• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH (Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH (Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SIRIH MERAH

(Piper crocatum Luiz and Pav) PADA MENCIT SWISS WEBSTER

Puspa Sari Dewi*, Ita Nur Anisa, Suryani, Suci Ayuza

Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani

*s4rid3wi.puspa@gmail.com

Abstrak— Tanaman sirih merah merupakan tanaman obat sekaligus berperanan sebagai tanaman hias. Penelitian tentang sirih merah menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki efek antidiabetes, antidislipidemia, antituberkulosis dan hepatoprotektor. Beragamnya khasiat yang dimiliki menjadi dasar dilakukannya pengujian toksisitas akut ekstrak etanol sirih merah untuk mengetahui tingkat keamanannya pada pemberian kurang dari 24 jam. Pengujian toksisitas akut ekstrak etanol sirih merah dilakukan terhadap mencit Swiss Webster jantan dan betina. Hewan uji dikelompokkan menjadi 6 kelompok perlakuan, yang terdiri dari 1 kelompok kontrol dan 5 kelompok uji. Dosis yang digunakan merujuk pada OECD (Organization of Economic Cooperation and Development) 420 yaitu 5, 50, 300, 2000 dan 5000 mg/kg bb. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan perilaku hewan uji terhadap gejala toksik selama 4 jam setelah pemberian sediaan uji, kemudian setelah 24 jam diamati dan dihitung jumlah hewan uji yang mati disetiap kelompoknya, penimbangan bobot badan hewan uji selama 14 hari. Pada hari ke- 15 hewan uji yang masih hidup dikorbankan dan dibedah, kemudian dilakukan penimbangan bobot organ, yang terdiri dari organ jantung, paru–paru, hati, ginjal, adrenal, limfa, lambung dan organ reproduksi testis, vesika seminalis (jantan) dan uterus, ovarium (betina). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih merah tidak menyebabkan gejala toksik terhadap mencit percobaan. Meskipun terdapat kematian mencit betina pada dosis 5000 mg/kg bb dan dosis 300 mg/kg bb serta dosis 5000 mg/kg bb pada mencit jantan, tetapi persentase kematian mencit tidak mencapai 50% sehingga kesimpulannya adalah ekstrak etanol sirih merah aman digunakan sampai dosis 5000 mg/kg bb pada penelitian ini.

Kata kunci : ekstrak etanol, sirih merah, toksisitas akut, OECD

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayatinya. Beragam tanaman tumbuh subur di tanah air ini. Beberapa diantaranya telah digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah tanaman sirih merah. Secara empiris, tanaman sirih merah telah digunakan untuk mengobati diabetes, asam urat, menurunkan kadar kolesterol, mencegah strouke, radang prostat, maag, kelelahan dan nyeri sendi.

Berbagai penelitian yang menggunakan tanaman sirih merah telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Florencia Irena (2012) menyebutkan bahwa hasil rebusan daun sirih merah dosis 13 mg/hari dapat menurunkan kadar gula darah dengan efek segera. Penelitian lain menyebutkan hasil bahwa pemberian

kombinasi ekstrak etanol daun mimba 100 mg/kg BB dan daun sirih merah 105 mg/kg BB memberikan efek yang sinergis sebesar 44,63% dalam menurunkan kadar gula darah (Sarnilla, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Puspa Sari dan Ita Nur Anisa (2013) menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih merah memiliki efek antidislipidemia dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok terbaik yang mampu menekan peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL-kolesterol dan meningkatkan kadar HDL-LDL-kolesterol adalah ekstrak etanol sirih merah dosis 200 mg/kg bb.

Penelitian Hafida Mariyatin (2012) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah dan daun sirih hijau memiliki efek antibakteri terhadap S. viridans. Beragamnya khasiat yang dimiliki oleh tanaman sirih merah mendorong peneliti untuk menguji keamanan tanaman tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini

(2)

telah dilakukan pengujian toksisitas akut ekstrak etanol sirih merah untuk melihat keamanan ekstrak tanaman sirih merah yang dipaparkan terhadap mencit percobaan kurang dari 24 jam.

II. METODE

Penelitian uji toksisitas akut ekstrak etanol sirih merah meliputi tahap-tahap pengumpulan bahan uji, determinasi bahan uji dan penyiapan simplisia, pembuatan ekstrak etanol sirih merah dan uji toksisitas akut ekstrak etanol daun sirih merah.

Penyiapan simplisia meliputi pengambilan bahan, determinasi tumbuhan dan pengolahan menjadi simplisia. Pembuatan ekstrak etanol sirih merah dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat Soxhlet menggunakan etanol 70%, dan diuapkan menggunakan penguap putar (rotavapor), selanjutnya diuapkan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental.

Pengujian toksisitas akut ekstrak etanol sirih merah dilakukan terhadap mencit Swiss Webster jantan dan betina. Dilakukan pengelompokaan hewan uji menjadi 6 kelompok perlakuan, yang terdiri dari 1 kelompok kontrol dan 5 kelompok uji. Masing–masing kelompok terdiri dari 7 ekor mencit jantan dan 7 ekor mencit betina. Dosis yang diberikan terhadap hewan uji merupakan dosis tunggal yang diberikan secara peroral. Dosis yang digunakan merujuk pada OECD (Organization of Economic Cooperation and Development) 420 yaitu 5, 50, 300, 2000 dan 5000 mg/Kg BB. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan perilaku hewan uji terhadap gejala toksik selama 4 jam setelah pemberian sediaan uji, kemudian setelah 24 jam diamati dan dihitung jumlah hewan uji yang mati disetiap kelompoknya, penimbangan bobot badan hewan uji selama 14 hari kemudian pada hari ke- 15 hewan uji yang masih hidup dikorbankan dan dibedah, kemudian dilakukan penimbangan bobot organ, yang terdiri dari organ jantung, paru–paru, hati, ginjal, adrenal, limfa, lambung dan organ reproduksi testis, vesika seminalis (jantan) dan uterus, ovarium (betina). III. HASIL DAN DISKUSI

Sirih merah diperoleh dari daerah Cimahi, Jawa Barat. Determinasi tanaman sirih merah dilakukan di Herbarium Bogoriense. Hasil determinasi menunjukkan

bahwa tanaman yang digunakan adalah sirih merah. Pemeriksaan organoleptik simplisia daun sirih merah meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau dan rasa. Batang tanaman sirih merah berbentuk bulat, berwarna hijau keunguan. Permukaanya kasar dan bila terkena cahaya batangnya cepat mengering. Batang tanaman berbuku-buku dan disetiap buku tumbuh bakal akar. Daun sirih merah bertangkai berbentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata, dan permukaannya mengilap serta tidak berbulu. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir dan berasa sangat pahit.

Pengujian keamanan penggunaan ekstrak etanol sirih merah dianalisa melalui pengujian toksisitas akut yang dilakukan pada mencit jantan dan betina Swiss Webster. Uji toksisitas akut adalah pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian zat uji secara oral (dosis tunggal), atau pemberian dosis berulang dalam waktu 24 jam. Prinsip uji toksisitas akut adalah zat uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji, satu dosis per kelompok. Diamati gejala-gejala toksik, jumlah kematian dalam interval waktu tertentu. Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup sampai akhir percobaan dibedah untuk dievaluasi. Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat, menemukan organ sasaran dan kepekaan spesies, memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan suatu senyawa secara akut dan memperoleh informasi awal yang dapat digunakan menetapkan tingkat dosis dan merancang uji toksisitas selanjutnya serta dapat digunakan untuk menetapkan harga LD50.

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan dan betina Swiss Webster berumur 5-6 minggu. Penggunaan kedua jenis kelamin hewan uji dilakukan karena menurut panduan OECD, terdapat perbedaan sensitivitas antara hewan jantan dengan betina, yaitu betina lebih sensitif karena dipengaruhi oleh faktor hormonal.

Pengamatan klinis terhadap tanda-tanda toksik dilakukan secara berkala yaitu pada menit ke-30, 60, 120 dan 240 setelah pemberian sediaan uji. Pengamatan dilakukan untuk mengamati fungsi sistem organ yang mungkin dipengaruhi oleh zat uji. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terjadi penurunan

(3)

aktivitas motorik mencit baik itu pada mencit jantan maupun mencit betina yang berbanding terbalik dengan peningkatan dosis uji yang diberikan. Reflek pineal juga menurun pada mencit yang mendapatkan ekstrak etanol sirih merah dosis 2000 mg/kg bb dan 5000 mg/kg bb. Pada menit ke-240 hanya 42,9% mencit betina yang masih memberikan reflek pineal setelah pemberian sediaan uji dosis 5000 mg/kg bb. Sedangkan pada mencit jantan jumlah mencit yang memberikan respon reflek pineal pada menit ke-240 hanya 14,3%.

Fenomena grooming juga teramati pada mencit uji. Grooming adalah reaksi umum mencit bila mengalami alergi terhadap benda asing dan penurunan persentase reaksi tersebut menunjukkan bahwa mencit mampu segera menyesuaikan diri. Tingginya fenomena ini diperkirakan karena rasa ekstrak etanol sirih merah sangat pahit sehingga tidak nyaman di mulut mencit. Kemampuan mencit jantan untuk gelantung ataupun retablishment juga teramati menurun setelah mencit diberi sediaan uji 5000 mg/kg bb mulai menit ke-30 sampai 240. Hal yang sama teramati pada mencit betina. Mencit juga teramati mengeluarkan urin yang pekat serta

defekasi dengan konsistensi keras lembek. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan ekstrak etanol sirih merah memiliki efek antidiare dan kemungkinan berpotensi untuk meningkatkan pengeluaran urin.

Parameter selanjutnya adalah pengamatan bobot badan. Pemeriksaan bobot badan pada uji toksisitas akut dilakukan karena merupakan indikator yang paling sensitif terhadap kondisi hewan uji. Penurunan berat badan yang drastis dan memiliki perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kontrol biasanya merupakan pertanda kesehatan yang buruk. Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya tanda toksik spesifik, penyakit atau kurangnya asupan makanan dan minuman. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot badan rata-rata mencit betina cenderung konstan. Kalaupun terjadi peningkatan bobot badan, perubahannya tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Penurunan bobot badan teramati terjadi pada mencit betina hari ke-7 yang mendapatkan ekstrak etanol sirih merah dosis 5 mg/kg bb. Perubahan bobot badan mencit betina dapat diamati pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram rata-rata bobot badan mencit betina selama pengamatan gejala toksik Keterangan :

Kontrol : Kelompok mencit betina yang mendapat suspensi CMC Na 0,5%

D1 : Kelompok mencit betina yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 5 mg/kg bb D2 : Kelompok mencit betina yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 50 mg/kg bb D3 : Kelompok mencit betina yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 300 mg/kg bb D4 : Kelompok mencit betina yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 2000 mg/kg bb D5 : Kelompok mencit betina yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 5000 mg/kg bb

(4)

Sedangkan pada mencit jantan, bobot badan mencit mengalami perubahan yang fluktuatif. Pada awal-awal pengujian, bobot badan mencit jantan mengalami peningkatan, namun selanjutnya turun kembali pada hari ke-7 dan hari ke-12. Penurunan bobot badan ini menunjukkan efek bahwa kemungkinan ekstrak etanol

sirih merah mampu menyetabilkan bobot badan atau mungkin mampu menurunkan bobot badan sehingga tanaman sirih merah juga berpotensi untuk mencegah obesitas.

Perubahan bobot badan mencit jantan dapat diamati pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram rata-rata bobot badan mencit jantan selama pengamatan gejala toksik

Keterangan :

Kontrol : Kelompok mencit jantan yang mendapat suspensi CMC Na 0,5%

D1 : Kelompok mencit jantan yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 5 mg/kg bb D2 : Kelompok mencit jantan yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 50 mg/kg bb D3 : Kelompok mencit jantan yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 300 mg/kg bb D4 : Kelompok mencit jantan yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 2000 mg/kg bb D5 : Kelompok mencit jantan yang mendapat ekstrak etanol sirih merah 5000 mg/kg bb

Pada akhir penelitian dilakukan pembedahan dan penimbangan organ hewan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol sirih merah terhadap organ. Secara visual seluruh organ yang diamati tampak normal dan seragam, kecuali ada beberapa organ yang terlihat lebih besar atau kecil jika dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil analisis statistik, pada mencit betina diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada organ hati yang mendapatkan ekstrak etanol sirih merah dosis 50 mg/kg bb dan dosis 2000 mg/kg bb dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Sedangkan pada mencit jantan, terjadi perbedaan yang bermakna pada organ vesika seminalis dibandingkan dengan kelompok kontrol pada kelompok mencit yang mendapatkan ekstrak etanol sirih merah dosis 50 mg/kg bb dan 5000 mg/kg bb. Perlu pengujian

lebih lanjut untuk melihat apakah ekstrak etanol sirih merah mempengaruhi sistem reproduksi hewan jantan atau tidak. Profil indeks organ dalam mencit betina dan jantan setelah pemberian sediaan suspensi ekstrak etanol sirih merah secara oral dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Parameter pengamatan selanjutnya adalah persentase kematian kumulatif yang terjadi selama pengamatan. Pada hari ke-3 terdapat kematian mencit betina sebanyak 3 ekor pada kelompok mencit yang mendapat ekstrak etanol dosis 5000 mg/kg bb. Persentase kematian kumulatif terhitung sejumlah 42,86%. Sedangkan pada mencit jantan, kematian hewan percobaan teramati pada kelompok mencit jantan yang mendapatkan ekstrak etanol sirih merah dosis 300 mg/kg bb (14,29%) dan dosis 2000 mg/kg bb (28,57%). Meskipun terdapat kematian, tetapi persentase

(5)

kematiannya tidak mencapai 50% sehingga ekstrak etanol sirih merah memiliki LD50 > 5000 mg/kg bb dan

aman digunakan sampai dosis 5000 mg/kg bb pada penelitian ini.

Tabel 1 Profil Indeks Organ Dalam Mencit Betina Setelah Pemberian Sediaan Suspensi Ekstrak Etanol Sirih Merah Secara Oral Kelompok Jantung Paru Hati Ginjal Limpa Adrenal Ovarium Uterus

Kontrol 0,402 ± 0,046 0,622 ± 0,113 6,338 ± 0,952 0,995 ± 0,162 0,747 ± 0,205 0,020 ± 0,011 0,058 ± 0,025 0,219 ± 0,264 Sirih Merah 5 mg/kg bb 0,360 ± 0,053 0,707 ± 0,335 5,481 ± 0,960 0,906 ± 0,128 0,664 ± 0,162 0,023 ± 0,016 0,043 ± 0,012 0,109 ± 0,057 Sirih Merah 50 mg/kg bb 0,369 ± 0,033 0,658 ± 0,392 (5,064 ± 0,506)* 0,905 ± 0,110 0,632 ± 0,328 0,018 ± 0,008 0,041 ± 0,016 0,127 ± 0,083 Sirih Merah 300 mg/kg bb 0,388 ± 0,035 0,584 ± 0,120 5,490 ± 0,874 0,997 ± 0,151 0,694 ± 0,255 0,019 ± 0,007 0,046 ± 0,017 0,178 ± 0,116 Sirih Merah 2000 mg/kg bb 0,378 ± 0,040 0,624 ± 0,166 (4,849 ± 0,605)* 0,893 ± 0,123 0,596 ± 0,298 0,023 ± 0,010 0,064 ± 0,060 0,169 ± 0,069 Sirih Merah 5000 mg/kg bb 0,404 ± 0,026 0,644 ± 0,093 6,167 ± 0,385 0,961 ± 0,039 0,640 ± 0,128 0,020 ± 0,006 0,058 ± 0,025 0,185 ± 0,074 Keterangan :

(...)* : Berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada p < 0,05

Tabel 2. Profil Indeks Organ Dalam Mencit Jantan Setelah Pemberian Sediaan Suspensi Ekstrak Etanol Sirih Merah Secara Oral

Kelompok Jantung Paru Hati Ginjal Limpa Adrenal Testis Vesika

Kontrol 0,357 ± 0,065 0,514 ± 0,084 5,588 ± 0,404 1,138 ± 0,129 0,700 ± 0,164 0,009 ± 0,004 0,471 ± 0,124 0,196 ± 0,057 Sirih Merah 5 mg/kg bb 0,387 ± 0,057 0,587 ± 0,104 5,810 ± 0,644 1,149 ± 0,157 0,822 ± 0,252 0,009 ± 0,002 0,454 ± 0,070 0,187 ± 0,057 Sirih Merah 50 mg/kg bb 0,387 ± 0,024 0,558 ± 0,093 5,585 ± 0,687 1,246 ± 0,179 0,632 ± 0,073 0,011 ± 0,005 0,456 ± 0,056 (0,264 ± 0,050)* Sirih Merah 300 mg/kg bb 0,370 ± 0,081 0,556 ± 0,195 5,297 ± 0,583 1,153 ± 0,156 0,713 ± 0,099 0,009 ± 0,005 0,449 ± 0,107 0,568 ± 0,755 Sirih Merah 2000 mg/kg bb 0,379 ± 0,032 0,562 ± 0,076 5,439 ± 0,551 2,355 ± 3,219 0,692 ± 0,112 0,010 ± 0,004 0,486 ± 0,057 0,236 ± 0,096 Sirih Merah 5000 mg/kg bb 0,394 ± 0,055 0,583 ± 0,174 6,109 ± 1,423 1,296 ± 0,207 0,680 ± 0,256 0,009 ± 0,004 0,401 ± 0,061 (0,352 ± 0,165)* Keterangan :

(...)* : Berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada p < 0,05

IV. Kesimpulan

Hasil penelitian uji toksisitas akut menunjukan bahwa ekstrak etanol sirih merah sampai dosis 5000 mg/Kg bb tidak menimbulkan efek toksik dan aman untuk digunakan.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih disampaikan kepada LPPM UNJANI yang telah mendanai penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

1.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Cara pembuatan simplisia, Depkes RI, Jakarta, 4-20.

2.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 2003, Prosedur Operasional Baku Uji Toksisitas, Depkes RI, Jakarta.

3.

Ditjen POM, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Depkes RI, 2000, Parameter Standar

(6)

Umum Ekstrak Tanaman Obat, Bakti Husada, Jakarta, 9-12, 13-18.

4.

Florencia Irena, 2012, Pengaruh Rebusan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Mencit Diabetes, Abstrak, Fakultas Farmasi UP, Jakarta

5. Hafida Mariyatin, Ekiyantini Widyowati, Sri

Lestari. 2012. Efektivitas Antibakteri Ekstrak

Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dan Sirih

Hijau (Piper betle L)sebagai Bahan Alternatif

Irigasi

Saluran

Akar.

FKG

UNEJ.

http//repository.unej.ac.id

6.

Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) 423. OECD Guideline for Testing of Chemicals: Acute Oral Toxicity – Acute

Toxic Class Method.

http://www.oecd.org/chemicalsafety/risk-assessment/ 1948370.pdf. Diakses tanggal: 17 Juli 2014.

7.

Puspa Sari, Ita Nur Anisa. 2013. Efek Antidislipidemia Ekstrak Etanol Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz Dan Pav ) Pada Tikus Wistar

Jantan Dengan Metode Proteksi. Laporan Penelitian Unggulan LPPM Unjani

8.

Sarnila, Aktivitas Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica Adr. Juss) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz&Pav.) pada Tikus Putih Jantan dengan Metode Toleransi Glukosa, Abstrak, Universitas Padjadjaran

9.

Sudewo, Bambang. 2010, Basmi Penyakit Dengan Sirih Merah, Jakarta, Agromedia Pustaka.

10.

Wilson Nelson, Hardistry Jerry F, Hayes Johnnie R. Short-term, Subchronic and Chronic Toxicology Studies. Dalam: Taylor dan Francis, penyunting. Principles and Methods of Toxicology, Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins, 2001. Hlm. 917-956.

Gambar

Gambar 1.  Diagram rata-rata bobot badan mencit betina selama pengamatan gejala toksik
Gambar 2.  Diagram rata-rata bobot badan mencit jantan selama pengamatan gejala toksik  Keterangan :
Tabel 1  Profil Indeks Organ Dalam Mencit Betina Setelah Pemberian Sediaan Suspensi Ekstrak Etanol Sirih Merah Secara Oral

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dibandingkan dengan karbon aktif - metanol,walaupun kedua pasangan memiliki panas adsorpsi yang sama, namun pasangan karbon aktif/ amonia memiliki keuntungan dari tekanan

Informasi dan opini yang tercantum dalam Press Release ini tidak diverifikasi secara independen dan tidak ada satupun yang mewakili atau menjamin, baik dinyatakan secara jelas

Kecuali syarat-syarat seperti tersebut diatas, masih ada lagi hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pihak, hal ini mempunyai dasar hukumnya pada pasal 1933 KUHPER, yang

The research is mainly aimed to improve students‟ ability in writing descriptive text using picture at the tenth grade students of SMK Perintis 29 Ungaran in the academic year of

 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok

Informasi yang diberikan berupa data seperti : spesifikasi, gambar, harga, dan garansi yang diberikan sesuai dengan kategori yang dipilih. Selain itu user dapat memesan langsung

Di Filling Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus Bedah Karima Utama Sukoharjo tahun 2016 Tugas Akhir initelah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada. Sidang