• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bambang Suryadi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bambang Suryadi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Konvensi Nasional  BK XVIII Denpasar Bali, 14 s.d 16 November 2013  Profesi Konseling Bermartabat dalam Masyarakat Multikultural dan Modern 

JENIS INTERVENSI DAN LAYANAN KONSELING BAGI SISWA SMA/MA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Bambang Suryadi

bangs1970@gmail.com

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify the preparation made by high school students for the National Examination (UN) and their anxiety levels before and during the UN in academic year 2012/2013. This study also aims to identify the types of interventions and counseling services that school counselor should provide to high school students in facing the National Examination. This study used a quantitative method with sample size of 140 students aged between 18-20 years old. Data were collected through questionnaires and analyzed using frequencies and percentages. Results of this study indicate that the National Examination causing anxiety among high school students. To help the students in coping with the anxiety, school counselors are required to be more actively involved in providing various types of interventions and counseling services.

Keywords: counseling, anxiety, intervention, national examination, counselor’s role  

© 2013 Published by Panitia Kongres XII dan Konvensi Nasional  BK XVIII 

PENDAHULUAN

Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib melakukan penilaian selama dan setelah proses pembelajaran berdasarkan pada suatu kompetensi dasar atau standar kompetensi (Kemdikbud, 2012).

Ujian Nasional (UN) merupakan amanat undang-undang yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 66 ayat (1) disebutkan bahwa Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyelenggara UN adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dalam pelaksanaannya

bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Agama, kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Dinas Pendidikan, Perguruan Tinggi Negeri Koordinator Pengawasan, dan Satuan Pendidikan.

Dalam pelaksanaan UN tahun 2013, yang menjadi dasar dan acuan adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan

Kesetaraan dan Ujian Nasional. Selain itu pelaksanaan UN tahun 2013 juga mengacu kepada Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Ujian Nasional SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK, serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013, yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(2)

Fenomena yang muncul menjelang pelaksanaan UN, banyak siswa yang mengalami kecemasan karena takut gagal dalam UN. Untuk itu banyak hal yang dilakukan siswa, diantaranya adalah mengikuti bimbingan belajar (Bimbel) baik yang diadakan oleh sekolah/madrasah maupun oleh pihak swasta, melakukan istighastah dan doa bersama, try out UN, dan belajar bersama. Selain itu juga muncul ‘tim sukses’ dan modus kecurangan lainnya dengan menawarkan bocoran kunci jawaban yang nota bene dijual dengan harga yang sangat mahal. Banyak siswa yang terpengaruh dengan tawaran tersebut dan sebagian lagi tidak terpengaruh. Mereka yang terpengaruh karena merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Oleh sebab itu semakin tinggi ketidakpercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian, akan semakin tinggi tingkat kecemasan mereka. Kecemasan ini ternyata tidak hanya dirasakan oleh siswa, tetapi juga dirasakan oleh guru-guru dan orang tua murid.

Untuk menangani kecemasan dan hilangnya rasa percaya diri di kalangan murid-murid sekolah, konselor dituntut untuk memberikan layanan atau intervensi baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Hal ini didasarkan pada paradigma bahwa layanan konseling sebagai bagian integratif dari keseluruhan program pendidikan perlu mendapat perhatian yang luas. Keberhasilan layanan konseling di sekolah akan menentukan keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan. Sebaliknya, kegagalan layanan konseling di sekolah juga akan menentukan kegagalan program pendidikan dalam konteks makro dan mikro (Suryadi, 2010).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, t

ujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui persiapan

siswa SMA/MA sederajat dalam

menghadapi Ujian Nasional (UN) dan

tingkat kecemasan yang mereka

hadapi menjelang UN tahun 2013.

Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengidentifikasi jenis-jenis intervensi

dan layanan konseling yang diberikan

konselor kepada siswa SMA/MA

sederajat dalam menghadapi UN.

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan jenis layanan konseling sekolah dalam menangani kecemasan menghadapi UN. Sedangkan dari segi praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi konselor untuk menentukan jenis layanan konseling yang tepat dan bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi UN.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 145 mahasiswa semester I Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang sudah lulus Ujian Nasional tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian ini berjumlah 136 orang yang dipilih dengan cara non-probability sampling technique. Dari jumlah tersebut 27 (19.85%0) adalah laki-laki dan 109 (80.15%) adalah perempuan, berusia dari 17 sampai dengan 19 tahun. Dari asal sekolah, sebanyak 107 orang (78.67%) lulusan SMA, 20 orang (14.70%) lulusan MA, dan 9 orang (6.61%) lulusan SMK. Dari segi jurusan, sebanyak 65 orang (47.79%) dari IPA, 60 orang (44.18%) dari IPS, 2 orang (1.47%) dari jurusan Bahasa, dan 9 orang (6.61%) dari berbagai program keahlian di SMK (akuntansi, perhotelan, pariwisata).

Data primer penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang menanyakan tentang data demografis (jenis kelamin, jurusan, dan jenjang sekolah), persiapan yang mereka lakukan untuk menghadapi UN, tingkat kecemasan yang mereka alami, serta jenis intervensi dan layanan konseling yang diberikan oleh konselor sekolah. Data sekunder penelitian ini didapatkan dari telaah dokumen yang terkait dengan permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen tersebut berasal dari BSNP dan

(3)

Puspendik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara teoritis dan empiris, ada hubungan yang erat antara pendidikan, bimbingan, dan konseling. Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari bimbingan dan konseling. Demikian juga sebaliknya, bimbingan dan konseling tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Hubungan yang bersifat timbal balik ini diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut (Gunawan, 1992).

Gambar 1:Hubungan antara

Pendidikan, Bimbingan dan Konseling

1 2 3

4 5

1. Daerah pendidikan: hukuman, hadiah, larangan, perintah dsb 2. Daerah bimbingan di sekolah

3. Daerah bimbingan di luar sekolah 4. Daerah konseling di sekolah 5. Daerah konseling di luar sekolah

Ujian Nasional merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, bimbingan dan konseling yang juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh sebab itu bimbingan dan konseling mesti memberikan konstribusi dalam kaitannya dengan persiapan siswa menghadapi Ujian Nasional.

Berdasarkan hasil kajian literatur dan temuan empiris di lapangan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan UN tahun 2013 merupakan pelaksanaan yang terburuk dalam sejarah pendidikan nasional. Hal ini disebabkan terjadinya keterlambatan distribusi soal oleh pihak percetakan dan kurangnya naskah soal ujian di berbagai provinsi yang berakibat pada penundaan pelaksanaan UN. Karena pelaksanaan UN ditunda, siswa yang sudah mempersiapkan diri sejak awal, dapat dipastikan dirugikan dari segi mental, waktu, dan materi. Sebagai akibat

dari ’ambur adulnya’ pelaksanaan UN tahun 2013 ini, Kemdikbud telah membentuk tim investigasi internal dan BPK melakukan audit terhadap kinerja Kemdikbud dan BSNP dalam pelaksanaan UN.

Ketika ditanyakan kepada responden ”Apa persiapan yang dilakukan siswa untuk menghadapi UN?”, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55.15%) mengerjakansoal-soal UN tahun sebelumnya, mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah (27.20%), menambah jam belajar (14.70%), dan mendatangkan guru private ke rumah (2.94%).

Terkait dengan alasan mereka mengikuti bimbel, mayoritas (83.33%) mengatakan supaya lebih percaya diri. Sisanya 11.90% beralasan bimbel menjanjikan kelulusan dalam UN dan 4.76% mengatakan karena ikut ajakan teman.

Mengenai kondisi psikologis siswa dalam menghadapi UN, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (76.47%) merasa cemas saat menghadapi UN dan hanya sebagian kecil (23.52%) yang tidak mengalami kecemasan.

Dari segi tingkat kecemasan, lebih dari separuh responsen (53.67%) memiliki tingkat kecemasan sedang, dan 15.44% dari responden memiliki tingkat kecemasan tinggi, dan 7.35% dari responden memiliki tingkat kecemasan rendah.

Adapun alasan yang membuat mereka cemas sangat bervariasi. Alasan tertinggi adalah karena mereka belum menguasai mata pelajaran yang diujikan dengan persentase 44.33%, diikuti dengan alasan kedua karena takut tidak lulus UN dengan persentase 35.57%. Alasan lain adalah karena jumlah paket soal 20 paket dengan persentase 20.19%.

Fakta yang sangat mencengangkan adalah kenyataan bahwa sebagian besar responden (70.59%) pernah menerima tawaran kunci jawaban soal UN dan hanya sebagian kecil (29.41%) yang tidak pernah menerima tawaran kunci jawaban. Berdasarkan fakta ini dapat dikatakan

(4)

bahwa pelaksanaan UN masih sarat dengan aksi ketidakjujuran atau kecurangan.

Konselor sekolah memiliki peran yang sangat penting dan strategi untuk meningkatkan tingkat kejujuran siswa dalam mengikuti UN. Dalam konteks ini, sebagian besar responden (69.11%) mengatakan bahwa peran konselor sekolah sangat membantu siswa dalam menghadapi UN. Hanya sebagian kecil (30.88%) dari responden yang mengatakan peran konselor sekolah tidak membantu siswa dala menghadapi UN.

Ketika siswa-siswa menghadapi kesulitan dalam belajar, pihak yang pertama kali dimintai pertolongan oleh siswa adalah guru mata pelajaran dan teman sebaya dengan persentase masing-masing 41.17%. Sedangkan orang tua menduduki peringkat ketiga dengan persentase 4.41%, kemudian konselor sekolah dengan persentase 2.94%, dan wali kelas dengan persentase 1.47%, serta lain-lain (ustadh, guru private, guru bimbel) dengan persentase 8.82%.

Data di atas menarik untuk dianalisis lebih mendalam, mengapa teman sebaya dan orang tua menduduki peringkat tertinggi. Dari segi psikologi perkembangan, masa remaja merupakan masa pencarian indentitas diri dan dalam proses pencarian ini pengaruh teman sebaya sangat signifikan (Santrock, 2009). Sedangkan orang tua, karena siswa sekolah menengah mayoritas masih tinggal bersama orang tua mereka. Oleh karena itu ketika mereka menentukan sekolah pun, dicari sekolah yang memiliki jarak tempuh tidak jauh dari rumah. Dengan demikian, mereka tidak perlu tinggal secara terpisah (kost) dari rumah sendiri. Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan mahasiswa yang cenderung mencari perguruan tinggi yang berkualitas meskipun jauh dari rumah tempat tinggal mereka.

Apa implikasi temuan ini terhadap peran konselor sekolah? Di satu sisi, mungkin ada yang berpikiran negatif bahwa konselor sekolah kalah populer dibanding dengan rekan sebaya dan orang tua murid. Pandangan seperti ini

tidak benar dan harus diubah. Pandangan yang benar adalah bahwa konselor sekolah harus mampu membangun kemitraan dengan orang tua murid dan memberdayakan murid-murid sekolah dengan melibatkan mereka dalam program konseling. Dengan pengertian lain, murid-murid sekolah merupakan potential helpers yang perlu dipertimbangkan oleh konselor sekolah.

Apakah langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh konselor sekolah untuk membantu siswa dalam menghadapi UN? Terhadap pertanyaan ini, hampir semua responden (94.11%) mengatakan perlu diadakan pelatihan cara belajar yang efektif, dan hanya 5.88% yang mengatakan tidak perlu. Responden juga mengatakan bahwa perlu diadakan kelas tambahan dengan persentase 90.44% dan sisanya (9.55%) mengatakan tidak perlu diadakan kelas tambahan. Selain itu, seluruh responden (100%) mengatakan perlu diadakan try out UN.

Selanjutnya, setelah berusaha keras dengan pelatihan cara belajar yang efektif, kelas tambahan, dan try out UN, para responden menganggap perlu diadakan doa bersama dengan persentase 98.52% dan hanya 1.47% yang mengatakan tidak perlu doa bersama. Kecenderungan siswa untuk melakukan doa bersama ini perlu dimaknai secara positif. Sebagai hamba Allah yang lemah, siswa tidak boleh hanya menggantungkan diri kepada kemapuan atau kecerdasan intelektualnya saja, tetapi juga harus melakukan pendekatan spiritual melalui doa bersama tersebut.

Untuk membantu siswa mempersiapkan diri menghadapi UN, konselor sekolah perlu malaksanakan kegiatan sebagaimana disarankan oleh responden tersebut, yaitu memberikan pelatihan cara belajar yang efektif, mengadakan kelas tambahan (oleh guru mata pelajaran), mengadakan try out UN, dan melakukan pendekatan keagamaan seperti doa bersama. Jika hal ini dilakukan, kemungkinan siswa untuk percaya diri dan menguasai mata pelajaran sangat tinggi. Dengan demikian,

(5)

mereka tidak lagi perlu mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah.

PENUTUP

Salah satu subsistem pendidikan

nasional adalah penilaian yang di

dalamnya ada Ujian Nasional (UN).

UN sebagai subsistem pendidikan

nasional telah menimbulkan dampak

yang negatif kepada siswa,

diantaranya adalah munculnya

kecemasan (anxiety). UN juga telah

mencederai citra sekolah/madrasah

sebagai lembaga pendidikan yang

menjunjung tinggi nilai-nilai moral

dengan adanya sikap ketidakjujuran

siswa dalam mengikuti UN. Dalam

konteks inilah peran konselor sekolah

dituntut untuk memberikan intervensi

dan layanan konseling untuk

membantu siswa sekolah/madrasah

dalam menghadapi UN. Konselor

sekolah memiliki peran yang sangat

penting dan strategi untuk

meningkatkan tingkat kejujuran siswa

dalam mengikuti UN.

Untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan siswa dalam menghadapi UN, konselor perlu memberikan intervensi dan layanan konseling. Dalam pemberian intervensi dan layanan konseling ini, konselor perlu bekerjasama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, dan orang tua. Diantara jenis intervensi dan layanan konseling adalah memberikan pelatihan cara belajar yang efektif, mengadakan kelas tambahan, try out UN, dan doa bersama.

Peran lain yang dilakukan

konselor sekolah adalah membuat

kemitraan (smart partnership) dengan

guru mata pelajaran dan membuat

peer counseling di kalangan

siswa-siswa sekolah/madrasah. Dengan

demikian beban kerja yang dialami

konselor tidak terasa berat dan

masalah yang dihadapi dapat

diselesaikan dengan baik.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan, Nomor: 0020/P/BSNP/I/2013 Tentang Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan Ujian Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Sekolah Menengah Kejuruan, Serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta: BSNP.

Gunawan, Yusuf. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Gramedia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Buku Saku Tanya Jawab UN. Jakarta:

Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional. Jakarta: Kemdikbud. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Edisi 3 Buku 1.Terjemahan oleh Diana

Angelica.Jakarta: Salemba Humanika.

Suryadi, Bambang. (2010). The Role of Public Senior Secondary School Counselors in East Java, Students’, Teachers’, and Counselors’ Perceptions. Germany: VDM Verlag Dr. Muller.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulis menyusun contoh kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin kedalam bahasa Indonesia, dan sebaliknya dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Mandarin, dengan

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

[r]

KA YU rotan adalah material terbaik sebagai pengganti tulang manusia karena struktur kayu rotan memiliki rongga di bagian dalam sehingga darah, serabut saraJ, dan materi lain

[r]

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil