• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Secara umum, potensi sumber daya kelautan di seluruh Nusantara Indonesia mencapai 6,26 juta ton ikan per tahun. Sampai dengan tahun 2000 lalu, potensi kelautan baru dimanfaatkan 5,1 juta ton per tahun. Pemanfaatannya juga terbatas pada ikan untuk dikonsumsi langsung dan olahan ikan secara tradisional. Total hasil tangkap laut tersebut yang langsung untuk konsumsi ikan segar 61,04 persen, olahan tradisional 28,46 persen, olahan modern 10,33 persen. Hasil tangkap laut tersebut menjadi komoditi ekspor yang luar biasa. Ekspor olahan ikan Indonesia pada tahun 2000 mencapai 703.155 ton. Dari total jumlah ekspor tersebut, 80 persennya didominasi oleh produk olahan modern.1

Salah satu hasil akhir produk olahan modern yang kini kian ramai pasarnya ialah filet. Filet adalah daging tanpa tulang yang dikemas setelah melewati proses penyamakan dan pemisahan daging dari duri dan kepala ikan. Biasanya ikan yang digunakan dalam industri ini adalah ikan kakap. Filet ikan kakap merupakan salah satu industri perikanan yang banyak diminati konsumen dan diproduksi dalam skala besar terutama untuk tujuan ekspor sehingga berkembang sangat pesat di Indonesia, khususnya di sepanjang pantai utara Jawa (pantura) yaitu di Tegal, Batang, Pekalongan, dan Rembang. Diantara kota-kota tersebut, kota yang paling menonjol dengan industri filet ikannya adalah kota Tegal. Di kota ini terdapat puluhan hingga ratusan pemilik usaha pengolahan ikan yang bergerak dibidang filet ikan, tepatnya di kompleks pelabuhan dan permukiman nelayan desa Tegalsari Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.

(2)

Potensi produk filet ikan di desa ini sangat besar. Setiap hari lebih dari 25 kuintal filet ikan dapat dihasilkan oleh setiap industri rumahan. Dua kali dalam seminggu, dua ton filet ikan disetorkan untuk menyuplai kebutuhan pabrik kerupuk di Jakarta. Sedikitnya tujuh hingga delapan ton filet ikan disalurkannya setiap minggu di luar pesanan wajib pabrik kerupuk ke daerah Bandung, Lampung, dan beberapa daerah lain. Sedangkan pabrik pengolahan filet ikan berskala besar berkapasitas hingga 60 ton per hari. Secara keseluruhan, kapasitas produksinya mencapai ± 425 ton pertahun.2

Proses produksi filet ikan yang melimpah tersebut menghasilkan limbah yang terdiri dari dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa duri, kulit, dan kepala ikan. Limbah padat yang dihasilkan dari proses pembuatan filet tersebut biasanya dikumpulkan dalam wadah besar yang kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah. Sementara limbah cair biasanya dialirkan ke dalam saluran dari gorong-gorong yang tertampung di kolam berbentuk lingkaran seperti sumur. Kedua jenis limbah ini seringkali menimbulkan bau busuk yang menyengat akibat dibiarkan mengering di udara terbuka, hal ini tentu saja menimbulkan kerugian yang diderita seluruh masyarakat di sekitar Kota Tegal.

Kulit ikan sebagai salah satu limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan ikan menjadi bentuk filet tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Jika setiap hari lebih dari 25 kuintal filet ikan dapat dihasilkan oleh setiap industri rumahan, belum lagi dari industri-industri lain yang lebih besar, maka tidak terbayang berapa jumlah kulit ikan yang terbuang dalam setiap proses pembuatan filet ikan tersebut. Dan berapa banyak pencemaran yang dihasilkan oleh kulit ikan tersebut. Oleh karena itulah diperlukan sebuah eksperimen berupa eksplorasi dan eksploitasi material secara lebih mendalam terhadap limbah kulit ikan ini agar material yang semula menjadi sampah dan sumber pencemaran air, tanah, dan udara di sekitar kota Tegal tersebut nantinya dapat lebih termanfaatkan dan memiliki nilai guna yang lebih. Hasil eksperimen ini diharapkan dapat menjadi

(3)

alternatif bahan baku bagi industri kerajinan kecil sehingga selain mengurangi angka pencemaran, dalam jangka panjang juga diharapkan dapat memberi lahan perkerjaan baru bagi masyarakat kota Tegal.

1.2 Batasan Masalah

Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) di Yogyakarta adalah salah satu lembaga penelitian yang meneliti kulit ikan sebagai material yang berpotensi untuk menjadi material alternatif pengganti bagi kulit sapi, kulit kambing, dan kulit ternak lain. Oleh karena itu di lembaga ini kulit ikan kakap diperlakukan sama seperti kulit ternak yaitu melewati tahap eksperimen yang berupa proses penyamakan, yaitu proses penghilangan bau dan pengawetan kulit. Selain tidak berbau amis dan tahan lama, setelah melewati proses penyamakan tersebut kulit ikan menjadi lebih lentur, halus, dan elastis layaknya kulit ternak, namun karakter kulit ikan justru tenggelam dan tidak terlihat bedanya dengan kulit ternak lain seperti kulit sapi atau kulit kambing.

Karena Penelitian ini mendapat dukungan dari pihak BBKKP dan bertujuan untuk meningkatkan nilai guna dan manfaat kulit ikan kakap, maka pada penelitian ini eksplorasi dibatasi pada ekperimen-eksperimen sederhana yang dilakukan pada material kulit ikan yang telah mengalami setengah proses penyamakan. Kulit ikan setengah tersamak tersebut sudah tidak berbau amis dan tahan lama namun belum melalui proses peminyakan, pewarnaan, proses platting, dan finishing sehingga karakter kulit ikan belum hilang dan berpeluang untuk dilakukan proses eksperimen dan eksplorasi secara lebih mendalam tanpa menghilangkan karakter kulit ikan. Eksplorasi yang dilakukan dibatasi pada eksplorasi dengan bantuan teknologi sederhana yang kemudian pengaplikasiannya dilakukan dengan optimal.

1.3 Tujuan

Tujuan dari dilakukannya eksperimen ini adalah untuk mengetahui reaksi material kulit ikan kakap tersamak terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan. Dengan mengetahui sifat-sifat material serta reaksinya terhadap berbagai perlakuan

(4)

tersebut maka dapat ditentukan pengaplikasiannya dengan tepat sehingga dihasilkan standar produksi tertentu yang dapat diberikan pada pengrajin-pengrajin industri kecil. Dengan begitu material kulit ikan kakap memiliki nilai guna dan manfaat yang lebih tinggi daripada sekedar sampah dan limbah pencemar lingkungan.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Metode Penelitian yang digunakan adalah :

a. Studi literatur, seperti buku-buku mengenai material kulit, khususnya kulit ikan, serta buku-buku yang membahas mengenai pengolahannya mulai dari buku yang dijual secara umum maupun laporan tugas akhir, tesis, dan diktat yang berhubungan dengan eksperimen yang dilakukan.

b. Wawancara langsung dengan pihak yang ahli mengolah kulit ikan, khususnya kulit ikan kakap, seperti para peneliti di BBKKP Yogyakarta, serta ahli-ahli di bidang-bidang yang akan dieksperimenkan seperti ahli pewarnaan, maupun wawancara mengenai alat dan mesin yang memungkinkan untuk digunakan dalam eksperimen kulit ikan ini, juga teknisi dalam proses uji tarik, uji rekat, dll.

c. Mengumpulkan dokumentasi aplikasi kulit ikan maupun kulit-kulit lain seperti kulit ternak, reptil, dll di Indonesia mulai dari aplikasi sebagai bahan baku produk-produk fesyen hingga produk-produk furnitur dan elemen estetis interior rumah dan mobil.

d. Melakukan percobaan-percobaan guna mengetahui reaksi yang dihasilkan dari material kulit ikan kakap tersebut. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai macam peralatan mulai dari peralatan sederhana sampai dengan mesin-mesin yang pada awalnya tidak dikhususkan sebagai mesin pengolah kulit ikan.

(5)

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam laporan eksperimentasi ini, sistematika pembahasan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Bab 2 Sifat Dasar Material Kulit Ikan Kakap

Pada bab ini akan dibahas mengenai sifat-sifat kulit ikan kakap yang telah setengah tersamak mulai dari tekstur kantung sisiknya sampai dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat kulit ikan kakap tersebut.

Bab 3 Eksperimentasi Material

Pada bab ini akan dideskripsikan proses-proses eksperimentasi yang dilakukan termasuk juga kendala maupun hasil yang diperoleh.

Bab 4 Analisis hasil eksperimen

Adalah kesimpulan-kesimpulan dan hasil analisis dari hasil eksperimen yang dapat berguna sebagai penyusunan konsep desain.

Bab 5 Aplikasi Hasil Eksperimen pada Produk

Merupakan paparan konsep-konsep pada produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan merupakan pemanfaatan dari hasil eksperimen yang telah dilakukan.

Bab 6 Kesimpulan dan saran

Pada bab terakhir ini akan dikemukakan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari eksperimen dan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, dan dikemukakan juga beberapa saran mengenai hal-hal yang ditemukan oleh penulis selama melakukan proses eksperimentasi.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29 ayat (4) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan, maka perlu

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

M.H., yang pada pokoknya mendalilkan bahwa Para Teradu Panwas Kota Pematangsiantar, Darwan Edyanto Saragih, Ketua selaku Teradu I, Manuaris Sitindaon Anggota selaku

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Menyikapi hal tersebut dan perkembangan kemajuan TIK pada abad ke-21 yang terus berkembang pesat, maka Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) pada

Penduduk menyerahkan Kartu Keluarga kepada bagian administrasi , kemudian bagian administrasi melakukan pembuatan Surat Keterangan Berkelakuan Baik sesuai dengan

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan