• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFLUENCE THE VARIABLES OF BRAND EQUITY ON CUSTOMER LOYALTY IN THE AIRLINE LION WATER IN THE CITY OF PADANG ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFLUENCE THE VARIABLES OF BRAND EQUITY ON CUSTOMER LOYALTY IN THE AIRLINE LION WATER IN THE CITY OF PADANG ABSTRACT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

INFLUENCE THE VARIABLES OF BRAND EQUITY ON CUSTOMER LOYALTY IN THE AIRLINE LION WATER IN THE CITY OF PADANG

Mela Yulmida1, Surya Dharma2, Ice Kamela2, 1

Department of Management, Faculty of Economics, University of Bung Hatta 2

Dosen Department of Management, Faculty of Economics, University of Bung Hatta E-mail : yulmida.mela@yahoo.compriyatama_surya@yahoo.comicekamela@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to influence the variables of brand equity on customer loyalty in the airline lion water in the city of Padang. The sample in this research is the customer airline Lion Air in the city of Padang, amounting to 100 responden.Teknik sampling is purposive sampling. Types of data used are primary data through questionnaires. Data analysis method used is multiple linear regression analysis. Hypothesis testing using t-test statistics test to prove the effect of independent variables on the dependent variable is the partial or individual.

Results of this study found that brand awareness and perceived quality is not proven positive effect on customer loyalty in the airline lion water in the city of Padang. While the brand association and brand loyalty has a positive effect on customer loyalty in the airline lion water in the city of Padang.

Keywords: variables of brand equity, customer loyalty PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam sistem penerbangan nasional disebutkan bahwa fungsi airlines adalah menyelenggarakan jasa penerbangan transportasi bertujuan mengantarkan dari suatu tempat dengan tujuan tempat yang lain dengan aman dan tepat waktu dan diatur sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan sumberdaya yang tersedia agar berdaya guna dan berhasil guna.

Salah satu pendatang baru dalam industri penerbangan adalah Lion Air. Lion Air mulai beroperasi tepatnya pada tanggal 30 Juni 2000 (Pambudi dan Darandono, SWA, September 2004:26). Strategi bersaing yang ditekankan oleh Lion Air adalah pada biaya rendah (low cost). Selanjutnya Manurung (2010:55) juga mengatakan hentakan yang dihadirkan Lion Air sebagai perusahaan penerbangan baru dengan masuk ke pasar menggunakan konsep low cost carriers (LCC) juga diiringgi dengan sebuah slogan yang nyentrik “We Make People Fly”.

Kartajaya (2004:12) mengatakan lion air mampu dengan cepat membangun merek dengan secara cerdas memanfaatkan deregulasi sektor penerbangan di Indonesia.

Ia dengan jeli memosisikan dirinya sebagai penerbangan yang menawarkan konsep value for money dengan menawarkan harga tiket yang murah tetapi tetap menjanjikan ketepatan waktu.

Dengan image yang positif di benak konsumen inilah, Lion Air makin leluasa untuk terbang ke manapun sesuai dengan rutenya karena direspon positif oleh konsumen. Menurut Subekti (2003) seperti yang dikutip oleh Nathalya, dan Adi Chandra (2006:2) image adalah kesan atau gambaran tentang produk yang tertanam di benak konsumen, dan hal ini menyangkut baik atau buruk maupun tinggi atau rendah. Image yang positif bisa dijadikan modal dasar bagi maskapai penerbangan untuk bisa tetap eksis di tengah persaingan. Respon masyarakat atas tawaran Lion Air ini pun tercermin dengan jelas dari frekuensi penerbangan domestiknya setiap minggu. Selanjutnya Manurung (2010:60) mengatakan adapun jumlah flight share penerbangan domestik di Indonesia per minggu (data maret 2008) dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini :

(2)

Tabel 1.1

Jumlah Flight Share Penerbangan Domestik Di Indonesia Per Minggu

(Data Maret 2008)

PerusahaanPenerbangan Flight Share Garuda Indonesia 1502 20,09% Lion Air 1400 18,73% Adam Air 1008 13,48% Merpati Nusantara 1006 13,46% Metro Batavia 928 12,41% Sriwijaya 630 8,43% Mandala airlines * 600 8,03% Air Asia Indonesia * 364 4,87%

Lainnya 38 0,51%

Jumlah penerbangan per minggu

7476 100% Sumber : Dirjen Hubud 2008, Airline Business, 2008 dalam Manurung (2010)

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa jumlah fligt share penerbangan domestik untuk setiap minggu untuk beberapa perusahaan penerbangan tidak terjadi selisih yang signifikan dengan dominan airlines lainnya. Jumlah penerbangan Lion air per minggu berkisar 1400 penerbangan, sedangkan penerbangan garuda tidak jauh berbeda yaitu 1502 penerbangan per minggu.

Manurung (2010:58) mengatakan kehadiran Lion Air telah menstimulir tumbuhnya industri penerbangan di Indonesia. Banyak pemain pada industri penerbangan mengakui bahwa hadirnya low cost carriers di Indonesia sedikit banyak telah mengubah pola transportasi masyarakat dari moda angkutan laut, angkutan darat dan kereta api menuju moda angkutan udara. low

cost carriers juga menghadirkan system transportasi yang mampu memobilisasi orang dari suatu tempat ke tempat lainnya secara lebih cepat dan efisien dengan biaya yang murah atau kompetitif dibanding dengan moda lainnya.

Tak tangungg-tanggung, kehadiran pendatang baru dengan konsep low cost carrier telah meledakkan pertumbungan penerbangan domestic rata-rata di atas 20% setiap tahun, airlines business, (2008). Selain factor kehadiran low cost carrier, tumbuhnya industry penerbangan di Indonesia juga akibat infrastruktur di dua moda transportasi lain belum membaik, sehingga masyarakat cenderung bersedia membayar lebih tinggi sedikit secara nominal asal ada tingkat kepastian dan kenyamanan yang diberikan.

Namun disamping kelebihan yang dimilikinya, Lion Air juga memiliki kelemahan, menurut Alvin pengamat penerbangan Lion air harus membenahi sejumlah persoalan yang sering dikeluhkan konsumen terutama diharapkan mampu meningkatkan layanan mutu dan standar keselamatan ini disebabkan catatan keselamatan Lion Air dalam beberapa waktu terakhir kurang baik juga adanya kehilangan barang di bagasi yang dialami pelanggannya

(sumber :

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/35277 1-lion-air--citilink--airasia--siapa-paling-unggul-, diakses Februari 2013). Adapun urutan maskapai penerbangan yang paling diminati dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :

Tabel 1.2

Urutan Brand Value Maskapai Penerbangan Tahun 2011 dan 2012

Jasa Penerbangan TOM Brand Brand Value 2012 Brand Value 2011

Garuda Indonesia 54,8 78,1 78,2

Lion Air 13,6 52,0 58,1

Batavia Airlines 1,3 51,0 53,7

Air Asia 3,3 39,1 -

Sriwijaya Air 1,2 38,0 54,0

Sumber : Majalah SWA20, Edisi XXVIII, 20 September – 3 Oktober 2012 Dari tabel dapat dilihat bahwa seluruh

maskapai penerbangan mengalami penurunan brand value dari tahun 2011 ke tahun 2012, kecuali maskapai penerbangan Air Asia yang mengalami peningkatan pada tahun 2012.

Namun penurunan brand value yang paling besar terjadi pada maskapai penerbangan Lion Air dari 58,1% menjadi 52% atau turun sekitar 6,1% dari tahun 2011 pada tahun 2012. Sementara untuk TOM brand maskapai

(3)

penerbangan Lion Air berada pada posisi kedua setelah maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan memiliki TOM brand yang paling besar jika dibandingkan dengan 3 maskapai penerbangan lainnya yaitu Batavia Airlines, Sriwijaya Air dan Air Asia.

Namun demikian Brand Value

maskapai penerbangan garuda mengalami penurunan dalam penilaian Indonesia Best Brand Index 2012, hal ini berbanding terbalik dengan data pelanggan yang membeli tiket pesawat pada beberapa agency travel tempat penjualan tiket pesawat di kota Padang, dengan perolehan data sebagai berikut : Tabel 1.3

Distribusi Rata-Rata Penjualan Tiket Pesawat Harian Pada Empat PT. Tour dan Travel dan Pada Tiga Maskapai Penerbangan di Kota Padang

Travel Biro Maskapai Penerbangan

Lion Air Garuda Sriwijaya

Fitour Utama 12 5 3

Sarosa Veteran 30 11 5

Andre Tarandam 25 7 13

Dena Tour 30 - 5

Sumber: Tour dan Travel, Kota Padang, 2013 Dari tabel 1.3 dapat dijelaskan

bahwasanya data penjualan tiket pesawat berdasarkan maskapai penerbangan yang paling banyak terjual adalah tiket pesawat maskapai penerbangan Lion air terutama pada Travel dan Biro Sarosa Veteran dan Dena Tour masing-masing sebanyak 30 orang pelanggan yang membeli tiket tesebut, sementara untuk tiket pesawat maskapai penerbangan garuda Indonesia dan maskapai penerbangan Sriwijaya keduanya berada dibawah penjualan tiket maskapai penerbangan Lion Air.

Kondisi di atas, menunjukkan bahwa meskipun maskapai penerbangan merek Lion air memiliki kelemahan dari layanan mutu dan standar keselamatan namun tetap diminati oleh pelanggannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Griffin (2005:23) bahwa pelanggan yang memiliki loyalitas yang lemah terhadap perusahaan, membeli karena kebiasaan. Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah/inertia loyalty. Pembeli ini membeli karena kebiasaan. Pembeli ini merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan atau minimal tiada ketidakpuasan yang nyata. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang sering dibeli.

Dari sekian banyak merek yang ada dipasaran, masing-masing merek akan dipersepsikan secara berbeda oleh konsumen

dalam bentuk citra merek yang akan mengantarkan konsumen pada kesimpulannya atas merek tersebut. Peranan merek bukan lagi sekedar nama ataupun pembeda dari merek pesaing, lebih dari itu, merek sudah menjadi faktor penentu keunggulan bersaing. Aaker (1997) seperti yang dikutip oleh Rofik, dkk (2009:2) menjelaskan bahwa sebuah merek bisa memiliki posisi yang sangat kuat dan menjadi modal/ekuitas.

Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya di mata konsumen untuk termotivasi memilih produk tersebut. Merek dapat menumbuhkan loyalitas. Menurut Rangkuti (2004) seperti yang dikutip oleh Rofik, dkk (2009:2) apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang pada akhirnya akan menciptakan loyalitas pelanggan.

Loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang. Untuk membangun kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, memakan waktu yang lama, dan melalui proses pembelian yang berulang-ulang. Loyalitas merupakan konsep multidimensional yang kompleks.

(4)

Menurut Hurriyati (2005:129-130) loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rofik, dkk (2009) dimana dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek serta loyalitas pelanggan. Objek dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan jasa penerbangan maskapai Lion Air.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Variabel-Variabel Ekuitas Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Maskapai Penerbangan Lion Air Di Kota Padang”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kesadaran Merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang ?

2. Bagaimana pengaruh asosiasi merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang ?

3. Bagaimana pengaruh persepsi kualitas terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang ?

4. Bagaimana pengaruh loyalitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk membuktikan pengaruh kesadaran

Merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang.

2. Untuk membuktikan pengaruh asosiasi merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang.

3. Untuk membuktikan pengaruh persepsi kualitas terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang.

4. Untuk membuktikan pengaruh loyalitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia akademis dimana hasil yang ditemukan dalam penelitian ini dapat di jadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis mengenai ekuitas merek yang mempengaruhi loyalitas pelanggan. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini

bermanfaat sebagai masukan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan penjualan dan sebagai masukan untuk menganalisa pengaruh ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan Lion Air Di Kota Padang.

LANDASAN TEORI

Loyalitas Pelanggan

Menurut Hurriyati (2005:129-130) loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Selanjutnya Griffin (2002:4) juga mengatakan loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih dengan kondisi dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali.

(5)

Pelanggan yang loyal merupaka asset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Griffin (2005:31) pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut melakukan pembelian secara teratur atau pembelian ulang, membeli diluar lini produk atau jasa (pembelian antar lini produk), merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain dan menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk atau jasa sejenis.

Ekuitas Merek Suatu Produk (Brand Equity Product)

Rangkuti (2009:244) ekuitas merek merupakan sekumpulan asset (dan liabilities) yang terkait dengan nama merek dan symbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut. Aset yang terdapat dalam merek tersebut meliputi brand

awareness, perceived quality, brand association dan brand loyalty.

Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek (Durianto, dkk, 2004:4). Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, maka semakin kuat pula daya tariknya di mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut dan pada akhirnya akan mengarah pada keputusan pembelian produk.

Konsep brand equity ini dapat ditampilkan pada gambar 2.1 yang memperlihatkan kemampuan brand equity dalam menciptakan nilai bagi perusahaan atau pelanggan atas dasar lima kategori aset yang telah disebutkan.

Gambar 2.1 Konsep Brand Equity

Sumber : Aaker (1991) seperti yang dikutip oleh Durianto, Sugiharto, Sitinjak (2001:5) Hipotesis

Hl : Kesadaran Merek Berpengaruh Positif Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Maskapai Penerbangan Lion Air Di Kota Padang

H2 : Asosiasi Merek Berpengaruh Positif Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Maskapai Penerbangan Lion Air Di Kota Padang

H3 : Persepsi Kualitas Berpengaruh Positif Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada

(6)

Maskapai Penerbangan Lion Air Di Kota Padang

H4 : Loyalitas Merek Berpengaruh Positif Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Maskapai Penerbangan Lion Air Di Kota Padang

Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Teoritis

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dan Sampel Populasi

Menurut Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasinya adalah seluruh pelanggan maskapai penerbangan Lion Air di Kota Padang.

Sampel

Menurut Istijanto (2005), sampel adalah suatu bagian yang ditarik dari populasi dan merupakan bagian yang lebih kecil dari populasi yang akan diuji dan dijadikan contoh serta sebagai objek bagi penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu pelanggan maskapai penerbangan Lion Air di Kota Padang.

Penentuan jumlah sampel menurut Sekaran (2000), dalam penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai 10 kali atau lebih) lebih besar dari jumlah

variabel dalam studi. Dengan demikian sampel minimal untuk untuk penelitian ini yang memiliki 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat adalah 5 x 20 = 100 orang. Dalam penelitian ini akan digunakan jumlah sampel sebesar 100 responden. Untuk mendapatkan estimasi dan interpretasi yang baik dari penelitian ini maka yang diteliti minimal sebanyak 100 respoden.

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling (Sugiyono, 2003). Dimana purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan terntentu. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel dari populasi diatas adalah pelanggan maskapai penerbangan Lion Air di Kota Padang dengan kriteria berumur > 17 tahun karena responden dipandang untuk dapat mengisi kuesioner dengan benar, pernah melakukan penerbangan dengan maskapai penerbangan Lion Air minimal 3 kali.

Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

Variabel Dependen

Loyalitas pelanggan mengacu pada rasa puas pelanggan untuk menggunakan produk atau jasa secara berkelanjutan terhadap barang atau jasa yang ditawarkan maskapai penerbangan Lion Air . Variabel ini di ukur dengan indikator yang didasarkan kepada pendapat Grifin (dalam Hurriyati 2005:130) yaitu :

a. Membeli antar lini produk dan jasa b. Melakukan pembelian berulang secara

teratur

c. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk/jasa sejenis dari pesaing.

Variabel independent

Variabel independent dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Kesadaran merek (X1), menunjukkan kesanggupan konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Adapun indikatornya menurut (Durianto, dkk (2001:55) adalah Loyalitas Pelanggan (Y) Kesadaran Merek (X1) Persepsi kualitas (X3) Asosiasi merek (X2) Loyalitas merek (X4)

(7)

pengenalan merek, pengingatan kembali merek, puncak pikiran.

2. Asosiasi merek (X2), yang mencerminkan pencitraan suatu gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lainnya. Adapun indiaktornya menurut (Durinto, 2001:70) adalah atribut tak berwujud, harga relatif, gaya hidup pengguna produk serta kelas produk.

3. Persepsi kualitas (X3), adalah kesan atau persepsi konsumen atas kualitas suatu merek, baik dari segi produk, pelayanan, maupun kinerja karyawan. Adapun indikatornya menurut (Durianto, dkk, 2001:100) ) adalah : tanggung jawab, bentuk fisik, kompetensi, empati dan keandalan.

4. Loyalitas merek (X4), merupakan tingkat keterikatan konsumen terhadap sebuah merek. Mencakup perasaan suka atau setia atas suatu merek walaupun kompetitor lain menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul. Adapun indikatornya menurut (Tjiptono, 2005:58) adalah : frekuensi penggunaan, keunggulan maskapai, pilihan maskapai, perekomendasian dan kesetiaan pelanggan.

Metode Analisa Data

Dalam melakukan pengujian statistik, maka penulis melakukan pengujian data yang di gunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan tahapan pengujian meliputi: Analisa Deskriptif

Analisa ini bermaksud untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Analisa ini tidak menghubung-hubungkan satu variabel dengan variabel lainnya dan tidak membandingkan satu variabel dengan variabel lain. Untuk mendapatkan rata-rata skor masing-masing indikator dan pertanyaan- pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dipakai rumus berikut : STS TS N S SS F F F F F skor rata Rata SS S N TS STS           (5. ) (4. ) (3. ) (2. ) (1. )

Sedangkan mencari tingkat pencapaian jawaban responden digunakan rumus berikut:

5 M ean

TCR

Pengkategorian nilai pencapaian responden digunakan klasifikasi Sudjana (2005) sebagai berikut : 90% - 100% = Sangat baik 80% - 89,99% = Baik = 65% - 79,99% = Cukup baik 55% - 64,99% = Kurang baik 0% 54,99% = Tidak baik = Analisa Inferensial Uji Validitas

Penelitian ini menggunakan uji Validitas Konstruk, dengan analisis faktor. Menurut ( Ghozali,2011:52) jika factor loading per item pertanyaan kurang dari 0,4 berarti item pertanyaan tersebut tidak valid. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan gejala-gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan yang telah valid. Rumus yang dipakai adalah untuk menguji reliabilitas dalam penelitian adalah Cronbach’ Alpha.jika nilai alpha Cronbach tersebut berada diatas 0,60, maka item-item atau variabel yang telah valid tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (Santoso, 2001).

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. (Ghozali, 2005).

Menurut Santoso (2001:142) untuk mengetahui pola distribusi dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka digunakan bantuan uji non parametrik one sample kolmogorov smirnov test. Normalnya sebuah item ditentukan dari nilai asymp sig yang dihasilkan dalam pengujian yang harus > alpha 0,05.

(8)

Regresi Linear Berganda

Untuk menguji hipotesis digunakan alat uji statistik yaitu regresi linear berganda. yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e dimana : Y = loyalitas pelanggan a = Konstanta Xl = Kesadaran Merek X2 = Asosiasi Merek X3 = Persepsi Kualitas X4 = Loyalitas merek

bl, b2, b3, b4 = Besaran koefisien dari masing-masing variabel

e = variabel pengganggu Pengujian Hipotesis

Uji T-tes Statistik

Untuk membuktikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial atau individu. Secara umum (Gujarati, 2001) merumuskan uji t-statistik ke dalam persamaan berikut:

Sb b t Keterangan:

t = Mengikuti fungsi dengan derajat kebebasan

Sb = Standar Baku b = Koefisien Regresi Kriteria Pengujian:

a. Jika nilai signifikansi < Alpha 0,05. Maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.

b. Jika nilai signifikansi > Alpha 0,05 Maka keputusannya adalah H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pentabulasian data dapat disimpulkan responden terbanyak adalah yang berumur 15 sampai 24 tahun yaitu sebanyak 42 orang atau 44,2%, dengan gender perempuan yaitu sebanyak 55 orang atau 57,9%, memiliki status perkawinan

belum menikah yaitu sebanyak 61 orang atau 64,2%, serta pendidikan terakhir SMA sebanyak 39 orang atau 41,1%, dengan pengeluaran berkisar Rp 1.000.000 s/d Rp 1.500.000 yaitu sebanyak 29 orang atau 30,5%, kemudiaan kebanyakan responden memiliki status bekerja sebanyak 62 orang atau 65,3%, dengan jenis pekerjaan terbanyak sebagai pegawai swasta sebanyak 30 orang atau 31,6%. Selanjutnya responden terbanyak adalah yang bepergian sebanyak 2 kali yaitu sebanyak 42 orang atau 44,2%, dengan lama menggunakan jasa penerbangan lion air berkisar antara 1 sampai dengan 4 tahun yaitu sebanyak 66 orang atau 69,5%.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

a. Pengujian Validitas Variabel Kesadaran Merek (X1)

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi data mengenai uji validitas variabel kesadaran merek seperti yang terlihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Kesadaran Merek (X1)

No Item Pertanyaan KMO MSA Faktor Loading Keterangan 1 km1 0,698 0,676 Valid 2 km2 0,734 Valid 3 km3 0,886 Valid 4 km4 0,576 Valid 5 km5 0,847 Valid

Berdasarkan tabel 4.11, diperoleh nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO – MSA) dari variabel kesadaran merek sebesar 0,698 > 0,5 hal ini memberikan arti bahwa secara keseluruhan item-item dari variabel kesadaran merek tersebut valid untuk di uji, dimana dari 5 butir item pernyataan untuk variabel kesadaran merek seluruhnya dinyatakan valid karena memiliki factor loading > 0,40.

b. Pengujian Validitas Variabel Asosiasi Merek (X2)

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi data mengenai uji validitas variabel asosiasi merek seperti yang terlihat pada Tabel 4.12 berikut ini:

(9)

Hasil Uji Validitas Asosiasi Merek (X2) No Item Pertanyaan KMO MSA Faktor Loading Keterangan 1 as1 0,712 0,559 Valid 2 as2 0,786 Valid 3 as3 0,789 Valid 4 as4 0,783 Valid 5 as5 0,760 Valid

Berdasarkan tabel 4.12, diperoleh nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO – MSA) dari variabel asosiasi merek sebesar 0,712 > 0,5 hal ini memberikan arti bahwa secara keseluruhan item-item dari variabel asosiasi merek tersebut valid untuk di uji, dimana dari 5 butir item pernyataan untuk variabel asosiasi merek seluruhnya dinyatakan valid karena memiliki factor loading > 0,40.

c. Pengujian Validitas Variabel Persepsi Kualitas (X3)

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi data mengenai uji validitas variabel persepsi kualitas seperti yang terlihat pada Tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13

Hasil Uji Validitas Persepsi Kualitas (X3)

No Item Pertanyaan KMO MSA Faktor Loading Keterangan 1 pk1 0,757 0,618 Valid 2 pk2 0,705 Valid 3 pk3 0,391 Tidak Valid 4 pk4 0,894 Valid 5 pk5 0,891 Valid 6 pk6 0,148 Tidak Valid 7 pk7 0,640 Valid 8 pk8 0,672 Valid

Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO – MSA) dari variabel persepsi kualitas sebesar 0,757 > 0,5 hal ini memberikan arti bahwa secara keseluruhan item-item dari variabel persepsi kualitas tersebut valid untuk di uji, dimana dari 8 butir item pernyataan untuk variabel persepsi kualitas 2 diantaranya tidak valid, yaitu item pernyataan 3, dan 6 disebabkan untuk item pernyataan 3, dan 6 memiliki factor loading < 0,40, untuk itu kedua item tersebut tidak diikutsertakan dalam pengujian selanjutnya. Sedangkan untuk 6 item pernyataan tersisa

dinyatakan valid karena memiliki factor loading > 0,40.

d. Pengujian Validitas Variabel Loyalitas Merek (X4)

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi data mengenai uji validitas variabel loyalitas merek seperti yang terlihat pada Tabel 4.14 berikut ini:

Tabel 4.14

Hasil Uji Validitas Loyalitas Merek (X4)

No Item Pertanyaan KMO MSA Faktor Loading Keterangan 1 lm1 0,538 0,625 Valid 2 lm2 0,744 Valid 3 lm3 0,530 Valid 4 lm4 0,753 Valid 5 lm5 0,683 Valid

Berdasarkan tabel 4.14, diperoleh nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO – MSA) dari variabel loyalitas merek sebesar 0,538 > 0,5 hal ini memberikan arti bahwa secara keseluruhan item-item dari variabel loyalitas merek tersebut valid untuk di uji, dimana dari 5 butir item pernyataan untuk variabel loyalitas merek seluruhnya dinyatakan valid karena memiliki factor loading > 0,40.

e. Pengujian Validitas Variabel Loyalitas Pelanggan (Y)

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi data mengenai uji validitas variabel loyalitas pelanggan seperti yang terlihat pada Tabel 4.15 berikut ini:

(10)

Tabel 4.15

Hasil Uji Validitas Loyalitas Pelanggan (Y)

No Item Pertanyaan KMO MSA Faktor Loading Keterangan 1 lp1 0,769 0,711 Valid 2 lp2 0,776 Valid 3 lp3 0,828 Valid 4 lp4 0,589 Valid 5 lp5 0,820 Valid

Berdasarkan tabel 4.15, diperoleh nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO – MSA) dari variabel loyalitas pelanggan sebesar 0,769 > 0,5 hal ini memberikan arti bahwa secara keseluruhan item-item dari variabel loyalitas pelanggan tersebut valid untuk di uji, dimana dari 5 butir item pernyataan untuk variabel loyalitas pelanggan seluruhnya dinyatakan valid karena memiliki factor loading > 0,40. Dimana Item kuesioner loyalitas pelanggan yang valid dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Uji Reliabilitas

Berikut ini disajikan ringkasan hasil uji reliabilitas untuk setiap variabel :

Tabel 4.16 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Cronbach

Alpha Keterangan 1. Kesadaran merek (X1) 0,799 Reliabel

2. Asosiasi merek (X2) 0,794 Reliabel

3. Persepsi kualitas (X3) 0,837 Reliabel

4. Loyalitas merek (X4) 0,695 Reliabel

5. Loyalitas pelanggan (Y) 0,800 Reliabel

Berdasarkan tabel rangkuman hasil uji reliabilitas diatas, nilai cronbach alpha untuk seluruh variabel yang digunakan yang terdiri dari kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan loyalitas pelanggan adalah besar dari 0.60 dan ini menunjukkan seluruh variabel yang digunakan dinyatakan reliabel atau handal seperti yang dikemukakan (Santoso, 2001). Dengan kata lain, semua instrument pernyataan yang dipergunakan memiliki kestabilan dan konsistensi dalam mengukur masing-masing variabel penelitian.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Setelah dilakukan pengujian terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini maka ditemukan hasil pengujian normalitas adalah sebagai berikut.

Tabel 4.22

Uji Normalitas One Sample Kolmogorov – Smirnov

Variabel

Asymp.Sig.

(2-tailed) Ket Kesadaran merek (X1) 0,05 0,348 Normal

Asosiasi merek (X2) 0,05 0,334 Normal

Persepsi kualitas (X3) 0,05 0,113 Normal

Loyalitas merek (X4) 0,05 0,207 Normal

Loyalitas pelanggan

(Y) 0,05 0,115 Normal

Sumber : data diolah dengan SPSS Versi 15 Dengan pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat diketahui bahwa data kuesioner yang penulis kumpulkan berdistribusi normal. Hasil ini dapat dilihat dari Asymp.Sig. (2-tailed) seluruh variabel besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa secara umum data yang ditemukan sudah memenuhi asumsi kenormalan data sehingga pengujian statistik parametrik dapat dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini.

Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian hipotesis menggunakan pendekatan analisis regresi linier berganda, merupakan pengujian untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas atau variabel independent yang meliputi kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek terhadap variabel terikat yaitu loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 15.0 dapat dilihat rangkuman hasil empiris penelitian seperti yang terlihat pada Tabel 4.23

(11)

Tabel 4.23

Hasil Analisa Regresi Linier Berganda

Variabel Bebas Koefisien regresi Signifikan

Keterangan

Konstanta 5.181 - - -

Kesadaran merek (X1) 0,196 0,055 0,05 Tidak signifikan Asosiasi merek (X2) 0,231 0,030 0,05 Signifikan Persepsi kualitas (X3) 0,108 0,194 0,05 Tidak signifikan Loyalitas merek (X4) 0,230 0,035 0,05 Signifikan

a. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Dari Tabel 4.23 diperoleh koefisien regresi kesadaran merek bernilai positif sebesar 0,196 dimana hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif antara kesadaran merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang, dengan nilai signifikansi sebesar 0,055 artinya nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Berdasarkan analisis diatas disimpulkan bahwa kesadaran merek tidak terbukti berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang sehingga keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini mengindikasikan kemampuan konsumen untuk pengenalan merek, pengingatan kembali terhadap merek serta puncak pikiran yang ditawarkan perusahaan maskapai penerbangan lion air di kota Padang belum sesuai dengan yang diinginkan pelanggannya.

Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting bagi perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Apabila kesadaran konsumen terhadap merek rendah, maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah. Kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (Durianto, dkk 2001:54). Kesadaran merek dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi yang diharapkan oleh perusahaan, menciptakan familiarity konsumen pada merek, dan menunjukkan komitmen kepada konsumennya, sehingga akhirnya akan membuat konsumen loyal terhadap produk yang disadari mereknya.

Hasil penelitian ini tidak konsisten

dengan hasil penelitian Rofiq, dkk (2009) meneliti tentang peranan ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek daan loyalitas merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Sementara untuk persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Alghofari, dkk (2009) meneliti tentang analisis pengaruh brand equity terhadap pembentukan customer loyalty pada jenis merek pasta gigi dengan analisis SEM (Structural Equation Modelling) (Studi Kasus: Mahasiswa UMS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Brand awareness dan perceived quality merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty). Sementara Brand loyalty dan brand association tidak berpengaruh mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty).

b. Pengaruh Asosiasi Merek Terhadap loyalitas Pelanggan

Dari Tabel 4.23 diperoleh koefisien regresi asosiasi merek bernilai positif sebesar 0,231 dimana hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif antara asosiasi merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang, dengan nilai signifikansi sebesar 0,030 artinya nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05. Berdasarkan analisis diatas disimpulkan bahwa asosiasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang sehingga

(12)

keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan atribut tak berwujud, harga relatif, gaya hidup pengguna produk serta kelas produk yang ditawarkan perusahaan maskapai penerbangan lion air di kota Padang sesuai dengan yang diinginkan pelanggannya

Aaker (1996) seperti yang dikutip oleh Rangkuti (2009:45) mengatakan asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Konsumen yang beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, maka citra merek akan melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika dilandaskan pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Asosiasi merek menjadi pijakan dalam keputusan-keputusan pembelian dan loyalitas merek. Asosiasi merek menciptakan nilai bagi perusahaan dan para pelanggan yaitu membantu proses penyusunan informasi, membedakan merek tersebut dari merek lain, membangkitkan alasan untuk membeli, menciptakan sikap/perasaan positif, dan memberikan landasan bagi perluasan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Rofiq, dkk (2009) meneliti tentang peranan ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek daan loyalitas merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Sementara untuk persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Alghofari, dkk (2009) meneliti tentang analisis pengaruh brand equity terhadap pembentukan customer loyalty pada jenis merek pasta gigi dengan analisis SEM (Structural Equation Modelling) (Studi Kasus: Mahasiswa UMS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Brand awareness dan perceived quality merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty). Sementara Brand loyalty dan brand

association tidak berpengaruh mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty).

c. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Loyalitas Pelanggan Dari Tabel 4.23 diperoleh koefisien regresi persepsi kualitas bernilai positif sebesar 0,108 dimana hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif antara persepsi kualitas terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang, dengan nilai signifikansi sebesar 0,194 artinya nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Berdasarkan analisis diatas disimpulkan bahwa persepsi kualitas tidak terbukti berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang sehingga keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini mengindikasikan tanggung jawab, bentuk fisik, empati dan keandalan yang ditawarkan maskapai penrbangan lion air di kota Padang belum sesuai dengan yang diinginkan pelanggannya.

Persepsi kualitas dapat mempengaruhi pelanggan dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Kesan kualitas tidak bisa ditetapkan secara obyektif, karena kesan ini merupakan persepsi dari masing-masing individu yang sifatnya sangat subyektif. Kesan kualitas merupakan suatu perasaan yang tidak tampak dan menyeluruh mengenai suatu merek. Akan tetapi, biasanya kesan kualitas didasarkan pada dimensi-dimensi yang termasuk dalam karakteristik produk, di mana merek dikaitkan dengan hal-hal seperti keandalan dan kinerja. Kesan kualitas berbeda dengan kepuasan. Pelanggan bisa dipuaskan karena mereka mempunyai harapan yang lebih rendah terhadap tingkat kinerja suatu produk. Kesan kualitas yang tinggi tidak identik dengan harapan-harapan yang tinggi. Sama halnya dengan sikap, suatu sikap positif bisa timbul karena suatu produk dengan kualitas rendah yang sangat murah. Sebaliknya, seseorang mungkin mempunyai sikap negatif terhadap produk berkualitas tinggi yang terlalu mahal.

Menurut Aaker (1996) dalam Rangkuti (2009:41) kesan kualitas adalah

(13)

persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.

Kesan kualitas tidak bisa ditetapkan secara obyektif, karena kesan ini merupakan persepsi dari masing-masing individu yang sifatnya sangat subyektif. Kesan kualitas merupakan suatu perasaan yang tidak tampak dan menyeluruh mengenai suatu merek. Akan tetapi, biasanya kesan kualitas didasarkan pada dimensi-dimensi yang termasuk dalam karakteristik produk, di mana merek dikaitkan dengan hal-hal seperti keandalan dan kinerja. Kesan kualitas berbeda dengan kepuasan. Pelanggan bisa dipuaskan karena mereka mempunyai harapan yang lebih rendah terhadap tingkat kinerja suatu produk. Kesan kualitas yang tinggi tidak identik dengan harapan-harapan yang tinggi. Sama halnya dengan sikap, suatu sikap positif bisa timbul karena suatu produk dengan kualitas rendah yang sangat murah. Sebaliknya, seseorang mungkin mempunyai sikap negatif terhadap produk berkualitas tinggi yang terlalu mahal.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Rofiq, dkk (2009) meneliti tentang peranan ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek daan loyalitas merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Sementara untuk persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Alghofari, dkk (20090 meneliti tentang analisis pengaruh brand equity terhadap pembentukan customer loyalty pada jenis merek pasta gigi dengan analisis SEM (Structural Equation Modelling) (Studi Kasus: Mahasiswa UMS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Brand awareness dan perceived quality merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty). Sementara Brand loyalty dan brand association tidak berpengaruh mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen

yang loyal (customer loyalty).

d. Pengaruh Loyalitas Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan

Dari Tabel 4.23 diperoleh koefisien regresi loyalitas merek bernilai positif sebesar 0,230 dimana hal ini berarti bahwa ada pengaruh positif antara loyalitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang, dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 artinya nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05. Berdasarkan analisis diatas disimpulkan bahwa loyalitas merek berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di kota padang sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan frekuensi penggunaan, keunggulan maskapai, pilihan maskapai, perekomendasian, serta kesetiaan pelanggan maskapai penrbangan lion air dapat memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan yang diinginkan pelanggannya

Rangkuti (2009:60) mengatakan loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Rofiq, dkk (2009) meneliti tentang peranan ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek daan loyalitas merek berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler. Sementara untuk persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada industri telepon seluler.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Alghofari, dkk (20090 meneliti tentang analisis pengaruh brand

(14)

equity terhadap pembentukan customer loyalty pada jenis merek pasta gigi dengan analisis SEM (Structural Equation Modelling) (Studi Kasus: Mahasiswa UMS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Brand awareness dan perceived quality merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty). Sementara Brand loyalty dan brand association tidak berpengaruh mempengaruhi konsumen dalam memilih satu merek pasta gigi tersebut sehingga membentuk konsumen yang loyal (customer loyalty).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kesadaran merek tidak terbukti berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di Kota Padang

2. Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di Kota Padang

3. Persepsi kualitas tidak terbukti berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di Kota Padang

4. Loyalitas merek berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan pada maskapai penerbangan lion air di Kota Padang

Implikasi Penelitian

Berdasarkan analisis dan hasil pengujian hipotesis, maka terdapat sejumlah implikasi kebijakan yang harus diambil oleh Maskapai Penerbangan Lion Air, sebagai upaya untuk meningkatkan loyalitas pelanggannya.

Perusahaan maskapai penerbangan lion air walaupun mendapatkan brand value kedua pada urutan penerbangan tahun 2011 – 2012 namun dinilai belum mempunyai ekuitas merek yang kuat. Hal ini diketahui bahwa ada dua variabel dari ekuitas merek yang masih belum berpengaruh signifikan terhadap

loyalitas pelanggan maskapai penerbangan lion air. Itu sebabnya maskapai penerbangan lion air sebagai perusahaan yang mengelola salah satu penerbangan di Padang maupun diseluruh Indonesia untuk meningkatkan serta memperbaiki ekuitas mereknya melalui aspek kesadaran merek dari segi pengenalan merek, pengingatan kembali merek dan puncak pikiran yang sudah cukup baik menjadi baik. Begitu juga dengan aspek persepsi kualitas dari segi tanggung jawab, bentuk fisik, kompetensi, empati dan keandalan yang sudah cukup baik menjadi baik dengan tujuannya agar perusahaan mampu bersaing dalam memperebutkan loyalitas pelanggan pada pasar penerbangan melalui kekuatan ekuitas mereknya.

Sementara untuk asosiasi merek dan loyalitas merek yang mempengaruhi loyalitas pelanggan maskapai penerbangan lion air, maka penulis menyarankan kepada maskapai penerbangan lion air sebagai salah satu perusahaan yang mengelola penerbangan di kota padang maupun diseluruh Indonesia, sebaiknya perusahaan mempertahankan dan meningkatkan aspek asosiasi merek dari segi atribut tak berwujud, harga relative, gaya hidup pengguna produk dan kelas prroduk yang sudah cukup baik menjadi baik. Begitu juga dengan loyalitas merek dari sei frekuesi penggunaan, keunggulan maskapai, pilihan maskapai, perekomendasian serta kesetiaan pelanggan yang sudah cukup baik menjadi baik, karena dari hasil penelitian diketahui bahwa loyalitas merek dan asosiasi merek merupakan variabel ekuitas yang memberikan kontribusi terbesar dalam terbentuknya loyalitas pelanggan maskapai penerbangan lion air di Padang, agar di masa mendatang asosiasi merek dan loyalitas merek mampu meningkatkan loyalitas pelangan menjadi lebih baik.

Saran

Adapun saran penelitian yang penulis sampaikan di akhir penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Maskapai penerbangan lion air diharapkan mampu untuk membuat pelanggan meningkatkan kesadarannya terhadap merek dari segi pengingatan kembali merek dengan cara membuat

(15)

konsumen mampu mengingat logo atau simbol yang dimiliki maskapai penerbangan lion air sehingga kedepannya akan mempengaruhi loyalitas pelanggan

2. Maskapai penerbangan lion air diharapkan mampu untuk membuat pelanggan meningkatkan asosiasi merek dari segi atribut tak berwujud dan harga relative berupa meningkatkan kesan maskapai penerbangan lion air sebagai penerbangan yang berkesan eksklusif dan mempertimbangkan penetapan harga sesuai dengan manfaat yang diterima konsumen sehingga kedepannya akan meningkatkan loyalitas pelanggan

3. Maskapai penerbangan lion air diharapkan mampu untuk membuat pelanggan meningkatkan persepsi kualitas dari segi keandalan tentang merek maskapai penerbangan lion air merupakan merek maskapai penerbangan yang memiliki kualitas sehingga kedepannya akan mempengaruhi loyalitas pelanggan.

4. Maskapai penerbangan lion air diharapkan mampu untuk membuat pelanggan meningkatkan loyalitas merek dari pilihan maskapai tentang menjadikan maskapai penerbangan lion air sebagai maskapai penerbangan pilihan pertama sehingga kedepannya akan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Keterbatasan Penelitian

Adapun ketebatasan penelitian yang penulis sampaikan diakhir penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menganalisis variabel-variabel ekuitas merek jadi disarankan untuk peneliti berikutnya untuk dapat menambah variabel lainnya yang dapat menjelaskan lebih mendalam tentang loyalitas pelanggan.

2. Objek penelitian ini hanyalah pelanggan maskapai penerbangan lion air di kota padang jadi disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengambil objek penelitian yang lain agar kajian tentang variabel-variabel ekuitas merek dan loyalitas pelanggan dapat dipahami secara mendalam.

3. Masih sedikitnya jumlah responden yang dijadikan sampel sehingga hasil yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki tingkat keakuratan yang lemah, sehingga diharapkan untuk kedepannya lebih menambah jumlah sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Alma,

Buchari.

2007.

Manajemen

Pemasaran

dan

Pemasaran

Jasa.

Bandung : Alfabeta.

Astuti, Sri Wahjuni & I Gde Cahyadi

2007. Pengaruh Elemen Ekuitas

Merek Terhadap Rasa Percaya Diri

Pelanggan

di

Surabaya

Atas

Keputusan Pembelian Sepeda Motor

Honda.

Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak,

2001. Strategi Menaklukkan Pasar

Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku

Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Lie Joko Budiman 2004. Brand Equity Ten : Strategi Memimpin Pasar.

Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Ghozali, Imam 2005. Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Griffin, Jill. 2002. Customer Loyalty How To

earn it, How To Keep It I” Mc. Graw Hill, Kentucky.

Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty : Menumbuhkan & Mempertahankan Kesetiaan pelanggan. Jakarta : Erlangga. Gujarati, Damodar. 2001. Ekonometrik

Dasar. Jakarta : Erlangga.

Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung : Alfabeta.

(16)

Istijanto. 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran.

Jakarta

:

Gramedia

Pustaka Utama.

Kartajaya, Hermawan. 2004. Hermawan Kartajaya On Brand Seri 9 Elemen Marketing. Bandung : Mizan Pustaka. Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2007.

Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1 & 2. Jakarta : Erlangga.

Lupiyoadi, Rambat dan A Hamdani. 2009. Manajemen Pemasaran Jasa, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Majalah SWA, Indonesia Best Brand 2012, SWA 20 / XXVIII/ 20 September – 3 Oktober 2012

Manurung, Laurensius. 2010. Strategi dan Inovasi Model Bisnis Meningkatkan Kinerja Usaha Studi Empiris Industri Penerbangan. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Nathalya, Dhiny dan Adi Chandra, Handoyo. 2006. Analisa Brand Image Penumpang Lion Air Paska Kecelakaan Tanggal 30 Nopember 2004. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Krsiten Petra, Surabaya.

Pambudi, T.S., dan Darandono, 2004. Singa Belia Bernama Lion Air, SWA No 17/XX/09 Agustus – 01 September 2004 Rangkuti, Freddy. 2009. The Power of Brands

Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek plus Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Rofiq, Ainur, Nanang Suryadi, Nita Nur Faidah. 2009. Peranan Ekuitas Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Industri Telepon Seluler. The 3rd National Conference on Management Research, Bandung 5 November 2009. ISSN : 2086-0390

Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS.

Edisi Kedua. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS Tuntunan Praktis dalam Menyusun Skripsi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Sekaran, Uma. 2000.Reserch methods for Business. New York.

Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung : Alfabeta. Tjiptono, Fandy. 2005. Prinsip-Prinsip Total

Quality Service. Yogyakarta : Andi Offset.

---. 2008. Strategi Pemasaran, Edisi II. Jakarta: Penerbit Andi Yogyakarta

Gambar

Gambar 2.1  Konsep Brand Equity
Tabel 4.16  Hasil Uji Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Definisi dari Salovey dan Mayer yang dikutip Stein J Steven (2001) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan.. mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain,

Hubungan Antara Variabel Kematangan Emosi dan Perilaku Seksual Pranikah, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Seksual

Pada tahap proses bimbingan ini penyandang AK dan KS mengikutinya dengan baik walaupun membutuhan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil, dalam penelitian dilapangan

Tujuan proses isihan dijalankan adalah untuk memudahkan proses carian data-data yang telah disusunkan (N. Terdapat beberapa teknik isihan dan setiap teknik

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pertama, manfaat teoritis, yaitu penelitian ini bermanfaat untuk menguji, apakah model ini dapat dipakai dalam

Lampiran 7 Output SPSS One Sample T-Test Average Abnormal Trading Volume Activity di Sekitar Tanggal Pengumuman Perubahan Komposisi Indeks Bisnis-27. Lampiran 8 Output

Struktur kepemilikan keluarga yang dikendalikan oleh anggota keluarga yang berada dalam manajemen perusahaan akan cenderung patuh dan menyampaikan informasi mengenai

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut; adanya ion sianida (CN - ) dengan jumlah mol yang lebih kecil dari