• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPENDUDUKAN DAN LAMA MENETAP DENGAN KADAR IgG4 ANTIFILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS

KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT Jeffry Adijaya Susatyo*, Heri Wibowo**

* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

** Staff Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Abstrak

Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing dari genus Filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia kasus filariasis keberadaannya masih tinggi. Desa Jati Sampurna dan Jati Karya Kecamatan Pondokgede Kabupaten Bekasi Jawa Barat telah diketahui merupakan daerah endemik kecacingan. Diduga lama tinggal di daerah tersebut berpengaruh terhadap insidensi filariasis di kedua desa tersebut. . Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk daerah tersebut dan perbandingannya dengan lama menetap dan status kependudukan. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis pada data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data hasil penelitian utama yang dikerjakan secara cross-sectional. Data–data tersebut digunakan untuk menilai hubungan faktor risiko infeksi filaria pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik kecacingan berdasarkan distribusi IgG4 antifilaria di kecamatan Pondok Gede Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.Hasil Penelitian menunjukkan terdapat peningkatan IgG4 anti-filaria terhadap status kependudukan (p = 0,017) dan korelasi positif antara jumlah IgG4 anti-filaria dengan lama tinggal dalam tahun (p = 0,003).

Kata kunci: IgG4 anti-filaria, Lama Tinggal, Status Kependudukan Abstract

Filariasis is a contagious disease caused by worms of the genus Filaria which transmitted through the bite of various species of mosquitoes. In Indonesia the existence of filariasis cases are still high. Jati Sampurna and Jati Karya village in Pondokgede Sub-district, Bekasi District, West Java has been known as filariasis endemic area. Length of stay is presumed as one of many factors that affects filariasis incidence in those villages. This study aimed to determine the distribution of IgG4 antifilaria on the region and its comparison with the length of stay and residence status.This study is based on secondary data. Secondary data were obtained from primary research data done by cross-sectional method. These data were used to assess the association of risk factors filarial infection in pregnant women living in endemic areas based on the distribution of IgG4 antifilaria in Pondok Gede, Bekasi district, West Java.Research shows there is an increase in anti-filarial IgG4 against residence status (p = 0.017) and a positive correlation between the number of anti-filarial IgG4 with length of stay in years (p = 0.003).

(2)

PENDAHULUAN

Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing dari genus Filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk.1 Oleh orang awam penyakit ini sering disebut dengan nama “kaki gajah”.

Di Indonesia ditemukan tiga spesies cacing Filaria yang merupakan penyebab penyakit ini, yaitu Wuchereria bancrofii, Brugia malayi, dan Brugia timori dan berpuluh-puluh spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor penular penyakit.1

Di Indonesia kasus filariasis keberadaannya masih tinggi. Hingga tahun 1992/1993 berdasarkan hasil survey prevalensi filariasis di 6 propinsi dengan tingkat endemisitas sebagai berikut : propinsi Aceh 6,6% ; Jambi 4,7%; Kalimantan Selatan 0,4%; Nusa Tenggara Timur 0,6%; Sulawesi Tengah 22,5%; Irian Jaya 12,6% dan hasil survey tahun 1993/1994 di 5 propinsi menunjukan tingkat endemisitas filariasis sebagai berikut : Sulawesi Selatan 1,5%; Jawa Barat 1,5%; Riau 1,3%; Bengkulu 1,5%; Kalimantan Barat 1,4%.2 Menurut Menkes, sampai Oktober 2009 penderita kronis filariasis yang tercatat berjumlah 11.699 orang tersebar di 386 kabupaten/kota di Indonesia.3

Desa Jati Sampurna dan Jati Karya Kecamatan Pondokgede Kabupaten Bekasi Jawa Barat telah diketahui merupakan daerah endemik kecacingan, selain itu kedua desa tersebut merupakan penyangga ibukota, sehingga komposisi penduduknya bervariasi antara penduduk asli dan pendatang serta lama tinggalnya di daerah tersebut. Diduga lama tinggal di daerah tersebut berpengaruh terhadap insidensi filariasis di kedua desa tersebut. Dari dugaan tersebut dapat diperkirakan juga proporsi IgG4 antifilaria penduduk asli lebih tinggi dibandingkan penduduk pendatang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk daerah tersebut dan perbandingannya dengan lama menetap dan status kependudukan. Dengan mengetahui perbandingan distribusi IgG4 antifilaria dengan lama tinggal di daerah endmis, tindakan penanganan filariasis lebih lanjut dapat diupayakan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbasis pada data sekunder dari penelitian utama: “Dampak infeksi kecacingan pada ibu hamil terhadap keberhasilan vaksinasi tetanus toksoid pada bayi yang dilahirkan”  

Data – data tersebut digunakan untuk menilai hubungan antara status kependudukan dan lama menetap dengan kadar IgG4 antifilariasis.

Data dimasukkan ke dalam master table yang telah dibagi berdasarkan variabel yang akan dianalisis. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square dan Mann-Whitney. Setelah itu, ditarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

HASIL

Desa Jati Sampurna dan Jati Karya merupakan dua desa yang endemis filariasis. Tempat penampungan sampah yang terletak di sekitar rumah pada kedua desa ini merupakan tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Culex sp. yang merupakan vektor dari Wuchereria brancrofti penyebab filariasis.

Penelitian pada kedua desa ini dilakukan pada ibu hamil trimester ke-3. Sebanyak 286 ibu hamil trimester ke-3 diambil darahnya dan dilakukan pemeriksaan antigen filaria dan IgG4

(3)

anti-filaria.Dari 286 ibu hamil yang diperiksa, sebanyak 283 orang tercatat status antigen filarianya, dan sebanyak 264 orang tercatat hasil pemeriksaan IgG4 anti-filaria. Hasil pemeriksaan IgG4 anti-filaria kemudian diklasifikasikan berdasarkan nilai batas ukur (cut-off point) sebesar 503,3750 menjadi 2 kelompok yaitu ibu dengan status IgG4 anti-filaria tinggi dan rendah.

Pada penelitian ini akan dilihat hubungan antar status IgG4 antifilaria dengan status kependudukan (penduduk asli atau pendatang).

Karena persebaran data yang abnormal, uji Mann-Whitney dilakukan untuk melihat perbandingan distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk asli dan pendatang yang terlihat pada grafik berikut.  

Grafik 1: Perbandingan IgG4 antifilaria ibu hamil antara penduduk asli dan pendatang Untuk melihat korelasi antara status IgG4 anti-filaria ibu dengan status kependudukan digunakan uji chi-square dan didapatkan hasil dengan signifikansi 0,017 sebagai berikut.

 

Grafik 2: Proporsi IgG4 antifilaria pada penduduk asli dan pendatang

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 171 penduduk asli yang termasuk dalam klasifikasi kadar IgG4 anti-filaria tinggi sebanyak 69,6%, lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dari 93 penduduk pendatang yang termasuk dalam klasifikasi kadar IgG4 anti-filaria tinggi sebanyak 54,8%. 69.60%   54.80%   30.40%   45.20%   0%   20%   40%   60%   80%   100%   Asli   Pendatang   Rendah   Tinggi  

Status IgG4 Antifilaria

Tinggi Rendah Total

St at us Ke pe nd ud uk an Asli 119 (69,6%) 52(30,4%) (100%) 171 Pendatang 51 (54,8%) (45,2%) 42 (100%) 93 Total 170 (64,4%) (35,6%) 94 (100%) 264 p=0,000   Uji     Mann  Whitney   (ICT)   p=0,017  

(4)

Data-data di atas menunjukkan bahwa penduduk asli desa Jati Sampurna dan Jati Karya memiliki status IgG4 anti-filaria yang tinggi lebih banyak daripada penduduk pendatang. Hal ini dapat dikaitkan dengan kemungkinan bahwa penduduk asli tinggal lebih lama di daerah endemis dan memiliki risiko yang lebih besar untuk terpajan dengan agen filariasis yang terdapat pada daerah tersebut.

Untuk mendukung kemungkinan tersebut dicari perbandingan lama tinggal dalam tahun penduduk pendatang dengan penduduk asli pada kedua desa tersebut menggunakan uji Mann-Whitney

Grafik 3: Perbandingan rata-rata lama tinggal dalam tahun penduduk asli dan pendatang Dari grafik di atas terlihat bahwa meskipun ada beberapa penduduk pendatang yang tinggal puluhan tahun, kebanyakan penduduk asli masih tinggal jauh lebih lama daripada pendatang.

Kemudian dilihat korelasi antara lama tinggal dalam tahun dengan IgG4 antifilaria dengan menggunakan uji korelasi Pearson

Grafik 4: Korelasi antara lama tinggal dalam tahun dengan IgG4 antifilaria ibu hamil Dari grafik di atas terlihat bahwa terdapat korelasi positif signifikan berupa peningkatan jumlah IgG4 antifilaria seiring dengan peningkatan lama tinggal dalam tahun. Kemudian dari grafik tersebut muncul pertanyaan baru, apakah rata-rata lama tinggal penduduk asli lebih tinggi dari pada pendatang melihat banyaknya penduduk pendatang yang tinggal puluhan tahun di kedua desa tersebut.

p=0,000  

r=0,18  

Uji     Mann  Whitney  

(5)

DISKUSI

Filariasis ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk di dunia, dan seekor nyamuk membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menjadi vektor filariasis limfatik. Orang yang berdomisili dalam jangka waktu lama di daerah tropis atau sub-tropis yang endemis filariasis berisiko tinggi terkena infeksi filaria.11

Sebagian besar penduduk asli Desa Jati Sampurna dan Jati Karya tinggal di daerah tersebut selama lebih dari 20 tahun. Terlihat dari hasil analisis data bahwa penduduk asli memiliki kadar IgG4 anti-filaria yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan pendatang yaitu 69% dari total penduduk asli. Penduduk asli desa tersebut juga memiliki kadar IgG4 yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk pendatang.

Dari hasil uji korelasi juga didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa lama tinggal berpengaruh terhadap status IgG4 anti-filaria. Semakin lama seseorang tinggal di kedua desa tersebut, semakin tinggi kadar IgG4 anti-filarianya.

Tingginya kadar IgG4 anti-filaria menunjukkan bahwa orang tersebut telah terpajan dengan antigen filaria (terinfeksi) dalam waktu yang lama dan membentuk antibodi terhadap antigen tersebut.

Adanya antibodi IgG4 anti-filaria dalam tubuh tidak selalu menyatakan bahwa seseorang terinfeksi filariasis, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur insidensi filariasis. Sedangkan penggunaan antigen sebagai parameter lebih dapat menunjukkan insidensi kejadian filariasis di kedua desa tersebut. Namun, dari tingginya kadar IgG4 penduduk asli di desa Jati Karya dan Jati Sampurna, dapat disimpulkan bahwa lama tinggal berpengaruh terhadap risiko pajanan antigen filariasis sehingga mengakibatkan peningkatan kadar IgG4 anti-filaria.

Masa inkubasi larva filaria adalah 6 sampai 12 bulan, dan setelah menjadi dewasa dalam waktu 12 sampai 15 bulan cacing filaria akan dapat menimbulkan berbagai gejala yang nyata. Cacing dewasa hidup dalam tubuh manusia selama 4 sampai 6 tahun. Dari hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa; status positif IgG4 antifilaria yang tinggi pada penduduk asli disebabkan oleh lama tinggal yang lebih lama di daerah endemik. Keadaan ini menyebabkan penduduk asli mendapat akumulasi pajanan filaria oleh vektor leih tinggi, terbukti dengan adanya kadar IgG4 antifilaria pada penduduk asli yang lebih tinggi.

KESIMPULAN

Pada penduduk asli didapatkan peningkatan IgG4 antifilaria, hal ini mungkin terjadi karena rata-rata penduduk asli tinggal di daerah endemis lebih lama dibandingkan dengan pendatang. Pada penduduk asli juga didapatkan distribusi status IgG4 antifilaria tinggi yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk pendatang.

Lama tinggal juga didapatkan berkorelasi positif dengan IgG4 antifilaria. Semakin lama seseorang menetap di daerah endemis, semakin tinggi pula jumlah IgG4 antifilaria yang dimiliki. Hal ini dapat merupakan akibat dari pajanan yang lebih lama terhadap faktor risiko pada daerah endemis.

(6)

SARAN

Lama tinggal diketahui berkorelasi positif dengan IgG4 antifilaria. Mengingat masa inkubasi larva filaria adalah 6-12 bulan, maka penduduk yang tinggal di daerah endemis dengan lama tinggal sekurangnya 1 tahun perlu dilakukan pemeriksaan dan penanganan dini terhadap filariasis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, I. Program Pemberantasan Filaria di Indonesia dalam Cermin Dunia Kedokteran. Pusat penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma. Jakarta, 1990. p.64. .

2. Hasmiwati, Nurhayati. Kajian Nyamuk Vektor di Daerah Endemik Filariasis di Kenegarian Mungo dan Luhak, Kecamatan Luhak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Indonesia: Universitas Andalas. 2008. [Jurnal Online] Diunduh dari: http://repository.unand.ac.id/581 pada September 17, 1011.

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes Canangkan Pengobatan Filariasis di Jawa Barat. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/409-menkes-canangkan-pengobatan-filariasis-di-jawa-barat.html pada September 17, 2011.

4. Sutanto I, Ismid OS, Sjarifuddin PK, Sungkar S.Buku Ajar parasitologi kedokteran. Ed 4. Jakarta: Balain Penerbit FKUI; 2009. hlm. 32-44.

5. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. Updated: March 2011. Accessed at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ on September 17, 2011.

6. Center for Disease Control and Prevention. Biology - Life Cycle of Wuchereria bancrofti. Last Updated: November 2, 2010. Accessed at:

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html on September 17, 2011.

7. Global Alliance to Eliminate Lymphatic Filariasis. Diagnosis. Accessed at : http://www.filariasis.org/diagnosis.html on September 17, 2011.

8. Center for Disease Control and Prevention. Diagnosis. Last Updated: November 2, 2010. Accessed at: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/diagnosis.html on

September 17, 2011.

9. Parslow TG, Stites DP, Terr AI, Imboden JB. Medical immunology international edition. 10th ed. Singapore: The McGraw – Hill Companies, Inc.; 2003. p. 95.

10. Hastini. Reaksi Imunologik pada Perjalanan Penyakit Filariasis Malayi dalam Cermin Dunia Kedokteran. Pusat penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma. Jakarta, 1994. hlm. 14.

11. Center for Disease Control and Prevention. Parasites-Lymphatic Filariasis. Last Updated: November 2, 2010. Accessed at:

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/epi.html on August 12, 2012 12. Bockarie MJ, Taylor MJ, Gyapong JO. Current practices in the management of

lymphatic filariasis in Expert  Review  of  Anti-­‐Infective  Therapy,  Vol  7. 2009. p. 595-605.

Gambar

Grafik 1: Perbandingan IgG4 antifilaria ibu hamil antara penduduk asli dan pendatang  Untuk  melihat  korelasi  antara  status  IgG4  anti-filaria  ibu  dengan    status  kependudukan  digunakan uji chi-square dan didapatkan hasil dengan signifikansi 0,017
Grafik 3: Perbandingan rata-rata lama tinggal dalam tahun penduduk asli dan pendatang  Dari grafik di atas terlihat bahwa meskipun ada beberapa penduduk pendatang yang  tinggal  puluhan  tahun,  kebanyakan  penduduk  asli  masih  tinggal  jauh  lebih  lama

Referensi

Dokumen terkait

Dari sini kita bisa melihat fenomena yang ada, perubahan sosial yang terjadi yaitu terkait dengan peningkatan pembagian kerja masyarakat yang dahulu hanya bekerja

Laporan Tugas Akhir ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Fakultas

buku diperpustakaan dirasa kurang efektif untuk memfasilitasi serta pandangan terhadap proses belajar-mengajar tanpa adanya sumber- sumber pembelajaran dari mahasiswa,

Laporan ini disusun mengacu pada Pedoman Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah memuat pencapaian kinerja pelaksanaan program sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Pendidikan

Rupanya cerpenis Bali l950-an begitu terpesona oleh film, sementara bentuk-bentuk budaya modern lainnya seperti olahraga tidak tersentuh.46 Padahal olahraga menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk Menggambarkan pola hubungan koperasi dengan kelompok tani penyuling minyak kayu putih, Mengetahui efektivitas kemitraan koperasi dan

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Basa Sunda Kelompok Kompeténsi C ngawengku 4 matéri poko, judul-judulna, nyaéta: (1)

(b) melakukan pemetaan kompetensi dasar pada mata pelajaran yang diampu; (c) menentukan kompetensi dasar yang sesuai dengan potensi lokal yang dipilih untuk