• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN SISTEM CHARMANT dan DANKAERTZ PADA BERBAGAI BENTUK TUBUH WANITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN SISTEM CHARMANT dan DANKAERTZ PADA BERBAGAI BENTUK TUBUH WANITA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

23

DANKAERTZ PADA BERBAGAI BENTUK TUBUH WANITA

Endang Prahastuti

Dosen Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang e-mail: [email protected]

Abstract: The study was carried out by using quantitative approach. The sampling method which

was used was purposive quota random sampling, with the number of sample of 25, with 5 items of body for each category of physical shape. The physical shape of women’s body was categorized into five kinds, they were slim and tall, (2) fat and tall, (3) ideal, (4) slim and short, (5) and fat and short. From the anova analysis, it was concluded that (1) there were differences of fitting factor on Charmant’s system of women’s clothes basic pattern to all women’s physical body shape, (2) there were no difference of fitting factor on Dankaertz system of women’s clothes basic pattern to all women’s physical body shape, (3) there were differences of fitting factor on Charmant’s and Dankaertz’s system of women’s clothes basic pattern regardless the shape of body physique, (4) there were differences of fitting factor on Charmant’s and Dankaertz’s system of women’s clothes basic pattern on various women’s physical body shape. The weakness of this research was the sampling method which employed purposive method. Therefore, it is suggested to do further research on this matter using a more comprehensive and broader sampling. Another advice will be for fashion practitioners. If various body shapes are encountered, it is easier to use Dankaertz system, this research also needs to be developed further for other women’s clothes basic pattern.

ABSTRAK: Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode sampling

yang digunakan adalah purposive kuota random sampling, dengan jumlah sampel 25. Tiap kategori bentuk fisik tubuh sebanyak 5 orang. Bentuk-bentuk fisik tubuh wanita dikategorikan atas lima jenis, yaitu berpostur (1) tinggi kurus, (2) tinggi gemuk, (3) ideal, (4) pendek kurus, dan (5) pendek gemuk. Dari analisis anova dua jalur disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Charmant pada berbagai bentuk fisik tubuh wanita (2) Tidak ada perbedaan kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada berbagai bentuk fisik tubuh wanita. (3) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh. (4) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk berbagai bentuk fisik tubuh wanita. Kelemahan dari penelitian ini adalah pengambilan sampel yang menggunakan metode purposive. Untuk itu disarankan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut dengan pengambilan sampel yang lebih komprehensif dan lebih luas. Saran lain, khusus untuk para praktisi busana, bila dijumpai model dengan berbagai ragam bentuk tubuh, secara mudah disarankan untuk menggunakan sistem Dankaertz. Penelitian ini juga perlu dikembangkan lebih lanjut untuk sistem-sistem pola dasar pakaian wanita yang lain.

KATA KUNCI: Pola dasar, Charmant, Dankaertz, Pengepasan.

Cara pembuatan pola dasar merupakan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang penting dan mutlak harus dikuasai. Pola dasar pakaian dirancang guna memenuhi keinginan orang yang

akan mengembangkannya menjadi pola pakaian. Kecocokan suatu pola dasar pada bentuk tubuh tertentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil pembuatan pakaian.

(2)

Terdapat enam sistem pola dasar pakaian wanita yang berlaku universal, dan keenam sistem tersebut juga digunakan di Indonesia, yaitu sistem (1) Meyneke, (2) So-En, (3)

Dress-making, (4) Charmant, (5) Dankaertz, dan (6) Cuppens-Geurs (Sarono, 1989:11-22).

Mengingat seluruh sistem pola dasar dikem-bangkan oleh pakar-pakar busana dari luar Indo-nesia, dengan ukuran-ukuran tubuh setempat, keenam sistem tersebut jarang sekali yang diterapkan secara murni. Para praktisi pembuat pakaian, melalui pengalaman pribadinya, umum-nya mengubah beberapa langkah pembuatan pola dasar suatu sistem tertentu agar sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Realita di atas lebih diperparah karena minimnya kajian yang bersifat ilmiah terhadap teknologi busana, khususnya terhadap sistem-sistem pola dasar pakaian, lebih khusus untuk pakaian wanita. Di Indonesia, penelitian-peneli-tian tentang teknologi busana amat jarang dilakukan. Untuk skala terbatas, Prahastuti (1990:31) telah menganalisis pola dasar pakaian wanita sistem Meyneke untuk berbagai bentuk tubuh mahasiswa. Penelitian tersebut mengung-kapkan bahwa ketepatan titik-titik pas (fitting

factor) untuk pola tersebut hanya cocok untuk

bentuk tubuh gemuk, sedangkan untuk bentuk tubuh kurus dan ideal titik-titik pas tidak tepat berada di bagian yang seharusnya. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Prahastuti, dkk. (2000) terhadap pola dasar sistem So-En dan

Dressmaking memberikan kesimpulan yang

senada, untuk sistem So-En tidak cocok untuk wanita bertubuh tinggi kurus dan pendek kurus, sedangkan untuk sistem Dressmaking tidak cocok untuk wanita bertubuh pendek gemuk.

Sebagai upaya pengembangan ilmu penge-tahuan dan teknologi, terutama untuk mendesain suatu sistem pola dasar pakaian yang relatif baru untuk pakaian wanita Indonesia diperlukan masukan-masukan (input) terutama kajian dari keenam sistem tersebut. Berdasarkan hal terse-but, sistem pola dasar Charmant dan Dankaertz, perlu dikaji secara ilmiah dan dianalisis untuk berbagai bentuk fisik tubuh wanita Indonesia. Penelitian terhadap pola dasar pakaian sistem

Charmant dan Dankaertz pada berbagai bentuk

fisik tubuh wanita, merupakan kelanjutan dari serangkaian penelitian yang telah dikembangkan oleh Prahastuti (1990) dan Prahastuti, dkk. (2000).

Adapun rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut. 1) Apakah ada beda kedudukan

titik pas pola dasar pakaian wanita sistem

Charmant pada berbagai pada tubuh wanita yang

ber postur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 2) Apakah ada beda kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 3) Apakah ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa meman-dang bentuk fisik tubuh; 4) Apakah ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk.

Dugaan sementara sehubungan dengan masalah tersebut tertuang dalam hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Ada beda kedu-dukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem

Charmant pada berbagai pada tubuh wanita yang

berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 2) Ada beda kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 3) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem

Charmant dengan pola dasar pakaian wanita

sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh; 4) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Sistem Pola Dasar Pakaian Wanita

Pola dasar pakaian adalah jiplakan ukuran bentuk tubuh seseorang pada media dua dimensi (Sutantyo, 1989:117). Media yang digunakan umumnya kertas polos atau kertas khusus untuk pembuatan pola pakaian yang dinamakan kertas tela. Berdasarkan pola dasar ini dapat dibuat ber-macam-macam model pakaian (pecah model) sesuai dengan keinginan dan ukuran fisik tubuh orang yang diukur. Cara untuk mengkonstruk-sikan suatu model pakaian, pola dasar dipecah-modelkan sesuai keinginan. Pecah model dari suatu pola dasar dinamakan pola pakaian. Pola

(3)

pakaian inilah yang dijiplakkan pada kain untuk selanjutnya melangkah pada proses pemotongan.

Beberapa sistem pola dasar yang menjadi dasar pembuatan pola pakaian wanita di Indone-sia adalah (1) Meyneke, (2) So-En, (3)

Dress-making, (4) Charmant, (5) Dankaertz, (6) Cuppens-Geur (Sarono, 1989:11-22). Struktur

keenam sistem tersebut mempunyai kerumitan-kerumitan tersendiri yang bersifat khas.

Titik Pas dan Pengepasan

Titik pas (fitting factor) adalah suatu lokasi/titik pada pakaian yang menentukan sesuai atau tidaknya sistem pola tersebut untuk bentuk tubuh yang mempergunakannya. Titik-titik pas pola dasar pakaian meliputi (1) kerung leher, (2) kerung lengan, (3) letak bahu, (4) kedudukan kup, (5) lingkar badan (6) lingkar pinggang, dan (7) bagian belakang atau punggung (Kiswani, 1979:134-141; Lewis, 1960:402-406; Sarono, 1989:143).

Sehubungan dengan titik-titik pas tersebut, pengujian ketepatan penggunaan suatu sistem pola dasar memerlukan proses pengepasan (fitting). Pengepasan adalah memakaikan pola pakaian yang sudah dijahit pada tubuh orang yang diukur untuk mengetahui cocok tidaknya suatu pola dasar pakaian terhadap bentuk tubuh

seseorang. Kecocokan diperoleh melalui

pemeriksaan terhadap kedudukan titik titik pas pada pakaian yang dipakai.(Sutantyo, 1984:143). Bila hasil pemeriksaan sesuai dengan kriteria-kriteria yang disyaratkan, dikatakan titik-titik pas tersebut tepat bagi tubuh yang diukur.

Kendati ukuran tubuh yang diperlukan telah diukur dengan tepat dan pola dasar pakaian telah dibuat dengan benar, kedudukan titik pas tidak selalu cocok dan sesuai dengan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah sifat spesifik tubuh manusia.

Kriteria ketepatan titik-titik pas untuk pengepasan adalah sebagai berikut. Garis kerung leher tempat untuk menjahitkan kerah. Garis ini

terletak datar sekeliling pangkal leher.

Kedudukan titik pas pada bagian kerung leher dikatakan tepat bila tidak terdapat tarikan-tarikan kain di sekeliling leher. Kedu-dukan titik pas tidak tepat bila kerung leher bergelombang tidak rata.

Kedudukan kerung lengan dikatakan tepat bila garis kerung lengan terletak datar pada sekeliling kerung lengan. Pada kerung lengan yang sesak akan terdapat tarikan-tarikan

mengi-kat pada sekelilingnya. Kerung lengan yang

kebesaran akan menimbulkan

gelombang-gelombang yang tidak diinginkan.

Kedudukan letak bahu dikatakan tepat bila garis bahu terletak mendatar, mulai dari ujung garis bahu hingga ke pangkal leher menuju ke titik ujung bahu di atas lengan terhenti. Garis bahu tidak boleh tertarik ke atas maupun ke bawah.

Letak kedudukan kup dikatakan tepat bila lipit-lipit kup terletak kurang lebih 2,5 cm sebelum puncak dada, dengan arah menuju puncak dada. Bentuk lipit kup tidak pas bila bentuk lipit lup meruncing tajam. Bentuk pakaian yang telah ditambah lipit kup harus dapat mengikuti lekuk badan dengan luwes. Tidak bergelombang dan bahan tidak tertarik di sana-sini.

Kedudukan lingkar badan dikatakan tepat bila bagian lebar muka, yaitu garis mendatar yang terletak 4 cm di bawah lekuk leher muka, arah tenun benang terletak mendatar. Longgar sempitnya lingkaran badan diperiksa pada bagian titik dada, yaitu tidak tertekan dan tidak pula bergelombang. Untuk menentukan kelonggaran pola pada badan, Sutantyo (1984:146) membe-rikan suatu teknik dengan cara mengayunkan lengan dan bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk. Bila saat mengayunkan lengan dan bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk tidak terdapat tekanan pakaian pada dada, kedudukan lingkar badan dikatakan tepat.

Kedudukan titik pas pada bagian sisi badan dikatakan tepat bila garis sisi badan terletak lurus dari ketiak hingga ke pinggang. Tidak terdapat tarikan ke atas maupun ke bawah. Tidak pula miring ke depan maupun ke belakang (Sutantyo, 1984:147).

Kedudukan bagian belakang atau punggung pola dasar dikatakan tepat bila garis tengah punggung tergantung lurus pada bagian tengah badan. Mulai dari tulang leher hingga ke bawah lurus sampai pada pita pinggang. Panjang punggung terlihat tidak mengembung. Dengan cara meratakan punggung dengan telapak tangan akan diketahui ada tidaknya gelombang pada

garis punggung. Kiswani (1979:134-141)

memberikan teknik cara mengepas kedudukan bagian punggung ini dengan cara meratakan punggung dengan telapak tangan. Tangan yang satu meratakan pola pada punggung dari atas ke bawah. Tangan yang lain meratakan pola dari bawah ke atas. Bila kedua tangan bertemu tanpa

(4)

adanya sisi kain yang menyembul berarti letak titik pas bagian punggung dikatakan tepat. Ukuran Fisik Tubuh Wanita

Pada dasarnya bentuk tubuh manusia, lelaki maupun wanita, sangat spesifik sifatnya. Berda-sarkan beberapa persamaan yang ada dan untuk kepentingan yang lebih luas, bentuk-bentuk fisik tubuh manusia digolongkan atas berbagai dasar dan pandangan. Dalam teknologi busana terdapat beragam standar ukuran-ukuran tubuh dan pakaian.

Standarisasi ukuran fisik tubuh wanita, bersifat internasional maupun untuk lokal (Indonesia). Untuk keperluan perdagangan dan pengendalian ukuran pakaian wanita dewasa, Standar Nasional Industri Indonesia (SNI) menglasifikasikan bentuk fisik tubuh wanita dewasa Indonesia atas dua golongan, yaitu bertubuh gemuk dan langsing. Tiap golongan ter-diri atas ukuran (1) S (Small), (2) M (Medium), (3) L (Large), dan (4) XL (Extra large).

Standarisasi dari Lands End Direct

Merchants (tt) yang mengacu pada United States Sizing didasarkan atas ukuran-ukuran. (1) lingkar

badan, (2) lingkar pinggang, (3) lingkar pinggul, dan (4) lingkar lengan. Standarisasi yang dida-sarkan atas penggolongan ukuran-ukuran karak-teristik tubuh yang relatif lebih lengkap diberikan oleh So-En (tt) (untuk wanita Asia) dan Aldrich (1982) (untuk wanita Eropa).

Berdasarkan berbagai pendapat tentang standarisasi ukuran yang telah diuraikan di atas, bentuk fisik tubuh wanita Indonesia digolongkan atas (1) tinggi kurus (TK), (2) tinggi gemuk (TG), (3) ideal (ID), (4) pendek kurus (PK), dan (5) pendek gemuk (PG). Adapun standar ukurannya diperoleh dengan jalan merangkum berbagai standar yang telah ada (Tabel 1)

Tabel 1. Ukuran Fisik Tubuh Wanita Dewasa Karakteristik TK TG ID PK PG Lingkar Badan 96 96 90 84 84 Lingkar Pinggang 74 78 71,5 63 68 Panjang Punggung 39 39 38 36 36 METODE Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ekspe-rimen tak murni (quasi) dengan model “one shot

case study,” tanpa perlakuan (treatment). Skema

model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

X X1

Y Y1

Lambang :

X = Sistem pola Charmant sebelum pengepasan. X1 = Sistem pola Charmant setelah pengepasan.

Y = Sistem pola Dankaertz sebelum pengepasan. Y1 = Sistem pola Dankaertz setelah pengepasan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah para wanita dewasa Indonesia. Pengambilan sampel dila-kukan dengan teknik strata kuota purposive sampling (stratified quota purposive sampling).

Strata ditetapkan atas ukuran fisik tubuh yang tidak menyimpang dari salah satu standar yang telah ditetapkan, yaitu (a) tinggi kurus (TK), (b) tinggi gemuk (TG), (c) ideal (ID), pendek kurus (PK) dan pendek gemuk (PG).

Tiap strata ukuran fisik tubuh dikuotakan sebanyak 5 orang. Jadi dalam hal ini diperlukan sampel sebanyak 25 orang.

Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan lamanya pengambilan data, mahasiswa-maha-siswa wanita Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (FT-UM) diprioritaskan untuk dijadikan sampel penelitian. Bila jumlah mahasiswa wanita FT-UM tidak sesuai dengan kuota, prioritas selanjutnya secara berurut (a) staf pengajar dan administrasi FT-UM, (b) staf perpustakaan UM, (c) mahasiswa FIP-UM dan (d) mahasiswa fakultas lain sampai kuota terpenuhi.

Pembuatan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk suatu pola dasar pakaian. Pola dibuat didasarkan atas ukuran fisik tubuh yang diukur. Jelaslah tiap subjek yang diukur akan mempunyai pola sendiri. Meski bentuk fisik maupun ukuran tubuh subjek sama, kemungkinan besar ukuran pola yang dihasilkan berbeda.

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti melalui tim yang terdiri atas lima orang. Lima orang pembuat instrumen merupakan teknisi busana. Agar teracak secara sempurna, masing-masing teknisi membuat instrumen secara proporsional dan seimbang.

(5)

Uji Coba Instrumen

Sesuai bentuk instrumen, uji coba instrumen dilakukan untuk menguji kemungkinan-kemung-kinan tidak dapatnya dilakukan pengambilan data atau kemungkinan lain yang bersifat teknis. Uji coba dilakukan untuk pola dasar pakaian kedua sistem.

Tiap pola diujicobakan pada bentuk tubuh (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Sebagai sampel uji coba, pada tiap bentuk tubuh diambil satu orang. Jadi untuk uji coba instrumen diper-lukan lima orang subjek dengan ukuran tubuh yang berbeda-beda.

Pengepasan dilakukan melalui tujuh titik pas. Hasil pengukuran atas tiap titik pas diberi nilai 1-3, dengan rincian bila pengepasan (a) cocok, nilai 3, (b) kurang cocok, nilai 2, dan (c) tidak cocok diberi nilai 1. Skor tiap subjek adalah jumlah keseluruhan nilai-nilai yang diperoleh subjek.

Analisis Varians

Pengujian hipotesis pertama, kedua dan ketiga, yaitu untuk menentukan ketepatan kedudukan titik pas dari masing-masing sistem pola dasar pakaian terhadap berbagai bentuk fisik tubuh dan menentukan ada tidaknya perbedaan antara pola dasar pakaian sistem Charmant dengan Dankaertz, digunakan Anova klasifikasi tunggal (satu jalur). Sedang pengujian hipotesis keempat, yaitu untuk menentukan ada tidaknya perbedaan titik pas antara sistem pola dasar

Charmant dengan Dankaertz, dengan

meman-dang adanya perbedaan bentuk fisik tubuh, digunakan Analisis Varians (Anova) klasifikasi ganda.

Hasil pengepasan (berupa skor) dikelom-pokkan (model blok acak lengkap) atas kategori jenis bentuk tubuh. Tabulasi penghitungan Anova terdiri atas 10 sel. Ada empat sumber variasi, dengan sebuah sumber variasi dalam atau sumber variasi kekeliruan.

Penghitungan Anova yang dilakukan adalah menghitung jumlah kuadrat (JK), derajat kebebasan (dk), rerata kuadrat (RK) untuk masing-masing sumber variasi: (1) Jenis bentuk tubuh (BT). (2) Sistem pola dasar pakaian (PD). (3) Interaksi bentuk tubuh dengan sistem pola dasar (BT-PD). (4) Dalam/kekeliruan (d). Harga

F observasi (Fo) dihitung dengan membagi RK

dengan RKd untuk masing-masing sumber

variasi. Derajat kebebasan yang digu-nakan

untuk melihat tabel harga F (Ft) adalah dk lawan

dkd. Uji Fisher (uji F) untuk menyatakan

signifikansi diperoleh dengan membandingkan

hasil Fo dengan Ft pada taraf signifikansi 5%.

Bila pada uji F ada perbedaan rerata yang signifikan, untuk menentukan letak perbeda-annya dilakukan melalui uji Scheffe (uji pasca anova). Seluruh analisis digunakan melalui bantuan program SPSS ver 11.0

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis

Hasil F observasi untuk sistem pola dasar

pakaian wanita diperoleh nilai Fo = 261,558.

Nilai F teoretik pada dk = 1 lawan dkd = 40

adalah 4,08. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil Fo > Ft. Pada tabel di atas nilai probabilitas p <

0,05. Berarti nilai Fo dinyatakan signifikan.

Hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Terdapat perbedaan

kedudukan titik pas yang signifikan antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk-bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan (Hipotesis 3), yang berbunyi “Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa meman-dang bentuk fisik tubuh,” diterima.

Hasil F diobservasi utuk berbagai bentuk

fisik tubuh wanita diperoleh nilai Fo= 11,014.

Nilai F teoretik pada dk = 4 lawan dkd = 40

adalah 2,61. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil Fo > Ft. Pada tabel di atas nilai probabilitas p <

0,05. Berarti nilai Fo dinyatakan signifikan.

Hipotesis nihil (Ho) ditolak dan nilai hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Terdapat perbedaan

kedudukan titik pas yang signifikan antara berbagai bentuk fisik tubuh wanita tanpa memandang sistem pola yang digunakan.

Hasil F observasi untuk interaksi antara sistem pola dasar pakaian wanita dengan

berbagai bentuk fisik tubuh diperolah nilai Fo =

6,420. Nilai F teoretik pada dk = 4 lawan dkd =

40 adalah 2,61. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil Fo > Ft. Pada tabel di atas nilai probabilitas p <

0,05. Berarti nilai Fo dinyatakan signifikan.

(6)

alternatif (Ha) diterima. Terdapat perbedaan

kedudukan titik pas yang signifikan antara sistem pola dasar pakaian wanita dengan berbagai bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan, (Hipotesis 4), yang berbunyi “Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan

Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi

kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk,” diterima.

Kecocokan Sistem Charmant dengan Dankaertz

Dari pengujian hipotesis telah teruji bahwa terdapat perbedaan kedudukan titik pas yang signifikan antara sistem pola dasar pakaian wanita dengan berbagai bentuk fisik tubuh. Hal ini berarti kedudukan titik pas suatu sistem pola dasar pakaian bergantung pada bentuk fisik tubuh.

Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji Fisher (uji F). Uji F untuk menyatakan signifikansi diperoleh dengan membandingkan

hasil Fo (F observasi) dengan Ft (F teoretik) pada

taraf signifikansi 5% atau dengan batas proporsi kesalahan p = 0,05. Derajat kebebasan yang

digunakan untuk melihat tabel Ft (Tabel pada

Lampiran) adalah dk lawan dkd.

Hasil pengujian untuk sistem pola dasar

Charmant menunjukan bahwa F observasi untuk

sistem pola dasar Charmant terhadap berbagai

bentuk fisik tubuh diperoleh nilai Fo = 12,470.

Nilai F teoretik pada dk=4 lawan dkd = 24 adalah

2,78. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil Fo > Ft.

Pada tabel di atas nilai probabilitas p < 0,05.

Berarti nilai Fo dinyatakan signifikan. Terdapat

perbedaan kedudukan titik pas sistem pola dasar

Charmant untuk brbagai bentuk fisik tubuh.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan (Hipotesis 1) yang berbunyi “Ada beda kedu-dukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem

Charmant pada berbagai pada tubuh wanita yang

berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk,” diterima. Selanjutnya untuk menentukan perbe-daan kedudukan titik pas untuk berbagai bentuk fisik tubuh dilakukan melalui analisis Scheffe (post hoc Anova).

Dari hasil tersebut di atas dibuat tabel hubungan antara titik pas berbagai bentuk fisik tubuh sebagai berikut.

Tabel 2. Hubungan Titik Pas Berbagai Bentuk Fisik Tubuh Sistem Charmant

TK TG ID PG PK TK + + + - TG + - - + ID + - - + PG + - - + PK - + + + + = Ada perbedaan - = Tidak ada perbedaan.

Hasil F observasi untuk sistem pola dasar

Dankaertz terhadap berbagai bentuk fisik tubuh

diperoleh nilai Fo = 1,633. Nilai F teoretik pada

dk=4 lawan dkd = 24 adalah 2,78. Konsultasi F

observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil Fo < Ft. Pada tabel di atas nilai

probabilitas p > 0,05. Berarti nilai Fo dinyatakan

tidak signifikan. Tidak terdapat perbedaan kedudukan titik pas sistem pola dasar Dankaertz untuk berbagai bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan (Hipotesis 2) yang berbunyi “Ada beda kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk,” ditolak.

Tabel 3. Hubungan Titik Pas Berbagai Ben-tuk Fisik Tubuh Sistem Dankaertz

TK TG ID PG PK TK - - - - TG - - - - ID - - - PG - - - - - PK - - - - + = Ada perbedaan. - = Tidak ada perbedaan.

SIMPULAN

Dari hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem

Charmant pada berbagai pada tubuh wanita yang

berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk.

Simpulan dari sistem Dankaertz, tidak ada perbedaan kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk.

(7)

Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem

Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh.

Dari kedua sistem pola disimpulkan bahwa ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan

Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi

kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk.

Khusus untuk para praktisi busana, bila dijumpai model dengan berbagai ragam bentuk

tubuh, secara mudah disarankan untuk

menggunakan sistem Dankaertz.

Kelemahan utama penelitian ini adalah pengambilan sampel yang sebagiannya menggu-nakan metode Purposive. Oleh karena itu disarankan untuk memperdalam penelitian ini melalui pengambilan sampel yang lebih kompre-hensif dan lebih luas.

Penelitian ini juga perlu dikembangkan lebih lanjut untuk sistem-sistem pola dasar pakaian wanita yang lain. Khususnya untuk sistem pola dasar Cuppens-Geurs, yang belum banyak ditelaah para pakar busana.

Perlunya standarisasi ukuran fisik tubuh wanita Indonesia. Standarisasi yang dikeluarkan oleh pemerintah masih kurang relevan karena mengacu untuk kepentingan perindustrian dan perdagangan dalam skala internasional.

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Perindustrian Indonesia. 1980.

Standard Industri Indonesia (SII) 0357-80.

Jakarta.

Kiswani, Sri. 1979. Tata BusanaII. Jakarta:

De-partemen Pendidikan dan Kebudayaan. Lewis, D.S. 1960. Clothing Constrution and

Wardrobe Planning. New York: The

Macmillan Company.

Prahastuti, Endang. 1990. Analisis Pola Dasar

Pakaian Sistem Meyneke pada Berbagai Bentuk Tubuh Mahasiswa. Malang: Pusat

Penelitian IKIP Malang.

Prahastuti, Endang dan Rosmawati, Rosanti. 1990. Busana Wanita Dasar. Malang: IKIP Malang.

Prahastuti, Endang; Viani, Anti Asta; Endah P., Nur dan Aini, Nurul. 2000. Analisis Pola

Dasar Pakaian Sistem So-En dan

Dressmaking pada Berbagai Bentuk

Tubuh Wanita. Malang: Lembaga

Penelitian Universitas Negeri Malang. Sarono, Herawaty. 1989. Pelajaran Menjahit

Pakaian Wanita dan Anak. Jilid 1. Jakarta:

Karya Utama.

Sutantyo, N. 1989. Tata Busana I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

2,4D DMA 865 g/l ( 12,5+1,0 g a.i/ha) pada 10 hari setelah sebar mampu menekan gulma dominan Leptochloa chinensis paling baik dan memberikan hasil panen. paling tinggi sebesar

Pember ian air dengan inter val yang ber eda dan pupuk kandang dengan takar an ber beda member ikan pengar uh yang nyata ter hadap per tumbuhan tanaman, baik tinggi

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duarte, Matos, Stubbs (2017) para wanita bertubuh besar yang tidak memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki rasa malu yang lebih

Penelitian ini berjudul “CELEBRITY ENDORSE DAN MINAT BELI(Pengaruh Celebrity Endorse “Winny Putri Lubis” Pada Instagram Terhadap Minat Beli Pakaian Wanita Dikalangan Siswi SMA

meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi minat beli konsumen pada produk pakaian wanita di online shop Aris Grosir atau dapat melakukan. penelitian di

Sistem Pencarian Lokasi dan Rute Terdekat Menggunakan Metode Haversine Formula pada Aplikasi Donatur Pakaian Berbasis Android Silvia Kartika, Suendri, dan Raissa Amanda Putri

PENGARUH VISUAL MERCHANDISING DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING MELALUI POSITIVE EMOTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Studi Kasus Pada Toko Pakaian Wanita Griya Hijab