• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

I. Latar Belakang

Skripsi ini berusaha menganalisa pengetatan kebijakan terhadap Imigran di Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan diperdalam pada skripsi ini nantinya akan terfokus pada keterkaitan segi personal Sarkozy dengan adanya pengetatan kebijakan terhadap imigran di Perancis.

Perancis, pasca kepemimpinan Jacques Chirac, Presiden Perancis sebelum Sarkozy, memerlukan perbaikan atau reformasi ekonomi dalam pandangan Sarkozy (BBCNews, 2008). Beberapa hal yang melatarbelakangi dorongan untuk mereformasi ekonomi tersebut adalah munculnya beberapa masalah dari sekian masalah yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kondisi sosial. Yaitu adanya permasalahan laju pertumbuhan penduduk yang di luar kontrol dan terlalu tinggi, peningkatan jumlah pengangguran, permasalahan masyarakat yang tidak mampu membayar pajak, meningkatnya kriminalitas dan kekerasan khususnya masalah perbedaan ras. Dan sumber permasalahan tersebut berasal dari penduduk dengan status sebagai imigran. Sejak naiknya Presiden Nicholas Sarkozy, peraturan terhadap imigran lebih diperketat termasuk peraturan terhadap izin tinggal di Perancis (Sophie Pedder, 2007). Berikut pula peryataan Sarkozy mengenai permasalahan imigran di Perancis, “France has too many foreigners and is not integrating them properly. Our system of integration is working worse and worse because we have too many foreigners on our territory, and we can no longer manage to find them accommodation, a job, a school” (CNN, 2011)

Sejak tahun 1999, Perancis menerima pendatang lebih banyak dari negara-negara tetangga yaitu Eropa Timur (VOA, 2011). Negara tetangga ini sebenarnya hanya menjadi pintu masuk para imigran dari Afrika dan Timur Tengah menuju Perancis. Karena apabila diperhatikan berdasarkan letak geografis, Perancis

(2)

berbatasan langsung dengan Laut Mediterania dan Italia (Eropa Timur). Sebagian besar imigran yang berasal dari Afrika, khususnya Tunisia dan Libya, Morocco masuk ke Perancis melalui Italia dan juga Laut Mediterania.

Sebelum tahun 2000, Perancis merupakan sebuah negara Eropa dan negara anggota Uni Eropa yang dikenal sebagai negara yang terbuka menerima imigran atau pendatang dari berbagai negara. Namun di sisi lain, Perancis juga merupakan negara anggota Uni Eropa yang dikenal sebagai negara dengan tindak diskriminasi terhadap imigran cukup tinggi. Latar belakang diskriminasi ini, dari pihak Perancis sebenarnya didasari atas tingkat kriminalitas yang tinggi serta munculnya perpecahan di dalam masyarakat. Terjadi peningkatan kriminalitas akibat imigran sebesar 10-15% setelah tahun 2000 (Ruben Navarrette, The Union Tribun, 2008). Dan di sisi lain pula, tercatat bahwa jumlah imigran di Perancis terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai 11% dari total jumlah penduduk Perancis 60 juta jiwa pada tahun 2007.

Alasan mengapa kemudian penulis tertarik untuk mengkaji penelitian ini adalah dengan melihat bahwa seorang Presiden Nicholas Sarkozy memiliki pandangan dan gaya kepemimpinan yang cenderung berbeda dengan presiden sebelumnya, Jacques Chirac (Sophie Pedder, 2007). Nicholas Sarkozy mencoba mencari dukungan dari sayap kanan dalam proses pencalonannya di tahun 2007, yang tak lain halnya memiliki kesamaan yaitu sensitif dan tidak menyukai adanya imigran di Perancis. Hal ini pula dianggap sebagai suatu hal baru oleh warga Perancis karena setelah sebelum-sebelumnya presiden Perancis merupakan representatif dari sayap kiri. Selain itu juga bahwa Nicholas Sarkozy merupakan presiden pertama di Perancis yang berasal dari keluarga dengan garis keturunan seorang imigran (Biography, 2012). Perjalanan karir Sarkozy sebelum menjadi Presiden pun telah terkonsentrasi pada isu utama imigran. Memang pada dasarnya, memasuki abad 20, isu imigran merupakan permasalahan krusial yang sudah menjadi perhatian.

(3)

Melalui gambaran singkat latar belakang tersebut, skripsi ini berusaha memberikan kontribusi kepada para pembuat kebijakan dan juga dunia akademis. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan akan dikaji lebih jauh melalui contoh kasus personalitas seorang Presiden Sarkozy yang dikenal begitu sensitif dan diskriminatif terhadap kaum imigran. Hal ini dilihat pula berdasarkan kebijakan yang dibuatnya menyangkut permasalahan imigran di Perancis, hingga pada akhirnya muncul kebijakan-kebijakan yang restriktif terhadap imigran di Perancis. Latar belakang personal seperti status keluarga, orientasi politik dan faktor lainnya yang terlihat berbeda, menarik kemudian untuk melihat “Mengapa Presiden Nicholas Sarkozy melakukan kebijakan pengetatan terhadap imigran di Perancis?” Dengan melakukan penelitian terhadap hubungan antara personalitas pemimpin dan kebijakan yang ditetapkan, diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk kontribusi dalam perkembangan studi hubungan internasional.

II. Kerangka Berpikir

Setiap negara dijalankan oleh suatu pemerintahan dan dipimpin oleh seorang pemegang otoritas baik Presiden, Perdana Mentri, maupun Raja. Aktor- aktor inilah yang memiliki pengaruh penting dalam menetapkan kebijakan suatu negara. Aktor dikondisikan sebagai pihak yang berkemampuan untuk membuat tiga sikap atas kebijakan suatu negara (Howard H. Letner, 1974):

a. kebijakan yang memperhatikan respon atau respek dari masyarakat maupun komunitas yang berada di sekitar lingkungan sistem politiknya;

b. memobilisasi sumber daya hingga memprosesnya menjadi suatu kebijakan; c. mengaplikasikan instrumen-instrumen serta prosedur pada aktor lainnya dalam

suatu proses pengambilan kebijakan.

Dengan konsep dan basis analisa inilah dapat dilihat bagaimana Presiden Nicholas Sarkozy sebagai aktor yang dinilai membentuk pandangan berbeda dengan

(4)

presiden-presiden Perancis sebelumnya menanggapi permasalahan minoritas atau imigran. Khususnya terletak pada proses pembuatan kebijakan. Seperti apa proses menuju suatu kebijakan dijalankan oleh Presiden Nicholas Sarkozy.

“Presidents remain the most potent political force in the making of policy (Peterson, 1994:p.217)”. Pentingnya aktor (level individu) dalam pembuatan sebuah kebijakan lantas menjadi penting juga untuk dikaji mengenai faktor-faktor yang bisa mendorong atau mempengaruhi gaya pengambilan keputusan (termasuk cara berpikir) seorang aktor pengambil kebijakan.

Berikut tiga faktor penting yang dapat digunakan untuk mengkaji atau menganalisa seorang pemimpin secara personal dalam mengambil sebuah kebijakan (Amir Ahmed Khuro, 2011):

a. bagaimana ideologi, nilai dan norma yang dianut oleh seorang pemimpin, lebih kepada beliefs atau suatu yang dipercaya oleh seorang pemimpin;

b. bagaimana orientasi politiknya, salah satunya adalah termasuk lingkungan politik yang cenderung diikuti oleh seorang pemimpin. Termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk dukungan berasal dari lingkungan politik yang seperti apa, dan seberapa besar dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan seorang pemimpin;

c. bagaimana latar belakangnya, aspek ini meliputi latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan tinggal, belajar maupun bekerja termasuk pula di dalamnya adalah pengalaman yang dimiliki oleh seorang pemimpin.

Ketiga faktor tersebut merupakan poin-poin penting yang mendasar untuk menelaah bagaimana karakteristik atau personalitas seorang pemimpin terbentuk dalam membuat kebijakan maupun gaya kepemimpinan nya. Di samping itu, juga terdapat tiga faktor yang mempengaruhi popularitas seorang pemimpin, yaitu:

a) Gaya pengambilan kebijakan; b) Ideologi;

(5)

Kebijakan, aktor , serta faktor-faktor yang mempengaruhi seorang aktor dapat membentuk garis hubungan antara proses hingga sampai ditetapkan sebuah kebijakan dengan personatilas seorang pengambil kebijakan (dalam hal ini adalah level individu). Personalitas atau kepribadian itu sendiri secara umum dapat diartikan sebagai gambaran keteraturan perilaku seorang individu. Secara khusus, (Hogan, 1991) mencoba mendefinisikan personalitas dengan hal yang mendasar yaitu struktur, dinamika, proses dan kecenderungan yang membawa keteraturan perilaku tertentu. Persoalitas (Personality) apabila dikaitkan dengan suatu kebijakan adalah merupakan gambaran keteraturan perilaku yang memiliki dampak atau pengaruh penting pada hasil kebijakan yang dibuat oleh seorang pemimpin (Winter, 2003, p.112). Namun, pandangan lain coba diungkapkan berbeda bahwa pengambilan keputusan atau kebijakan tersebut lebih dari sekedar personalitas. (Weiss, 1983) percaya bahwa pengambilan kebijakan merupakan refleksi dari informasi yang diperoleh seseorang, ideologi serta yang paling penting adalah kepentingan pribadi.

James Barber dalam Presidential Character (1972) (Alan C. Elms, 1976, p. 115) mencoba menjabarkan pemikirannya mengenai personalitas dan psikologi seorang presiden beserta faktor-faktor penting yang mempengaruhi. Barber’s Presidentian Character mengkategorikan faktor personalitas dan psikologi seorang presiden ke dalam lima aspek, yaitu:

1. Style

2. World View 3. Character

4. Political Situation 5. Climate of Expectations

(6)

Kelima faktor tersebut masing-masing akan penulis bahas lebih lengkap pada bab berikutnya.

Setiap pemimpin memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu fakta dan realita yang ada, hal ini mendorong masing-masing untuk menciptakan tingkat rasionalitas yang berbeda pula dalam pengambilan suatu kebijakan luar negeri. Untuk itu masing-masing negara di dunia juga memiliki berbagai kebijakan yang berbeda satu sama lain meskipun bisa saja berada dalam atmosfer yang sama. Hubungan kebijakan dan personal seorang aktor pengambil kebijakan merupakan salah satu pemicunya. Seorang pemimpin dalam membuat kebijakan bergantung pada beberapa kondisi seperti karakteristik personal, latar belakang pendidikan dan sosial, pengalaman yang dimiliki sebelumnya, ambisi serta pandangan mengenai dunia (Neack, 2003).

III. Metode Penelitian

Dalam skripsi ini, penulis melakukan beberapa proses, yaitu: 1. Proses pengumpulan data

Dalam mengumpulkan data, digunakan dua metode penelitian, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Dalam metode kualitatif, penulis meneliti norma, nilai ataupun sikap yang berkaitan dengan subjek penelitian yang diperoleh dari beberapa sumber, seperti sumber literatur, artikel dan jurnal internet. Misalnya, penulis melihat lebih jauh mengenai permasalahan imigran yang muncul di Perancis serta kebijakan-kebijakan yang ada, bagaimana hal itu berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Ataupun mengenai kebiasaan dan latar belakang seorang Presiden Nicholas Sarkozy sehingga disebut memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan presiden Perancis lainnya. Adapun dalam metode kuantitatif, penulis menggunakan data-data yang diperoleh dari hasil survei dan pengamatan basis angka, melalui data berupa grafik, tabel dan persentase. Data

(7)

kuantitatif ini bersifat primer dan sekunder, untuk selanjutnya dikaitkan dengan studi kasus skripsi. Misalnya grafik tingkat kriminalitas ataupun tingkat pengangguran dan kesenjangan sosial yang disebabkan oleh adanya imigran di Perancis.

2. Pengolahan data

Pada proses ini, penulis melakukan olah data berdasarkan tujuan skripsi ini. Penulis menggolongkan data, melakukan proses perbandingan dan menghubungkan. Misalnya, penulis mengolongkan data berdasarkan tahun kejadian sebelum dan sesudah masa kepemimpinan Nicholas Sarkozy, membandingkan kondisi sebelum dan sesudah pengetatan kebijakan terhadap imigran seperti munculnya European Immigration Pact, serta menghubungkan apakah signifikansi personalitas seorang Presiden Nicholas Sarkozy dengan pengetatan kebijakan terhadap imigran.

3. Pelaporan data

Dalam tahap akhir, penulis menggabungkan data yang telah dikumpulkan dan diolah ke dalam penjelasan sistematis di skripsi ini, yang bersifat deskriptif-analitis.

IV. Hipotesis

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang dapat dijelaskan sesuai dengan karakter kebijakan Presiden Nicholas Sarkozy, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Selama proses pencalonan sebagai Presiden, Sarkozy memilih untuk mendapatkan dukungan dari sayap kanan. Selain didukung oleh Union for a Popular Movement, masa kepemimpinan Sarkozy didukung juga oleh partai politik National Front, sebuah partai radikal yang sensitif terhadap kaum pendatang atau imigran yang datang ke Perancis (Yeugenia Shvets, 2004, p.15). Hal ini memberikan kecenderungan

(8)

dukungan terhadap kebijakan yang dibuat oleh Sarkozy untuk memperketat aturan terhadap imigran di Perancis khususnya imigran illegal;

2. Latar belakang keluarga (broken home) yang merupakan keluarga imigran membentuk seorang Sarkozy menjadi sensitif terhadap imigran (Mathieu von Rohr, 2012);

3. Latar belakang pendidikan dan karir. Sejak masa pendidikan, Sarkozy sudah cenderung membela sayap kanan (Biography, 2012). Begitu pula pada saat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Kebijakan Sarkozy selama menjadi seorang menteri tidak jauh berbeda dengan setelah dia menjabat sebagai presiden. Sarkozy mencoba mengubah arah kebijakan imigrasi menjadi lebih ketat yang dikenal dengan MISEFEN Law on Immigration Control, dan juga Citizenship of November 26, 2003 (The Migration Policy Institute, 2007). Keduanya merealisasikan peraturan pengetatan terhadap izin masuk maupun izin tinggal terhadap imigran legal.

V. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dikembangkan melalui sistematika penelitian, sebagai berikut:

- Bab I : Pendahuluan. Bab ini meliputi alasan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan konseptual, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

- Bab II : Definisi dan Teori Personalitas. Bab ini meliputi pemaparan kerangka berpikir penulis yang menjadi pengantar dalam menganalisa personalitas Presiden Nicholaz Sarkozy dalam membuat suatu kebijakan.

- Bab III: Permasalahan Perancis sebagai Negara Multikultur. Bab ini meliputi pembahasan tentang kehidupan multikultur di Perancis, eksistensi

(9)

keanekaragaman etnis, permasalahan yang muncul dalam kondisi multikultural dan kebijakan pemerintah yang mengakomodasi hak-hak para imigran.

- Bab IV: Personalitas Presiden Nicholas Sarkozy. Berisi mengenai bagaimana personalitas atau karakter seorang Presiden Nicholas Sarkozy khususnya terkait dengan permasalahan imigran di Perancis. Bab ini secara lebih jelas membahas mengenai perjalanan seorang Sarkozy dari masa kecil hingga memasuki ranah politik.

- Bab V: Analisis Personalitas Presiden Nicholas dalam Kebijkan Imigran. Bab ini meliputi pembahasan mengenai upaya identifikasi pengetatan kebijakan terhadap imigran di Perancis di bawah kepemimpinan Presiden Nicholas Sarkozy sebagai refleksi karakteristik serta ideologi yang dimiliki sebagai pemimpin negara saat itu.

- Bab VI: Kesimpulan. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari seluruh pembahasan dan analisa yang sudah dikaji dalam penelitian ini. Kesimpulan ini kemudian akan memberikan gambaran singkat mengenai hasil penelitian yang terfokus pada personalitas seorang Presiden Nicholas Sarkozy.

Referensi

Dokumen terkait

seseorang yang telah didiagnosis sebagai penderita SARS, dim gnosis sebagai penderita SARS, dimana ora ana orang yang ng yang   beresiko tersebut adalah orang yang merawat,

Field harus terisi Diisi sesuai dengan format Kode haru urut dan tidak double Kode Barang Completeness Check.

Suyoto, MSc., Ph.D., selaku Kepala Program Studi Teknik Informatika dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan, petunjuk,

Untuk contoh dalam video konferensi atau telepon video, ukuran image kecil dengan resolusi rendah diinginkan bandwidth tidak sebanyak video broadcasting , dan pada

Dalam kegiatan praktik pengalaman lapangan 2 yang terdiri dari pengajaran terbimbing dan mandiri adalah kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Pada data (20) terdapat kata belungguk, merupakan kosakata bahasa gaul dalam tayangan komedi PonTV “Kamil Onte” yang diserap dari bahasa Melayu yaitu dari kata belonggok

[r]