• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN UKURAN DAN BOBOT BADAN DENGAN PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DITERNAKKAN DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN UKURAN DAN BOBOT BADAN DENGAN PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DITERNAKKAN DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

HUBUNGAN UKURAN DAN BOBOT BADAN DENGAN

PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

YANG DITERNAKKAN DI DATARAN TINGGI DAN

DATARAN RENDAH

Ir. Martini Hartawan, M.Si. NIDN : 0010015301

Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc NIDN : 0001015106

Ni Made Suci Sukmawati, S.Pt., M.Si.NIDN : 0022017201

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Hubungan Ukuran dan Bobot Badan dengan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawah yang diternakkan di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah

2. Bidang Unggulan : Ilmu Peternakan 3. Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Ir. Martini Hartawan, M.Si b. Jenis Kelamin : Wanita

c. NIP/NIDN : 195301101981022001/0010015301 d. Jabatan Struktural : -

e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala/IV c f. Fakultas/Jurusan : Ilmu Peternakan g. Pusat Penelitian : Universitas Udayana

h. Alamat : Kampus Bukit Jimbaran-Badung i. Telpon/Faks : 0361. 703367/704622

j. Alamat Rumah : Jl. Gn. Lingga IA/B4,.Br Dukuh Sari, Padangsambian Kaja, Denpasar

k. Telpon/Faks/E-mail: (0361) 41519 /ktsuriasih@ymail.com 4. Jumlah anggota peneliti : 2 orang

5. Jumlah Mahasiswa : 2 orang. Pembiayaan

Jumlah biaya yang diusulkan ke Fakultas : Rp 25.000.000,-

Bukit Jimbaran, 16 April 2015 Mengetahui

Prodi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan

Universitas Udayana Ketua Peneliti Ketua

Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Pratama, MS Ir. Martini Hartawan, M.Si NIP. 195903121986011001 NIP. 195301101981022001

Mengetahui

Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dekan

(3)

3

Hubungan Ukuran dan Bobot Badan dengan Produksi Susu Kambing

Peranakan Etawah yang diternakkan di Dataran Tinggi

dan Dataran Rendah

Ir. Martini Hartawan, M.Si, Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc dan Ni Made Suci Sukmawati, S.Pt., M.Si.

RINGKASAN

Kambing PE (Peranakan Etawa) selain dikenal sebagai kambing bertipe besar. Kambing PE juga dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial, mampu menghasilkan susu sebanyak 0,45-2,2 liter perhari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari. Pengembangan ternak kambing PE sebagai penghasil susu untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitasnya akan dapat membantu mengatasi masalah penyediaan susu dalam negeri, memenuhi kebutuhan nasional melalui program pemerintah.

Hodsgon (1973) menyatakan bahwa produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor dalam (30%) dan bukan faktor dalam yaitu lingkungan (70%). Meskipun peternak dapat mengatasi masalah makanan dan pengelolaan, namun masalah lingkungan masih perlu mendapat perhatian Cekaman panas pada ternak di daerah tropis akan mempengaruhi suhu dalam tubuh. Dalam kaadaan demikian ternak berusaha mengeluarkan panas dari dalam tubuhnya (Hafes, 1968). Ternak akan mengurangi kegiatan makan sehingga jumlah konsumsi pakan berkurang, sebaliknya konsumsi air minum meningkat (Carlson dan Hsieh, 1970). Jika hal ini berlangsung cukup lama akan menyebabkan pertumbuhan ternak lambat.

Pengukuran badan kambing PE dilakukan pada tempat datar dengan mengatur posisi ternak agar kedua kaki depan dam belakang berdiri tegak sehingga letak keempat kakinya merupakan segi empat. Pedoman pengukuran dilaksanakan sebagai berikut : Lingkar dada : diukur dengan melingkarkan pita ukur melingkar tubuh tepat dibelakang siku (Oleoranon). Tinggi pundak : jarak tertinggi sampai tanah. Panjang badan : diukur mulai dari benjolan tulang bahu sampai benjolan tulang tapis. Bobot badan : kambing diangkat keatas timbangan selanjutnya bobot badan diperoleh dengan mengurangi bobot total dengan bobot sipengangkat. Produksi susu dilakukan dengan cara pemerahan. Data yang diperoleh sejak persiapan sampai pelaksanaan seleksi data yang diperoleh yaitu mulai dari editing, cleaning, koding sampai tabulasi dimasukkan pada file navigator program SPSS.Produksi susu kambing PE pada dataran tinggi 1,7 ± 0,2 liter dan pada dataran rendah 1,5 ± 0,1 liter

Kata kunci : Hubungan, ukuran, bobot badan, produksi, susu, kambing, peranakan etawah, diternakkan, dataran tinggi, dataran rendah

(4)

4

PRAKATA

Atas berkat, rahmat dan karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, kemajuan penelitian yang berjudul “Hubungan Ukuran dan Bobot Badan dengan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawah yang diternakkan di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. Data yang belum di analisis adalah data lingkungan daerah sampel (dataran tinggi dan dataran rendah). Hubungan antara ukuran-ukuran badan dengan bobot badan, bobot badan dengan produksi susu, ukuran ambing dan puting dengan produksi susu.

Dengan tersusunnya laporan ini kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Rektor Universitas Udayana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana dan semua pihak yang telah berkontribusi pada penelitian ini.

Akhirnya kami mohon saran dan kritik para hadirin yang mulia dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.

(5)

5

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... 2 RINGKASAN... 3 PRAKATA ... 4 DAFTAR ISI... 5 1 PENDAHULUAN... 6 2 TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Asal usul kambing PE... 8

2.2 Bibit dan reproduksi kambing PE... 9

2.3 Bobot badan kambing... 10

2.4 Ukuran-Ukuran badan kambing... 11

2.5 Hubungan antara ukuran-ukuran badan dengan bobot badan... 12

3 METODE PENELITIAN... 13

3.1 Materi Penelitian... 13

3.2 Metode... 14

4 HASIL YANG DICAPAI... 15

5 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA... 17

6 KESIMPULAN DAN SARAN... 18

DAFTAR PUSTAKA 19

(6)

6

BAB 1 PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman sumber daya alamnya, termasuk sebagai salah satu negara yang kaya akan jenis ternak, namun pada kenyataannya sektor peternakan belum dikembangkan secara maksimal walaupun sebenarnya pengembangan agribisnis peternakan mempunyai peluang yang sangat besar dalam hal peningkatan permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Kambing PE (Peranakan Etawa) selain dikenal sebagai kambing bertipe besar kambing PE juga dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial, kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 0,45-2,2 liter perhari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari. Di Indonesia, 90% pemeliharaan kambing bertujuam menghasilkan daging, tentunya kenyataan ini sangat ironis dengan fakta bahwa dinegeri ini populasi ternak kambing PE termasuk terbesar di dunia, dan seperti diketahui bahwa kambing PE adalah penghasil susu yang sangat potensial. Di luar negeri , seperti di India, kambing etawa juga dipelihara sebagai penghasil susu yang sangat produktif, rata-rata produksinya adalah 235 kg per masa laktasi (261hari).

Produksi susu kambing memberikan sumbangan sebesar 35% terhadap produksi susu di dunia. FAO (1996) memperkirakan bahwa permintaan atau impor daging kambing dunia akan meningkat rata-rata sekitar 2% pertahunnya, sehingga pada tahun 2000 jumlah kebutuhan sudah mencapai tidak kurang dari 10,9 juta ton. Sedangkan jumlah yang diperdagangkan mencapai kurang lebih 1,4 juta ton. Dari seluruh jumlah impor dunia, Australia, New Zealand, dan negara-negara maju lainya diperkirakan akan memasok 1,1 juta ton. Dan sisanya diposok oleh negara-negara berkembang yang juga akan mengalami peningkatan produksi. Negara-negara berkembang yang selama ini mengalami kemajuan pesat dalam perkembangan produksi ternak kambing adalah ; Cina, Bangladesh, Pakistan, Maroko, Aljazair dan Nigeria. Sedangkan negara yang berpotensi melakukan impor tinggi adalah ; Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Jauh (kawasan Asia Pasifik dan Oceania). Hal ini disebabkan karena wilayah tersebut merupakan daerah yang pertumbuhan ekonominya tergolong tinggi (Ditjen Peternakan 1999). Sedangkan di Indonesia produksi daging kambing rata-rata menurun 2,93% pertahun dalam periode 1993-1997. Penurunan produksi terjadi diseluruh Propinsi

(7)

7

kecuali di Jawa Barat, Jawa Timur, dI Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan produsen utama daging kambing di Indonesia adalah Jawa Timur dengan rata-rata sumbangan 34,07% pertahun, kemudian diikuti Jawa Tengah 14,17% pertahun dan Jawa Barat 11,46% pertahun. Propinsi lainnya rata-rata seperti

Bali hanya mampu menyumbang dibawah 5 % pertahun.

Terkait dengan beberapa persoalan diatas, sudah saatnya kita melakukan sesuatu yang mampu memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan sub-sektor peternakan dan langsung menyentuh masyarakat kecil dengan kemampuan modal yang terbatas, usaha ternak kambing PE rasanya sangat relevan dengan tujuan diatas karena memiliki beberapa karakteristik pendukung seperti, modal awal yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan dengan ternak besar, teknik pemeliharaan lebih mudah, sederhana dan tidak membutuhkan tempat yang luas, perkembang biakan lebih cepat dibandingkan dengan ternak besar.

Hodsgon (1973) menyatakan bahwa produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor dalam (30%) dan bukan factor lingkungan (70%). Meskipun peternak dapat mengatasi masalah makanan dan pengelolaan, namun masalah lingkungan masih perlu mendapat perhatian, Muthalib (2002). Cekaman panas pada ternak di daerah tropis akan mempengaruhi suhu dalam tubuh. Dalam kaadaan demikian ternak berusaha mengeluarkan panas dari dalam tubuhnya (Smith, J.B. dan S.Mangkuwidjoyo. 1988). Ternak akan mengurangi kegiatan makan sehingga jumlah konsumsi pakan berkurang, sebaliknya konsumsi air minum meningkat (Carlson dan Hsieh, 1970). Jika hal ini berlangsung cukup lama akan menyebabkan pertumbuhan ternak lambat, produksi turun.

Berdasarkan uraian diatas darah-daerah di Bali baik dataran tinggi maupun dataran rendah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan peternakan kambing PE yang mampu memproduksi susu lebih banyak dan lebih baik.

Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui hubungan ukuran dan bobot badan dengan produksi susu kambing peranakan Etawah yang diternakkan didataran tinggi dan dataran rendah.

Urgensi penelitian adalah ukuran dan bobot badan kambing peranakan Etawah berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu, dengan peningkatan produksi susu

(8)

8

akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari peternakan tersebut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal-usul kambing PE

Asal usul kambing PE ( kambing etawa ) atau peranakan kambing etawa adalah kambing perah yang sekarang banyak dikembangkan di Indonesia yang hasil susu kambing etawanya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit ganas, nama lain dari peranakan kambing etawa sampai saat ini masih dikenal dengan nama kambing Jamnapari dengan kehidupannya di daratan sungai Jamuna, dari distrik Etawah dan Utar Pradesh di sebelah timur kota Delhi yang merupakan tempat asalnya kambing etawa. Kambing etawa jenis Jamnapari tinggal di daerah subur sekitar daerah persungaian yang sejuk dan hingga saat ini kambing etawa harganya pun sangat mahal dibanding kambing jenis lain, apa lagi hasil dari susu kambing Etawa mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh melawan berbagi penyakit dengan proses yang sangat alami.

Kambing etawa Jamnapari memiliki bentuk fisik lebih tinggi, leher jenjang dan wajah tersenyum, dari struktur tubuh warna kambing etawa jamnapari adalah putih bersih dan memiliki bulu yang pendek kecuali pada paha belakang hidung bengkok, tanduk menjulang ke atas hingga 26 cm, kuping panjang dan melambai ke bawah karena tidak ada tulangnya, ekor pendek, cirri-ciri dari kambing etawa jamnapari tersebut merupakan persyaratan ideal untuk kambing Etawa jamnapari yang berada di negara india. Tetapi untuk kambing Peranakan Etawa yang sudah merupakan keturunan dari kambing Etawa Jamnapari tidak termasuk dalam kategori persyaratan diatas dikarenakan sangat berbeda dari segi fisik, peranakan dari kambing etawa mungkin lebih pas kalau katagori jenis lain karena kambing etawa Jamnapari mampu bertahan hidup di tempat asal kambing Etawa Jamnapari dan tidak dapat bertahan hidup didaerah baru yang tidak mendukung. Di negara asalnya kambing Jamnapari mengalami berbagai masalah dikarenakan beberapa sebab berikut ini :

1. Tidak ada tenaga ahli bidang peternakan ( dokter hewan ) yang bersedia merawat serta mengontrol proses perkembangan hewan ternak secara kontinu

(9)

9

2. Kurangnya perhatian pemerintah dalam mengembangkan peternakan kambing etawa

3. Pada musim tertentu ( kemarau ) sangat sulit mendapatkan makanan segar 4. Adanya serangan binatang buas atau yang lainnya

Kambing perah di Indonesia yaitu kambing Peranakan Etawa (PE), merupakan keturunan kambing Etawa dari India, dibawa oleh Belanda pada jaman penjajahan, dikawinkan dengan kambing kacang dan berkembang sebagai kambing penghasil susu, sehingga bentuk tubuh, sifat dan ciri-cirinya berada di antara kambing Etawa dan kambing Kacang, yaitu: bentuk kepala bagian hidung ke atas melengkung atau cembung, telinga panjang menggantung ke bawah, bulu yang indah dan warnanya beragam dari belang putih, merah coklat, bercak hitam atau kombinasi ketiganya, pada bagian belakang memiliki bulu yang panjang dan tebal. Pengembangan ternak kambing PE sebagai penghasil susu untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitasnya akan dapat membantu mengatasi masalah penyediaan susu dalam negeri, memenuhi kebutuhan nasional melalui program pemerintah. Produksi susu segar dalam negeri baru memenuhi 25% dari kebutuhan nasional yang sentra produksinya masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (70%) dari produksi dalam negeri. Produksi susu tersebut boleh dikatakan keseluruhan atau sebagian besar adalah dari ternak sapi perah, padahal susu bukan hanya dapat dihasilkan dari ternak sapi perah, tetapi juga dapat dihasilkan dari kambing perah yang pupulasinya di Indonesia cukup banyak yang masih dapat dikembangkan untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitasnya.

2.2 Bibit dan reproduksi kambing PE

Kambing PE berbadan besar, berat badan betina kurang lebih 25 kg dan jantan kurang lebih 35 kg, tinggi gumba yang betina kurang lebih 60 cm dan yang jantan kurang lebih 70 cm. Jantan maupun betina memiliki tanduk pendek dan ramping. Kambing PE dapat menghasilkan anak antara 1–4 ekor per kelahiran atau rata-rata dua ekor. Waktu kawin kambing PE yang baik pada usia 15–18 bulan, karena pada waktu itu alat reproduksinya sudah berkembang sempurna. Calon induk dan pejantan dipilih berdasarkan catatan produksi calon induk yaitu: bobot lahir antara 1,8 – 2 kg; berat sapih antara 6-8 kg; berat umur satu tahun (yearling) antara 20 – 25 kg; pertambahan berat badan harian antara 80 – 120 g/ekor/hari, jumlah anak sekelahiran (litter size)

(10)

1,5-10

1,8 ekor/induk; umur antara 8-12 bulan; mempunyai efisiensi reproduksi yang baik; tubuh tegap, sehat, lincah, dan tidak cacat; tidak pernah terserang penyakit; bentuk ambing simetris, sedikit menggantung, dan puting susu normal (tidak bercabang); bentuk punggung lurus; dan bulu mengkilap. Calon pejantan yaitu: umur antara 1,5-3 tahun; penampilan bagus dan tegap; memiliki catatan atau informasi produksi maupun reproduksi yang superior, yaitu berasal dari induk yang jumlah anak (litter size) 1,5 – 1,8 ekor/induk, pertambahan berat badan harian (80-120 g/ekor/hari), bentuk scrotum simetris dan mempunyai panjang lingkar 28-30 cm dan tidak terdapat bekas abses permanen pada kulitnya, libido tinggi, motilitas sperma 90% dan progresif. Dewasa kelamin pada umur sekitar 10 bulan, kemudian dapat dikawinkan pada umur 10-12 bulan dengan berat badan sekitar 55 kg. Lama birahi sekitar 35 jam, siklus birahi berselang selama 3 minggu. Pada saat birahi merupakan saat yang tepat untuk dikawinkan, dengan tanda-tandanya yaitu: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan diam bila dinaiki. Masa bunting sekitar 5 bulan, serta masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. Diusahakan agar kambing beranak minimal 3 kali dalam dua tahun. Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil silangan kambing Etawa (dari India) dengan kambing kacang, yang perawakan dan penampilannya mirip kambing Etawa tetapi lebih kecil. Walaupun lebih kecil tetapi kambing ini besarnya 2-4 kali dari kambing biasa. Karena kemampuannya beradaptasi sehingga kambing ini sangat cocok dengan iklim di Indonesia (daerah Tropis). Kambing ini cocok dengan mengkonsumsi makanan yang banyak terdapat di Indonesia seperti berbagai jenis tanaman hijau-hijauan dan daun-daunnan dan berbagai sisa dari hasil produksi pertanian.

Peluang usaha kambing ini sangat terbuka, karena disamping pemeliharaannya tidak susah, cepat berkembang biak yaitu dalam 2 tahun dapat beranak 3 kali, harga susu maupun kambingnya sendiri di pasaran sangat mahal, selain itu kotoran kambing ini sangat baik untuk pupuk. Beternak kambing ini sangat cocok kalau dilakukan di desa, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi karena untuk mencari pakan mudah di dapat (daun-daunan dan rerumputan melimpah).

2.3 Bobot badan kambing

(11)

11

mendapatkan rata-rata bobot badan berturut-turut 14,69 ; 24,24 ; 25,59 dan 29,59 kg masing-masing pada gigi sari purmanen nol, dua, empat dan enam buah. Pada penelitian yang terhadap bobot badan kambing PE betina, Sudarisma (1987) mendapatkan rata-rata bobot badan kambing berturut-turut 15,88 ; 26,83 ; 29,60 ; 32,11 dan 35,57 kg pada gigi seri permanen nol, dua, empat, enam dan delapan buah. Sementara itu Singh et al, (1979) mendapatkan rata-rata bobot badan kambing Black Bengal pada gigi sari permanen no1, dua, empat, enam dan delapan buah masing-masing 10,8 ; 13,0 ; 16,3 ; 16,9 dan 20,7 kg. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata bobot badan dan ukuran-ukuran badan kambing Peranakan Etawah untuk kedua jenis kelamin meningkat dari sebelum disapih sampai mencapai gigi seri permanen empat buah (Soewartono et.al., 1983).

2.4 Ukurun~ukuran badan kambing

Pertumbuhan ternak dinyatakan dengan perubahan-pelubahan dimensi tubuh seperti bertambahnya tinggi badan dah bertambahnya ukuran lingkar dada. Pengukuran terhadap panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak dapat dilakukan untuk manentukun bentuk dan tipe ternak (Bhinawa et al, 1985)

Pengukuran lingkar dada dapat dilakukan dengan melingkarkan pita ukur tepat di belakang siku kaki depan pada saat ternak berdiri tegak pada tempat yang datar dengan posisi kaki membentuk segi empat panjang serta posisi kepala normal (Wendra, 1966). Rata-rata lingkar dada kambing Peranakan Etawah betina yang didapatkan oleh Djegho (1961) masing-masing 54,15; 65,35; 67,32 dan 76,65 cm pada gigi seri permanen nol sampai gigi seri permanen enam buah. Demikian pula Sudarisma (1987) mendapatkan rata-rata lingkar dada kambing Peranakan Etawah betina masing masing 64,23; 66,63; 66,65; 72,40 dan 74,43 cm untuk gigi seri permanen nol sampai gigi seri permanen empat buah. Sedangkan Singh et.al, (1979) pada penelitiannya terhadap kambing Black Bengal mendapatkan rata-rata lingkar dada masing-masing 53,3; 58,8; 60,2; 62,6 dan 64,7 cm untuk gigi seri permanen nol sampai empat buah. Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan ternak disamping lingkar dada adalah dengan mengukur tinggi pundak, seperti yang dikemukakan oleh Lana et.al (1979) bahwa pertambahan bobot badan ternak dibarengi oleh pertambahan lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan yang berjalan sesuai dengan umur ternak. Devendra dan Burns (1970)

(12)

12

mengklasifikasikan kambing berdasarkan tinggi pundak yaitu besar (diatas 65 cm), sedang (51-65 cm). dam kecil (dibawah 50 cm).

2.5 Hubungun antara ukuran-ukuran badan dengan bobot badan.

Steel dan Torrie (1980) memberikan batasan bahwa korelasi merupakan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya atau satu bagian dengan beberapa bagian lainnya. Di dalam berbagai penelitian telah didapatkan hubungan positif dan nyata antara bobot badan dengan ukuran-ukuran badan ternak seperti lingkar dada sapi (Partama, 1984) dan pada kambing (Djegho, 1981). Lana et.al (1979) menyatakan semua dimensi tubuh ternak berkorelasi terhadap bobot badan secara nyata dan positif tetapi korelasi terbesar terjadi antara bobot badan dengan lingkar dada. Ukuran-ukuran badan dapat digunakan untuk menduga produksi walaupun hasilnya beragam (Lush, 1969).

Mukherjee et.al.,(1982) mendapatkan korelasi sebesar 0,70 – 0,94 antara lingkar dada dengan bobot badan kambing Grey Bengal. Sedangkan Singh et.al. (1979) memperoleh nilai korelasi sebesar 0,74 antara bubot badan dengan lingkar dada pada kambing Black Bengal. Demikian pula Valdez et. al. (1982) pendapatkan korelasi antara bobot badan dengan lingkar dada kambing sebesar 0,90 serta korelasi multipel antara lingkar dada, dan panjang badan denggn bobot badan sebesar 0,90. Djegho (1981) mendapatkan nilai korelasi sebesar 0,72 sampai 0,87 antara bobot badan dengan lingkar dada pada kambing PE betina untuk gigi sari permanen nol sampai gigi sari permanen enam buah. Pada penelitian yang dilakukan-oleh Sudarisma (1987) diperoleh nilai korelasi sebesar 0,74 sampai 0,92 antara bobot badan dengan lingkar dada kambing PE, betina untuk gigi seri permanen nol sampai gigi seri permanen delapan buah.

(13)

13

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi penelitian adalah kambing peranakan Etawah (PE) yang diternakkan di dataran tinggi dan dataran rendah.

Alat Ukur dan Timbangan

Pita ukur mark “Butterfly” dengan‘ panjang 150 cm kepekaan 0,1 cm digunakan untuk mengukur lingkar dada kambing. Tongkat ukur panjang 100 cm dengan kepekaan 0,1 om digunakan untuk mengukur tinggi pundak dan panjang badan ‘kambing. Sedangkan bobot badan kambing ditimbang dengan timbangan model “Soenhnle” Jerman kapasitas 120 kg dengan kepekaan 0,1 kg.

Data Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat pada penelitian untuk dataran tinggi yaitu di desa Sepang, Kabupaten Buleleng dan dataran rendah di desa Paksebali, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung dan datanya diambil dari data pada masing-masing lokasi.

3.2 Metode

Rancangan Penelitian. Pada penelitin ini kambing yang digunakan sebagai sampel ditetapkan secara sengaja (Purposive Sampling) yang dikelompokkan berdasarkan umur yaitu 1830 bulan (belum terjadi pergantian gigi sari) dan umur 30 -48 bulan , dengan perbedaan topografi yaitu dataran tinggi dengan ketinggian diatas 750 m, dataran sedang dengan ketinggian 250 – 750 m dan dataran rendah dengan ketinggian 0-250 diatas permukaan laut (Soribasya, 1990).

Tempat dan Lama penelitian. Penelitian ini dilaksanakan didesa Sepang Kabupaten Buleleng dan dataran rendah di desa Paksebali, Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan daerah tersebut mempunyai populasi kambing PE, menurut laporan Dinas Peternakan di

(14)

14

dua Kabupeten tersebut . Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan yaitu direncanakan bulan Juli sampai Nopember tahun 2015

Pelaksanaan penelitian pengukuran badan kambing PE dilakukan pada tempat datar dengan mengatur posisi ternak agar kedua kaki depan dam belakang berdiri tegak sehingga letak keempat kakinya merupakan segi empat. Pedoman pengukuran dilaksanakan sebagai berikut :

Lingkar dada : diukur dengan melingkarkan pita ukur melingkar tubuh tepat di belakang siku (Oleoranon).

Tinggi pundak : jarak tertinggi sampai tanah

Panjang badan : diukur mulai dari benjolan tulang bahu sampai benjolan tulang tapis Bobot badan : Kambing diangkat keatas timbangan selanjutnya bobot badan diperoleh dengan mengurangi bobot total dengan bobot sipengangkat.

Produksi susu dilakukan dengan cara pemerahan.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh sejak persiapan sampai pelaksanaan seleksi data yang diperoleh yaitu mulai dari editing, cleaning, koding sampai tabulasi dimasukkan pada file navigator program SPSS 13,0 for Windows. Rerata, simpang baku, rentangan dan normalitas terhadap variabel bobot dan ukuran badan, ukuran ambing dan puting dan produksi susu hasil pemerahan ditabulasi. Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat distribusi tiap variabel. Uji pengaruh perlakuan, dengan analisis varians (One-Way ANOVA). Sedangkan hubungan antara ukuran-ukuran badan dengan bobot badan, bobot badan dengan produksi susu dan ukuran ambing dan puting dengan produksi susu diduga dengan korelasi sederhana (bevariate) dan regresi (linear) Gambar grafik dengan sequence

(15)

15

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI

4.1 Bobot badan dan ukuran badan kambing PE di dataran tinggi dan dataran rendah

Pengukuran badan kambing PE dilakukan pada tempat datar dengan mengatur posisi ternak agar kedua kaki depan dam belakang berdiri tegak sehingga letak keempat kakinya merupakan segi empat. Pedoman pengukuran dilaksanakan sebagai berikut : Lingkar dada : diukur dengan melingkarkan pita ukur melingkar tubuh tepat di belakang siku (Oleoranon). Tinggi pundak : jarak tertinggi sampai tanah Panjang badan : diukur mulai dari benjolan tulang bahu sampai benjolan tulang tapis, Bobot badan : Kambing diangkat keatas timbangan selanjutnya bobot badan diperoleh dengan mengurangi bobot total dengan bobot sipengangkat.

Tabel 4.1 Rerata, Simpang Baku dan Normalitas Bobot Badan dan Ukuran Badan kambing PE di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah

Karakteristik kambing PE Rerata S B Rentangan Z p

Dataran Tinggi Lingkar Dada (cm) 91,6 5,4 82,0-99,0 0,4 0,9 Tinggi Badan (cm) 83,1 6,3 73,0-80,0 0,5 0,9 Panjang Badan (cm) 74,5 2,9 69,0-78,0 0,6 0,8 Bobot Badan (kg) 57,8 8,4 42,8-66,7 0,5 0,9 Dataran Rendah Lingkar Dada (cm) 87,0 3,1 82,0-90,0 0,8 0,6 Tinggi Badan (cm) 78,7 3,5 70,0-82,0 0,7 0,7 Panjang Badan (cm) 70,1 3,0 65,0-75,0 0,7 0,7 Bobot Badan (kg) 51,1 5,5 43,4-58,3 0,6 0,9 Z = Nilai Normalitas

(16)

16

SB = Simpang Baku p = Tingkat Kemaknaan

4.2 Produksi susu kambing PE di dataran tinggi dan dataran rendah

Pengukuran produksi susu dilakukan dengan cara pemerahan. Data produksi susu kambing PE yang dfipelihara di Desa Sepang, Kec. Busung Biu Buleleng dan Desa Paksabali, Kec. Dawan, Kab. Kelungkung ditampilkan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Rerata, Simpang Baku dan Normalitas Produksi Susu kambing PE di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah

Karakteristik kambing PE Rerata S B Rentangan Z p

Dataran Tinggi

Produksi Susu (liter) 1,7 0,2 1,5-2,0 1,1 0,2

Dataran Rendah

Produksi Susu (liter) 1,5 0,1 1,4-1,8 0,9 0,3

(17)

17

BAB 5 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA

Rencana tahap berikutnya adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data lingkungan daerah sampel (dataran tinggi dan dataran rendah).

2. Uji pengaruh perlakuan, dengan analisis varians (One-Way ANOVA ).

3. Analisis Hubungan antara ukuran-ukuran badan dengan bobot badan, bobot badan dengan produksi susu, ukuran ambing dan puting dengan produksi susu diduga dengan korelasi sederhana (bevariate) dan regresi (linear)

(18)

18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Data karakteristik kambing PE yaitu bobot dan ukuran badan, dan produksi susu di dataran tinggi (desa Sepang Buleleng dan dataran rendah desa Paksebali Klungkung), dengan Kolmogorov-Smirnov(K-S) dapat disimpulkan bahwa semua data berdistribusi normal (p > 0,05). Produksi susu kambing PE pada dataran tinggi 1,7 ± 0,2 liter dan pada dataran rendah 1,5 ± 0,1 liter

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas yaitu semua data berdistribusi normal analisis untuk mengetahui hubungan dan pengaruh perlakuan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan dilengkapi data pendukung seperti data lingkungan dan data pakan.

(19)

19

DAFTAR PUSTAKA

Bhinawa, I.G.N, IK Saka,IB Djagra, IB Mantra, IGG Putra dan IG Wenten, 1985. Kambing dan Domba Bagian Skor Kondisi. Penuntun Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar

Carlson,L.D. and A.C.Lhsich, 1970. Control of Energy Exchange.Cooler Mc.Milan,Ltd,London.

Devendra,C and Marca Burns, 1970. Goat Production in the Tropics. Commonewealth Agricultural Bucks Bureaaux Farnham Royal Bucks, England

Djegho,J. 1981. Penafsiran Berat Badan Berdasarkan Lingkaran Dada pada kambing Peranakan Etawah di dataran Tinggi Mbay Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur. Skripsi Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar

Hodgson,,R.E. 1973. That Fluid Called Milk. Jurnal Dairy Science, 56:500-505 Hafez,E.S.E, 1968. Adaption of Domestic Animal.les and Febiger,Philadhelpia http://www.kolombloggratis.org/2013/06/asal-usul-sejarah-kambing etawa.

Lana,K;K. Ardika dan IM Nitis, 1979. Pengaruh Kosentrat terhadap Dimensi Tubuh serta Korelasinya dengan Berat Badan Sapi Bali Jantan Kebiri yang dikandangkan.Proc. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan Bogor.

Lush,J.L, 1963. Animal Breeding plan. Iowa State University Press, Ames, Iowa.

Mukherjee,D.K,CSP Singh,HR Misra and S.Nath, 1982. Comparation of Corelation Between Body Weight and Measurement in Grey Bengal Goat. Muthalib, R.A. 2002. Kajian beberapa actor genetic dan non genetic terhadap

produktifitas kambing PE di Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan. V0l 5(3): 112-119

Partama. G IB, 1984. Hubungan antara Lingkar dada dengan berat badan sapi Bali umur 0-4 bulan. Skripsi Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar

Singh,CSP,HR Misra,BD Sarma, DK Mukherjee and DK Singh, 1979. A note of body Measurement of Black Bengal Coat.

Soewartono,H. Rahmat dan Kadarman, 1983. Bobot dan Ukuran-ukuran badan kambing peranakan Etawah di Jambi media Peternakan.

Steel,RGD and JH Torrie, 1980. Principle and Procedures of Statistik Mc Graw Hill Book Company Inc, New York.

Sudarisma,M, 1987. Hubungan antara bobot badan dengan lingkar dada pada kambing peranakan Etawah Betina. Skripsi Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar.

Smith, J.B. dan S.Mangkuwidjoyo. 1988. Pemeliharaan ,Pembiakan dan Penggunaan Hewan percobaan di Daerah Tropis. Cetakan Pertama UI Press. Jakarta.

Valdez,C.A, DV.Fagan and IB Vicera, 1982. The Corelation of body to external Messurement in Goast.

Wendra,K, 1985. Hubungan antara lingkar dada dengan berat badan sapi Bali Jantan umur 4-8 bulan. Skripsi Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar

Referensi

Dokumen terkait

Ispitivanjem elektri č ne provodljivosti sistema u kome je C/T odnos 1:2, pokazano je da dati surfaktantni sistem sa pove ć anjem udela vodene faze pokazuje porast elektri č

Sportivitas adalah sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh individu dalam seting olahraga yang menunjukan penghormatan terhadap aturan, official, konvesi sosial dan hormat pada

Penulis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan muatan lokal program hafalan AlQur‟an, bagaimana pelaksanaanya serta penilaianya dalam program hafalan

Perlu dilakukan penelitian atau kajian lanjutan untuk mengetahui perilaku imago parasitoid secara detail ketika berada di dalam habitat yang mengandung

Kegagalan material SA-210C ini dianalisa akibat tekanan internal maksimum fluida yang melewati pipa pada lokasi 1 melebihi perhitungan yang diizinkan, dengan penyebab

Metode yang dipakai dalam penyusunan kertas karya ini adalah dengan menggunakan metode pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Rancang Bangun

Untuk penerapan desain layout Promosi event untuk Sanggar Seni dan Budaya Paduraksa, tentu akan mengacu pada dasar penerapan layout yang terdiri dari tulisan, ilustrasi, dan