• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Landasan Teori

1. Aktiva

a. Pengertian Aktiva

Aktiva/harta adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, yang lebih dikenal dengan istilah asset perusahaan. Jadi, aktiva (asset) adalah semua harta yang dimiliki oleh perusahaan.

b. Jenis-jenis Aktiva

Kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan tentu jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu aktiva dikelompokan lagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

a) Aktiva lancar (current assets) adalah harta yang berupa uang tunai, yang cepat menjadi uang, atau yang cepat menjadi biaya dalam waktu kurang dari satu tahun

b) Aktiva tetap (fixed asset) adalah harta yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dipakai lebih dari satu tahun.

2. Aktiva Tetap

a. Pengertian Aktiva Tetap

Untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan, maka seringkali dibutuhkan aktiva tetap, yang tanpa disadari aktiva tetap itu sangat penting bagi perusahaan, oleh sebab itu perusahaan memiliki

(2)

beberapa aktiva tetap yang akan digunakan dalam kegiatan perusahaan dan harus dikelola dengan baik agar selaras dengan tujuan perusahaan. Pengertian aktiva tetap menurut PSAK No. 16 (revisi 2011) adalah :

Aktiva tetap adalah aktiva yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Dalam beberapa pengertian maka disimpulkan bahwa ternyata terdapat persamaan yaitu pada sifat-sifatnya dan beberapa persamaan itu adalah :

1) Aktiva tetap itu diperoleh dengan tujuan tidak untuk dijual kecuali dalam keadaan tertentu, sehingga dari pernyataan ini dapat kita bedakan antara aktiva tetap dengan persediaan, karena persediaan diperoleh dengan tujuan agar dapat dijual kembali, dan tidak untuk dimiliki oleh perusahaan.

2) Aktiva tetap yang diperoleh digunakan serta dimanfaatkan lebih dari satu tahun, sehingga dari tahun ke tahun nilai dari aktiva tetap itu menurun, oleh karena itu diperlukanlah suatu penyusutan agar dapat menilai aktiva tetap tersebut.

3) Aktiva tetap yang diperoleh suatu perusahaan merupakan suatu pengeluaran dalam jumlah yang besar, karena kegunaanya yang penting maka perusahaan rela mengeluarkan biaya untuk memperolehnya.

(3)

Dalam prakteknya juga mewakili sifat pertama dan kedua maka keadaan tersebut sebenarnya sudah cukup mewakili dari sifat aktiva tetap tersebut, sehingga jikalau perusahaan membeli suatu yang seperti disebutkan dalam tujuan pertama dan kedua, maka pembelian tersebut telah dianggap sebagai aktiva tetap perusahaan.

b. Jenis-jenis Aktiva Tetap

Berdasarkan sifat dan tujuan di dalam akuntansi maka aktiva tetap dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) jenis, kedua jenis tersebut adalah :

1) Aktiva Tetap Berwujud (tangible asset)

Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya permanent dan dapat digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Pengertian dari kata permanen dapat kita hubungkan dengan suatu waktu atau periode, dalam hal ini adalah periode akuntansi, kata permanen dapat dimaksudkan untuk selamanya atau waktu yang relatif lama, hal ini dikarenakan keadaan yang normal, aktiva tetap berwujud itu antara lain : tanah, bangunan, mesin, dan lain-lain.

2) Aktiva Tetap Tidak Berwujud (intangible asset)

Istilah aktiva tetap tidak berwujud digunakan untuk menunjukkan aktiva-aktiva yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Pada umumnya aktiva tetap tidak

(4)

berwujud merupakan hak-hak yang dimiliki yang dapat digunakan lebih dari satu tahun.

Dari pernyataan di atas maka dapat dikelompokkan sebagai tujuan akuntansi, yaitu berhubungan dengan masa manfaat serta suatu proses di mana aktiva tersebut tidak layak lagi untuk mempertahankan, yaitu :

a) Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas, hal ini dikarenakan nilai dari aktiva tersebut meningkat dengan seiringnya waktu atau suatu aktiva yang sangat berhubungan dengan perusahaan seperti tanah untuk tempat berdirinya perusahaan. Sehingga perusahaan tidak akan menjualnya dalam kondisi apapun kecuali perusahaan berpindah atau sudah tidak beroperasi lagi.

b) Aktiva tetap yang umurnya terbatas, sehingga masa manfaatnya dapat habis, hal ini merupakan suatu aktiva yang selalu digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatannya, karena sering digunakanya maka masa manfaatnya akan terus-menerus habis, sehingga tidak layak lagi untuk dipertahankan. Aktiva tetap yang sejenis misalnya antara mesin lama yang kemudian dijual sehingga memperoleh suatu dana dan kemudian dari dana tersebut dapat diperoleh sebuah mesin baru.

c) Aktiva tetap yang umurnya terbatas, sama seperti diatas namun apabila sudah habis masa manfaatnya dapat digantikan dengan aktiva yang lain namun berbeda dengan aktiva yang dimiliki oleh

(5)

perusahaan semula misalnya dari penjualan mesin-mesin yang telah usang yang kemudian dana tersebut dapat ditambahkan perusahaan untuk memperoleh suatu aktiva lain seperti tanah. c. Karakteristik Transaksi Aktiva Tetap

Karena aktiva tersebut sering digunakan maka diperlukan suatu pengendalian untuk menjaga dan memelihara aktiva tersebut. Di dalam perolehan suatu aktiva tetap perusahaan dan penggunaan dari aktiva tetap suatu perusahaan dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1) Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi, maksudnya adalah pengeluaran modal dapat dilakukan jika ada suatu manfaat yang dirasakan lebih dari satu periode akuntansi, sehingga pengeluaran aktiva tetap perusahaan dapat diklarifikasi ke dalam pengeluaran modal jika memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

a) Merupakan perbaikan secara besar-besaran, hal tersebut menjadi karena aktiva tersebut memerlukan suatu perbaikan dikarenakan sifatnya yang mudah rusak sehingga akan mempengaruhi nilai dari aktiva itu sendiri.

b) Penambahan atau perluasan dalam jumlah yang besar, penambahan atau perluasan itu terjadi dikarenakan adanya suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan, sehingga dalam hal ini perusahaan telah memutuskan untuk memperluas atau

(6)

menambah aktiva tersebut, sehingga akan mempengaruhi nilai manfaat dan umur ekonomis dari aktiva tersebut.

c) Pergantian besar-besaran dalam membangun aktiva tetap, hal ini dilakukan karena adanya suatu pertimbangan dari suatu perusahaan tersebut walau dalam kenyataanya dibutuhkan dana yang sangat besar, untuk mengganti agar aktiva tersebut dapat digunakan.

2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan, jadi maksudnya adalah jika pada pengeluaran modal masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi, maka pengeluaran pendapatan ini kurang dari masa manfaat dari pengeluaran modal, atau hanya satu periode akuntansi. Pengeluaran untuk mendapatkan suatu aktiva tetap hanya memperoleh masa manfaat dalam periode yang bersangkutan, maka pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya. Suatu aktiva tetap dapat digolongkan sebagai beban (pengeluaran pendapatan) apabila aktiva tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Merupakan biaya pemeliharaan dari suatu aktiva, yang tidak membutuhkan dana yang besar dalam memelihara aktiva tersebut, jika pada pengeluaran modal membutuhkan dana yang besar, maka pengeluaran ini hanya butuh dana yang lebih sedikit dari pengeluaran modal ini.

(7)

b) Merupakan pergantian barang-barang kecil yang sifatnya hanya merupakan kegiatan produktivitas sehingga tidak ada dana yang terlampau besar dalam menggantinya dan tidak mempengaruhi umur ekonomis aktiva tersebut, perlu dicatat bahwa penggantian ini hanya untuk barang-barang kecil saja, sehingga dananya pun tidak terlampau besar.

c) Merupakan biaya-biaya perbaikan kecil yang sifatnya tidak menambah umur ekonomis tersebut, jika menambah umur ekonomis dari aktiva tersebut maka dapat digolongkan menjadi pengeluaran modal.

d. Pengukuran Aktiva Tetap

Pengukuran aktiva tetap terdiri dari pengukuran awal ketika aktiva tetap diperoleh dan pengukuran setelah pengakuan awal :

1) Pengukuran Awal Ketika Aktiva Tetap Diperoleh

Dalam hubungannya dengan penilaian aktiva tetap berwujud, menyatakan : “aktiva tetap dinyatakan sebesar nilai buku yaitu

harga perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya”. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011:30).

Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbulnya untuk memperoleh aktiva tetap tesebut. Jika aktiva tetap diperoleh dari pertukaran maka harga pasar aktiva yang diserahkan dipakai sebagai ukuran harga perolehan aktiva yang diterima. Apabila harga pasar aktiva yang

(8)

diserahkan tidak diketahui, maka harga pasar aktiva yang diterima dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap tersebut. Jika aktiva tetap diperoleh dengan pembelian maka harga perolehan dihitung dari harga beli harta yang bersangkutan ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dan diperhitungkan sampai harga tetap yang bersangkutan dapat digunakan atau dimanfaatkan.

Menurut PSAK No. 16 (revisi 2011) :

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara dengan kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

Biaya perolehan (cost) suatu aktiva tetap adalah terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan biaya lain yang dapat distribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tetap yang bersangkutan dapat bekerja dan atau dipergunakan. Biaya-biaya yang dimaksud adalah :

a) Biaya persiapan tempat b) Biaya pengiriman awal c) Biaya pemasangan d) Biaya konsultan

Sesudah aktiva tetap itu diperoleh dan dalam masa penggunaan maka untuk aktiva yang umurnya tidak terbatas seperti tanah, dilaporkan dalam neraca sebesar harga perolehannya. Sedangkan untuk aktiva tetap yang umurnya terbatas dicantumkan

(9)

dalam neraca sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi/deplesi. Harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi/deplasi disebut nilai buku.

2) Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Pengukuran Aktiva tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada periode setelah aktiva tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 (Revisi 2011) terdapat perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap terutama tentang pengukuran nilai asset setelah perolehan. PSAK 16 (Revisi 2011) mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aktiva tetap tersebut. Kedua metode ini adalah:

a) Metode Biaya Historis (PSAK Revisi 2011)

Dengan metode ini setelah aktiva tetap diakui sebagai aktiva tetap, aktiva tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aktiva tetap.

b) Metode Revaluasi (PSAK Revisi 2011)

Dengan metode ini setelah aktiva tetap diakui sebagai aktiva tetap, suatu aktiva tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasi, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aktiva tetap harus dilakukan dengan

(10)

keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Penentuan nilai aktiva tetap dengan mengunakan nilai wajar pada umumnya dilakukan melalui penilaian yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Untuk melakukan penilaian terhadap tanah dan bangunan biasanya penilaian menggunakan bukti pasar. Sedangkan untuk penilaian aktiva tetap lain seperti pabrik dan peralatan penilaian akan menentukan sendiri nilai pasar wajarnya. Dalam hal tidak ada pasar yang memperjualbelikan aktiva tetap yang serupa, penentuan nilai pasar wajar dapat dilakukan dengan pendekatan penghasilan biaya penggantian yang telah disusutkan (depreciated replacement cost

approach). Frekuensi pelaksanaan revaluasi sendiri tergantung

pada perubahan nilai wajar suatu aktiva tetap. Jika nilai wajar yang tercatat berbeda secara material dengan nilai revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilaksanakan. Untuk aktiva tetap yang mempunyai perubahan nilai wajar secara fluktuatif dan sifatnya signifikan, revaluasi dapat dilakukan tiap tahun. Sedangkan untuk beberapa aktiva lain yang tidak mengalami perubahan secara fluktuatif dan signifikan, revaluasi tidak perlu dilaksanakan setiap bulan. Untuk aktiva tetap seperti itu revaluasi dapat dilakukan setiap tiga tahun atau lima tahun.

(11)

Untuk metode revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aktiva tetap pada tanggal revaluasi dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:

1) Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat secara bruto dari aktiva tetap sehingga jumlah tercatat aktiva tetap setelah revaluasi sama dengan jumlah recaluasian. Metode ini sering digunakan apabila aktiva tetap direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya penggantian yang disusutkan.

2) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aktiva dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aktiva tetap tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

Revaluasi yang dilakukan pada sekelompok aktiva tetap dengan kegunaan yang serupa dilaksanakan secara bersamaan. Perlakuan ini bertujuan untuk menghindari perlakuan revaluasi secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun revaluasi dalam kelompok aktiva tetap dapat dilakukan secara bergantian (rolling) sepanjang keseluruhan revaluasi dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat dapat sepanjang revaluasi dimutakhirkan.

Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi dilakukan langsung pada kenaikan atau penurunan akibat

(12)

revaluasi, kecuali jika revaluasi dilakukan pada tahun-tahun berikutnya. Apabila revaluasi dilakukan untuk yang kedua kali dan seterusnya, terdapat perlakuan yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah :

1) Jika jumlah tercatat aktiva tetap meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekutitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus diakui di dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aktiva tetap akibat revaluasi yang pernah dilakukan sebelumnya dalam laporan laba rugi.

2) Jika jumlah tercatat aktiva tetap turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aktiva tetap tersebut.

Penentuan nilai wajar juga dilakukan pada saat perusahaan telah menentukan adanya aktiva tetap yang akan dijual, terutama berhubungan dengan penghentian sebagai operasi perusahaan.

Penyusutan dalam aktiva tetap merupakan alokasi secara sistematis atas biaya pada saat awal perolehan dan biaya setelah

(13)

perolehan yang dapat dikapitalisasi. Penyusutan dilakukan selama masa manfaat dari aktiva tetap tersebut. Jumlah yang dapat di susutkan dari suatu aktiva tetap adalah sejumlah tercatatnya (baik model biaya maupun model revaluasi) dikurangi dengan nilai residu aktiva tetap tersebut. Jumlah tercatat tersebut disusutkan dengan pilihan berbagai metode penyusutan. Metode penyusutan sendiri harus mencerminkan ekspektasi pada komsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aktiva tetap oleh entitas. Beban penyusutan akan diakui dalam laporan laba rugi periode tersebut kecuali jika beban tersebut dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aktiva tetap lainya.

e. Kriteria Aktiva Tetap Menurut Perpajakan

Telah ditegaskan sebelumnya bahwa harta tetap atau aktiva tetap ialah harta berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Dimiliki dan digunakan dalam usaha atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dengan suatu masa manfaat yang lebih dari setahun;

2) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal.

Apabila misalnya suatu perusahaan memiliki rumah peristirahatan yang khusus digunakan oleh pegawai dan direksi, sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan rumah tersebut tidak termasuk aktiva perusahaan yang dapat disusutkan. Demikian pula kendaraan yang

(14)

dipakai untuk antar jemput pegawai, tidak termasuk harta yang dapat disusut.

Masalah kepemilikan harta tetap sangat diperhatikan dalam perpajakan. Karena itu, tanda bukti kepemilikan atas nama Wajib Pajak seperti sertifikat hak milik tanah, bukti pemilikan kendaraan bernomor (BPKB), faktur pembelian, dan bukti-bukti lain yang lazim harus dapat ditunjukkan. Jadi, jika nama yang tercantum pada bukti pemilikan tersebut bukan nama Wajib Pajak yang bersangkutan, harta tersebut tidak boleh dianggap sebagai harta Wajib Pajak. Dengan demikian, penyusutan harta tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya.

Ketentuan mengenai bukti pemilikan ini berlainan dengan dalam akutansi komersial. Laporan keuangan komersial menekankan pada makna ekonomis (economic substance) dari suatu peristiwa / transaksi daripada bentuk hukumnya (legal form). Sesuai dengan PSAK No. 16 (revisi 2011) suatu benda berwujud diakui sebagai aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap apabila :

1) Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis dimasa yang akan datang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan

2) Biaya perolehan aktiva tetap dapat diukur secara andal.

Penyusutan barang modal yang pengadaannya melalui perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi (financial leasing) dilakukan oleh lessee, meski menurut hukum masih milik lessor. Atas pertimbangan tersebut

(15)

Menteri Keuangan dalam keputusannya mewajibkan agar plakat atau artikel ditempelkan pada barang modal yang disewagunausahaakan. Plakat tersebut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dengan mudah barang modal tersebut dapat dibedakan dari barang modal lainnya yang pengadaannya tidak dilakukan secara sewa guna usaha. Karena itu, plakat atau artikel merupakan tanda bahwa harta diadakan melalui sewa guna usaha sehingga penyusutannya dapat dilakukan oleh perusahaan penyewagunausaha.

3. Penyusutan Aktiva Tetap

a. Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap

“Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”. PSAK No.16 (revisi

2011)

Bila harga tetap dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memperlancar operasional perusahaan, maka nilai ekonomis dari aktiva tetap yang bersangkutan akan berkurang atau menyusut. Pengurangan nilai aktiva tetap akibat dimanfaatkan oleh perusahaan secara kasat mata tidak bisa dilihat langsung kepada pengurangan fisik harga tetap yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengurangan nilai ini bisa langsung dicatat ke rekening aktiva tetap yang bersangkutan. Pengurangan nilai dari aktiva tetap akibat disusutkan ini akan dicatat

(16)

ke dalam satu rekening yang disebut dengan “Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap” (Accumulated Depreciaton of Fixed Assets).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap harus disusutkan karena harga perolehan yang besar, kapasitas produksi yang berbeda dengan pada waktu awal pembelian, sehingga dari semua itu menimbulkan nilai aktiva tersebut turun atau tidak selalu sama ketika pembelian aktiva tersebut.

Jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk perhitungan penyusutan adalah:

Beban Penyusutan Aktiva Tetap xxx

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx Setelah jurnal ini kita posting ke dalam buku besar, maka beban penyusutan akan dilaporkan ke dalam laporan laba rugi sebagai salah satu biaya oprasional perusahaan. Sedangkan akumulasi penyusutan akan dilaporkan ke dalam neraca sebagai pengurang (contra account) dari aktiva tetap bersangkutan.

b. Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan aktiva tetap ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah :

1) Harga perolehan

Menurut PSAK no. 16 (revisi 2011) adalah :

“Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara dengan kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk

(17)

memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan”.

2) Nilai sisa (residu)

Menurut PSAK No. 16 (revisi 2011) adalah sebagai berikut : “Jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya”.

Kesimpulan dapat diambil yaitu nilai sisa diharapkan adalah jumlah yang dapat diterima apabila aktiva itu terjual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva itu tidak lagi terpakai karena keadaannya.

3) Taksiran umur kegunaan

Sebelum menggunakan aktiva tetap ini harus memperhatikan umur suatu aktiva karena pada dasarnya aktiva tetap ini akan berkurang daya operasinya yang dikarenakan umurnya sudah tidak layak untuk digunakan kembali, untuk menanggulangi ini dibutuhkan suatu taksiran dalam memperhitungkan umur aktiva tetap tersebut.

Taksiran umur aktiva ini dinyatakan dalam periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya tergantung pada kebijakan perusahaan mana yang tepat untuk digunakan, sehingga harus memperhatikan faktor-faktor seperti:

(18)

a) Faktor fisik

Adapun faktor-faktor fisik dapat kita lihat dari kondisi aktiva tetap tersebut, seperti haus karena penggunaan aktiva tersebut yang sudah waktunya untuk diganti, atau karena kerusakan aktiva tersebut diakibatkan oleh pemakain yang berlebihan, dan lain-lain.

b) Faktor fungsional

Adapun faktor-faktor fungsional dapat kita lihat pada hasil yang dikeluarkan dari aktiva tersebut seperti ketidakmampuan suatu aktiva dalam memenuhi yang diminta karena kondisi dari aktiva tetap tersebut.

c. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Metode perhitungan penyusutan yang digunakan akan sangat mempengaruhi nilai penyusutan dari aktiva tetap yang bersangkutan. Metode yang dipakai perusahaan haruslah konsisten dari tahun-ketahun. Artinya setiap perusahaan tidak diperkenankan menghitung penyusutan aktiva tetapnya dengan metode yang berbeda dari tahun sebelumnya dan/atau tahun berikutnya. Bila pada tahun pertama aktiva tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, maka pada tahun-tahun berikutnya perusahaan harus menggunakan metode garis lurus pula dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap.

(19)

Dalam mengukur suatu penyusutan aktiva tetap diperlukan suatu metode-metode yang dapat mengukur penyusutan aktiva tetap, diantaranya :

1) Metode garis lurus

Yang menjadi ciri khas dari metode ini adalah setiap jumlah beban penyusutan yang menggunakanya karena sangat mudah diterapkan, namun perlu diperhatikan bahwa dalam menggunakan metode ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu :

a) Kegunaan ekonomis dari aktiva tersebut akan menurun secara proporsional dalam setiap periode atau waktu.

b) Jika dalam pengunaan aktiva tersebut terdapat biaya reparasi atau perbaikan, maka biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap atau tidak terlampaui jauh berbeda dari tahun ke tahun.

c) Penggunaan aktiva tersebut dalam tiap periode adalah relatif tetap.

Rumus yang digunakan adalah :

Penyusutan = Harga Perolehan - Nilai Sisa Umur ekonomis

Misalnya: mesin dengan harga perolehan Rp. 600.000,- taksiran nilai sisa (residu) sebesar Rp. 40.000,- dan umurnya ditaksir selama 4 tahun. Penyusutan tiap tahun dihitung sbb :

(20)

Penyusutan = Rp. 600.000 – Rp. 40.000 = Rp. 140.000,- 4

Dengan adanya anggapan anggapan seperti diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, mebel dan alat-alat kantor. Biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini jumlahnya setiap periode tetap, tidak menghiraukan kegiatan dalam periode tersebut.

2) Metode saldo menurun

Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalihkan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

T = 1 - n

NS HP Keterangan : T= Tarif N= Umur Ekonomis NS= Nilai Sisa HP= Harga Perolehan

(21)

3) Metode jumlah angka tahun

Penyusutan awal tahun dari metode ini adalah paling besar dan semakin lama semakin menurun penyusutan ini dihitung dengan cara menjumlahkan semua angka umur aktiva untuk menjadikan dasar pembagi.

Metode penyusutan ini tidak diperkenakan dalam penghitungan penghasilan kena pajak.

Rumus yang digunakan adalah :

Angka Tahun = Tahun akhir ekonomis x ( Harga perolehan)

Total tahun ekonomis

4) Metode hasil produksi

Dalam metode ini yang menjadi dasar adalah satuan hasil produksi, sehingga jumlah beban penyusutan ini tergantung pada hasil per unitnya yang dikeluarkan.

Metode hasil produksi dapat dipakai dalam perpajakan, namun hanya diperbolehkan terhadap usaha penambangan dan penebangan hutan.

Untuk dapat menghitung beban depresiasi periodik, pertama kali dihitung tarif depresiasi untuk tiap unit produk. Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Misalnya, mesin dengan harga

(22)

perolehan Rp.600.000, taksiran nilai sisa sebesar Rp. 40.000,-. Mesin ini ditaksir selama umur penggunaan akan menghasilkan 56.000 unit produk. Depresiasi per unit produk dihitung sebagai berikut :

Rumus yang digunakan adalah :

Penyusutan Per Unit = Harga Perolehan – Nilai Sisa Taksiran Hasil Produksi

= Rp. 600.000 – Rp. 40.000

56.000

= Rp. 10,-

Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000 unit produk, maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar Rp. 18.000 x Rp. 10 = Rp. 180.000,-.

5) Metode Jam Jasa

Dalam metode ini yang menjadi dasar adalah satuan jam jasa sehingga jumlah beban penyusuatan tergantung pada masa jam aktiva itu digunakan.

Misalnya : Mesin dengan harga perolehan Rp. 600.000 nilai sisa Rp. 40.000 ditaksir akan dapat digunakan selama 8.000 jam. Penyusutan per jam dihitung sebagai berikut :

(23)

Penyusutan Per Jam = Harga Perolehan – Nilai Sisa Taksiran Jam Jasa = Rp. 600.000 – Rp. 400.000

8.000 = Rp. 70,-

Apabila dalam tahun pertama, mesin tersebut digunakan selama 3.000 jam maka beban depresiasinya = 3.000 x Rp. 70,- = Rp. 210.000,-.

Karena beban depresiasi dasarnya adalah jumlah jam yang digunakan, maka metode ini paling tepat jika digunakan untuk kendaraan. Dengan anggapan bahwa kendaraan itu lebih banyak aus karena dipakai dibandingkan dengan tua karena waktu.

B. Laba

1. Pengertian Laba

Laba merupakan tujuan utama perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Perhitungan laba untuk jangka waktu tertentu ternyata hanya mendekati tetap atau layak saja karena perhitungan yang tepat baru dapat dilakukan jika perusahaan mengakhiri kegiatan usahanya dan menjual semua aktiva yang ada.

Pengertian laba dilihat dari segi penghasilannya maka dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

(24)

a. Laba yang sudah direalisir

Yaitu laba yang sudah diakui pada saat terjadinya, dikarenakan adanya transaksi penjualan.

b. Laba yang terjadi karena peningkatan kekayaan

Merupakan akibat dari kenaikan nilai aktiva dan belum terjadi transaksi pertukaran, yang mana laba ini tidak bisa diakui sampai aktiva yang bersangkutan dijual.

2. Pengukuran Laba

Secara periodik laba suatu perusahaan diakui, pengukuran tersebut dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan Transaksi (Transaction Approach)

Laba yang timbul pada saat terjadinya transaksi, khususnya transaksi eksternal yaitu transaksi yang terjadi dan melibatkan pihak luar. Laba yang timbul pada saat terjadinya transaksi pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.

Ada beberapa manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam pengukuran laba yaitu :

1) Unsur atau komponen laba dapat diklarifikasikan dengan beberapa cara guna memperoleh informasi yang lebih bermanfaat bagi manajemen.

2) Laporan laba dapat dipisahkan sumber-sumbernya.

3) Memberi dasar penentuan jenis dan kuantitas aktiva atau kewajiban di akhir periode.

(25)

4) Efisiensi bisnis perlu pencatatan transaksi eksternal untuk tujuan lain. 5) Laporan dapat dibuat bermacam-macam dan saling melengkapi. b. Pendekatan Aktivitas (Activity Approach)

Dalam pendekatan aktivitas tidak dilihat ada tidaknya transaksi, melainkan apakah kegiatan telah berlangsung. Dengan kata lain laba akan timbul bersamaan dengan berlangsungnya aktivitas. Manfaat dari penggunaan aktivitas ini yaitu informasi laba dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, misalnya untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap-tiap kegiatan.

3. Analisa Pengaruh Metode Penyusutan Terhadap Laba

Nilai penyusutan aktiva tetap tergantung pada metode yang digunakan. Nilai penyusutan tersebut dialokasikan sebagai biaya administrasi maupun penjualan sehingga besarnya biaya penyusutan akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan.

Penentuan metode penyusutan yang digunakan perusahaan dipertimbangkan berdasarkan jenis aktiva dan jenis perusahaan yang pada akhirnya merupakan sepenuhnya ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan. Total penyusutan merupakan saldo kredit yang disebut akumulasi penyusutan yang menunjukan bahwa penyusutan bukan merupakan proses pencadangan melainkan proses pengalokasian biaya tetap.

(26)

C. Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian mengenai Metode Penyusutan Aktiva Tetap sudah banyak dilakukan sebelumnya seperti yang diteliti oleh saudara Mico Basa Irawan (2010) yaitu mengenai “Evaluasi penerapan perlakuan akuntansi penyusutan aktiva tetap berwujud PSAK no 17 Pada PT Indokor Indonesia” Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasana PT. Indokor Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode penyusutan yang dilakukan perusahaan adalah metode garis lurus, metode yang telah sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan. 2. Dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan

aktiva tetap untuk setiap tahunnya selalu sama nilai penyusutannya, sehingga dapat dilihat dengan jelas beban operasional perusahaan diluar beban penyusutan aktiva tetap walaupun penerapan metode penyusutan aktiva tetap berwujud sangat berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan.

Saudari Tuti Marni (2011) yaitu mengenai “Analisis Penerapan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Dan Penyusutannya Pada PT. Gratia Jaya Sentosa Tahun 2011” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pencatatan dan perlakuan akuntansi atas perolehan aktiva tetap sudah sesuai dengan PSAK No. 16 dan jelas dicatat. Tetapi pencatatan atas pertukaran aktiva tetap tidak sesuai dengan PSAK No.16, hal ini disebabkan PT.Gratia Jaya Sentosa tidak membebankan keuntungan yang diperoleh

(27)

pada tahun berjalan, tapi langsung mengurangkan dengan harga perolehan aktiva baru.

2. Berdasarkan hasil perhitungan penyusutan yang telah dilakukan oleh PT. Gratia Jaya Sentosa, diketahui bahwa metode penyusutan Garis Lurus telah sesuai dengan PSAK no 16.

Saudara Istabah Abdilah (2011) yaitu mengenai “Evaluasi

Perlakuan Akuntansi untuk Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT X” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT x memilih metode straight line dengan masa manfaat 20 tahun untuk aktiva tetap jenis AC. Masa manfaat ini dipilih dengan pertimbangan bahwa AC tersebut menempel pada gedung sehingga masa manfaatnya juga mengikuti masa manfaat gedung. Namun jika dilihat lebih jauh lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai peralatan dengan masa manfaat 8 tahun dan mengunakan metode double declining balance.

2. Dari analisis kuantitatif yang telah dilakukan penulis, diketahui selisih terlalu kecil dibebankan cukup material pada jumlah akumulasi penyusutan antara masa manfaat 20 tahun metode staight line dengan 8 tahun metode double declining balance yaitu sebesar USD. 20.516,49. Dimana jumlah akumulasi penyusutan AC dengan menggunakan masa manfaat 20 tahun metode straight line sebesar USD 11.756,68, sedangkan dengan menggunakan masa manfaat 8 tahun metode double declining balance sebesar USD. 32.275,17.

(28)

3. Dengan demikian berarti masa manfaat 8 tahun metode double declining balance lebih sesuai diterapkan pada aktiva tetap AC, karena beban penyusutan sesuai dengan jenis dari aktiva tersebut dan juga dalam penentuan perhitungan Laba-Rugi dan Neraca akan lebih dapat dipercaya.

Adapun yang diteliti oleh peneliti skripsi ini lebih berfokus kepada penerapan metode yang tepat digunakan untuk perhitungan penyusutan aktiva tetap sehingga dapat menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan. Untuk meneliti permasalahan tersebut peneliti melakukan studi kasus di PT. Multi Land untuk periode tahun 2008-2012.

Referensi

Dokumen terkait

191 Sekolah Tinggi Teknik Dharma Yadi Makassar, Makassar Teknik Elektro 192 Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Indonesia (INTEN), Bandung Teknik Elektro. 193 Sekolah Tinggi

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu pemeriksaan (editing), (coding), dan tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi

Teori yang digunakan yaitu bahasa ragam jual beli, pragmatik dalam teori pregmatik terdiri dari pengertian pragmatik dan aspek-aspek situasi tutur, dalam

Perubahan fasad bangunan di kawasan kampung Laweyan disebabkan oleh status kepemilikan, perpektif pewaris dan faktor ekonomi, pola berdagang dengan dukungan teknologi.

Kemudian dukungan terhadap sarana prasarana yang belum memadai dengan sumber daya manusia (SDM) yang terbatas. Dilihat dari area beresiko terhadap persampahan lebih dominan

Makalah ini bertujuan untuk mengkaji proses koreksi terrain dan contoh penerapannya pada citra Landsat TM; Kemudian artikel tentang “Perbandingan Teknik Orthorektifikasi Citra

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu kinerja Keuangan yang diwakili dengan Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR),

Dari grafik 1.1 dapat dilihat bahwa rata-rata Nilai Pasar dengan indikator Price Earning Ratio pada indeks kompas 100 dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami fluktuasi yang