• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

C.1. Undang-Undang Pengelolaan Keuangan Pemerintahan

Pertama kali nya anak bangsa menciptakan per undang undangan tentang pengelolaan keuangan sebagai titik awal Reformasi pengelolaan keuangan Negara adalah

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negakra Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);. Sebelum terbitnya Undang undang ini sistem pegelolan keuangan pemerintah masih berdasarkan sistem pengelolaan keuangan Belanda karena negara kita bekas jajahan Belanda. Materi UU no 17 tahun 2003 adalah berkaitan dengan pengertian/ruang Lingkup keuangan Negara yaitu:

a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan Melakukan pinjaman;

b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. penerimaan Negara d. pengeluaran Negara e. penerimaan Daerah f. pengeluaran Daerah

g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkanpada perusahaan negara/ perusahaan daerah;

h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. hak dan kewajiban negara, Penerimaan dan Pengeluaran Negara, Penerimaan dan Pengeluaran Darah, Kekayaan negara/Daerah dipisahkan dan haknya, kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah, kekayaan pihak lain menggunakan fasilitas pemerintah.

(2)

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan dimaksud adalah :

a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut :

a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN; c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;

f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;

h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Selanjutnya dalam UU ini mengatur tentang kewenangan pemerintah daerah sebagai Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD;

(3)

b. dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

c. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; d. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

e. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

f. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

g. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang

daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuankerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Selama ini ketentuan yang mengatur perbendaharaan negara masih didasarkan pada ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Indonesia/Indische Compatabiliteits Wet (ICW) 1925 No. 448 yang sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi dan teknologi modern dan oleh karena itu harus diganti dengan undang-undang yang baru, maka Guna mengganti ICW tersebut pada tanggal 14 Januari 2004 telah diundangkan

(4)

Undang-undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355; adapun Pokok-Pokok Isi UU no1 tahun 2004 antara lain:

A. Ketentuan Umum 1. Pengertian

Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.

2. Pokok Bahasan UU No 1 Th 2004 a. Ketentuan Umum.

b. Pejabat Perbendaharaan Negara. c. Pelaksanaan APBN.

d. Pengelolaan Uang. e. Pengelolaan Piutang.

f. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. g. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN. h. Pengendalian Intern Pemerintah.

i. Penyelesaian Keuangan Negara.

j. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). k. Ketentuan Peralihan.

l. Ketentuan Penutup.

3. Ruang Lingkup perbendaharaan Negara meliputi : a. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara. b. Pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah. c. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara. d. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah. e. Pengelolaan kas.

f. Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah.

g. Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah.

h. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah.

(5)

i. Penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaa APBN/APBD. j. Penyelesaian kerugian negara/daerah.

k. Pengelolaan Badan Layanan Umum.

l. Perumusan standar, kebijakan, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan negara.

4. Asas Umum

Undang-undang Perbendaharaan Negara ini menganut asas kesatuan, asas universalitas, asas tahunan dan asas spesialitas.

Asas kesatuan :

Semua pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen negara.

Asas universalitas :

Setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

Asas tahunan :

Membatasi masa berlaku anggaran untuk suatu tahun tertentu. Asas spesialitas :

Mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukkannya.

B. Pejabat Perbendaharaan Negara

1. Pejabat Perbendaharaan Negara adalah :

a. Pengguna Anggaran/Barang Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah

b. Bendahara Umum Negara/Daerah Menteri Keuangan/Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.

c. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran pada Kementerian Negara/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.

2. Pemisahan Kewenangan

a. Kewenangan pengelolaan administratif (Administratief Beheer) yaitu kewenangan untuk pembuatan komitmen, pengujian dan pembebanan

(6)

serta perintah pembayaran yang dipegang oleh Menteri Negara/Utusan Lembaga selaku pengguna anggara/barang.

b. Kewenangan komptabel (Komptabel Beheer) yaitu kewenangan untuk pencairan dana yang dipegang oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).

3. Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Barang berwenang :

a. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran. b. Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Barang.

c. Menetapkan pejabat yang bertugas; melakukan pemungutan penerimaan negara.

d. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang.

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.

f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran.

g. Menggunakan barang milik ngara.

h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara.

i. Mengawasi pelaksanaan anggaran.

j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan; kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.

4. Kuasa Bendahara Umum Negara

Menteri Keuangan selaku BUN mengangkat kuasa BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.

Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah selaku kuasa bendahara umum negara (BUN).

5. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran

a. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota mengangkat Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran pada kantor/ satuan kerja dilingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.

(7)

b. Bendaraha Penerimaan/Pengeluaran adalah pejabat fungsional.

c. Pejabat Bendahara Penerimaan/Pengeluaran tidak boleh dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau kuasa BUN.

C. Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah 1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran

a. Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga.

b. Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.

c. Dokumen pelaksanaan anggaran menyertakan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan dan anggaran yang disediakan, rencana penarikan dana setiap satuan kerja serta pendapatan yagn diperkirakan.

d. Dokumen pelaksanaan anggara dilampiri rencana kerja dan anggaran Badan Layana Umum dalam lingkungan kementerian negara bersangkutan.

e. Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga kuasa BUN (KPPN) dan badan Pemeriksa Keuangan.

2. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Setiap Kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang tanggungjawabnya. Penerimaan dimaksud harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

3. Pelaksanaan Anggaran Belanja

a. Penggunan Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemegang kekuasaan administratif (Administratief Beheer) berhak menguji, membebankan pada suatu anggaran yang tidak disediakan dan memerintahkan pembayaran tagihan atas beban ABPN/APBD.

(8)

b. Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dalam pelaksanaan pembayaran wajib menguji dan memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara.

D. Pengelolaan Uang

1. Penyelenggaraan Rekening Pemerintah

a. Menteri Keuangan selaku BUN berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemeritah.

b. Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah Menteri Keuangan membuka Rekening Kas Umum Negara.

c. Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

d. Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara, BUN dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank umum.

e. Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung pemerimaan negara setiap hari.

f. Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

g. Rekening Pengeluaran pada kas bank umum diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.

2. Penyimpanan Uang Pemerintah pada bank sentral

a. Pemerintah Pusat memperoleh bunga dan/atau giro atas dana yang disimpan pada bank sentral.

b. Jenis dana, tingkat bunga, jasa giro serta biaya pelayanan bank sentral ditetapkan berdasarkan kesepakatan gubernur bank sentral dengan Menteri Keuangan.

3. Penyimpanan Uang Pemerintah pada Bank Umum

a. Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum.

b. Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/Daerah didasarkan pada tingkat suku bunga/jasa giro yang berlaku.

c. Biaya pelayanan bank umum didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum bersangkutan.

d. Bunga/jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/Daerah merupakan pendapatan Negara/Daerah.

(9)

e. Biaya palayanan bank umum dibebankan pada Belanja Negara/ Daerah. 4. Pelaksanaan Penerimaan Negara/Daerah

a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan dari Bendahara Umum Negara.

b. Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara dilingkungan kementerian negara/lembaga.

5. Pengelolaan Uang Persediaan

Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus dipertangungjawabkan dalam pelaksanaan pengeluaran kementerian negara/lembaga.

E. Pengelolaan Piutang

Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.

F. Pengelolaan Barang Milik Negara

1. Pengelolaan dan penatausahaan Pengguna Barang/Kuasa Penggunan Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

2. Pemindahtanganan Barang Milik Negara

a. Barang milik negara/daerah yang diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah tidak dapat dipindahtangankan

b. Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD.

c. Persetujuan DPR dilakukan untuk

(1) pemindahtanganan tanah dan/atau bangunan

(2) pemidahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai > Rp. 100 milyar.

d. Persetujuan Presiden dilakukan untuk pemindahtanganan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai > Rp. 10 milyar sampai dengan Rp. 100 milyar.

(10)

e. Persetujuan Menteri Keuangan diperlukan untuk pemindahan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai sampai dengan Rp. 10 milyar

3. Penjualan Barang Milik Negara/Daerah

Penjualan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu diatur dengan peraturan pemerintah.

G. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN 1. Akuntansi Keuangan

Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset utang dan ekuitas dana termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawabnya

2. Penatausahaan Dokumen

Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen berkaitan dengan perbendaharaan negara wajib menatausahakan dan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku

3. Pertanggungjawaban Bendahara

a. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran bertangung jawab secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah. b. Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formla dan material

kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam penguasaannya.

c. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formla dan material kepada Pengguna Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.

4. Laporan Keuangan

a. Menteri Keuangan menyusun Laporan Keuangan Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

b. Dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat :

(1) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan

(11)

Keuangan, dilampiri Laporan Keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.

(2) Laporan Keuangan dimaksud disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(3) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat.

c. Laporan Keuangan Pemerintah Puat disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

d. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.

5. Penyelesaian Keuangan Negara

a. Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara wajib mengganti kerugian tersebut.

c. Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/ satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

d. Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepada kantor kepada menteri/pimpinan lembaga dan memberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui.

e. Pengenaan ganti rugi negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(12)

f. Ketentuan lebih lanjut tentang pengeluaran ganti kerugian negara terhadap bendahara diatur dalam undang-undang mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

g. Pengenaan ganti rugi negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/ gubernur/bupati/ walikota.

h. Tata cara tuntutan ganti rugi kerugian negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah.

H. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)

1. Rencana Kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan Kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian negara/lembaga/ Pemerintah Daerah.

2. Pendapatan dan belanja badan layann umum (BLU) dalam rencana kerja dan anggaran tahunan dikonsolidasikan dalam RKA Kementerian Negara/lembaga/ Pemerintah Daerah.

3. Pendapatan BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan merupakan pendapatan negara/daerah.

4. Pendapatan dimaksud dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU bersangkutan.

I. Ketentuan Peralihan

1. Pembentukan Jabatan Fungsional Bendahara

2. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama pengakuan dan pengukuran berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengalaman dan pengukuran berbasis kas.

3. Penyimpanan uang negara dalam Rekening Kas Umum Negara pada Bank Sentral dilaksanakan secara bertahap, sehingga terlaksana secara penuh selambat-lambatnya pada tahun 2006.

Selain itu undang-undang perbendaharaan ini memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas, keterbukaan dan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.

(13)

1.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Pokok-Pokok Isi UU no 1 tahun 2004

1. Ketentuan Umum 2. Lingkup Pemeriksa 3. Pelaksanaan Pemeriksaan

4. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut 5. Pengenaan Ganti Kerugian Negara 6. Ketentuan Pidana

7. Ketentuan Pemeriksaan 8. Ketentuan Penutup

a. Ketentuan Umum

1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

3. Tanggung jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan Keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

4. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa

(14)

B. Lingkup Pemeriksaan

1. Ada 3 (tiga) lingkup pemeriksaan BPK : a. Pemeriksaan keuangan :

Adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan.

b. Pemeriksaan kinerja

Adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas. c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.

2. Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Kebebasan dan kemandirian BPK

BPK bebas dan mandiri dalam menentukan objek perusahaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan.

2. Perencanaan Pemeriksaan

a. Memperhatikan permintaan, saran dan pendapat lembaga perwakilan. b. Dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral dan

masyarakat.

3. Pelaksanaan Pemeriksaan

a. Dapat menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK.

b. Dapat meminta dokumen, mengakses data, melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, meminta keluarga, memotret, merekam dan/ atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.

c. Dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang untuk meminta keterangan.

(15)

d. Melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah.

e. Dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif untuk mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.

f. Melaporkan temuan unsur pidana kepada instansi berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, penyampaian laporan dimaksud diatur bersama oleh BPK dan Pemerintah.

D. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

1. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) disusun pemeriksa setelah pemeriksaan selesai dilakukan.

2. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan oprin

3. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.

4. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.

5. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPR/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti antara lain dengan membahas bersama pihak terkait.

6. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK juga disampaikan kepada pemerintah. 7. BPK menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan pemester yang disampaikan ke

lembaga perwakilan dan Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota.

8. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan, dinyatakan terbuka untuk umum.

9. Pemerintah menidaklanjuti rekomendasi BPK

10. BPK mamantau dan menginformasikan hasil pamantauan atas tindak lanjut rekomendasi kepada DPR/DPRD.

E. Pengenaan Kerugian Negara

1. BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggung jawaban bendahara atas kekurangan kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah.

(16)

2. Bendahara dapat mengajukan keberatan atas pembelaan diri terhadap putusan BPK.

3. Pengaturan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

4. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada BPK.

5. BPK mamantau penyelesaian pengenaan ganti rugi kerugian negara/ daerah terhadap pegawai neglembageri bukan berdasarkan dan/atau pejabat lain pada kementerian negara/a/pemerintah daerah.

F. Ketentuan Pidana

1. Sanksi pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/ atau denda paling banyak Rp. 500 juta dikenakan kepada :

a. Setiap orang yang tidak menjalankan kewajiban menyerahkan dokumen dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan pengelolaan uang dan tanggung jawab keuangan negara.

b. Setiap orang yang mencegah, menghalangi dan /atau menggagalkan pelaksanaan pemeriksaan.

c. Setiap orang yang menolak pemanggilan BPK tanpa menyampaikan alasan penolakan secara tertulis.

d. Setiap pemeriksaan yang tidak melaporkan temuan pemeriksaan yang mengandung unsur pidana.

e. Setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan dalam laporan hasil pemeriksaan.

2. Sanksi pidana selama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 milyar kepada :

a. Setiap orang yang memalsukan atau membuat palsu dokumen yang disahkan untuk kelancaran pemeriksaan.

b. Pemeriksa yang menggunakan dokumen yang diperoleh dalam pemeriksaan melampaui batas kewenangannya.

(17)

c. Pemeriksa yang menyalahgunakan kewenangannya sehubungan kedudukan dan/atau tugas pemeriksaan.

G. Ketentuan Peralihan

1. Undang-undang ini dilaksanakan mulai sejak pemeriksaan atas laporan keuangan tahun anggaran 2006.

2. Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang sedang dilakukan BPK dan/atau Pemerintah pada saat undang-undang ini mulai berlaku, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada sebelum berlakunya undang-undang ini.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem informasi yang dapat membantu pelaku perusahaan dalam mengoperasikan proses bisnis perusahaan dengan

Allah memuliakan urusan amanah yang ia merupakan kebebasan dalampilihan dalam menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larang- larang-Nya, dan antara menjadi

In this section, several policies are proposed for the updates in the pre-update phase. As described in Section II-C, when more workers in the job-level system are available, more

Pemerintah Indonesia dan Australia telah melakukan perjanjian bilateral untuk mengatasi masalah perikanan tangkap di wilayah perbata- san. Berdasarkan penelusuran hukum,

Kegiatan media relations pada bulan Januari di tiga majalah yaitu Elle, Female dan Cosmopolitan sebagian besar didominasi oleh publikasi tentang info produk Clinique,

Flux airgap dari motor induksi mengandung banyak harmonisa. Pengamatan terhadap flux memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi mesin. Adanya perubahan pada

Dengan demikian pengalokasian belanja barang yang dimaksudkan untuk mendukung sepenuhnya pelaksanaan pembangunan fisik infrastruktur, belum optimal pemanfaatannya, sehingga

• Mendapatkan potensi daya atau energi listrik yang bisa dihasilkan jika bangunan- bangunan tersebut dimanfaatkan sebagai tempat pemasangan modul surya PLTS.. • Mendapatkan