara terpadu dengan baik dalam suatu komposisi yang estetik, baik dari segi kepentingan penyelenggaraan, masyarakat yang melihat maupun keserasiannya dengan pemanfaatan ruang kota beserta lingkungan sekitarnya. Definisi-definisi itu akan mempermudah untuk memahami kajian reklame dan dalam aplikasi penyelenggaraan reklame.

Dasar pertimbangan penyelenggaraan media reklame ditentukan memperhatikan kepentingan masyarakat, pemerintah daerah dan pihak pengusaha (biro iklan) untuk menempatkan media reklame sesuai dengan fungsinya sebagai media informasi sekaligus sebagai komponen kota yang berpengaruh pada keindahan kota. Oleh karena itu, aspek estetika menjadi dasar pertimbangan dalam menata media reklame. Prinsip desain perlu diperhatikan dalam menyusun pedoman teknis penataan reklame. Selain itu, faktor estetika diperlukan untuk menyampaikan isi pesan. Kegiatan mengenalkan, menganjurkan, dan memujikan suatu barang dan jasa reklame tertuang dalam pesan. Pesan yang disampaikan oleh media reklame harus dapat tersampaikan oleh pembacanya. Menurut Kasali (1993) menyatakan bahwa keefektifan media luar ruang didasarkan pada:

1. Jangkauan, yakni kemampuan media menjangkau sasaran.

2. Frekuensi, yakni kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama kepada pengamat.

3. Kontinuitas, yakni kesinambungan media menyampaikan pesan sesuai strategi periklanan.

4. Ukuran, yakni kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut pesan. 5. Warna, yakni kemampuan media menyajikan tata warna.

6. Pengaruh, yakni kekuatan pesan iklan yang kreatif. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Media harus dapat dibaca sekitar tujuh detik dan menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relatif jauh.

(20)

  6

Untuk menciptakan estetika yang tinggi, lanskap jalan mempunyai kriteria-kriteria yang menjadi aspek pertimbangan dalam menyusun elemen-elemennya. Banyak kriteria-kriteria dari berbagai macam sumber yang dapat dijadikan acuan estetika lanskap. Litbang PEMDA Bandung (2004) membuat kriteria-kriteria estetika lanskap dan aspek-aspek yang menciptakan estetika seperti bentuk, ukuran, penempatan, jumlah, orientasi, dan pencahayaan (Tabel 1). Tabel 1. Pertimbangan Prinsip Desain Penataan Media

Aspek Keindahan Konstruksi

Bentuk dan ukuran

Indah sesuai dengan : 1. Bentuk lanskap

2. Karakteristik lingkungan Indah sesuai dengan :

1. Karakteristik kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap

3. Skala struktur/bangunan Penempatan Indah sesuai dengan :

1. Fungsi kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap

Jumlah Indah sesuai dengan :

1. Karekteristik fungsi kawasan di kiri kanan jalan 2. Bentuk lanskap

Dengan memperhatikan:

1. Lebar kavling atau jarak antar bangunan 2. Orientasi pemasangan

3. Bentuk lanskap 4. Jenis Media Reklame

5. Keberadaan media reklame yang lain Orientasi Indah menurut :

1. Fungsi kawasan di kanan jalan 2. Bentuk lanskap

Dengan memperhatikan: 1. Bentuk lanskap 2. Jenis media reklame

3. Keberadaan media reklame yang lain 4. Jumlah media reklame dan lebar kavling Pencahayaan Indah menurut :

1. Fungsi kawasan di kanan jalan

(21)

Pola penyebaran dan peletakan reklame di suatu kawasan harus mempertimbangkan estetika, keserasian bangunan dan lingkungan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah (RTRW). Pola penyebaran tersebut diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu dan meliputi titik reklame di dalam sarana dan prasarana kota dan di luar sarana dan prasaran kota. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 15 tahun 1999 mengatakan bahwa nilai strategis titik reklame dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tata guna lahan atau potensi dari kawasan tersebut dalam mencapai sasaran pemasangan reklame, ukuran reklame, sudut pandang reklame, kelas jalan, harga lokasi pemasangan reklame. Nilai strategis tersebut menyebabkan perlu adanya kontrol dari pemerintah setempat terhadap peletakkan reklame.

Menurut Perda Bogor No. 18 Tahun 2008, peletakan titik reklame di luar sarana dan prasarana kota dapat diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu. Peletakannya memperhatikan estetika, keserasian bangunan dan lingkungan dengan rencana tata ruang kota dapat ditempatkan:

1. Di atas bangunan

2. Menempel pada bangunan 3. Di halaman

4. Di areal terbuka.

Peletakkan reklame di dalam sarana dan prasaran di kota Bogor diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu pada sarana dan prasarana kota, seperti:

1. Sisi luar trotoar atau bahu jalan; 2. Median jalan;

3. Shelter; 4. Jembatan

5. terowongan penyeberangan orang; 6. Ruang Terbuka Hijau;

7. Ornamen kota;

8. Terminal dan pangkalan angkutan; 9. Stasiun kereta api;

10. Gelanggang olahraga;

(22)

  8

Peletakkan reklame di dalam sarana dan prasarana kota Bogor terdapat larangan-larangan, meliputi:

1. Trotoar 2. saluran

3. Ruas-ruas jalan bagian dalam yang mengitari kawasan Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor.

4. Jl. Ir. H. Juanda mulai dari depan kejaksaan hingga simpang Jl. Pengadilan. 5. Sebelah barat Jl. Jend Sudirman mulai persimpangan Jl. Absesin s/d Simpang

Jl. R.E Martadinata.

6. komersial pada area sarana pemerintah, tempat ibadah, dan sarana pendidikan formal.

Menurut Simonds (1983), pengontrolan zona reklame diperlukan untuk melindungi vista dan pemandangan yang ada serta mempertahankan kualitas jalan dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara untuk mengontrol adalah dengan pengelompokkan berbagai informasi dan penempatan pada titik lokasi yang ditentukan, misalnya area peristirahatan, taman lingkungan, pusat perdagangan dan jasa atau titik lain yang mudah dilihat oleh pengamat. Perda Bogor No. 4 tahun 2005 menyebutkan bahwa penyelenggaraan reklame dilaksanakan menurut jalur jalan. Jalur jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai strategis untuk peletakkan titik reklame. Penyelenggaraan reklame diletakkan sepanjang jalur jalan tertentu yang diatur oleh walikota meliputi:

1. Jalur jalan khusus adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang mempunyai nilai stategis khusus untuk peletakkan titik reklame. 2. Jalur jalan utama adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun yang mempunyai nilai strategis utama untuk peletakkan titik reklame. 3. Jalur jalan I adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun

yang mempunyai nilai strategis jalur kelas 1 (satu) untuk peletakkan reklame. 4. Jalur jalan II adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapaun

yang mempunyai nilai strategis jalur 2 (dua) untuk peletakkan titik reklame. 5. Jalur jalan III adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun

(23)

Visual

American Society of Landscape Architects (1979) mengemukakan dua

aspek penting sumberdaya visual yang dilakukan dalam penilaian visual, yaitu karakter visual dan kualitas visual. Karakter visual dibedakan menjadi dua level, yaitu pola elemen dan pola karakter. Pola elemen terdiri dari form, line, color, serta texture. Pola karakter terdiri dari dominance, scale, diversity, dan continuity. Sedangkan kriteria menilai kualitas visual terdiri dari vividness, intactness, dan

untiy (Tabel 2). Estetika pemandangan merupakan salah satu sumber daya visual

yang penting. Estetika pemandangan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan dapat memberikan efek visual yang menyenangkan. Pada suatu pemandangan lanskap yang estetik, banyak faktor yang membentuk dan mempengaruhinya. Menurut Harris dan Dines (1983) ada lima faktor visual dalam persepsi dan identifikasi, yaitu ketajaman visual, pandangan sekeliling, kedalaman persepsi, pandangan yang menyilaukan, dan kepulihan pandangan serta pandangan terhadap warna.

Wujud visual yang berbeda-beda dimiliki untuk setiap benda yang memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan karakter masing-masing. Menurut Laurie (1975), visual dapat dimanipulasi menciptakan kesan ruang tertentu. Ciri visual suatu benda dipengaruhi jarak antara pengamat dengan benda yang diamati. Untuk Visualisasi di malam hari, dimana matahari sedang menerangi belahan bumi bagian lain maka pencahayaan diperlukan untuk menerangi kawasan tersebut sehingga lanskap tersebut dapat dinikmati di malam hari. Dimana keindahan suatu lanskap dapat dinikmati jika ada cahaya yang menerangi dan tidak menyilaukan. Elemen lanskap selain memiliki wujud visual berdasarkan karakteristik yang dimilikinya juga dapat membentuk visual lanskap. Visual lanskap dapat ditampilkan secara indah dengan penataan setiap elemen secara proporsional dan pencahayaan untuk visualisasi di malam hari, sesuai dan harmonis.

Struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh terlihat tidaknya pemandangan dari satu titik pandang, jarak antara pengamat dan obyek yang diamati. Ashihara (1970) menyatakan seseorang dapat melihat sebuah objek sebagai suatu kesekuruhan pada sudut 27º apabila jarak ke objek sama dengan dua

(24)

  10

kali tinggi objek. Struktur visual suatu lanskap ditentukan oleh titik pandang, jarak pengamat dan objek, sudut tampak, sudut bidang yang tidak tampak, sudut depresi, sudut elevasi dan cahaya (Higuchi, 1988). Ruang lingkup pandang pengamat terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pergerakan yang dilakukannya (Hoobs, 1995). Beberapa parameter digunakan untuk menentukan kualitas visual suatu lanskap yaitu kesatuan sumber daya visual lanskap dalam membentuk suatu unit visual yang harmonis dan koheren, kesan hidup dari penggabungan elemen-elemen pembentuk lanskap serta keutuhan kondisi lanskap alami.

Tabel 2. Aspek Sumberdaya Visual Sumberdaya

Visual

Atribut visual

Aspek Karakteristik aspek Karakter

Visual

Pola Elemen

Form Kelompok visual, besarnya atau bentuk.

Line Edges suatu objek atau bagian dari

objek.

Color Keseluruhan nilai suatu objek atau mencerminkan keterangan yaitu terang, gelap, dan hue yaitu merah, hijau.

Texture Kekasaran suatu permukaan.

Pola Karakter

Dominance Posisi, luasan, atau kekontrasan dasar

pola elemen.

Scale Hubungan ukuran antara komponen lanskap dan sekitarnya.

Diversity Fungsi dalam jumlah, keragaman, dan penyatuan pola elemen visual.

Continuity Aliran yang tidak mengganggu pola elemen dalam lanskap dan pengelolaan hubungan visual antara komponen lanskap.

Kualitas Visual Vividness Kombinasi memoribility komponen lanskap dengan pola visual yang menarik perhatian dan berbeda dari yang lain.

Intactness Kesatuan antara lanskap buatan dan alami.

Unity Hubungan visual dan keharmonisan komposisi lanskap secara individu.

(25)

Estetika

Estetika merupakan istilah yang erat hubungannya dengan keindahan. Menurut Prall dalam Porteous (1977), estetika adalah salah satu tindakan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang indah dan berguna. Estetika menurut Simonds (1983) merupakan hubungan yang harmonis dari semua elemen atau komponen yang dirasakan. Estetika dalam suatu lanskap dapat berarti keindahan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lingkungan dan merupakan salah satu Sumberdaya alam sehingga perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya. Estetika secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran keselarasan terhadap alam atau seni. Estetika berkaitan erat dengan penilaian secara visual, karena penilaian suatu obyek melalui penampakan visual sangat mudah ditangkap oleh indera manusia. Estetika secara umum selalu berhubungan dengan bentuk dan kualitas suatu material. Bentuk material merupakan wujud fisik yang dapat ditangkap oleh mata dan berkaitan dengan warna serta tekstur dari material.

Kualitas visual estetik merupakan hasil pertemuan antara unsur fisik lanskap dan proses psikologis dari pengamat (Daniel, 2001). Menurut Nasar (1988), kualitas estetik suatu lanskap dapat ditentukan oleh dua macam penilaian estetik, penilaian formal dan simbolik. Estetik formal menilai suatu obyek berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kompleksitas, dan keseimbangan suatu obyek. Sedangkan estetik simbolik menilai suatu obyek berdasarkan makna konotatif dari obyek tersebut setelah dialami oleh pengamat.

Lanskap Jalan

Lanskap adalah wajah dan karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi ini dengan segala sesuatu dan apa saja yang ada di dalamnya baik bersifat alami dan buatan, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya. Lanskap dapat diartikan sejauh mata memandang sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menangkap serta membayangkan objek yang menjadi bidang pengamatan (Rachman, 1984). Jadi, Lanskap adalah bentang alam tempat tinggal makhluk hidup dengan karakterisik masing-masing.

(26)

  12

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Dirjen Bina Marga (1980) menerangkan, jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Maka dari itu, perlu adanya peraturan-peraturan yang dapat melancarkan kegiatan di jalan.

Peraturan Pemerintah nomor 34 Tahun 2006 menyebutkan bahwa jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 60 kilometer per jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal. Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter. Sedangkan Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter. Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter.

Menurut Carpenter, Walker dan Lanphear (1975) perencanaan lanskap jalan memerlukan pemikiran seksama, tidak hanya memperhatikan fungsi seperti keamanan, kesenangan, dan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan nilai estetika. Estetika tersebut dapat dihadirkan melalui elemen lanskap. Berdasarkan sifatnya, elemen dalam lanskap jalan dibagi menjadi elemen keras (bangunan) dan elemen lunak (vegetasi). Vegetasi lanskap (soft material) merupakan elemen lunak dan bersifat alami yang pemilihan dan pengaturan tanaman bersifat melengkapi (Carpenter, 1975). Bangunan lanskap (hard material) yaitu semua elemen lanskap yang bersifat keras. Bangunan dalam lanskap termasuk ke dalam unsur buatan manusia yang keberadaannya memiliki fungsi dan estetika tertentu.

(27)

Ketinggian bangunan merupakan intensitas pemakaian ruang secara vertikal, yang diasumsikan bahwa satu lantai bangunan mempunyai ketinggian 3-5 meter. Ketinggian bangunan di Kota Bogor direncanakan sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Ketinggian bangunan sangat rendah dan rendah ditempatkan di jalan lokal atau lingkungan yaitu untuk kawasan permukiman, hutan kota, daerah konservasi dan jalur hijau.

2. Ketinggian bangunan tinggi ditempatkan pada jalan sekunder dikawasan pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran atau pemerintahan

3. Ketinggian bangunan sangat tinggi ditempatkan pada jalan primer yaitu untuk perdagangan dan jasa serta perkantoran atau pemerintahan dengan memperhatikan view di sekitarnya. (BAPPEDA, 1999).

Untuk bangunan reklame, jarak pandang pengamat dari kendaraan ditentukan oleh tinggi bangunan (H), ukuran bangunan dan kecepatan kendaraan itu sendiri (V). Semakin besar ukuran dan tinggi bangunan, maka jarak pandang pengamat ke bangunan akan semakin jauh. Untuk aplikasinya, pengguna kendaraan bermotor dapat menggunakan zona aman ”12 detik” (Hough, 1989). Zona aman ini digunakan untuk melihat suatu pandangan pada kecepatan tertentu kendaraan bermotor. Contoh: Asep mengendarai motor dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Apabila Asep memakai pedoman Jarak Pandang 12 Detik, jarak (dalam meter) yang harus diawasi oleh Asep adalah jarak yang ditempuh motor setiap detik x 10. Jarak yang ditempuh motor Asep setiap detik adalah: Diketahui:

Kecepatan rata-rata (V) = 60 km/jam = 60.000 m / 3.600 detik = 16,6 m / detik Apabila menggunakan pedoman jarak pandang 12 detik (t):

Jarak terjauh pandangan (S) = Kecepatan (V) x Waktu (t) Jarak terjauh pandangan (S) = 16,6 m/detik x 12 detik

= 199,2 meter

= 199 meter

Jadi, pada kecepatan 60 km/jam motor Asep berjalan sejauh 16,6 m setiap detik. Jika Asep memakai pedoman Jarak Pandang 12 Detik, Asep harus mengawasi lalu lintas di depannya sejauh 199 m.

(28)

  14

Scenic Beauty Estimation (SBE)

Kualitas lanskap atau pemandangan dapat dipengaruhi visual lanskap tersebut. Menurut Booth (1983), estetika digunakan sebagai dasar dalam visual lanskap. Pemandangan atau kualitas estetika lanskap dapat diukur berdasarkan penilaian manusia. Pemandangan lanskap tersebut merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan secara objektif sulit untuk dapat diukur karena bersifat kualitatif. Selain itu, estetika bersifat subjektif bagi setiap orang. Untuk itu, nilai pemandangan lanskap perlu ditransformasikan dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Menurut Daniel dan Boster (1976), penilaian nilai tersebut dapat ditransformasikan dari nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif.

Menurut Daniel dan Boster (1976), kategori dalam metode penilaian kualitas pemandangan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Invetarisasi deskriptif

Inventaris yang menggambarkan keadaan suatu objek atau tapak. Pendekatan inventaris ini memerlukan komponen-komponen yang mempengaruhi keindahan lanskap sebagai referensi penilaian estetika lanskap. Setiap kehadiran maupun tidak kehadiran komponen maupun kombinasi komponen perlu diamati, dicatat dan dihitung.

2. Survei dan kuisioner

Kuisioner dan survei telah secara luas digunakan untuk menentukan keinginan berbagai alternatif-alternatif manajemen. Suatu survei dapat menyediakan satu evaluasi atau penilaian atas mutu pemandangan dengan menandakan pilihan-pilihan sampel. Pertanyaan-pertanyaan sangat luas dan umum bisa diajukan sebagai satu pembuka atau menstimulasi responden. Tanggapan-tanggapan dari hasil kuisioner biasanya dibandingkan dan dianalisis untuk menghasilkan indikasi-indikasi ringkasan pendapat dan pilihan dari golongan responden. Setelah itu, pilihan-pilihan dihubungakan dengan keindahan lanskap.

3. Evaluasi berdasarkan preferensi.

Pendekatan ini menggunakan prosedur pertanyaan tentang estetika lanskap dengan menggunakan foto dan grafik. Foto-foto yang ingin ditampilkan harus memperhatikan sudut pandang atau poin yang menguntungkan untuk dinilai kualitas estetikanya.

(29)

Estetika lanskap ini dapat diduga melalui persepsi manusia terhadap suatu lanskap dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Menurut Daniel dan Boster (1976), Scenic Beauty Estimation (SBE) adalah suatu metode untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto berdasarkan suatu hal yang disukai keindahannya secara kuantitatif sebagai sebuah alternatif dalam sistem manajemen lanskap alam. Berbagai modifikasi dalam metodenya sangat potensial untuk dijadikan dasar dalam perencanaan, perancangan, pengelolaan suatu tapak.

Persepsi dan Preferensi

Porteous (1977) mendefiniskan persepsi sebagai respon langsung dari suatu tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor eksternal yaitu keadaan fisik dan sosial. Respon ini berupa pemahaman ataupun pemberian makna atas informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Gambar 1). Menurut Simonds (2006), persepsi merupakan proses yang terjadi karena rangsangan terhadap panca indera dan bagian dari kognisi manusia. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Jadi, persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu objek. Masing-masing orang mempunyai persepsi tentang suatu objek tergantung dari preferensi masing-masing.

(30)

  16

Preferensi adalah tindakan untuk memilih, ditentukan oleh banyak faktor sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan. Faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap suatu kualitas visual objek atau lanskap ditentukan oleh kualitas objek atau lanskap tersebut maupun keadaan psikologis masyarakat yang mengamati. Menurut Laurie (1975), hal yang mempengaruhi persepsi dan preferensi manusia terhadap lingkungan adalah usia, tingkat sosial, latar belakang budaya, pengalaman masa lampau, dan kegiatan rutin seseorang.

Pada aplikasinya, pengambilan keputusan dalam ilmu lanskap dapat ditemukan di setiap kegiatan seperti pengambilan keputusan dalam penilaian visual lanskap. Visual lanskap yang ada menimbulkan persepsi dari masing-masing individu yang timbul sebagai akibat dari adanya preferensi tiap-tiap individu pula. Pengambilan keputusan manusia terdiri dari berbagai tahap, yaitu: (1) persepsi, (2) Pengambilan sikap, (3) Penerimaan nilai-nilai, (4) Preferensi, (5) Kepuasan (Porteous, 1977). Laurie (1990) menyatakan terdapat banyak hal yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek dalam mengambil keputusan. Hal yang mempengaruhi persepsi dan preferensi manusia adalah usia, tingkat sosial, latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa lampau, dan kegiatan rutin seseorang.

Simulasi Komputer

  Menurut McHaney (1991), kegiatan simulasi adalah suatu model untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat menyediakan pengetahuan dalam berbagai elemen dunia nyata, dengan konsep pemodelan yang diciptakan melalui program dengan menggunakan komputer. Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak.

Pemakaian komputer dalam pekerjaan desain sudah semakin luas dan sekarang mempengaruhi semua aspek aplikasi ilmu arsitektur lanskap (Harris dan Dines, 1988). Lebih lanjut Harris dan Dines menjelaskan komputer digunakan untuk bookeeping dan surat menyurat, inventaris landuse dan sumberdaya, berbagai analisis, permasalahan alokasi landuse, tugas site engineering, dan

(31)

pekerjaan studio. Simulasi komputer berupa ramalan terhadap hal-hal yang belum direalisasikan dalam dunia nyata dengan menggunakan media komputer yang dimaksudkan untuk mempermudah melakukan ramalan-ramalan tersebut. Kegiatan simulasi komputer dapat dilakukan dengan berbagai software seperti

Software Adobe Photoshop dan Google sketchup.

Software Adobe Photoshop CS2 adalah program yang digunakan untuk editing foto, retouch foto, photo realistic image, ilustrasi kartun, desain web,

layout halaman sederhana, hingga texturing 3D (Jeprie, 2008). Sedangkan menurut Agung (2005), Program software Photoshop CS2 merupakan software desain grafis dan editing foto digital yang lebih baik dibandingkan seri terdahulu. Menurut Karno (2005), Software Adobe Photoshop CS2 merupakan program aplikasi pengolah image atau gambar. Versi program ini banyak sekali dan telah mengalami perkembangan. Akan tetapi, photoshop CS2 adalah versi yang mempunyai ukuran ringan dengan kualitas gambar yang maksimal sehingga menjadi prioritas utama penggunaannya (Gambar 2). Sedangkan Software Google

Sketchup adalah program modeling 3 dimensi yang diperuntukkan bagi para

profesional di bidang arsitektur, teknik sipil, pembuat film, pengembang game, dan profesi terkait (Arifinez, 2009). Program Google Sketchup memiliki kelebihan pada kemudahan penggunaan dan kecepatan dalam melakukan desain yang berbeda dengan program 3 dimensi CAD lainnya. Program ini dapat menyajikan suatu desain dalam bentuk 3 dimensi dengan kualitas baik namun ukuran file yang cukup ringan (Gambar 2).

  

Gambar 2. Contoh Hasil Software Adobe Photoshop (kiri) dan Google sketchup (kanan).

(32)

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi

Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad

Way) pada penelitian ini meliputi jalan di luar area yang melingkari Kebun Raya

Bogor (KRB). Waktu pengumpulan data di lapang selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari sampai April 2009. Sedangkan pengolahan dan analisis data akan dilakukan di Kampus IPB Dramaga Bogor setelah pengumpulan data.

Gambar 3. Lokasi Penelitian Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi membahas estetika tapak menurut pemanfaatannya dengan menganalisis beberapa contoh faktor estetika sampai pada tahap sintesis rencana pengembangan pereklamean yang mengacu pada visual dan estetika reklame di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Beberapa rekomendasi disajikan untuk memberi solusi bagi permasalahan yang ada.

(33)

Metode dan Tahap Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode ini berupaya untuk menghubungkan fakta dengan interpretasi yang tepat melalui survei lapang, studi literatur dan data instansional. Tahapan kerjanya meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, analisis sintesis, dan rekomendasi (Gambar 4).

(34)

  20

Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan terdiri dari:

1. Menetapkan tujuan dan arah penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil penelitian apakah telah mencapai tujuan dan arah penelitian.

2. Mendapatkan perizinan dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian. 3. Penyusunan rencana kerja dan biaya.

4. Pengkajian dan studi pustaka untuk memberikan batasan mengenai reklame, analisis visual, dan estetika lanskap jalan.

5. konsultasi, penulisan usulan penelitian dan perbaikan serta pengurusan izin penelitian.

Pengumpulan Data

Kegiatan ini meliputi pengumpulan data awal berupa data primer dan data sekunder serta penghayatan tapak. Data primer dapat diperoleh survei lapang, pemotretan, dan pembagian kuisioner SBE. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung penelitian ini. Untuk mendapatkan data kualitas estetika reklame digunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto. Metode ini mempunyai tiga tahapan utama, yaitu pengamatan lanskap dengan melakukan survei lapang, pemotretan objek, dan presentasi slide.

Pertama, pengamatan tapak dengan melakukan survei lapang. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kondisi umum reklame di tapak dan menentukan contoh lanskap yang mewakili karakter-karakter yang diinginkan. Pada tahap ini peneliti mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi estetika reklame di Jalan Lingkar KRB. Pengamatan ini mengacu pada referensi studi pustaka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi desain. Dari berbagai faktor-faktor estetika diambil beberapa yang cukup mempengaruhi estetika reklame di tapak. Selanjutnya, hasil survei tersebut menentukan titik-titik pengambilan gambar reklame (Vantage Point). Berdasarkan hasil survei itulah ditentukan titik-titik pengambilan gambar (vantage point) dengan menggunakan kaidah estetika dalam pemotretan di berbagai kondisi.

(35)

Setelah melakukan pengamatan tapak, peneliti melakukan pemotretan dengan kamera digital Olympus 8.0 Mega pixel untuk menghasilkan gambar yang berkualitas. Pemotretan dilakukan setinggi batas pandangan manusia dan sejajar dengan arah pandangan mata normal (Gunawan dan Yoshida, 1994). Pemotretan sebuah bangunan sebagai suatu keseluruhan pada sudut 27º dengan D/H= 2, dimana D adalah jarak dari bangunan ke pengamat dan H adalah ketinggian bangunan (Gambar 5). Perlakuan ini untuk menghasilkan hasil menyatu antara reklame dengan lanskap. Akan tetapi terdapat juga pemotretan yang tidak mengikuti kaidah tersebut. Hal ini dikarenakan situasi sekitar objek yang tidak kondusif seperti lokasi ramai, tidak ada ruang ideal untuk mengambil foto. Pemotretan dilakukan pada keadaan sepi dan keadaan pemandangan tidak terhalang. Selain itu, pengambilan gambar dilakukan pada siang hari dan malam hari (perlakuan pada kamera berbeda) untuk mengetahui kesan visual yang berbeda-beda. Foto hasil pemotretan diseleksi berdasarkan berbagai kriteria, yaitu kejelasan objek, ketajaman foto. Apabila tidak terjadi kesesuaian gambar terhadap arah dan maksud dari gambar, maka dilakukan pemotretan ulang.

(36)

  22

Setelah foto-foto untuk kondisi umum dan kontrol simulasi tapak dipilih, tahapan selanjutnya adalah pembuatan simulasi dengan software Adobe

Photoshop CS2. Teknik yang digunakan adalah transform (merubah ukuran), replace color (merubah warna), dan stamp clone (mengedit gambar). Simulasi

menggunakan foto-foto yang telah diambil pada tapak sebelumnya. Simulasi ini dibuat mempertimbangkan faktor-faktor reklame pada pengamatan untuk diuji nilai estetikanya. Adapun faktor-faktor yang disimulasikan adalah ukuran reklame, intensitas reklame, dan warna reklame. Selain simulasi foto-foto tersebut, pengujian faktor estetika menggunakan foto-foto kondisi umum lanskap untuk faktor jenis, pencahayaan, dan view reklame. Setiap foto harus menonjolkan faktor yang diinginkan agar tidak terjadi bias pada saat penilaian.

1. Ukuran Reklame

Berdasarkan penelitian Zuliani (2006), ukuran reklame memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas estetika lanskap. Pengurangan ukuran reklame yang ideal memiliki nilai esteika tinggi. Menurut Perda Bogor No. 4 Tahun 2005, ukuran reklame dibagi menjadi 2, yaitu reklame kecil dan besar. Jenis reklame dengan ukuran luas bidang reklame sampai dengan 6 m2 disebut reklame kecil. Jenis reklame dengan ukuran luas bidang reklame lebih dari 6 m2 disebut reklame besar. Dua Lanskap dipilih sebagai objek simulasi, yaitu Billboard KRB pintu 1 dan Billboard pertigaan Tugu Kujang. Pemilihan ini karena karakteristik lokasi yang mudah dilihat oleh pengendara bermotor dan pejalan kaki. Kedua billboard tersebut mempunyai ukuran besar, yaitu masing-masing 20m2 dan 30m2. Kedua billboard tersebut diperkecil hingga menjadi ukuran kecil, yaitu masing-masing menjadi 5 m2. Kedua reklame tersebut diperkecil hingga masing-masing menjadi 25% dan 16,6% dari ukuran semula.

2. Warna Reklame

Berdasarkan penelitian Titi W (2007), pemilihan warna pada desain suatu objek dapat mempengaruhi kualitas estetika. Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam warna adalah chrome, yaitu mengenai, kekuatan, kesucian, dan intensitas warna (Grave, 1951). Peningkatan dan penurunan saturasi dapat mengubah nilai Chrome suatu warna sehingga peneliti berusaha untuk menguji faktor reklame. Penggunaan warna kuat atau dengan saturasi tinggi reklame

(37)

mendominasi pada setiap kawasan. Sedangkan warna saturasi lemah atau saturasi rendah pada reklame hanya banyak terdapat di Jalan Ottista. Dua lanskap dipilih sebagai objek simulasi, yaitu Billboard Fame n Famous Pajajaran dan Billboard depan Pangrango Plaza. Pemilihan ini karakteristik lokasi yang mudah dilihat oleh pengendara bermotor dan pejalan kaki. Kedua reklame tersebut mempunyai saturasi warna yang berbeda. Billboard BCA mempunyai warna dengan saturais tinggi dan Billboard Fame n Famous mempunyai warna dengan saturasi rendah. Kedua reklame tersebut diberi perlakuan menaikkan saturasi hingga 75% dan menurunkannya hingga 75%.

3. Jenis Reklame

Bentukan desain yang dapat mencerminkan jenis desain mempengaruhi estetika suatu objek. Hal ini sesuai dengan ASLA (1979) yang mengemukakan bahwa karakter visual yang menentukan estetika desain dipengaruhi oleh form. Menurut bentuk atau jenisnya, reklame dibagi menjadi 13 jenis, yaitu Reklame Bando, reklame rombong, reklame peragaan, reklame film atau slide, reklame suara , reklame udara, reklame berjalan, reklame selebaran atau brosur, reklame baliho, reklame papan (billboard), megatron, videotron, large electronic display (LED), video wall dan dynamic wall, umbul-umbul atau banner atau spanduk, reklame poster atau tempelan stiker. Sepanjang Jalan Lingkar KRB terdapat lima jenis reklame yang dipasang, yaitu billboard, spanduk, reklame rombong, poster, dan banner. Sepuluh lanskap dipilih untuk dijadikan objek dengan dua foto menunjukkan satu jenis reklame. Reklame dipilih karena karakteristiknya yang menonjol di masing-masing lokasi dan cukup strategis dari pandangan pejalan kaki atau pengendara bermotor.

4. Intensitas

Berdasarkan pengamatan, intensitas reklame pada tapak bervariasi. Desain akan bernilai tinggi jika memperhatikan prinsip-prinsip desain yang salah satunya adalah Scale berupa intensitas dan lain-lain (Reid, 1993). ASLA (1979) menyatakan bahwa aspek sumberdaya visual diversity (fungsi dalam jumlah) dapat mempengaruhi visual pengamat sehingga mempengaruhi nilai estetika. Komponen lanskap yang memiliki jumlah, keragaman, dan pola yang sesuai dan harmonis akan memiliki nilai estetika yang tinggi. Foto kontrol diambil pada

(38)

  24

tapak, yaitu reklame yang terdapat pada lapangan sempur. Reklame terdiri dari

billboard dan spanduk dengan total intensitas lima reklame. Setelah itu, foto

tersebut disimulasikan dengan menghilangkan reklame menjadi tiga, satu, dan tanpa reklame. Intensitas reklame yang lebih dari 5 pada suatu titik dengan radius 10 meter (titik akurasi GPS) dapat dikatakan sebagai intensitas tinggi. Pembagian kelas ini berdasarkan pengamatan visual persebaran reklame yang menunjukkan kepadatan jika pada suatu tapak terdapat lebih dari 5 reklame pada radius 10 meter.

5. Pencahayaan

Berdasarkan penelitian Astuti (2006), Pengaruh pencahayaan dapat mempengaruhi estetika suatu objek. Pembagian Pencahayaan pada tapak dibagi menjadi dua menurut sumbernya, yaitu pencahayaan pada siang hari dan malam hari. Perbedaan sumber pencahayaan ini dijadikan perlakuan faktor-faktor estetika pada reklame. Vantage Point untuk faktor pencahayaan diambil pada tiga tempat, yaitu reklame dekat Tugu Kujang, Billboard dekat Pangrango Plaza, dan

Billboard Hotel Sahira. Mula-mula, pemotretan dilakukan siang hari pada sudut

tertentu. Setelah itu, pemotretan pada malam hari dilakukan pada posisi dan sudut yang sama dengan gambar siang hari. Untuk mempermudah pengambilan gambar pada malam hari, titik pengambilan gambar diberikan tanda setelah pemotretan pada siang hari sehingga.

6. View Sekitar

Meliawati (2003) yang menyebutkan elemen lanskap yang dominan terhadap kualitas estetika lanskap adalah vegetasi, bangunan, perkerasan, air, dan langit. Pada Lingkar Jalan KRB, elemen yang cukup menonjol adalah bangunan (gedung) dan vegetasi. Lebih lanjut, Meliawati mengatakan elemen langit tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kualitas estetika. Sedangkan untuk perkerasan dan air, pengaruhnya tidak menonjol jika skala visual dari elemen tersebut tidak besar pada suatu tapak. Berdasarkan hal ini, vegetasi dan bangunan menjadi prioritas utama yang diujikan pada tapak ini. Enam lokasi diambil yang mengkondisikan view tersebut, yaitu billboard dekat lapangan sempur, Spanduk dekat Tugu Kujang, Kios-kios Jalan Ottista, Billboard BTM, reklame BHI, dan Reklame Hotel Sahira.

(39)

Tahapan selanjutnya adalah presentasi slide. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap lanskap dan simulasi lanskap yang dihadirkan dalam bentuk slide. Mekanisme presentasi ini adalah menampilkan 74 slide kepada sekitar 40 responden untuk dinilai. Ada dua tahap pada presentasi slide ini, yaitu kuisioner kondisi umum tapak dan kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi reklame tapak. Tiap satu slide para responden diberi waktu sekitar 8 detik untuk mengamati dan menilai gambar. Waktu tersebut dinilai cukup karena responden adalah mahasiswa. Mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 9 berusia 20-23 tahun yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang visual. Hasil responden tersebut dinilai cukup mewakili karena responden penelitian ini terdiri atas kalangan mahasiswa yang dianggap paham, kritis, dan perduli terhadap lingkungan. Para responden tersebut diharapkan dapat mengelompokkan pemandangan berdasarkan rangking atau skala penilaian dari 1 sampai dengan 10. Angka 1 menunjukkan lanskap yang tidak disukai, sedangkan angka 10 menunjukkan lanskap yang sangat disukai.

Khusus untuk uji SBE faktor-faktor estetika reklame, penilaian SBE lebih ditekankan pada faktor-faktor yang diarahkan oleh peneliti tanpa mempertimbangkan faktor lainnya. Sebelum dimulai, peneliti menjelaskan kriteria-kriteria penilaian faktor tersebut. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya pengamatan faktor lain pada penilaian oleh responden. Pengamatan perlakuan tersebut dapat menghasilkan nilai yang bias pada perlakuan.

Hasil dari uji SBE akan menghasilkan penilaian estetika dari reklame dengan kategori penilaian estetika tinggi, sedang, dan rendah dari tiap-tiap objek gambar (Booster, 1976). Selain itu, hasil uji ini juga dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi estetika reklame berdasarkan pengamatan tapak. Hasil uji SBE ini lebih lanjut dianalisis menggunakan analisis visual, estetika lanskap jalan, dan aspek legal berdasarkan studi pustaka dan literatur yang ada.

Pengolahan dan Analisis Data

Data presentasi slide diolah secara kuantitatif dengan menggunakan

metode statistik. Setelah itu, berbagai kategori pemandangan dari slide tersebut dikaji berdasarkan analisis visual dan tata letak berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(40)

  26

Rangking penilaian SBE reklame dapat dihitung dengan rumus:

SBEX : nilai SBE titik ke X

ZLS : Nilai rata–rata Z titik ke X

ZLX : Nilai rata-rata Z titik yang digunakan sebagai standar.

Kualitas estetika dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu estetika tinggi, sedang, dan rendah. Untuk memperoleh data tersebut, tiap reklame dikelompokkan berdasarkan rangking atau skala penilaian dari 1 sampai 10. Bila suatu lanskap dinilai oleh responden dengan nilai dominan 5-6. Maka nilai z lanskap tersebut akan mendekati nol dan dapat diasumsikan memiliki nilai estetika lanskap antara tinggi dan rendah atau bisa disebut estetika normal. Lanskap dengan nilai z mendekati nol dapat digunakan untuk menduga kualitas estetika lanskap lain secara relatif terhadap titik tengah skala penilaian atau lanskap dengan estetika pemandangan sedang. Kriteria sedang adalah lanskap dengan nilai -20<SBE<20. Kriteria tinggi adalah lanskap dengan nilai SBE >20. Sedangkan kriteria rendah adalah lanskap dengan nilai SBE <20 (Boster, 1976).

Setiap rangking dihitung jumlah frekuensi kumulatif, peluang kumulatif, dan nilai z berdasarkan tabel (Daniel dan Booster, 1976). Pengelompokkan didasarkan oleh sebaran normal dengan uji sebaran normal menggunakan

software Microsoft Excel. Pengelompokkan dilakukan dengan metode kuartil.

Frekuensi (f) merupakan perhitungan jumlah responden yang menilai untuk masing-masing rating berdasarkan satu lanskap foto. Peluang kumulatif (cp) adalah frekuensi kumulatif dibagi jumlah responden. Nilai z diperoleh dengan program Microsoft Excel menggunakan rumus Normsinv dikali peluang kumulatif (Normsinv x cp),. Untuk peluang kumulatif (cp) bernilai 1, perhitungan nilai z menggunakan rumus peluang kumulatif = ½(2n). Sedangkan perhitungan peluang kumulatif bernilai 0 menggunakan rumus peluang kumulatif = ½(2n). Nilai rata-rata z yang diperoleh merupakan standar penilaian untuk menduga estetika pemandangan. Nilai z titik ke x diperoleh dengan menjumlahkan keseluruhan nilai z responden titik ke x dan kemudian dihitung rata-ratanya. Untuk mendapat nilai SBE titik ke x, nilai z titik ke x dikurangi nilai z standar dan kemudian dikalikan

(41)

dengan 100. Nilai z standar dapat diperoleh dengan mencari nilai z pada seluruh titik yang paling mendekati nilai 0. Nilai z standar ini mencerminkan keadaan stabil atau kontrol.

Sintesis dan Solusi

Kegiatan ini membuat suatu sintesis dan solusi permasalahan dari hasil analisis visual reklame sepanjang Jalan Lingkar KRB. Data analisis penilaian estetika melalui SBE, analisis visual, dan mengkajian menurut aspek legal digabungkan dan kemudian dibuat sintesisnya. Rekomendasi ini dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan estetika kawasan.

Hasil akhir dari penelitian ini adalah analisis visual reklame yang dituangkan dalam bentuk konsep rekomendasi, spasial zonasi rekomendasi, dan visual reklame 3 dimensi. Bentuk simulasi Untuk mengetahui spasial solusi yang dihasilkan, maka dibuat bentuk simulasi 3D menggunakan Software Sketchup dengan bantuan peta dasar BAPPEDA. 

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Karakteristik Jalan

Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan (BAPPEDA, 2007), fungsi Jalan Lingkar KRB termasuk dalam jalan arteri sekunder dan kolektor primer. Jalan Pajajaran mempunyai fungsi sebagai jalan arteri sekunder yang berfungsi sebagai penghubung kawasan primer dengan kawasan sekunder satu, kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder dua. Sedangkan Jalan Jalak Harupat, Juanda, dan Ottista termasuk dalam jalan kolektor primer yang berfungsi menghubungkan antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal (Gambar 6).

(43)

Jalan Juanda mempunyai panjang 1,73 Km dan seluruh jalan tersebut terdapat pada Jalan Lingkar KRB. Bagian Jalan Pajajaran pada tapak mempunyai panjang 0,70 Km dari total keseluruhan jalan sebesar 2,10 Km. Bagian Jalan Ottista dan Jalak Harupat secara keseluruhan terdapat pada tapak dengan panjang masing-masing 0,8 Km dan 0,95 Km. Secara keseluruhan, total keliling dari jalan lingkar ini adalah 4,18 Km. Jalan pada tapak mempunyai fungsi sebagai jalan arteri atau kolektor dan status jalan nasional dan wilayah (Tabel 3). Batas-batas adminisratif tapak berupa wilayah kelurahan, yaitu:

1. Sebelah Utara : Wilayah Kelurahan Babakan, Pabaton, dan Sempur. 2. Sebelah Barat : Wilayah Kelurahan Paledang.

3. Sebelah Timur : Wilayah Kelurahan Tegallega dan Babakan.

4. Sebelah Selatan : Wilayah Kelurahan Babakan Pasar dan Kelurahan Gudang.

Tabel 3.Data Fisik Jalan Lingkar KRB

No Kondisi Umum Jalan

Pajajaran Jalak Harupat

Juanda Ottista

1 Status Jalan Nasional Propinsi Propinsi Propinsi 2 Fungsi Jalan Arteri

Sekunder Kolektor Primer Kolektor Primer Kolektor Primer 3 Panjang Jalan 0,70 km 0,95 km 1,73 km 0,80 km 4 Lajur Jalan 4 2 2 3 5 Arah Jalan 2 1 2 1 6 Lebar DAMIJA 40 m 13 m 16 m 15 m Lalu lintas 20 m 8 m 12 m 9 m

(Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan, 2009)

Penggunaan Lahan

Rencana pemanfaatan ruang pada tapak ini disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian program pembangunan kota jangka panjang (BAPPEDA, 1999). Untuk itu, Pemerintah Kota Bogor khususnya Pemkot Bogor Tengah membuat Rencana Tata

(44)

  30

Ruang dan Wilayah (RTRW). Berdasarkan penggunaan lahannya, daerah Jalan Lingkar KRB dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:

1. Perdagangan dan jasa, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk aktivitas yang berhubungan dengan jual beli barang serta jasa, seperti pusat perbelanjaan, pasar, toko, warung atau kios, bank dan koperasi.

2. Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3. Permukiman, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk tempat tinggal masyarakat.

4. Perkantoran atau pemerintahan dan komplek militer, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk kegiatan perkantoran baik perkantoran milik pemerintah, maupun swasta dan kegiatan militer.

5. Fasilitas kesehatan, yaitu lahan terbangun yang digunakan untuk memfasilitasi kesehatan, rumah sakit, poliklinik, BKIA, puskesmas, dan apotik.

6. Fasilitas pendidikan, yaitu lahan terbangun yang berfungsi sebagai lokasi kegiatan proses belajar mengajar.

Analisis Karakteristik Jalan

Berdasarkan fungsinya, Jalan Lingkar KRB merupakan jalan dengan pusat aktifitas kegiatan skala nasional dan wilayah Kota Bogor. Kondisi jalan pada tapak akan menginterpretasikan pengguna jalan terhadap kondisi secara umum Kota Bogor. Perlu adanya penataan kondisi jalan dalam kasus ini adalah penataan reklame. Penataan jalan akan mencerminkan estetika jalan secara keseluruhan Kota Bogor karena jalan ini merupakan jalan utama.

Analisis kecepatan kendaraan bermotor pada tapak mengenai jarak pandang dapat diamati untuk melihat bangunan atau pada kasus ini adalah reklame. Analisis ini dilakukan dengan konsep jarak pandang menurut Hough (1989). Pada jalan arteri primer, batas minimal kecepatan kendaraan adalah 60 kilometer per jam. Berdasarkan perhitungan zona aman tersebut, maka minimal jarak pandang bangunan harus dapat diamati dari jarak 200 meter. Untuk jalan arteri sekunder, batas minimal kecepatan kendaraan adalah 30 kilometer per jam. Jarak pandang bangunan harus dapat diamati dari jarak adalah 100 meter. Untuk

Gambar

Gambar 1. Kerangka Persepsi Visual (Sumber: Porteous, 1977) .
Gambar 2. Contoh  Hasil  Software Adobe Photoshop (kiri) dan Google sketchup  (kanan)
Gambar 3. Lokasi Penelitian  Batasan Penelitian
Gambar 4. Tahapan Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan, salah satunya yang menjadi daya tarik wisatawan

Berdasarkan definisi dari PBB, Janjaweed terdiri dari warga nomaden Arab yang berbahasa Afrika yang biasa disebut (i.e. Black Arabs, or Afro-Arabs. Kelompok ini telah lama

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam siswa

Dari berbagai macam permasalahan LKS mengenai standar akuntansi yang harus diterapkan dalam LKS yang dalam realitanya tidak banyak diterapkan, penulis hanya akan

licheniformis BA2 dalam media mineral yang mengandung campuran adiponitril dan asetonitril pada berbagai konsentrasi dengan perbandingan 4:1.. licheniformis BA2 mampu tumbuh baik

Perancangan Sistem Informasi Reservasi Penginapan pada Wisata Agro Gunung Mas Bogor yang dibuat untuk ditujukan dalam penyediaan informasi tentang data tamu, data

Penelitian yang berhubungan dilakukan oleh Mayangsari (2001) meneliti pengaruh struktur aset, tingkat pertumbuhan, besaran perusahaan, profitabilitas, operating leverage, dividen

Makalah ini menjabarkan hasil analisis dan implementasi Elliptic Curve Cryptography, yaitu salah satu algoritma kriptografi kunci publik, dan aplikasinya pada