• Tidak ada hasil yang ditemukan

GOVERNORS CLIMATE AND FORESTS FUND INDONESIA PROJECT (2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GOVERNORS CLIMATE AND FORESTS FUND INDONESIA PROJECT (2015)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

       

GOVERNORS’ CLIMATE AND FORESTS

FUND INDONESIA PROJECT

(2015)

 

LAPORAN KEGIATAN GCF KICK OFF MEETING

DAN THREE DAYS TRAINING

FOR CAPACITY BUILDING FOR GCF PROVINCES TO CONDUCT

FOREST CARBON INVENTORY, AND FOREST CARBON

MEASUREMENT, MONITORING AND REPORTING AT

JURISDICTIONAL SCALES

Aceh ~ Central Kalimantan ~ East Kalimantan ~ West Kalimantan ~

Papua ~ West Papua

Michigan State University ~ Tanjungpura University

DISELENGGARAKAN TANGGAL 25 - 28 MEI 2015

DI PONTIANAK KALIMANTAN BARAT INDONESIA

(2)

KEGIATAN KICK OFF MEETING

25 MEI 2015, WAKTU 09.00 – 16.00 WIB

HOTEL MERCURE PONTIANAK

1. Sambutan Ketua Panitia – Dr. Darmawan

- Dalam mencapai pembangunan yang rendah emisi, salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca adalah dengan melaksanakan Reduction

Emission from Deforestation and forest Degradations (REDD+). Program GCF

bertujuan untuk menurunkan emisi, dan menaikkan kapasitas provinsi dalam kegiatan pembangunan rendah emisi dan mencegah degradasi dan deforestasi hutan. - Kegiatan peningkatan kapasitas tersebut mendukung upaya-upaya yang

menunjukkan pendekatan-pendekatan inovatif dalam pengurangan emisi yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan di tingkat yurisdiksional.

- Dasar pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas Provinsi Anggota GCF untuk melakukan inventarisasi karbon hutan serta pengukuran, pemantauan dan pelaporan pada skala yurisdiksi adalah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2013 tentang Badan Pengelola Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung; Deklarasi Rio de Branco di pertemuan tahunan GCF pada tanggal 11 Agustus 2014 yang ditandatangani oleh 14 Gubernur anggota GCF termasuk Kalimantan Barat.

- Tujuan dilaksanakannya kegiatan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas MRV REDD+ dan mengumpulkan serta mengidentifikasi informasi terkait database GCF. - Harapan setelah selesai pelaksanaan kegiatan akan tercapai beberapa hal antara lain

penentuan kesenjangan dalam status dan kapasitas baik untuk implementasi REDD+ dan hubungannya dengan program REDD+ Nasional serta upaya peningkatan kapasitas kelembagaan khususnya provinsi-provinsi anggota GCF Indonesia.

(3)

2. Sambutan Gubernur, diwakili oleh Marcel Marselius Tj, SH, MM / Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat

- Salah satu program kerja GCF task force pada tahun 2015 adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia untuk provinsi anggota GCF.

- Kegiatan ini merupakan kerjasama dari Michigan State University USA dengan GCF Indonesia, GCF Kalimantan Barat, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan Universitas Tanjungpura dengan melibatkan peserta dari GCF Kalimantan Timur, GCF Kalimantan Tengah, GCF Papua, GCF Papua Barat dan GCF Aceh serta instansi terkait dengan pelaksanaan REDD+.

- Pengembangan kapasitas untuk anggota GCF diarahkan pada inventarisasi karbon hutan, pengukuran karbon hutan, pemantauan dan pelaporannya berdasarkan skala yurisdiksi. Inventarisasi hutan merupakan komponen penting dalam sistem MRV. Inventarisasi hutan akan menghasilkan data faktor emisi (emission factor) berupa perubahan stok karbon (carbon stock changes) setiap aktivitas (activity data) berupa luasan perubahan dari setiap aktivitas pengelolaan.

3. Keynote Speaker Prof. Dr. Daddy Ruhiyat

- Kegiatan yang dilaksanakan hari ini adalah buah dari tekad dan kerja keras kita semua, GCF enam propinsi di Indonesia yang ingin terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam memberikan kontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, utamanya yang bersumber dari deforestasi dan degradasi hutan.

- Dukungan dari mitra, yaitu Michigan State University dalam finalisasi penyusunan proposal patut diapresiasi dan hal ini menunjukkan kualitas program yang kita ajukan telah dinilai memiliki prioritas tinggi dan bersifat strategis oleh Badan Pengelola GCF Fund, khususnya bagi percepatan komitmen Deklarasi Rio Branco di Indonesia. - Program pelatihan untuk peningkatan kapasitas dalam melakukan inventarisasi

karbon hutan termasuk kegiatan pengukuran, pemantauan dan pelaporan yang akan dimulai besok agar dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena merupakan kebutuhan mendesak kita bersama.

- Sistem MRV yang perlu dikembangkan adalah yang sifatnya salience yaitu sesuai antara yang diperlukan dengan yang dihasilkan khususnya dalam hal akurasi hasil pada level yang berbeda-beda; kredibel yaitu mengacu pada metode yang baik dan

(4)

benar, diterima secara ilmiah berdasarkan teknologi terbaik yang ada, dengan biaya rendah untuk menjawab apa yang diperlukan dan meiliki kualitas; legitimate yaitu dilakukan oleh lembaga yang memang diberi legitimasi oleh pihak yang berwenang memberi untuk melakukan kegiatan MRV serta mempertang gungjawabkan hasil dan proses verifikasi dari pihak-pihak berwenang.

- Perubahan iklim yang disebabkan oleh kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer merupakan suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Di Indonesia dampak ini telah terjadi antara lain dalam bentuk pergeseran musim dan peningkatan intensitas curah hujan maupun tingkat kekeringan serta peningkatan resiko terjadinya bencana alam yang terkait dengan cuaca ekstrim.

- Emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya berkontribusi secara signifikan yaitu sekitar 17% dari total emisi gas rumah kaca. Indonesia memiliki lahan gambut tropis terbesar di dunia (11% dari area terrestrial). Lahan gambut memiliki cadangan karbon di bawah tanah yang sangat besar dan berpotensi tinggi melepaskan gas rumah kaca apabila dikeringkan dan terbakar.

- Dalam rangka mengatasi masalah peubahan iklim global, REDD+ dipandang sebagai suatu mekanisme kebijakan internasional yang berpotensi besar untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan yang telah diakui dalam kesepakatan Kopenhagen (Copenhagen Accord) pada pertemuan Para Pihak (Conference of

Parties, COP) ke 15 dari UNFCCC.

- Indonesia telah mencanangkan REDD+ sebagai program Nasional yang akan diimplementasikan pada skala sub national. Selain REDD+ aktivitas pengurangan emisi dari LULUCF juga diprogramkan dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang diatur oleh Perpres 61/2001 yang selanjutnya telah dijabarkan menjadi Rencana Aksi Daerah Penuruan Emisi Gas Rumah Kaca. Berdasarkan RAN-GRK, penurunan emisi GRK dari sektor LULUCF ditargetkan sekitar 60% dari target total penurunan emisi atau sekitar 23% dari total emisi Indonesia pada tahun 2020.

- REDD+ sebagai mekanisme insentif hanya akan bisa bekerja dengan baik bila pemberian insentif dalam skema REDD+ didasarkan pada kinerja (pay for

(5)

Verification) harus merupakan persyaratan mendasar dan utama dari pelaksanaan

program REDD+ itu sendiri. Sistem MRV bertanggungjawab untuk mengukur, memantau dan melaporkan tingkat emisi satu daerah atau negara dari waktu ke waktu secara rutin, akurat, menyeluruh, transparan dan dapat diverifikasi.

- Kegiatan GCF Fund Indonesia Tahun 2015 merupakan pengembangan GCF Fund Indonesia Tahun 2014 yaitu strengthening capacity for Indonesian developing

national forest carbon inventory, mapping and MRV technical system yang

diselenggarakan melalui kolaborasi antara GCF Kalimantan Timur dengan Michigan State University dan berakhir bulan November tahun 2014. Kegiatan GCF Fund Indonesia Tahun 2015 lebih difokuskan kepada kegiatan pelatihan dan pembangunan kapasitas untuk menggunakan metode inventarisasi karbon hutan dan mengguna kan tool-box pemetaan karbon hutan. Michigan State University telah mengembangkan beberapa alat untuk membantu dalam melakukan pengukuran dan pemantauan karbon hutan. Keistimewaannya sistem ini mampu menyimpan, mengelola dan memvisualisasikan data dan aktivitas yang berkaitan dengan karbon hutan di berbagai unit pengelolaan.

- Dengan adanya pelatihan ini maka seluruh provinsi diharapkan dapat menggunakan sistem MRV tool-box dalam menginventarisasi hutan dalam strategi penurunan emisi gas rumah kaca.

4. Materi oleh Prof. Jay Samek dari Michigan State University

Latar belakang kegiatan:

a. GCF Fund and GCF Task Force

GCF = Governors’ Climate and Forests The “Task Force” versus the “Fund”

Linkage to California Air Resources Board: Cap and trade GHG emissions; REDD Offsets Working Group (ROW); Forestry Offsets

b. GCF KALTIM Project 2014

1st RFP from GCF Fund, period March – November 2014.

MSU, DDPI, UNMUL & TNC-Indonesia, Berau Berat KPHp, BIG (BAPPEDA) and Forda (MoF)

(6)

c. GCF Fund MRV Workshop – Sacramento, CA April 2015

GCF Member States Present at the Meeting: Dr. Fadjar Pambudhi – East Kalimantan; Dedek Hadi – Aceh; Ronald Steve Kayoi – Papua; Hendarto Wikarta – West Kalimantan; Jay Samek – KALTIM Project

GCF Indonesia 2015 – Project Team

 MSU

◦ Dr. David Skole, PI ◦ Dr. Larry Leefers, PI

◦ Jay Samek, Lead scientist, project manager  Six GCF Member Provincial Teams

◦ Aceh ◦ Central Kalimantan ◦ East Kalimantan ◦ West Kalimantan ◦ Papua ◦ West Papua

GCF Indonesia 2015 - Priority Areas

 Capacity building for the six GCF provinces to conduct carbon estimation through forest inventory to Tier 3 using the MSU FCIT system and RS methods.

 Dissemination of these carbon measurement techniques by Provincial personnel to local, jurisdictional districts

GCF Indonesia 2015 – Project Activities

 Training in field level forest inventory for forest carbon mapping  Field level forest inventory data collection in six provinces

 Training in plot level forest carbon measurement including the use of existing national and local level agency data sets

(7)

 Training in using the MSU FCIT system for managing forest inventory data and computing forest carbon stock (Emission factors) and estimating baseline and project scenarios

 Training in remote sensing satellite data methods for mapping forest carbon

GCF Indonesia 2015 – Training Activities

 Field level forest carbon inventory training (May 2015)

MSU will lead the training with support from UNMUL and DDPI Personnel  Sample plot data collection

Each provincial team leader will coordinate this activity; MSU will purchase the field equipment.

 Module development for data analyses

Each provincial team leader will coordinate this activity; KALTIM with UNMUL and DDPI will lead with demonstration from experience gained under the 2014 GCF MSU-KALTIM Project.

 Technical training for primary collected field data analyses (Aug 2015)

KALTIM with UNMUL and DDPI will lead the training with demonstration from experience gained under the 2014 GCF MSU-KALTIM Project. Each provincial team will send personnel for the training

 Compilation and analyses of existing forest inventory data

Each provincial team leader will coordinate this activity; KALTIM with UNMUL and DDPI will lead with demonstration from experience gained under the 2014 GCF MSU-KALTIM Project.

 Training in each province of field inventory data and analyses (Sept 2015)

Each provincial team will lead training to additional provincial personnel within their provinces

 FCIT training and RS forest carbon mapping training (Nov 2015)

MSU will lead the training with support from UNMUL and DDPI Personnel; Kemitraan will lead logistics in coordination with the provincial team from West Kalimantan

(8)

5. Overview Training GCF di Scaramento oleh Dedek Hadi dari GCF Aceh

- Anggota GCF perlu mengukur dan memonitor emisi gas rumah kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi di level yurisdiksi.

- MRV telah diakui sebagai sebuah area kesenjangan oleh anggota-anggota GCF - Perlu upaya untuk meningkatkan kapasitas negara anggota GCF

- Tujuan training GCF di Sacramento adalah:

a. Mengintegrasikan masyarakat setempat sebagai aktor yang penting di dalam system pemantauan dan pengukuran hutan

b. Menyelaraskan sistem pemantauan dan pengukuran hutan antara tingkat daerah dan tingkat nasional

c. Berbagi data (antara pemerintah atau walidata lainnya) di tingkat yang berbeda d. Manajemen data dan penerapannya pada pemantauan dan pengukuran hutan di

daerah

e. Area kesenjangan kunci pada program REDD+ yurisdiksional f. Perbaikan desain penginderaan jarak jauh dan pengolahannya

g. Persyaratan Air Resources Board dan kesempatan ke depannya bagi anggota GCF - Hasil yang diperoleh:

a. MRV system diperlukan dalam skala lokal

b. Perlu peningkatan peran para pihak dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan MRV

c. Perlu peningkatan kapasitas SDM, infrastruktur, pengembangan metode dan system MRV di tingkat tapak (yurisdiksi)

d. Dalam lingkup GCF, perlu disusun data dan informasi terkait dengan dinamika emisi

6. Diskusi

- Zulfikar Mardiyadi (Papua Barat)

Update data dari pusat, sebaiknya dapat diketahui bersama dengan para pelaku di bidang karbon hutan. Pelatihan toolbox yang dilakukan apakah bisa didiskusikan dengan pemerintah pusat? --- kondisi real di nasional belum disubmit atau ada ketidakcocokan antara PLH --- bagaimana cara melakukan negosiasi penting di nasional dengan adanya one map one policy --- cikal bakal Dirjen untuk pertemuan di Paris dan dapat memberikan masukan yang konkrit di Paris dengan makna yang

(9)

berarti untuk dapat digunakan di daerah masing-masing --- sub nasional dalam hal pelaksanaan REDD belum jelas --- dinamika emisi apakah berdasarkan masing-masing daerah atau sistem di masing-masing-masing-masing daerah dalam menuju best performance --- hasil pelatihan diharapkan menjadi sesuatu yang penting untuk menegosiasi dalam mempengaruhi kebijakan nasional dalam sistem MRV yang berkualitas.

- Pof. Dr. Daddy Ruhiyat (DDPI Kaltim)

GCF telah melakukan kesepakatan akan mempertemukan 6 Gubernur dengan mengundang Badan Lingkungan dan Dinas Kehutanan dengan agenda membahas sistem GCF dengan sasarannya sistem MRV dapat dikembangkan meliputi 11 provinsi dan menjadi nasional. ---- Pertemuan direncanakan setelah lebaran. --- Pertemuan dengan Inobu akan mempertemukan 6 Gubernur dan sebelumnya akan dilakukan pertemuan 6 provinsi untuk melakukan pembahasan masalah/hal-hal yang perlu di selesaikan yang akan di bawa dalam bahasan pertemuan Gubernur.

- Dr. Ir. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM (GCF Kalimantan Barat)

Perlu adanya kesepakatan antara para Gubernur dalam membahas sistem MRV --- politik karbon --- Tool Box yang digunakan diharapkan friendly / dapat digunakan secara nasional, mudah atau tidak dalam pengaplikasiannya --- dalam memasukan serta mengakses data hasil perhitungan emisi.

- Anwar (GCF Aceh)

Dalam pertemuan BLH dan Kehutanan diharapkan mempersiapkan agenda yang harus dibicarakan dalam format semua daerah GCF dalam pelaksanaan sistem MRV yang akan dilaksanakan. --- Eliminir isu-isu federalisme.

- Dedek Hadi (GCFAceh)

Keberadaan GCF tidak inginkan oleh pemerintah Indonesia (Gubernur) / Pusat kurang berminat dengan GCF sehingga para Pemprov / BLH berjalan sendiri dalam pelaksanaan GCF dengan pertemuan di California. --- memperhatikan LSM – BP REDD hilang dan tugas-tugasnya ditangani oleh Kemen LHK. --- dengan pelatihan

(10)

ini diharapkan 6 provinsi dalam pertemuan ini menghasilkan kesiapan sehingga para Dirjen perubahan Iklim akan menerima Program GCF.

- Forum 6 Provinsi ini tidak memiliki dasar dan perlindungan yang kuat dari Gubernur --- dana yang ada tidak digunakan sehingga apa yang telah dibahas tidak terlaksana dengan baik / di Aceh, Papua dicurigai dalam perlaksanaan program REDD dalam GCF karena Dirjen tidak mempercayainya ---- bagaimana menguatkan hak dalam tingkat Negeri dan Presiden. --- momentum di Barcelona menjadi momentum milik koordinator Indonesia untuk berkomunikasi dengan Pemerintah/ Gubernur (dapat aktif dan mendukung dalam pelaksanaan system MRV)

- Isu antara BP REDD dan Kementerian Lingkungan Hidup --- dokumen Kemeterian Lingkungan Hidup telah diterima dengan baik sedangkan hasil kerja BP REDD tidak diterima oleh pemerintah dengan baik. --- perlu memberikan kunci-kunci kepada Gubernur dalam bahasa teknis sehingga dokumen BP REDD dapat diterima oleh Badan Lingkungan Hidup --- bagaimana skenario supaya Gubernur dengan Menteri dapat melakukan pertemuan untuk membahas dan mencari alternatif yang baik dalam melaksanakan program-program REDD+.

- Catatan penting yang harus disampaikan kepada Gubernur pada pertemuan 6 Gubernur untuk memperkenalkan GCF dan membawa materi-materi penting untuk dibahas dalam pertemuan Nasional --- INOBU dalam menyusun bahan-bahan dalam --- Road to Paris dalam konteks pertemuan GCF / mengupayakan sebagai peserta dan delegasi GCF --- peningkatan capacity building / mempersiapkan diri dalam mempersiapkan sistem MRV/ langkah teknis dalam memperkuat Tim GCF. ---- diharapkan dapat menyelesaikan masalah di tingkat Nasional dan memberi kontribusi untuk Negara.

7. Kesimpulan Pertemuan

- Kegiatan GCF 2015 dimulai dengan pertemuan kick off pada hari ini.

- Kegiatan selanjutnya adalah training inventarisasi karbon selama 3 hari di Universitas Tanjungpura Provinsi Kalimantan Barat

(11)

- Peserta training yang lulus akan diberikan sertifikat

- Setelah training 3 hari, setiap provinsi wajib membuat plot untuk inventarisasi karbon dan melakukan analisa data serta melaporkan hasilnya dalam pertemuan GCF.

- Training pemetaan dengan FCIT dan RS akan dilaksanakan pada Bulan November 2015

- Hasil yang diharapkan adalah laporan kegiatan training, data invetarisasi karbon di 6 provinsi dan penyusunan sistem MRV yang dapat berlaku pada skala nasional.

(12)

KEGIATAN THREE DAYS TRAINING

FOR CAPACITY BUILDING FOR GCF PROVINCES TO CONDUCT FOREST CARBON INVENTORY, AND FOREST CARBON MEASUREMENT, MONITORING

AND REPORTING AT JURISDICTIONAL SCALES

TANGGAL : 26-28 MEI 2015, WAKTU 09.00 – 16.00 WIB TEMPAT : ARBORETUM FAKULTAS KEHUTANAN DAN PUSKOM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK Tanggal 26 Mei 2015

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Pre Test pemahaman dasar mengenai perhitungan karbon dan sistem MRV b. Menuju ke arboretum

c. Pembagian alat untuk perhitungan karbon dan MRV kepada 6 provinsi d. Training penggunaan alat

e. Teori mengenai perhitungan karbon

f. Diskusi pembuatan plot untuk sampel perhitungan karbon g. Praktek pemakaian alat yang dibagikan di arboretum

Tanggal 27 Mei 2015

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Pembuatan satu plot sampel untuk praktek bersama

b. Melakukan perhitungan diameter pohon, tinggi pohon dan data yang diperlukan untuk perhitungan karbon

c. Pembuatan satu plot sampel per kelompok (6 kelompok)

d. Pengumpulan data diameter pohon, tinggi pohon dan data yang diperlukan untuk perhitungan karbon

e. Pembuatan modul per kelompok Tanggal 28 Mei 2015

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Pengantar Forest Carbon Inventory Tool-Box (FCIT) b. FCIT Practicum #1: Plot carbon reporting

c. FCIT Practicum #2: Sampling design

(13)

e. FCIT Practicum #4: Allometric equation editor

f. Presentasi setiap kelompok megenai modul yang telah disusun Kesimpulan Training :

a. Setiap provinsi telah mendapatkan alat yang dapat digunakan untuk perhitungan karbon dan MRV di provinsi masing-masing.

b. Setiap provinsi telah memahami cara penggunaan alat yang diterima.

c. Tugas selanjutnya adalah pengembangan modul dan pembuatan plot secara permanen di setiap provinsi sebagai data dasar untuk perhitungan karbon dan MRV

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk sisi server menggunakan bahasa pemrograman PHP dan sistem manajemen datanya menggunakan database MySQL Sistem pakar ini digunakan sebagai alat

Greenhaus dan Beutell (1985) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi work family conflict, yaitu (1) Time-based conflict, merupakan konflik yang terjadi ketika

Pembatasan keuangan yang digunakan untuk investasi seharusnya diketahui oleh penanam modal karena perusahaan dengan adanya asimetri informasi antara manajer dan

monomer AA dibandingkan pembentukan situs aktif pada permukaan PE, sedikitnya jumlah radikal OH yang dihasilkan mengakibatkan rantai homopolimer yang dihasilkan

Apabila pasien sindrom nefrotik steroid resisten mengalami relaps kembali setelah pengobatan maka dianjurkan diberikan preparat kortikosteroid oral (2D) seperti pengobatan

Kepastian  hukum  adalah  asas  dalam  negara hukum  yang  mengutamakan  landasan  ketentuan

Perlakuan mandi atau membersihkan daerah lesio dengan zat-zat antiseptik akan menghilangkan metabolit triptofan pada kulit atau rambut yang terinfeksi dan

Dari analisa data, ditemukan bahwa pembelajar yang menilai tinggi dengan metode self-assessment juga mendapatkan nilai tinggi dari pengajar (teacher assessment)