• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menurut PSAK No. 1 (2009 : par 07) laporan keuangan merupakan bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menurut PSAK No. 1 (2009 : par 07) laporan keuangan merupakan bagian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Menurut PSAK No. 1 (2009 : par 07) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan laporan keuangan. Disamping itu juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Diastiti, 2010).

Informasi laba, merupakan bagian dari laporan keuangan yang selalu menjadi pusat perhatian dari stakeholder. Nilai dan kemampuan perusahaan dalam mengelola asset-asetnya dapat digambarkan hanya dengan melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam operasinya (Kris Brantas,2011). Informasi laba ini juga membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas kekuatan laba perusahaan di masa yang akan datang (Harahap,2004) dalam (Siti Mariah,2013). Pentingnya informasi laba ini didasari oleh menajemen, sehingga manajemen cenderung melakukan dysfunctional behavior (perilaku tidak semestinya), yaitu dengan melakukan perataan laba (Income Smoothing) untuk mengatasi berbagai konflik yang

(2)

timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (Sugiarto,2003).

Praktik perataan laba yang dikenal sebagai praktik yang logis dan rasional, oleh manajemen perataan laba digunakan untuk menciptakan laba yang stabil, Covarience dan market return. Perataan laba juga dilakukan oleh para manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatnya kemampuan investor untuk meramalkan arus kas dimasa yang akan datang. (Wiyono, 2013).

Perataan Laba menurut Aryo, 2014. Pengertian perataan laba yang dilakukan oleh manajemen merupakan suatu upaya yang disengaja dalam rangka memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang menurut perusahaan dianggap normal. Dalam hal ini perataan laba menunjukan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi batas-batas yang di ijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar. Pertaan laba dapat didefinisikan sebagai suatu yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan target yang terlihat, karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu atau transaksi rill konch ( dalam Salno dan Baridwan, 2000).

Usaha untuk memaksimumkan laba perusahaan biasanya dilakukan oleh manajemen apabila laporan kauangan akan digunakan untuk permohonan kredit, sedangkan usaha untuk meminimumkan laba biasanya digunakan untuk menghindari pajak yang besar, sedangkan usaha untuk mengurangi

(3)

fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya

Perataan laba adalah metode dalam manajemen laba yang telah bertahan dalam kurun waktu yang lama (Aflatooni dan Nikbakht, 2009), Menurut Purwanto (2005), perataan laba atau income smoothing sendiri bisa didefinisikan sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial (melalui metode akuntansi) maupun dengan real melalui transaksi ekonomi.

Koch dalam Suwito dan Arleen (2005) mendefinisikan perataan laba sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi atau transaksi, jadi manajemen laba dengan melakukan income smoothing merupakan hal yang sudah dilakukan oleh manajer sejak lama dan masih bisa bertahan dari waktu ke waktu untuk menarik Stakeholder.

Praktik Perataan laba merupakan fenomena yang umum dan dilakukan banyak negara. Namun demikian, praktik perataan ini dilakukan dengan sengaja dan dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Sebagai akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat, yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka. Alasan perataan laba oleh manajemen menurut Hepworth (1953) dalam Subekti (2005) adalah sebagai berikut:

(4)

1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak.

2. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan.

3. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan.

4. Memiliki dampak psikologis pada perekonomian

Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, salah satunya terjadi pada PT Kimia Farma. PT Kimia Farma yang melakukan IPO pada tahun 2001 tersebut terbukti melakukan kesalahan yang cukup mendasar menurut hasil pemeriksaan Bapepam. Bapepam melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) pada laporan keuangan PT Kimia Farma per semester I tahun 2002. Setelah diaudit, nilai laba bersih yang disajikan yaitu sebesar Rp 132,3 miliar ternyata lebih tinggi sebesar Rp 32,3 milyar dari laba bersih yang sesungguhnya. Hal ini merupakan suatu tindak kecurangan, karena berdasarkan siaran pers yang dikeluarkan Bapepam, PT Kimia Farma melakukan manajemen laba dengan tidak menuruti beberapa ketentuan akuntansi yang berlaku dikarenakan direksi manajemen membuat 2 (dua) daftar harga persedian (master prices) yang berbeda (Koran Tempo, 2002).

Profitabilitas menurut Wildham (2013) adaah Kemampuan perusahaan dalam mencapai laba yang merupakan ukuran penting dari rasio keuangan perusahaan yang sering dijadikan acuan investor dalam mambeli atau menjual

(5)

saham suatu perusahaan. Bagi investor dan kreditor penting untuk membuat keputusan untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Harris (2013) mendefinisikan Profitabilitas adalah ukuran kinerja bagi pihak eksternal untuk menilai kemampuan operasional manajemen. Aji dan Nita dalam Aryo (2014) Profitabilitas merupakan factor yang berpengaruh terhadap kejadian-kejadian yang akan terjadi dimasa yang akan datang seberapa besar investor tertarik untuk menginvestasikan dananya. Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan dalam mencapai laba. Pengukurannya menggunakan ROA (Return On Assets) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Perusahaan yang memiliki ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan perataaan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen tahu akan kemampuan untuk mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, menengah, dan kecil. Menurut Wildham (2013) Ukuran perusahaan sangatlah penting untuk melihat prospek kedepan suatu perusahaan dimana perusahaan yang lebih besar akan lebih mampu menghasilkan laba yang besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Menurut Kris (2012) bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar lebih diperhatikan masyarakat sehingga mereka akan lebih hati-hati dalam

(6)

melakukan pelaporan keuangan , sehingga perusahaaan memberikan hasil laporan keuangan yang akurat.

Financial Leverage adalah Kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban financial yang bersifat tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT (Earning Before In Tax) terhadap pedapatan per lembar saham biasa EPS (Earning Per Share). Pengukurannya menggunakan DER (Debt to Equity Ratio). Financial leverage menurut Aryo (2014) adalah resiko keuangan yang memperlihatkan seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan. Menurut Kris (2011) bahwa Rasio yang digunakan untuk menentukan struktur modal perusahaan.

Metode Penilaian Persediaan adalah metode yang dilakukan untuk menilai jumlah persediaan yang diterima maupun keluar. Menurut Skousen dalam Kukuh (2012) Metode persediaan FIFO adalah barang yang pertama yang akan djual tetapi biaya yang timbul akan metode ini adalah biaya berjalan tidak dibandingkan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi. Metode Average adalah barang yang dipakai atau dijual akan dibebeani harga pokok rata-rata dan menghasilkan laba yang berbeda pada saat inflasi maupun deflasi, Menurut Siti Sangadah (2014) bahwa Metode pemilihan persediaan sangat mempengaruhi peningkatan laba yang akan berdampak pada kualitas kerja manajemen.

Penelitian Perataan laba telah banyak dilakukan, hasil penelitian tersebut tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan perataan laba. Mengacu pada hasil

(7)

penelitian sebelumnya, Nuraeni (2009) mengungkapkan bahwa Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Financial Leverage, tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya, Siti Mariyah Qibtiyah (2013), menunjukan bahwa Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba kemungkinan penyebabnya karena investor mengabaikan ROA secara maksimal membuat manajemen menjadi tidak termotivasi untuk melakukan peratan laba.

Menurut penelitian Aji dan Mita (2010) financial leverage yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap perataan laba. Jika semakin tinggi financial leverage maka perusahaan akan cenderung melakukan praktik perataan laba karena perusahaan berusaha menjaga variabilitas labanya agar terhindar dari perjanjian hutang. Hasil penelitian Prabayanti dan Yasa (2010) menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Mimi Saumi (2013) menyatakan bahwa Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Tidak sejalan dengan hasil penelitian, Nurfina (2013) , menunjukan bahwa Profitabilitas, Financial Leverage, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Perusahaan dengan profitabilitas rendah akan cendenrung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan dengan profitabilitas tinggi. Perataan laba dilakukan agar image perusahaan terlihat bagus. Laba yang rata diharapkan dapat menunjukan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik

(8)

walaupun profitabilitas rendah. Budiasih (2006) mengungkapkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, dan devident payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba, sedangkan Financial Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Sejalan dengan Budiasih (2006), Menurut Wildham (2013) menyatakan bahwa Financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Profitabilitas, ukuran perusahaan dan devident payout ratio berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Menurut Siti sangadah (2014) Menyatakan bahwa pemilihan metode penilaian persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peratan laba dan factor-faktor didalamnya. Tidak sejalan dengan penelitian Siti (2014), penelitian yang dilakukan Kukuh (2012) menyatakan bahwa Metode Penilaian persediaan berpengaruh terhadap perataan laba dan beberapa faktor didalamnya yaitu ukuran perusahaan.

Dalam penelitian ini penulis menambahkan Variabel independen yaitu Metode Penilaian Persediaan dimana Persediaan merupakan salah satu komponen asset yang sangat penting bagi sektor industri, karena diperlukan dalam proses pembuatan barang yang akan dijual kepada konsumen dan pada akhirnya jumlah penjualan tersebut diperlukan untuk menghitung laba perusahaan

Pemilihan Metode Penilaian Persediaan mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) No 14 ( IAI, 2009 ) dimana terdapat tiga alternatif metode persediaan yang bisa digunakan yaitu Metode FIFO, Metode

(9)

rata – rata dan Metode Identifikasi khusus. Namun undang – undang No. 7 Tahun 1983 dan undang - undang No.10 tahun 1994 pasal 10 ayat 6 mengenai perpajakan hanya memperbolehkan penggunaan metode FIFO dan Rata – rata. Hambatan atau kendala dalam kegiatan produksi dapat terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena persediaan. Ketika terjadi kendala dalam persediaan misalnya keterlambatan persediaan, maka proses produksi secara otomatis juga akan terhambat yang nantinya akan berdampak pula dalam hal kemampuan memperoleh laba.

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, setalah melewati masa keterpurukan pada saat krisis ekonomi tahun 1998. Hal ini ditujukan dengan mulai banyaknya terlihat dari investasi-investasi di berbagai sektor, salah satunya sektor Industri. investasi-investasi domestik maupun asing yang masuk ke perekonomian Indonesia dan mata uang rupiah mulai menguat seiiring masuknya investasi tersebut. Peningkatan perekonomian akan meningkat apabila segala bidang industri menunjukan peningkatan pula.

Dipilihnya Perusahaan Manufaktur sector industri yang terdaftar di JII (Jakarta Islamic Index) sebagai objek penelitian ini karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kinerja manajemen untuk manarik para investor dan kreditor dengan berbagai cara salah satunya adalah Praktek Perataan Laba (Income Smoothing).

(10)

Hasil-hasil penelitian tersebut belum menunjukan hasil yang konsisten satu sama lain, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Financial Leverage, menambahkan Penerapan Metode Penilaian Persediaan sebagai variable independen.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage dan Metode Penilaian Persediaan Terhadap Perataan Laba Pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI “

B. Perumusan Masalah Peneitian

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba ? 2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Perataan

Laba ?

3. Apakah Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap Perataan Laba ?

4. Apakah Penerapan Metode Penilaian Persediaan berpengaruh signifikan terhadap Perataan laba ?

(11)

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba

2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba

3. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Financial Leverage terhadap Perataan Laba

4. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Penerapan Metode Penilaian Persediaan terhadap Perataan Laba

D. Kontribusi Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis mempunyai harapan akan diperolehnya manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan investasi.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada perusahaan dalam membuat kebijakan-kebijakan di perusahaan.

(12)

3. Bagi Pemerintah

Memberikan kontribusi bagi perkembangan perekonomian Negara. 4. Bagi Penulis dan Pembaca

Sebagai Sumber Referensi dan tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian selanjutnya dan bermanfaat sebagai bahan perbandingan, dan sumber tambahan dalam pemahaman rasio keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian, obyek penelitian adalah kode sumber LISP pada perkuliahan algoritma pemrograman (fungsional) di Laboratorium Dasar Fasilkom Udinus. Dalam perkuliahan,

Anggota Bursa dapat memasukkan penawaran jual dan atau permintaan beli sesuai dengan ketentuan satuan perdagangan, satuan perubahan harga (fraksi) dan ketentuan

Fungsi penggunaan bahasa gaul bahasa Mandarin dalam media sosial WeChat periode Agustus s.d Oktober 2015 yang peneliti temukan adalah fungsi ekspresi atau emotif,

Setelah saya mengetahui Printer HP Deskjet sesuai dengan kebutuhan maka saya memutuskan membeli Printer HP Deskjet dibandingkan dengan merek

Menurut PSAK No.1 (revisi 2009, h5, par.9), “ Dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : aset,

SDKI mengungkapkan, Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 22,3 per 1000 kehamilan yang di sebabkan oleh beberapa

Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan wakaf uang yang tersirat dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Administrasi Pendaftaran Wakaf Uang,

Tetapi ada juga yang tujuannya sampai menyediakan kayu olahan (yang merupakan tujuan ganda) Dalam buku berikut yang dimaksud dengan tujuan sistem pemanenan hasil