• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sulindawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sulindawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), BIAYA

OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), LOAN TO

DEPOSIT RATIO (LDR) DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH

NASABAH KREDIT TERHADAP KREDIT BERMASALAH PADA

LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KECAMATAN

BULELENG TAHUN 2012-2015

1

Kadek Yudi Bayu Pranata Dartika,

1

Nyoman Trisna Herawati,

2

Ni Luh Gede Erni

Sulindawati

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email:

{ybayu48@gmail.com

,

aris_herawati@yahoo.co.id

,

ernisulindawatiayu@yahoo.co.id

}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio

(CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit terhadap Kredit Bermasalah

pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan adalah data sekunder yaitu laporan laba rugi dan neraca selama 4 periode, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linear

berganda.

Hasil penelitian membuktikan secara individu Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah, Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah, Loan to

Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah, Tingkat

Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah. Sedangkan secara bersama-sama menunjukkan bahwa Capital Adequacy

Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit berpengaruh signifikan

terhadap Kredit Bermasalah.

Kata Kunci: CAR, BOPO, LDR, TPJNK, NPL

Abstract

This study aimed determining the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Cost of Operational Revenue (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Growth Rate of Credit Customers on Problem Credit at Village Credit Union (LPD) in Buleleng subdistrict in 2012-2015. This research was a quantitative research using secondary data, such as reports of profits and loss and balance sheet for 4 periods, that is, from year 2012 until year 2015 at village credit union (LPD) in Buleleng subdistrict, Buleleng district. The sampling technique in this research was purposive Sampling. The data analysis technique used was multiple linear regression analysis.

(2)

The results of this research proved partially Capital Adequacy Ratio (CAR) had a significant effect on Nonperforming credit, Operational Cost of Operational Revenue (BOPO) had a significant effect on Nonperforming credit, Loan to Deposit Ratio (LDR) had a significant effect on Nonperforming Credit, and Customers’ growth rate had a significant effect on Nonperforming credit. Meanwhile, simultaneously it was shown that Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Cost of Operational Revenue (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Growth Rate of Credit Customers had a significant effect on Nonperforming Credit.

Keywords: CAR, BOPO, LDR, TPJNK, NPL PENDAHULUAN

Masalah pembangunan yang masih membebani Bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Dengan kondisi seperti ini lembaga keuangan sangat dibutuhkan untuk

menunjang pembangunan

masyarakat desa. Menurut Martono (2004:9) ada dua lembaga keuangan di Indonesia yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. LPD merupakan lembaga keuangan non bank yang didirikan khusus untuk kepentingan mensejahterakan masyarakat desa pakraman saja, LPD tidak melayani masyarakat desa pakraman dari luar wilayah desa tempat LPD tersebut beroperasi. Aspek-aspek pendukung yang ada di dalam LPD harus mendapat perhatian yang baik dari manajemen.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan LPD adalah menerima atau menghimpun dana dari masyarakat desa dalam bentuk tabungan dan deposito, memberikan pinjaman hanya kepada masyarakat desa, menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan dan menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank Pembangunan Daerah Bali. LPD sebagai lembaga keuangan desa mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya, sehingga dalam operasionalnya perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan.

Karena LPD masih

mengandalkan kredit sebagai pemasukan utama dalam membiayai

operasionalnya. Namun tidak semua kredit yang digelontorkan tersebut bebas dari risiko, sebagian dari mereka memiliki risiko yang cukup besar dan dapat mengancam kesehatan LPD. Untuk itu, kualitas kredit haruslah sangat diperhatikan. Karena jika terjadi banyak kredit bermasalah maka akan sangat merugikan LPD itu sendiri. Bagi para nasabah yang telah mempercayakan dananya pada LPD tersebut, maka LPD harus menjamin pengembalian pokok beserta bunganya. Selanjutnya dana tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Selisih bunga antara bunga tabungan dengan bunga pinjaman tersebut yang menjadi keuntungan LPD. Pada selisih tersebut letak risiko terbesar yang mungkin dialami, karena LPD harus tetap membayar pengembalian pokok nasabah beserta bunganya sesuai dengan kontrak yang disepakati, akan tetapi nasabah tidak ikut menanggung risiko kerugian yang mungkin terjadi karena kredit yang mungkin bermasalah.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh capital adequacy ratio/CAR terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015. (2) untuk mengetahui pengaruh biaya operasional pendapatan operasional/BOPO terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015. (3) untuk mengetahui

(3)

pengaruh loan to deposit ratio/LDR terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015. (4) untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015.(5) untuk mengetahui pengaruh capital adequacy ratio/CAR, operasional pendapatan operasional/BOPO, loan to deposit ratio/LDR, dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh secara bersama-sama terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015.

Dalam penelitian ini, non performing loan digunakan sebagai suatu indikator dari kinerja suatu LPD yang akan dijadikan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai oleh suatu LPD. Tingginya tingkat NPL menunjukkan kesehatan LPD yang rendah karena banyak sekali terjadi kredit bermasalah di dalam kegiatan LPD tersebut. Tingginya rasio Non-Performing Loan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor eksternal dan juga internal.Faktor eksternal contohnya adalah fenomena ekonomi yang terjadi baik secara global maupun nasional sementara untuk faktor internal contohnya adalah kebijakan-kebijakan kredit yang diambil oleh LPD yang bersangkutan. Kebijakan-kebijakan kredit yang diambil meliputi penetapan suku bunga

kredit, jangka waktu

pembayaran/pelunasan, jenis-jenis kredit yang disediakan, dan lain-lain. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004 : 231).

Untuk mengurangi resiko yang terjadi dari masalah kredit, maka

bank menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR), (Ali, 2004 : 264). Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan indikator permodalan dijadikan variabel yang mempengaruhi NPL didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko LPD itu sendiri. Kecukupan modal berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat. Baik buruknya kemampuan LPD dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat sejalan dengan tinggi rendahnya CAR LPD tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan suatu LPD. Batas minimum CAR yang harus dipenuhi pada saat ini sebesar 12% dari permodalan terhadap aktiva yang mengandung risiko (Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Suli Astrini (2014), bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan dari CAR terhadap NPL pada lembaga perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2012. Hasil yang berbeda diperoleh Eki Kurniawan (2015) pada bank umum go public yang terdaftar di bursa efek indonesia di mana CAR tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah. Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat pada LPD. H1 : Capital adequacy ratio berpengaruh dan signifikan terhadap kredit bermasalah.

Untuk mengetahui seberapa efektif penyaluran kredit LPD, yang salah satunya merupakan kegiatan operasional LPD, maka digunakan rasio BOPO. Biaya Operasional

(4)

Pendapatan Operasional (BOPO), yaitu rasio operasional yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan operasional. Menurut Nila (dalam Ari Suryani, 2015:36), biaya operasional LPD yang terlalu tinggi atau besar, sama dengan pendapatan operasional tidak akan mendatangkan keuntungan bagi LPD. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya dalam hal ini biaya tidak terkontrol yang pada akhirnya menyebabkan pendapatan menurun hingga berujung pada menurunnya kualitas kredit karena kurangnya pendapatan untuk menutupi kegiatan operasional penyaluran kredit.

Penelitian yang dilakukan oleh Iksan Adisaputra (2012) pada PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk, bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap kredit bermasalah. Hasil yang berbeda diperoleh Eki Kurniawan (2015) pada bank umum go public yang terdaftar di bursa efek indonesia di mana BOPO tidak berpengaruh terhadap kredit bermasalah.

H2: Biaya operasional pendapatan operasional berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.

Kasmir (2008:225)

menyatakan loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio untuk mengukur perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri. Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100 % (Peraturan

Bank Indonesia Nomor

12/PBI/2010). Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga

yang diperoleh akan meningkat begitu juga dengan risiko kreditnya.

Penelitian Anin Diyanti (2012) pada Bank Umum Konvensional yang Menyediakan Layanan Kredit Pemilikan Rumah Periode 2008-2011 menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap kredit bermasalah. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan Soebagio (2005) pada Bank Umum Konvensional menemukan hasil yang berbeda di mana LDR tidak berpengaruh signifikan kredit bermasalah.

H3 : Loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.

Kasmir (2005:208)

menyatakan bahwa transaksi yang dilakukan oleh nasabah merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Nasabah kredit merupakan salah satu bagian dari sumber pendapatan LPD. Secara logika dapat diketahui apabila dalam suatu LPD jumlah nasabahnya meningkat maka LPD tersebut akan memperoleh keuntungan yang meningkat. Yang berarti juga semakin banyak jumlah nasabah kredit maka risiko akan kredit bermasalah akan semakin besar. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil hipotesis sebagai berikut: H4 : Tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.

Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh secara bersama-sama antara capital adequacy ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit, terhadap kredit bermasalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng. Hipotesis yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

H5: Capital adequacy ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio,

(5)

dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh secara bersama-sama terhadap kredit bermasalah.

METODE

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data penelitian berupa angka-angka dan analisisnya dengan menggunakan statistik (SPSS). Data kuantitatif yang dimaksud berasal dari laporan keuangan dan laporan kegiatan dari masing-masing LPD di Kecamatan Buleleng yang dijadikan sampel dalam penelitiaan ini. Data kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui capital adequacy ratio, BOPO, loan to deposit ratio, tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit dan kredit bermasalah pada LPD di Kecamatan Buleleng pada tahun 2012-2015.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut bersumber dari laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca selama 4 periode, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2009:122). Data tersebut bersumber dari laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca

selama 4 periode, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan pola pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan, yaitu Uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Uji statistik deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum.

Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusannya yaitu apabila signifikan hitung > 0,05 maka data berdistribusi normal demikian sebaliknya bila signifikan hitung < 0,05 data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2011). Uji Multikolinearitas dapat diketahui dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance > 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) < 10, maka dapat dikatakan model regresi telah bebas dari masalah multikolinearitas (Ghozali, 2011:106).

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel glejser. Uji hipotesis terdapat uji regresi berganda, uji t, uji F, serta koefisien determinasi adjusted R Square, yang bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara variabel independen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji statistik deskriptif pada penelitian ini menunjukkan

(6)

variabel Capital Adequacy Ratio memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 8,978 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 64,918. Sementara standar deviasi (standart deviation) sebesar 12,702613 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) yaitu sebesar 22,78425. Nilai terendah (minimum) dari variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional adalah 66,002, nilai tertinggi (maximum) adalah 90,797, nilai rata-rata (mean) adalah 77,87190 dengan standar devisiasi adalah 5,775414. Variabel Loan to Deposit Ratio memiliki nilai terendah (minimum) adalah 51,524, nilai tertinggi (maximum) adalah 243,422, nilai rata-rata (mean) adalah 94,69170 dengan standar devisiasi adalah 36,255051. Variabel Tingkat Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit memiliki nilai terendah (minimum) adalah (-21,495), nilai tertinggi (maximum) adalah 33,074, nilai rata-rata (mean) adalah 0,95193 dengan standar devisiasi adalah 9,785079. Sedangkan untuk variabel Non Performing Loan memiliki nilai terendah (minimum) adalah 0,023, nilai tertinggi (maximum) adalah 18,537, nilai rata-rata (mean) adalah 3,85875 dengan standar devisiasi adalah 4,068779.

Uji normalitas sebaran data yang dilakukan pada data Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, dan Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit berdasarkan hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa angka-angka signifikansi lebih besar dari 0,05 yang dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Uji multikolinieritas dapat diuji dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk

masing-masing variabel bebas. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas nilai VIF dari masing-masing variabel bebas berjumlah kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tidak mempunyai gejala multikolinearitas atau tidak ada hubungan antar variabel independen. Nilai DW sebesar 1,814 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 60 (n) dan jumlah sampel independen 4(k=4). Oleh karena nilai DW 1,814 lebih besar dari batas 1727 dan kurang dari 4-1.727 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat digunakan uji Glejser. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi antar variabel independen dengan absolut residual lebih besar dari 0,05. maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

Setelah data yang diuji memenuhi persyaratan untuk uji asumsi klasik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis yakni dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen.Analisis ini juga memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apabila positif atau negatif.

(7)

Tabel 1

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -9,651 4,156 -2,322 ,024 CAR -,094 ,021 -,293 -4,549 ,000 BOPO ,166 ,056 ,236 2,988 ,004 LDR ,027 ,009 ,237 3,102 ,003 TPJNK ,208 ,034 ,500 6,188 ,000 a. Dependent Variable: NPL Sumber: Output SPSS 24.0, 2017 Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai konstanta (@) sebesar 9,651 persamaan koefisien β1 = (-0,094): β2 = 0,166: β3 = 0,027: β4 = 0,208. Nilai konstanta dan nilai koefisien regresi (α, β1, β2, β3, β4 ) ini

dapat dibuat suatu persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut: Y = - 9,651 –0,094X1 + 0,094 X2 + 0,027X3 – 0,208X4 + e Tabel 2 Hasil Uji F ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 782,894 4 195,723 55,532 ,000b Residual 193,849 55 3,525 Total 976,743 59 a. Dependent Variable: NPL

b. Predictors: (Constant), TPJNK, CAR, LDR, BOPO Sumber: Output SPSS 24.0, 2017

Uji F digunakan untuk mengetahui variabel bebas yang terdiri dari capital adequacy ratio (X1), biaya operasional pendapatan operasional (X2), loan to deposit ratio (X3) dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit (X4) secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat yaitu kredit bermasalah (Y). Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa H0 ditolak dan H5 diterima. Dengan demikan dapat dikatakan bahwa capital adequacy ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa CAR, BOPO, LDR dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh secara bersama-sama dapat diterima.

(8)

Tabel 3 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -9,651 4,156 -2,322 ,024 CAR -,094 ,021 -,293 -4,549 ,000 BOPO ,166 ,056 ,236 2,988 ,004 LDR ,027 ,009 ,237 3,102 ,003 TPJNK ,208 ,034 ,500 6,188 ,000 a. Dependent Variable: NPL Sumber: Output SPSS 24.0, 2017

Pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari tingkat signifikansi. Keempat variabel independen yaitu: capital adequacy ratio (X1), biaya operasional pendapatan operasional

(X2), loan to deposit ratio (X3) dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit (X4) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (kredit bermasalah) karena nilai signifikansi

> 0,05.

Tabel 4.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,895a ,802 ,787 1,877374

a. Predictors: (Constant), TPJNK, LDR, BOPO, CAR b. Dependent Variable: NPL

Sumber: Output SPSS 24.0, 2017 Berdasarkan hasil output SPSS tampak bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,787. Hal ini menunjukkan bahwa besar persentase variasi kredit bermasalah yang bisa dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu capital

adequacy ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit sebesar 78,7% sedangkan sisanya 21,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.

PEMBAHASAN

Pengaruh Capital Adequacy Ratio

(CAR) Terhadap Kredit

Bermasalah

Pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa capital adequacy ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit

bermasalah. Hasil dari uji t menyatakan bahwa nilai sig. thitung variabel capital adequacy ratio adalah 0,000 < α = 0,05, sehingga pada variabel capital adequacy ratio berpengaruh secara signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lemabaga Perkredita Desa (LPD) di

(9)

Kecamatan Buleleng tahun 2012-2015.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Iksan Adiputra (2012) Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk yang menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Non Performing Loan.hasil yang sama juga diperoleh Km. Suli Astrini (2014) pada Lembaga Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2012 yang menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap Non Performing Loan.

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Kredit Bermasalah

Hasil pengujian kedua diperoleh bahwa biaya operasional pendapatan operasional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kredit bermasalah. Hasil dari uji t menyatakan bahwa nilai sig. thitung variabel biaya operasional pendapatan operasional adalah 0,004 < α = 0,05, sehingga pada variabel biaya operasional pendapatan operasional berpengaruh secara signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lemabaga Perkredita Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng tahun 2012-2015.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Iksan Adisaputra (2012) pada PT. Bank Mandiri (PERSERO) TBK, bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah.

Pengaruh Loan to Deposit Ratio

(LDR) Terhadap Kredit

Bermasalah

Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa loan to deposit ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kredit bermasalah. Hasil dari uji t menyatakan bahwa nilai sig. thitung

variabel loan to deposit ratio adalah 0,003 < α = 0,05, sehingga pada loan to deposit ratio berpengaruh secara signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lemabaga Perkredita Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng tahun 2012-2015.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Iksan Adiputra (2012) yang menyatakan bahwa variabel loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Km. Suli Astrini (2014) yang menyatakan bahwa variabel loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan pada Lembaga Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2012.

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit Terhadap Kredit Bermasalah

Hasil pengujian diperoleh bahwa tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kredit bermasalah. Hasil dari uji t menyatakan bahwa nilai sig. thitung variabel tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit adalah 0,000 > α = 0,05, sehingga pada variabel tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh secara signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lemabaga Perkredita Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng tahun 2012-2015.

Pengaruh Capital Adequacy Ratio

(CAR), Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit Terhadap Kredit Bermasalah

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa variabel capital adequacy

(10)

ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh secara bersama-sama terhadap kredit bermasalah. Untuk mengetahui secara keseluruhan antara variabel bebas terhadap variabel terikat adalah dengan analisis uji F dengan derajat signifikansi 5% atau 0,05. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama hasil analisis menunjukkan bahwa uji F rasio untuk model regresi adalah 0,000 dengan signifikansi F sebesar 55,530 dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 artinya secara keseluruhan semua variabel yang terdiri dari variabel capital adequacy ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kredit bermasalah pada Lemabaga Perkredita Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng tahun 2012-2015.

Kesimpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

(1) Capital adequacy ratio berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015.

(2) Biaya operasional pendapatan operasional berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015.

(3) Loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di

Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015.

(4) Tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng Tahun 2012-2015.

(5) Capital adequacy ratio, biaya operasional pendapatan operasional, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh secara bersama-sama terhadap kredit bermasalah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

Penelitian selanjutnya dapat memperluas area penelitian. Tidak hanya mencakup wilayah Kecamatan saja, melainkan dapat memperluas area penelitian seperti Kabupaten dan Provinsi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada 5 variabel saja, untuk itu sebaiknya pada penelitian selanjutnya perlu menambah variabel lain berupa variabel bank size, suku bunga kredit sehingga dapat diketahui dengan pasti penyebab terjadinya kredit bermasalah.

Sebaiknya pada penelitian selanjutnya menggunakan data dengan periode yang lebih panjang dan lebih sesuai dengan pada tahun saat ini, sehingga data yang digunakan lebih aktual.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, Ikhsan. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Non

Performing Loan Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

(11)

Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Ali, Masyhud. 2004. Asset Liability Management, Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional dalam Perbankan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Astrini, Km Suli. 2014. Pengaruh CAR, LDR, dan Bank Size terhadap NPL pada Lembaga Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 – 2012. E-Jurnal Bisma Undiksha Jurusan Manajemen Vol. 2. Hal 6-7. Bank Indonesia. 2001. Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.

---. 2010. Peraturan Bank

Indonesia Nomor

12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Bungin, Burhan. 2009. Metode

Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Diyanti, Anin. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Terjadinya Non-Performing Loan (Studi Kasus pada Bank Umum Konvensional yang Menyediakan Layanan Kredit Pemilikan Rumah Periode 2008-2011). Skripsi. Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS 19 (Edisi Kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.

Gubernur Bali. 1984. Surat Keputusan Gubernur No. 972

Tahun 1984 tentang Pendirian Lembaga Perkreditan Desa di Provinsi Bali.

---. 2013. Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa Sebagaimana Telah Di Ubah Beberapa Kali Terakhir Dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2002 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa.

Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

---. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kurniawan, Eki. 2015. Pengaruh LDR, CAR, BI Rate, BOPO Dan ROA Terhadap Tingkat Risiko Kredit Pada Bank Umum Go Public Di Indonesia (Studi Pada Bank Umum Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2014). Jurnal Akuntansi. Vol. 2. Hal 20.

Martono. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: CV. ADIPURA.

Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal, dan Ferry N Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal Dkk. 2013.

Commercial Bank

ManageMent: Manajemen Perbankan Dari Teori Ke

(12)

Praktik. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta: Rajawali Pers.

Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets and Liability (Edisi Ketiga). Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Simorangkir. 2004. Pengantar Lembaga Keungan Bank dan Non Bank. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Pengantar 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Suyanto. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Caps.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti akan mengkaji secara lebih mendalam aplikasi kurikulum seni bu- daya di SD/MI yang dapat mendo- rong creative thinking

Menerima stimulasi (rangsangan), pada dasarnya orang membutuhkan sejumlah variasi dan perubahan yang sehat dalam hidupnya. Mereka membutuhkan pengalaman yang merangsang

ARB merupakan golongan obat yang bekerja sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi seperti hipertensi renovaskular dan

Dalam usaha penyediaan energi listrik yang handal dan efisien inilah Unit Pembangkitan Suralaya merupakan salah satu perusahaan yang mengoperasikan mesin pembangkit listrik

Masalah yang akan diselesaikan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian yang berjudul “Pemanfaatan limbah tongkol jagung sebagai bioetanol dengan

Jumlah traffic di Bandar Domine Eduard Osok Sorong meningkat dari waktu ke waktu, namun keteraturan pergerakan kendaraan operasional di area airside belum memenuhi

menunjukkan nilai p (0,002) &lt; 0,05 H0: ditolak dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna inisiatif guru terhadap kreativitas belajar siswa pada