Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi
PSIKOLOGIA
ISSN: 185-0327
www.jurnal.usu.ac.id/psikologia
HUBUNGAN ANTARA BELIEF IN JUST WORLD DENGAN
PERILAKU MENOLONG PENGEMIS
Title in English:
THE RELATIONSHIP BETWEEN BELIEF IN JUST WORLD WITH
HELPING BEHAVIOR TO BEGGARS
Sri Saputri, dan Omar Khalifa Burhan
Psikologia: Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi Tahun 2015, Vol. 10, No. 1, hal. 31-36
Artikel ini dapat diakses dan diunduh pada: www.jurnal.usu.ac.id/psikologia
Editor:
Omar K. Burhan Indri Kemala Vivi Gusrini Pohan
Dipublikasikan oleh:
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Jl. Dr. Mansyur No. 7 Medan. Telp/fax: 061-8220122 Email: psikologia@usu.ac.id
Korespondensi mengenai penelitian ini dapat dilayangkan kepada Sri Saputri melalui email: sri30saputri@gmail.com
Rekomendasi mensitasi:
Saputri, S., & Burhan, O. K. (2015). Hubungan Antara Belief In Just World Dengan Perilaku Menolong Pengemis. Psikologia, 10(1), 31-36.
HUBUNGAN ANTARA BELIEF IN JUST WORLD DENGAN
PERILAKU MENOLONG PENGEMIS
Sri Saputri*, dan Omar Khalifa Burhan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penelitian ini hendak melihat kaitan antara tingkat belief in just world yang dimiliki oleh individu dengan perilaku memberikan sumbangan kepada pengemis jalanan yang merupakan bentuk pelanggaran hukum. Belief in just world merupakan kepercayaan seseorang bahwa dunia adalah tempat yang adil, dimana hal-hal yang baik akan dibalas dengan yang baik, sedangkan hal-hal-hal-hal yang buruk akan dibalas dengan yang buruk. Penelitian mengenai belief in just world pernah dilakukan di Barat, tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, semakin tinggi belief in just world yang dimiliki oleh individu maka akan semakin tinggi kecenderungan terjadi perilaku menolong pengemis yang dilakukan oleh individu tersebut.
Kata-kata kunci: Belief in just world, perilaku menolong, pengemis
THE RELATIONSHIP BETWEEN BELIEF IN JUST WORLD WITH
HELPING BEHAVIOR TO BEGGARS
ABSTRACT
This research examined the relation between the belief in just world and helping behaviour to beggars. Specifically, we examined the relation between the belief in just world owned by individual and their behaviour contributed to street beggar which is a violation of law. Belief in just world is belief in a person that the world is a place of fair, in which things that are good will get goodness as reprisal, while bad things will of reprisal with bad. Research on belief in just world has been done in the west but this research result in contrast with the results of previous research. The results of this research show that there is a relation between the belief in just world and helping behavior to beggars. Consistent with the hypothesis that submitted, the higher the belief in just world that is owned by the individual, the higher the tendency to help beggars, performed by the individual.
Keywords: Belief in just world, helping behavior, beggars Permasalahan pengemis merupakan
masalah yang serius di kota Medan, berdasarkan data dari Dinas Sosial Sumut, 2009 tercatat 3.440 orang pengemis, sedangkan di tahun 2012 meningkat mencapai 12.680 (Suadi, 2014). Saat menjelang hari-hari besar keagamaan termasuk ramadhan dan lebaran jumlah pengemis juga meningkat. Banyak dari mereka berkeliaran di persimpangan-persimpangan lampu merah, mendatangi
rumah-rumah ibadah, rumah-rumah warga, pertokoan dan kantor-kantor pemerintah dan swasta (Safitri, 2009).
Hal ini membuat dinas sosial dan tenaga kerja (Dinsosnaker) kota Medan kesulitan menangani para pengemis, meskipun mereka sudah melakukan beberapa upaya untuk penanganan, pembinaan dan rehabilitasi sosial agar para pengemis tidak kembali lagi ke jalanan (Dinsosnaker, 2013). Pemerintah juga
32
membuat peraturan yang melarang orang-orang untuk mengemis, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 504, buku ketiga bab dua tentang pelanggaran ketertiban umum (Solahuddin, 2007). Sayangnya, berbagai upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut tidak efektif.
Masyarakat tetap memberikan sumbangan kepada pengemis, meskipun sudah adanya larangan untuk memberikan sumbangan. Hal ini masih terjadi, karena memberikan sumbangan terhadap seseorang merupakan bentuk perilaku menolong (Wrightsman & Deaux, 1981), yang secara umum dianggap sebagai perilaku yang baik dan positif, dapat menguntungkan orang lain (Baron & Branscombe, 2012). Peneliti menarik kesimpulan bahwa masyarakat menganggap memberikan sumbangan kepada pengemis merupakan suatu perbuatan yang baik di dalam norma masyarakat dan inilah yang akan memberikan penguatan bagi pengemis.
Perilaku menolong merupakan tindakan yang memberi keuntungan bagi orang lain (Hogg & Vaughan, 2002). Memberikan sumbangan kepada pengemis adalah bentuk perilaku donation, yang merupakan dimensi dari perilaku menolong (Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu perilaku memberikan uang atau barang kepada seseorang yang membutuhkan.
Penelitian ini ingin mengetahui apa yang membuat orang-orang tidak mematuhi larangan memberikan sumbangan kepada pengemis. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
stakeholders seperti Dinas Sosial, untuk
menjadi landasan dalam mengkonstruksi strategi pengurangan pengemis di jalanan.
Di dalam penelitian ini, faktor yang akan ditelaah adalah belief in just world, yaitu sebuah konsep tentang kepercayaan seseorang bahwa mereka hidup di dunia yang setiap orang akan memperoleh apa yang sepatutnya ia peroleh, hal-hal yang baik akan dibalas dengan yang baik, sedangkan hal-hal yang buruk akan dibalas dengan yang buruk (Montada & Lerner, 1998). Orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya belief in just world, mereka akan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang adil dan hal itu dipengaruhi oleh perilaku sosialnya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin kuat individu memegang belief in just world maka semakin kuat juga kewajibannya untuk berperilaku sesuai dengan aturan keadilan (Dalbert, Lipkus, Sallay, & Goch, 2001).
Berdasarkan fenomena lapangan yang peneliti lihat, pada orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya belief in just
world terlihat memiliki perilaku menolong
yang tinggi, dimana seharusnya orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya
belief in just world akan berperilaku sesuai
dengan aturan. Dalam hal ini, saat seseorang melihat ada pengemis yang membutuhkan pertolongan, seseorang itu tidak akan memberikan pertolongan kepada pengemis karena ia memiliki kepercayaan adanya belief in just world sehingga ia percaya seseorang jadi pengemis karena kesalahan yang telah dibuatnya sendiri sehingga pantas untuk seseorang tersebut jadi pengemis. Tetapi peneliti melihat fenomena yang terjadi khususnya di kota Medan, orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya belief
in just world menunjukkan perilaku tidak
sesuai dengan aturan; orang-orang tersebut terus saja memberikan sumbangan kepada
pengemis walaupun banyak upaya dan peraturan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk tidak boleh menolong pengemis.
Dengan demikian, peneliti menduga bahwa secara psikologis, perilaku individu yang terus saja memberikan sumbangan berupa uang atau barang kepada pengemis dapat didasari pada belief in just world yang dimilikinya. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara belief in just
world dengan perilaku menolong
pengemis.
METODE
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasi. Penelitian kuantitatif korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan variabel penelitian (Juliandi & Irfan, 2013). Adapun variabel yang diuji korelasinya dalam penelitian ini adalah korelasi antara variable belief in just world dengan variabel perilaku menolong pengemis.
Partisipan
Subjek yang ikut berartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 60 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
non-random sampling, yaitu incidental
sampling.
Alat ukur
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat ukur berupa skala psikologi, yaitu skala belief in just
world dan skala perilaku menolong
pengemis. Masing-masing skala tersebut disusun dengan menggunakan Skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban. Untuk skala perilaku menolong pengemis
pilihan jawabannya tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Sedangkan untuk skala
belief in just world pilihan jawabannya
sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.
Skala perilaku menolong pengemis berisikan 10 aitem dengan mengacu pada salah satu dimensi yaitu donation yang diungkapkan oleh Wrightsman dan Deaux (1981). Koefisien Cronbach Alpha
menunjukkan bahwa alat ukur ini reliabel (α = 0,87).
Skala belief in just world berisikan 8 aitem dengan definisi belief in just world yang dikemukakan oleh Montada dan Lerner (1998). Koefisien Cronbach Alpha menunjukkan bahwa alat ukur ini reliabel (α = 0,78).
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap pengolahan data. Uji coba alat ukur melibatkan mahasiswa yang berdomisili di Medan untuk melihat validitas dan reliabilitas skala belief in just
world dan skala perilaku menolong
pengemis. Setelah melakukan uji coba alat ukur peneliti menguji daya beda aitem, validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer
SPSS version 18.0 for Windows. Aitem
yang akan digunakan untuk pengambilan data sebenarnya adalah aitem yang memiliki daya diskriminasi ≥ 0.3.
Selanjutnya untuk melakukan pengolahan data, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS for windows 18.0
34
HASIL
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian korelasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment
diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,309 dan signifikansi (p) sebesar 0,016 (p < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yakni terdapat hubungan yang positif antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, semakin tinggi belief in just world yang dimiliki oleh individu, maka akan semakin tinggi keinginan individu untuk berperilaku menolong.
DISKUSI
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara belief in just
world dengan perilaku menolong
pengemis. Belief in just world yang dimiliki oleh individu akan mendorongnya untuk berperilaku menolong karena membantu seseorang yang membutuhkan merupakan hal yang benar untuk dilakukan dan orang yang membantu benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari perbuatan baiknya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2000), belief in just world merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menolong.
Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya. Zick Rubin dari Harvard University dan Letitia Anne Peplau dari UCLA (1975), pada penelitiannya menemukan bahwa orang yang memiliki
belief in just world yang tinggi cenderung
lebih religius, cenderung lebih otoriter
dalam kehidupan sehari-hari, memiliki pemikiran yang konservatif, cenderung masih mendukung nilai-nilai tradisional, mengagumi tokoh-tokoh pemimpin politik dan lembaga sosial, memiliki sikap negatif terhadap orang yang kurang mampu, khususnya para pengemis dan untuk tingkat yang lebih rendah cenderung kurang merasa untuk ikut serta dalam perubahan masyarakat. Bertolak belakang dengan penelitian tersebut, penelitian ini justru menunjukkan bahwa individu yang memiliki belief in just world yang tinggi, perilaku menolong pengemisnya meningkat.
Terjadinya perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini dilakukan pada tempat yang berbeda dan budaya yang berbeda. Penelitian terdahulu dilakukan pada orang-orang Barat, sementara di Indonesia merupakan negara dengan budaya kolektif yang memiliki interaksi sosial yang tinggi. Ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan (Hofstede, 1994) bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat kolektivisme yang tinggi dibandingkan negara lainnya. Indonesia yang biasa disebut Bangsa Timur juga dikenal memiliki sifat yang ramah, saling bergotong-royong, mudah bersosialisasi serta memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sekitar, sedangkan orang-orang Bangsa Barat cenderung lebih bersifat individualisme ataupun independen (Matsumoto & Juang, 2008). Individualisme merupakan hubungan antara seseorang yang tidak saling bergantung satu sama lain hanya mengharapkan mampu menjaga diri sendiri dan keluarga dekat saja (Hofstede, 1994). Sehingga inilah salah satu faktor pendukung yang menjadikan hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Selain itu dalam setiap ajaran agama diajarkan saling tolong menolong, saling mengasihi (Salmadanis, 2012), salah satunya dalam agama Islam yang memandang bahwa perilaku menolong merupakan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir. Seperti yang tertulis dalam Firman Allah Swt Surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya ‘ ...Dan tolong menolonglah
kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran” dan disebutkan juga
pada (QS 55 Ar-Rahmaan: 60) “ …Dan
setiap kebaikan yang kita lakukan akan dibalas dengan kebaikan pula”. Artinya
apa yang seorang individu perbuat akan mendapatkan konsekuensinya di kemudian hari. Sesuai dalam belief in just world terdapat asumsi bahwa seseorang akan memperoleh apa yang sepatutnya ia peroleh, reward dan punishment akan diperoleh secara adil sesuai dengan perilaku, sifat dan karakter individu (Lerner, 1980). Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya hubungan positif antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis karena orang berpikir jika mereka berbuat baik maka akan mendatangkan kebaikan juga di kemudian hari.
Pada penelitian ini, ada beberapa hal yang menjadi kekurangan. Pertama, penelitian ini hanya melihat bagaimana kaitan belief in just world sebagai suatu faktor psikologis yang membuat seorang individu memberikan sumbangan kepada pengemis. Peneliti selanjutnya disarankan bisa melihat bagaimana perilaku menolong pada siapa saja, misalnya para relawan-relawan ataupun orang-orang yang suka menolong orang lain. Pentingnya belief in
just world ini nantinya dapat menjadi
kekuatan kapan orang berpikir untuk kebaikan dirinya dan kapan orang berpikir apa yang ia dapatkan merupakan konsekuensi dari perlakuannya.
Hal lain yang menjadi kekurangan pada penelitian ini adalah peneliti hanya meneliti pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara saja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel seperti masyarakat umum ataupun pada masyarakat asing yang tinggal di Kota Medan, sehingga dapat dilihat apakah ada perbedaan kondisi yang dialami, agar hasil penelitian dapat digunakan untuk generalisasi yang lebih luas.
Adapun implikasi praktis yang dapat diusulkan dari penelitian ini kepada
stakeholders adalah dalam menanggulangi
masalah pengemis yaitu dengan mengubah pola berpikir para individu dengan cara menjadikan belief in just world kekuatan positif tanpa mengurangi perilaku menolongnya, karena dengan belief in just
world orang berpikir bahwa apa yang ia
lakukan akan mendapatkan konsenkuensi di kemudian hari. Dengan demikian, orang-orang dapat berpikir terlebih dahulu untuk memberikan pertolongan kepada pengemis yang benar-benar pantas untuk ditolong dan dapat berpikir bagaimana menolong seseorang dengan cara yang tidak melanggar hukum peraturan pemerintah.
REFERENSI
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012).
Social Psychology (13th edition
ed.). America: Pearson Education, Inc.
36
Baron, R. A., & Byrne, D. (2000). Social
psychology (9 ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Dalbert, C., Lipkus, I. M., Sallay, H., & Goch, I. (2001). A Just and Unjust
World Structure and Validity of Different World Beliefs Personality and Individual differences.
Dinsosnaker. (2013). Dinas Sosial Medan
Tertibkan Gelandangan Dan
Pengemis. Medan: Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Pemerintah Kota Medan.
Hofstede, G. (1994). Cultures and
Organizations : software of the mind. London: Harper-Collins.
Hogg, A., & Vaughan, G. (2002). Social
psychology (3 ed.). London:
Prentice Hall.
Juliandi, A., & Irfan. (2013). Metode
Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media Perintis.
Lerner, M. J. (1980). The belief in a just
world a fundamental delusion (1
ed.). New York: Plenum Press. Matsumoto, D., & Juang, L. (2008).
Culture and psychology (4 ed.).
United State America: Thomson Wadsworth.
Montada, L., & Lerner, M. J. (1998).
Responses to Victimizations and Belief in a Just World. New York:
Plenum Press.
Rubin, Z., & Peplau, L. A. (1975). Who
believes in a just world. Journal Social Issues , 31, 65-89.
Safitri, K. (2009, september 09). Pengemis
makin meresahkan di Medan.
Dipetik Agustus 20, 2014, dari
Waspada Online:
http://www.waspada.co.id/index.ph p?option=com_content&task=view &id=51156&Itemid=66
Salmadanis. (2012, Juli 27). Ramadan
Membangun Akhlak Mulia
Manusia. Dipetik Maret 17, 2015,
dari Harian Haluan:
http://www.harianhaluan.com/inde x.php?option=com_content&view =article&id=16907;ramadan- membangun-akhlak-mulia-manusia&catid=11:opini&itemid= 83
Solahuddin. (2007). KUHP dan KUHAP. Jakarta : Visimedia.
Suadi. (2014, Mei 13). Memberdayakan
Gepeng dan Anak Jalanan. Dipetik
agustus 20, 2014, dari Medan Bisnis:
http://www.medanbisnisdaily.com/ news/read/2014/05/13/95168/mem berdayakan-gepeng-dan-anak-jalanan/#.VMh1do5x_do
Wrightsman, L. S., & Deaux, K. (1981).
Social Psychology in the 80s.