• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN FISIK PARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN FISIK PARU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

 

MODUL PULMONOLOGI

DAN KEDOKTERAN RESPIRASI

PEMERIKSAAN FISIK PARU

BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

JANUARI 2011

NOMOR MODUL : 01

TOPIK : Fisis diagnostik

SUB TOPIK : Pemeriksaan Fisis Paru I. ..l Waktu

Mengembangkan kompetensi Waktu

Sesi Tutorial Diskusi kelompok

Sesi praktik dengan fasilitasi pembimbing Sesi praktik mandiri

Pre-test & post-test Pencapaian kompetens 2 x 60 menit 4 x 60 menit 3 x 120 menit 4 x 120 menit 2 x 30 menit 1 minggu

II. Tujuan Pembelajaran A. Tujuan Umum

Modul ini menguraikan tentang proses dan asuhan yang diberikan pada pemeriksaan fisik paru dan saluran pernapasan. Disini dijelaskan tentang anamnesis, pemeriksaan fisis paru.

(2)

B. Tujan Khusus

Pada akhir pembelajaran modul diharapkan peserta didik mampu melakukan anamnesis yang baik, melakukan pemeriksaan fisis paru inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi secara benar

III. Kompetensi

A. Kompetensi Kognitif

1. Memahami anatomi dan fisiologi paru, saluran pernapasan dan dinding dada

2. Memahami proyeksi paru dan saluran pernapasan pada dinding dada 3. Memahami mekanisme terjadinya suara napas dan suara napas

tambahan

B. Kompetensi Keterampilan

1. Mampu mengenali gejala dan tanda penyakit paru dan saluran pernapasan

2. Mampu melakukan anamnesis

3. Mampu melakukan pemeriksaan fisis meliputi; inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

• Mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan

• Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan. • Menyuruh pasien mempersiapkan diri untuk pemeriksaan

(membuka bajunya)

• Menyuruh pasien agar melaksanakan instruksi yang diberikan oleh pemeriksaan

• Menyuruh pasien tidur terlentang atau duduk sesuai kebbutuhan pemeriksaan.

• Berdiri disebelah kanan pasien

• Melakukan inspeksi kepala, leher dan dada serrta ekstremitas. Inspeksi dinding dada dalam keadaan statis dan dinamis • Melakukan palpasi untuk mendapatkan kelainan secara palpasi • Melakukan perkusi pada dinding dada

• Melakukan auskultasi dengan memakai stetoskop.

IV. Metoda dan Strategi Pembelajaran A. Metoda

1. Kuliah interaktif

2. Curah pendapat dan diskusi

3. Demontrasi pada pasien model / manikin 4. Bed side teaching

5. Pendampingan (coaching)

B. Strategi

Tujuan 1. Mampu mengenali gejala dan tanda

(metoda 1,2,3,4)

Tujuan 2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis

(metoda 1,2,3,4)

Tujuan 3. Mampu merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan

penunjang

(metoda 1,2,3,4)

Tujuan 4. Mampu menginterpertasi hasil pemeriksaan penunjang

(metoda 1,2,3,4)

Tujuan 5. Mampu membuat keputusan klinik dan memberikan tindakan

(3)

V. Persiapan Sesi

Bahan dan peralatan yang diperlukan: 1. Materi modul pemeriksaan fisis paru 2. Materi presentasi: Power point 3. Model:

4. Contoh kasus

5. Daftar tilik kompetensi 6. Audiovisual

VI. Referensi Buku Wajib

Buku wajib yang perlu dibaca:

VII. Gambaran Umum

Modul ini dibuat untuk para mahasiswa untuk mencapai kemampuan tertentu didalam pemeriksaan sistem respirasi. Dengan mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan akan mempunyai kemampuan dalam melakukan anamnesi dan pemeriksaan fisis pada berbagai macam kelaianan paru dan saluran pernapasan.

Anatomi paru dan saluran pernapasan • Saluran nafas bagian atas terdiri dari :

- oroparing - laring

• Saluran nafas bagian bawah terdiri dari : - Trakea

- Bronkus utama kiri dan kanan - Bronkus - Bronkiolus terminalis - Bronkiolus respiratorius - Ductus alviolus - Saccus alveolaris - Alveoli

Gambar 39. Anatomi paru

Rongga dada dibentuk oleh susunan tulang dan otot yang terdiri dari : - clavicula

- sternum - costae - Scapula

- Vetebrae Thoracalis - Otot-otot dinding dada - Otot diafaragma

(4)

Besar rongga dada bervariasi, pada orang dewasa diameter anterior – posterior lebih kecil dari diameter transversal.

Beberapa kelainan dinding dada :

1. Pigeon chest sternum ½ distal melengkung ke anterior, bagian lateral dinding toraks kompressi ke medial (seperti dada burung), kelainan tersebut dsebabkan oleh ricketsia dan kelainan congenital.

A B

Gambar . A. Pigeon chest , B Funnel chest

2. Funnel chest bagian distal dari sternum terdorong ke dalam atau mencekung disebabkan oleh rickettsia atau kelainan kongenital.

3. Flat chest kelaian bentuk rongga dada dimana diameter anteriorpasterior memendek.

etiologi : bilateral pleuro pulmonary fibrosis.

A B

Gambar .A. Flat chest, B. Barrel chest

4.Barrel chest (Thorax emfisematous) adalah kelaian bentuk rongga dada dimana diameter anteriorposterior memanjang, sehingga iga-iga mendatar, sela iga melebar, sudut epigastrium tumpul dan diafragma mendatar. Kelaian ini dapat ditemukan pada Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK)

(5)

A B

Gambar . A.Gambaran skoliosis, B. proyeksi tulan vertebrae pada skoliosis torakalis dan lumbalis.

6. Kyphosis / gibbus dari vertebra thoracalis

Gambar . Kiposis

7. Unilateral Flattening : salah satu hemi thorax menjadi lebih pipih, contoh pada fibrosis paru atau fibrosis pleura (schwarte)

8. Unilateral prominence, contoh : - Efusi Pleura yang banyak - Pneumotorak

- Tumor paru yang cukup besar

Pembagian Regio Paru

Regio paru dapat dibagi mejadi : 1. Regio Apikal

2. Regio Medial 3. Regio Basal

Pergerakan pernapasan

Pengembangan rongga dada terjadi akibat aktivitas otot pernafasan (inspirasi) yang menyebabkan terjadinya pengembangan rongga dada, kemudian diikuti ekspansi dari paru pengikuti ekspansi rongga dada sehingga proses inspirasi terjadi secara aktif. Proses ekspirasi terjadi secara pasif akibat relaksasi dari otot inspirasi dan akibat daya elastisitas dari jaringan paru sendiri sehingga kembali ke ukuran semula.. Frekwensi pernafasan normal 14-18 kali / menit, pada bayi baru lahir normal 44 kali /menit dan secara bertahap berkurang dengan bertambahnya umur.

Pada laki-laki dan anak diafragma lebih berperan, sehingga yang menonjol adalah gerakan pernafasan bagian atas abdomen dan dadas bagian bawah. Pada wanita yang lebih berperan adalah musculus intercostal, gerakan pernafasan yang menonjol adalah gerakan rongga dada bagian atas.

Pernafasan Abnormal

1. Dyspnea : Dalam keadaan normal pernapasan terjadi spontan dan tanpa disadari. Apabila orang merasakan dia bernafas disebut dyspnea, keluhan ini dapat terjadi pada :

(6)

- Obesitas - Penyakit jantung - Penyakit paru - Anemia - Hipertiroidisme - Neurosirkulatory - Asthenia

2. Orthopnea : sesak nafas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi duduk. 3. Kusmaull breathing : pernapassan cepat dan dalam, misal pada keadaan asidosis. 4. Asthmatic breathing: pernapasan dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing

dapat ditemukan pada asma bronkial.

5. Cheyne stokes breathing, pernafasan periodik secara bergantian antara pernafasan cepat (hipernea) dengan apnea. Apnea dapat berlangsung sampai 30 detik, pasien dapat tertidur pada periode ini.

Contoh :

a. penyakit jantung b. penyakit ginjal c. astma berat

d. peningkatan tekanan intra kranial e. keracunan obat

6. Biot’s breathing adalah pernafasan yang tak teratur, contoh :

- Trauma capitis

- Tumor cerebral

- Meningo ensefalitis

Palpasi dinding dada

Tactil fremitus : kedua telapak tangan pemeriksa menempel pada dinding dada:

seperti pada bagian posterior atau punggung, kemudian pasien disuruh berucap kata-kata seperti 77 dengan nada yang sedang kemudian secara simetris, dibandingkan

getaran yang timbul pada dinding thorax yang dirasakan pada kedua telapak tangan pemeriksa.

• Fremitus meningkat bisa pada : - Infiltrat paru

- Compressive atelektasis - Cavitas paru

• Fremitus menurun contoh : - Penebalan pleura - Efusi pleura - Pneumothorax - Emfisema paru

- Obstruksi dari bronkus

Gambar . tekni palpasi dan lokasi palpasi

(7)

Adalah bunyi gesekan antara pleura parietal dengan pleura fiseral akibat adanya inflamasi pada pleura, terdengar pada fase ekspirasi dan inspirasi.

Perkusi dinding dada

Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara yang dihasilkan oleh ketokan pada dinding dada. Metoda ini tetap penting walaupun pemeriksaan radiologi dada makin berkembang, oleh karena dengan pemeriksaan fisik yang baik bisa memprediksi kelainan yang ada dalam rongga dada sebelum pemeriksaan radiologi dilakukan.

Teknik dari perkusi

Penderita bisa dalam posisi tidur dan bisa dalam posisi duduk. Pemeriksa menggunakan jari tengah tangan kiri yang menempel pada permukaan dinding dada, tegak lurus dengan iga atau sejajar dengan iga disebut sebagai flexi meter. Sementera jari tengah tangan kanan digunakan sebagai pemukul (pengetok) disebut flexor pada flexi meter tadi. Jika pasien duduk kedua tangan pasien pada paha dengan flexi pada sendi siku. Jika pasien tidur oleh karena, tidak dapat duduk maka untuk perkusi daerah punggung pasien dimiringkan kekiri dan kekanan bergantian. Perkusi dimulai dari lapangan atas paru menuju ke lapangan bawah sambil membandingkan bunyi perkusi antara hemi thorax kanan dan hemi thorax kiri :

1. Jika dinding dada pasien lebih tebal tekanan jari flexi meter pada permukaan dinding dada semakin ditingkatkan dan ketokan flexor semakin kuat.

2. Lakukan ketokan cepat, kuat, tegak lurus memantul dari jari tengah tangan kanan pada phalanx kedua dari jari tengah tangan kiri yang menempel pada permukaan dinding dada.

3. Gerakan ketokan pada pergelangan tangan bukan pada siku.

4. Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding dada yang ototnya tebal perkusi agak lebih kuat sedangkan pada daerah yang ototnya tipis seperti daerah axilla dan lapangan bawah paru, kekuatan perkusi tidak terlalu kuat.

• Suara perkusi normal dari dinding dada pada lapangan paru disebut sonor. • Hiperinflasi dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli

menghasilkan perkusi hipersonor.

• Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid

(padat/mengandung sedikit udara) perkusi akan menghasilkan redup (dullness).

• Perkusi pada efusi pleura akan menghasilkan suara pekak (flatness). Pada keadaan ini rongga pleura berisi cairan yang merupakan struktur yang solid.

• Adanya udara didalam rongga pleura (pnemotorak) akan menimbulkan suara perkusi yang timpani atau hipersonor.

• Waktu inspirasi dalam, batas belakang paru akan turun 4-6 cm, oleh karena terjadi peranjakan dari redup menjadi sonor 4-6 cm.

Bagian anterior dinding dada bunyi sonor mulai dari clavicula kearah arcus costarum, kecuali pada daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi redup sampai pekak

• Pada daerah anterior kanan pada ruang intercostals 4 sampai 6 akan didapatkan perkusi redup, dimana pada daerah ini didapatkan overlap antara parenkim paru dengan hati (perkusi dilakukan pada linea mid clavicularis kanan.

• Dari intercostals VI sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak (daerah hati) yang tidak ditutupi parenkim paru.

• Pada bagian anterior kiri bawah, didapatkan perkusi timpani (daerah lambung)

• 2-3 cm diatas (superior) dari clavicula di sebut kronig’s isthmus. Suatu zona sonor + 4-6 cm meluas melewati bahu kearah posterior sampai tonjolan scapula, daerah ini bisa menyempit bila terjadi fibrosis dari apex paru.

• Daerah posterior dari dinding dada, bunyi perkusi sonor dari apex paru sampai batas bawah. Thoracal X/XI diatas scapula sonor agak melemah. Batas jantung dengan perkusi :

Kanan : ruang intercostal III-IV pinggir sternum kanan

(8)

Kiri bawah : intercostal V kiri, pada linea mid clavicularis. Teknik Perkusi :

Gambar 49. Teknik perkusi dinding dada dan lokasi perkusi

Tabel 7. Resume Pemeriksaan perkusi dinding dada Intensitas, Relatif, Pitch

Dan Lamanya Contoh

FLATNESS Soft/ hight/soft Efusi pleura yang luas

DULLNESS Medium/medium/medium Pneumonia lobaris

RESONANCE Loud/low/long Paru normal, bronkitis kronik

AUSKULTASI PARU

Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop. Sebelum ditemukan stetoskop auskultasi dilakukan secara direct dengan menempelkan telinga pemeriksa pada permukaan tubuh orang sakit. Ada dua tipe dari stetoskop yaitu Bell type untuk mendengar nada-nada yang lebih rendah dan Bowel atau membran type untuk nada-nada yang lebih tinggi. Umumnya setiap stetoskop dilengkapi dengan kedua tipe ini.

Posisi penderita sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi. Kalau pasien tidak bisa duduk, auskultasi dapat dilaksanakan dalam posisi tidur. Pasien sebaiknya disuruh bernafas dengan mulut tidak melalui hidung.

Pemeriksa memberikan contoh bernafas terlebih dulu sebelum memeriksa pasien. Yang diperiksa pada auskultasi paru adalah :

1. Suara nafas (breath sounds) 2. Ronchi (rales)

3. Pleura Friction (bunyi gesekan pleura)

4. Voice sounds (bunyi bersuara)

Suara nafas

Pada orang sehat dengan auskultasi dapat didengar bermacam suara nafas pada lokasi tertentu seperti berikut :

1. Vesikuler 2. Trakeal 3. Bronchial 4. Bronkovesikuler

Untuk mendengar suara nafas perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada) dari inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi.

(9)

Vesikuler

Pada pernafasan vesikuler, suara inspirasi lebih keras, lebih panjang dan pitchnya (nada) lebih tinggi dari suara ekspirasi. Suara vesikuler terdengar hampir diseluruh lapangan paru. Suara vesikuler dapat mengeras pada orang kurus atau post “exercise” dan melemah pada orang gemuk atau pada penyakit-penyakit tertentu.

Trakeal

Pada pernafasan trakeal suara ekspirasi, intensitasnya lebih keras, durasinya hampir sama panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara inspirasi Terdapat pada daerah trakea.

Bronkial

Pernafasan bronkial ditandai oleh ekspirasi yang lebih keras, lebih lama dan nadanya lebih tinggi dibanding ekspirasi. Normal didapatkan pada daerah supra sternal. Pada keadaan patologis pernafasan bronkial disebabkan oleh pemadatan dari parenkim paru seperti pada pneumonia dan kompresive atelektase.

Bronkovesikuler

Pada pernafasan bronkovesikuler adalah campuran antara element vesikuler dan elemen bronchial. Jenis pernafasan ini ditandai ekspirasi lebih keras, lebih lama dari nadanya lebih tinggi dari inspirasi. Jenis pernafasan ini, normal didapatkan pada para sternali RIC I , RIC II dan interscapula, dimana terdapat ovelap antara parenkim paru dengan bronkus besar. Pernafasan bronkovesikuler bila didapatkan pada daerah yang secara normal adalah vesikuler ini menunjukkan adanya kelainan pada daerah tersebut.

Gambar 5. Berbagai lokasi tempat pemeriksaan suara nafas

Jenis pernafasan lain :

1. Asmatis yaitu pernafasan dengan ekspirasi yang memanjang disertai bunyi yang menciut (mengi) atau wheezing didapat pada penderita asma bronchial.

2. Amphoric sounds : suara nafas yang berasal dari caverne atau pneumotorax dengan fistel yang terbuka seperti mendengar botol kosong yang ditiup

Ronchi (Rales)

Adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran nafas yang berisi sekret/ eksudat atau akibat saluran nafas yang menyempit atau oleh oedema saluran nafas. Ada dua jenis ronchi yaitu ronchi basah (moist rales) dan ronchi kering (dry rales). Ronchi basah adalah suara tambahan disamping suara nafas, yaitu bunyi gelembung-gelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau bubling) terutama pada fase inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya eksudat atau cairan dalam bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada bronkus dan trakea. Ada ronchi basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah tak nyaring misalnya pada bendungan paru. Ada ronchi basah kasar, ini biasanya berasal dari cairan yang berada dibronkus besar atau trakea, ada ronchibasah sedang dan ada pula

(10)

ronchi basah halus yang terutama terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti bunyi gesekan rambut antara jari telunjuk dengan empu jari.

Ronchi kering disebabkan lewatnya udara melalui penyempitan saluran nafas, inflamasi atau spasme saluran nafas seperti pada bronchitis atau asma bronchial. Ronchi kering lebih dominant pada fase expirasi terdengar squeking dan grouning, pada saluran yang lebih besar adalah deep tone grouning (sonorous) dan pada saluran yang lebih kecil terdengar squeking dan whistling (sibilant). Ronchi kering dengan berbagai kwalitas frekwensi pitchnya disebut musical rales (seperti pada asma bronchial)

Tabel 8. Resume Pemeriksaan Suara Nafas

Lamanya Intensitas pitch dan Contoh lokasi

VESICULAR

Insp > exp Soft/low Kebanyakan paru

BRONCHOVESICUL AR

Insp = exp Medium/medium

RIC 1 dan 2 area

intrascapula

BRONCHIAL

Exp > insp Loud/high

Pada

manubrium, pneumonia lobaris TRACHEAL

Insp = exp Very loud/high Pada trakea

PLEURAL FRICTION

Terjadinya bunyi pergeseran antara pleura parietal dengan pleura fiseral waktu inspirasi dan ekspirasi disebut Pleura friction. Dapat terjadi pada pleuritis fribrinosa. Lokasi yang sering terjadi pleura friction adalah pada bagian bawah dari axilla, namun dapat juga terjadi dibagian lain pada lapangan paru. Terdengar seperti menggosok ibu jari dengan jari telunjuk dengan tekanan yang cukup keras pada pangkal telinga kita, terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi.

The Whispered Voice (Suara berbisik)

Dalam keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan suara nafas secara memuaskan, misalnya nyeri dada bila bernafas atau keadaan keletihan, maka dapat dilakukan pemeriksaan suara berbisik (the whispered voice). Dimana pasien disuruh mengucapkan kata 77 (tujuh puluh tujuh) secara berbisik sementara pemeriksa mendengarkan dengan stetoskop pada seluruh lapangan paru. Pada kelainan infiltrat maka suara berbisik tersebut akan terdengar jelas pada pangkal telinga kita dan disebut bronchial whispered positif à dapat mendeteksi infiltrat yang kecil / minimal.

(11)

Bronchophoni

Vocal sound (suara biasa) bila didengarkan pada dinding dada (lapangan paru) akan terdengar kurang keras dan kurang jelas dan terdengar jauh. Bila terdengar lebih keras, lebih jelas dan pada pangkal telinga pemeriksaan disebut bronchoponi positif terdapat pada pemadatan parenkim paru, misal pada infiltrat dan aktelektasis kompresif.

Eugophoni

Eugophoni yaitu bronchophoni yang terdengar nasal, biasanya disebabkan oleh kompresif atelektasis akibat dorongan efusi pleura pada parenkim paru terdengar pada perbatasan cairan dengan  parenkim  paru.  

VIII. Contoh Kasus

Seorang laki-laki, Tn. A, usia 25 tahun dating ke rumah sakit dengan keluhan Sesak nafas sejak 3 hari sebelum masuk RS. Sesak nafas tidak menciut menciut, tidak dipengaruhi cuaca dan makanan. Sesak nafas bertambah bila os tidur kearah kkakan. Sesak juga meningkat bila os beraktifitas.

Keluhan demam naik turun selama 3 bulan. Pasien mengeluh keringat malam dan tidak nafsu makan. Berat badan menurun 5 kg dalam satu bulan terakhir. Pasien merokok 4-5 batang perhari selama 5 tahun. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit paru. Penyakit asma, ke ncing manis dan darah tinggi disangkal.

IX. Rangkuman Kasus

A. Bahan diskusi

o Kelaian apa yang mungkin dapat ditemukan pada pemeriksaan fisis terhadap Tn.A?

o Pemeriksaan apa yang harus dilakukan pada Tn.A? o Apa kemungkian penyakit yang diderita oleh n A?

B. Penuntun diskusi kasus

o Anamnesis yang terstruktur

o Pemeriksaan fisis yang kahas untk masain penyakit

X.

Evaluasi

Kognitif

• Pre-test dan post- test, dalam bentuk lisan, essay dan/atau MCQ • Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation

• Curah Pendapat dan Diskusi

Contoh soal Psikomotor

• Self Assessment dan peer Assisted Learning • Peer assisted Evaluation (berbais nilai 0,1 dan 2)

• Penilaian Kompetensi (berbais nilai memuaskan, perlu perbaikan dan tidak memuaskan)

(12)

Kognitif dan psikomotor

• OSCE

XI. Instrumen Penilaian

Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor

1. Observasi selama proses pembelajaran 2. Log book

3. Hasil penilaian peragaan keterampilan 4. Pretest modul

5. Post-test modul

6. Penilaian Kinerja Pengetahuan dan Keterampilan

XII. Penuntun Belajar

Skor

Penuntun Belajar

0

1

2

3

1. Melakukan penyapaan, memberikan informasi dan edukasi pada pasien 2. Melakukan anamnesis:

a. Keluhan utama b. Keluhan tambahan

c. Riwayat penyakit sekarang d. Faktor resiko

e. Riwayat penyakit dahulu f. Riwayat penyakit keluarga g. Riwayat psikososial

h. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan

3. Melakukan pemeriksaan fisis status generalis a. Keadaan umum

b. Tanda vital

4. Melakukan pemeriksaan fisis status lokalis secara sistematis toraks depan

a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi d. Auskultasi

5. Melakukan pemeriksaan fisis status lokalis secara sistematis punggung

e. Inspeksi f. Palpasi g. Perkusi Auskultasi

6. Membuat kesimpulan hasil pemeriksaan dan rencana pemeriksan lanjutan

Jumlah Skor Keterangan:

0 : tidak diamati (TD)

1 : Dikerjakan semua tapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau tidak dikerjakan

2 : Dikerjakan, dengan bantuan

3 : Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar

Maksimal skor :

(13)

XIII. Daftar Tilik

Daftar tilik

kompetensi

Ya Tidak

1. Penyapaan, informasi dan edukasi pada pasien 2. Melakukan anamnesis yang terarah

3. Melakukan pemeriksaan fisis status generalis 4. Melakukan pemeriksaan fisis status lokalis

toraks depan

5. Melakukan pemeriksaan fisis punggung 6. Menetapkan diagnosis kerja

7. Menetapkan diagnosis banding

8. Menetapkan rencan pemeriksaan lanjutan

Keterangan:

0 : tidak diamati (TD)

1 : Dikerjakan semua tapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau tidak dikerjakan

2 : Dikerjakan, dengan bantuan

3 : Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar

XIV.

Materi Baku

Gambar

Gambar 39. Anatomi paru
Gambar .A.  Flat chest, B. Barrel chest
Gambar . A.Gambaran skoliosis, B. proyeksi tulan vertebrae pada skoliosis torakalis  dan lumbalis
Gambar . tekni palpasi dan lokasi palpasi  Pleura Friction (bunyi gesekan pleura)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok kontrol Semua masyarakat yang tinggal di daerah yang belum pernah dilaporkan ada kasus leptospirosis dalam 2 minggu terakhir terhitung dari saat kasus di rawat, tidak

Di sana jelas­jelas ada banyak gadis lain yang lebih memesona, ter tawa, berlenggak­lenggok memenuhi keriuhan aula dansa, tergoda oleh hiruk­pikuk kalangan atas yang

b.. Melihat analisis, potensi, dan pesaing, memberikan keyakinan yang besar bahwa usaha ini akan memberikan peluang yang cukup besar untuk berkembang.

Apakah anda pernah mencuci tempat tidur/ bantal yang anda

FORMAT VALIDASI DATA JAMKESDA UNTUK TRANSFORMASI KE BPJS Nama Desa:. Wilayah Kerja Puskesmas:

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Rekonsiliasi Laporan Keuangan Untuk Menghitung PPh Terhutang Pada PT Jamsostek (Persero) Cabang Medan adalah benar hasil

Rosliana (1998) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode Pada Penutur Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa alih kode dan campur kode adalah merupakan peristiwa