• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi perilaku kerja dosen berdasarkan penguasaan kecerdasan emosional-spiritual : studi kasus mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi perilaku kerja dosen berdasarkan penguasaan kecerdasan emosional-spiritual : studi kasus mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma - USD Repository"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUASAAN KECERDASAN EMOSIONAL-SPIRITUAL

Studi Kasus Mahasiswa Progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universtas

Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Manajemen

Oleh:

Yohanes Perwira Ageng Wijaya NIM: 062214012

PROGAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

 

PERSEPSI PERILAKU KERJA DOSEN BERDASARKAN

PENGUASAAN KECERDASAN EMOSIONAL-SPIRITUAL

Studi Kasus Mahasiswa Progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi

Universtas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Manajemen

Oleh:

Yohanes Perwira Ageng Wijaya NIM: 062214012

PROGAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii 

 

(4)
(5)

iv 

 

Motto:

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan

roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

(2 Timotius 1;7)

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu

untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu

bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

(Roma 8:28)

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA:

BAPAK DAN IBUKU TERCINTA,

ATAS CURAHAN SEGALA CINTA DAN PERHATIANNYA

(6)

(7)

vi 

(8)

vii 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME atas karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada progam studi manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Ak.,Q.I.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak T. Handono EP, M.B.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati. 4. Bapak A. Yudi Yuniarto., S.E., M.B.A. selaku dosen pembimbing II,

yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

5. Papa dan Mama ku yang selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya, doa, kasih sayang, dan bimbingan yang sangat berharga buatku.

(9)

viii 

 

7. Buat sahabat-sahabatku genk mie ayam: Heni, Dini, Dewi, Oky, Chicy, Apri, Dwi riasto, Rama, Jono kebersamaan kita tak akan pernah terlupakan.

8. Sahabat-sahabatku: Primus, Hendras, Poe, Hari, Max, Vita, bayu thanks atas semangat dan kebersamaan kita.

9. Buat teman-temanku anak Manajemen 2006 dan semua rekan penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang diberikan selama ini.

(10)

ix 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

HALAMAN ABSTRAK ... xv

HALAMAN ABSTRACK……… ... xvi

CURRICULLUM VITAE……… ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

(11)

 

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Presepsi ... 6

B. Pengertian Perilaku ... 8

C. Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ) ... 8

D. Perilaku Kerja Bedasarkan Kecerdasan Emosional ... 11

E. Ranah Intrapribadi ... 13

F. Ranah Antarpribadi ... 19

G. Ranah Pengendalian Stres ... 21

H. Ranah Penyesuian Diri ... 23

I. Ranah Suasana Hati Umum ... 25

J. Pengertian Kecerdasan Spiritual ... 26

K. Perbedaan Kecerdasan Emosional dan Spiritual ... 27

L. Kecerdasan Emosional-Spiritual (ESQ) ... 28

M. Model Emotional-Spiritual Quontiet ... 29

N. Penelitian Sebelumnya ... 33

O. Desain Penelitian ... 35

P. Rumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 36

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

(12)

xi 

 

F. Populasi dan Sampel ... 38

G. Tehnik Pengambilan Sampel... 38

H. Sumber Data ... 38

I. Tehnik Pengumpulan Data ... 38

J. Tehnik Pengujian Instrumen ... 39

K. Tehnik Analisis Data ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN SUBJEK PENELITIAN A. Sejarah Umum ... 43

B. Visi, Misi dan Motto Universitas Sanata Dharma ... 44

C. Tujuan, Visi, dan Misi Prodi Manajemen ... 47

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis ... 49

B. Uji Validitas ... 49

C. Uji Reliabilitas ... 52

D. Analisis Data Penelitian ... 54

E. Tabel Ringkasan Hasil Penelitian ... 69

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

C. Keterbatasan ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(13)

xii 

 

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

V.1 Instrumen yang Digunakan Dalam Penelitian………... 50

V.2 Uji Validitas……….. 51

V.3 Uji Realibilitas………... 53

V.4 Penilaian Mahasiswa Bedasarkan Jenis Kelamin Dosen………... 54

V.5 Penilaian Mahasiswa Bedasarkan Usia Dosen……….. 56

V.6 Tabel Chi Square Test Aspek Intrapribadi Bedasarkan Jenis Kelamin………. 59

V.7 Tabel Chi Square Test Aspek Antarpribadi Bedasarkan Jenis Kelamin……… 60

V.8 Tabel Chi Square Test Aspek Pengendalian Stres Bedasarkan Jenis Kelamin…….. 60

V.9 Tabel Chi Square Test Aspek Penyesuian Diri Bedasarkan Jenis Kelamin……….. 61

V.10 Tabel Chi Square Test Aspek Suasana Hati Umum Bedasarkan Jenis Kelamin…... 62

V.11 Tabel Chi Square Test Aspek Spiritual Bedasarkan Jenis Kelamin……….. 62

V12 Tabel Chi Square Test Aspek Kecerdasan Emosional-Spiritual………... 63

V.13 Tabel Chi Square Test Aspek Intrapribadi Bedasarkan Usia……… 64

V.14 Tabel Chi Square Test Aspek Antarpribadi Bedasarkan Usia……….. 65

(14)

xiii 

 

V.16 Tabel Chi Square Test Aspek Penyesuian Diri Bedasarkan Usia………. 66

V.17 Tabel Chi Square Test Aspek Suasana Hati Umum Bedasarkan Usia………. 67

V.18 Tabel Chi Square Test Aspek Spiritual Bedasarkan Usia……… 67

V.19 Tabel Chi Square Test Aspek Emosional-Spiritual Bedasarkan Usia…………... 68

V.20 Tabel Ringkasan Hasil Chi Square Test Bedasarkan Jenis Kelamin... 69

V.21 Tabel Ringkasan Hasil Chi Square Test Bedasarkan Usia……… 70

(15)

xiv 

 

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian……… 77

Lampiran 2 Tabulasi Data Kuesioner Penelitian……… 85

Lampiran 3 Print Out Uji Validitas dan Reliabilitas………... 106

Lampiran 4 Hasil Analisis Chi Square Test……… 113

Lampiran 5 Tabel r……….. 128

Lampiran 6 Tabel X2 Chi Square………. 129

(16)

xv 

 

ABSTRAK

PERSEPSI PERILAKU KERJA DOSEN BEDASARKAN PENGUASAAN KECERDASAN EMOSIONAL-SPIRITUAL

Studi Kasus Mahasiswa Progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Yohanes Perwira Ageng Wijaya Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kerja dosen bedasarkan penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen dilihat dari jenis kelamin dan usia dosen. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma angkatan 2007 dan 2008, dengan sampel sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sampling. Tehnik pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data menggunakan tehnik analisis chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan penilaian mahasiswa bedasarkan penguasaan kecerdasan emosional spiritual dosen secara umum pada ketegori sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan dosen wanita mempunyai penilaian lebih rendah daripada dosen pria dan dosen usia tua mempunyai penialain lebih tinggi daripada dosen yang lebih muda.

(17)

xvi 

 

ABSTRACT

PERCEPTIONS OF LECTURE WORK BEHAVIORS BASED ON MASTERY OF EMOTIONAL-SPIRITUAL QUOTIENT

A Case Study Student Economic Faculty of Management, Sanata Dharma University

Yohanes Perwira Ageng Wijaya Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2011

This research attempts to learn lecture work behaviors based on mastery of emotional-spiritual quotient which categorized by gender and age. The data for this study is collected by questionnaire. Population that is used in this research is students 2007 and 2008 Economic Faculty of Management, Sanata Dharma University. This research took 100 respondents for the sample. The method for the sampling is purposive sampling. Data analyses are used chi square. The result of this research indicated that assessment of students based on mastery of emotional-spiritual quotient lecture in general category. The result of this research also indicated that female lecture had lower ratings than male lecture and also older lecture had higher ratings than the younger lecture.

(18)

xvii 

 

Curriculum Vitae

1. Nama : Yohanes Perwira Ageng Wijaya 2. Tempat dan tanggal lahir : Klaten, 14 November 1988 3. Jenis kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Katolik

5. Pekerjaan orang tua : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 6. Alamat asal : Jl raya 75 Delanggu, Klaten 7. Alamat terahkir di Yogyakarta : Jl Gejayan gang buntu 1 no 2

Condong Catur 8. Riwayat pendidikan

a. SD : SD Kanisius, Delanggu Klaten, tahun 2000

b. SMP : SMP Kanisius Hati Kudus, Delanggu Klaten, tahun 2003

c. SLTA : SMA PL ST Yosef, Surakarta, tahun 2006

9. Piagam, sertifikat, atau bentuk lain yang pernah diterima sebagai penghargaan dalam bidang olahraga, seni, karya ilmiah dan lain sebagainya.

: tidak ada

10. Kursus, pelatihan dan kegiatan sejenis yang pernah diikuti

: Kursus komputer, kursus bahasa inggris

11. Prestasi yang dianggap menonjol : tidak ada

(19)

1  BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya sistim pendidikan, keunggulan sekolah atau universitas bukanlah terletak pada input unggul, proses unggul dan melahirkan output unggul, melainkan terletak pada keunggulan proses yang menuntut tersedianya secara maksimal segala sesuatu yang menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri ( Yusuf, 2004: 4). Untuk itulah diperlukan sumber daya manusia yang mampu menyediakan secara maksimal proses belajar mengajar yang unggul.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi dan perkembangan dalam mengelola sumber daya manusia, diketahui bahwa kesuksesan seorang bekerja bukan semata-mata didasarkan ketrampilan ketrampilan dan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, tetapi didasarkan juga pada kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ). EQ memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kesuksesan sumber daya manusia baik secara individu maupun kelompok dalam menghadapi tantangan-tantangan globalisasi.

(20)

kemampuan untuk membedakan, memberi kita rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku diselaraskan dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya.

Kiprah Universitas Sanata Dharma dalam pembangunan bidang pendidikan tidak bisa diabaikan dalam konteks pencerdasan bangsa. Terlebih juga sesuatu yang menarik dicermati dari visi universitas Sanata Dharma yaitu memadukan nilai nilai akademik dan humanistik. Maka dari itu didalam pencapaian visi tersebut tidak terlepas dari campur tangan para dosen, selaku pemimpin dalam menciptakan keunggulan para pengikutnya ( mahasiswa ) secara cerdas dan kompetitif. Cerdas dan kompetitif adalah cerdas intelektual, emosional, dan spiritual. Untuk pembentukan insan cerdas dan kompetitif itu bisa terjadi dengan para dosen yang telah mempunyai kriteria cerdas dan kompetitif, dimana diharapkan sudah mempunyai dan mampu mempraktekannya.

(21)

sebutan sebagai yang terbaik masih mempunyai kelemahan, terutama dalam hal berkomunikasi dan pengendalian emosinya. Kemampuan mengendalikan emosi menjadi faktor penting untuk menentukan kesuksesan seseorang.

Pemahaman dan penguasaan dosen sebagai superleadership

terhadap kecerdasan baik intelektual (IQ), emosional (EQ), spiritual (SQ) dalam menciptakan insan yang cerdas sangat mempunyai peranan penting dalam pembentukan, seiring dengan visi Universitas Sanata Dharma yaitu memadukan nilai-nilai akademik dan humanistik. Penguasaan adalah kemampuan seseorang untuk mengerti, memahami, dan kemudian mampu mengimlementasikan hal yang dipelajari tersebut dalam kehidupan. Oleh karena itu, dengan berbagai alasan dan penjelasan yang telah dikemukakan, penulis merasa tertarik untuk menganalisis masalah penilaian mahasiswa terhadap penguasaan kecerdasan emosional dan spiritual dosen dalam penelitian berjudul “Persepsi Perilaku Kerja Dosen Bedasarkan Penguasaaan Kecerdasan Emosional-Spiritual” B. Rumusan Masalah

(22)

1. Bagaimana penilaian mahasiswa terhadap penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen?

2. Adakah perbedaan penilaian mahasiswa terhadap penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen dilihat dari jenis kelamin dan usia dosen?

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini tidak meluas, maka peneliti akan memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian akan dilakukan pada mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Fakultas Ekonomi, Prodi Manajemen Angkatan 2007 dan 2008.

2. Penilaian terhadap dosen meliputi kecerdasan sprititual dan kecerdasan emosional

3. Penilaian mahasiswa yang hendak diteliti adalah penilaian mahasiswa bedasarkan penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen Prodi Manajemen, Fakultas ekonomi, Universitas Sanata Dharma dilihat dari perbedaan jenis kelamin dan usia.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penilaian mahasiswa terhadap penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen.

(23)

E. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dibuat tentunya mempunyai manfaat. Banyak sekali manfaat dari sebuah penelitian. Untuk itu penulis ingin memberikan tiga manfaat berkenaan dengan penelitian yang akan disusun. Adapun tiga manfaat tersebut yaitu :

1. Bagi Dosen Prodi Manajemen

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan penyadaran urgensi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam kecerdasan emosional (emotional quontient (EQ)), dan kecerdasan spiritual (spiritual quontient (SQ)) dan bagaimana mensinergikan kedua kecerdasan tersebut dengan intellegent quontient (IQ) dengan demikian mampu menjadi teladan dan membentuk mahasiswa sebagai insan yang cerdas dan kompetitif.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini mampu dijadikan refleksi dan pembelajaran atau peningkatan mutu bagi Universitas Sanata Dharma untuk kedepan yang lebih baik

3. Bagi penulis

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1) Pengetian Presepsi

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Menurut Gibson (1996), persepsi adalah proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, simbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif sendiri merupakan proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Karena tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki presepsi yang berbeda meskipun melihat objek yang sama.

Robbins (2001) menyatakan juga persepsi adalah suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya. Sedangkan menurut Kreitner dan Kinicki (2003) persepsi adalah proses interprestasi seseorang terhadap lingkungannya. Kedua pakar ini lebih tertarik menyebut persepsi itu sebagai persepsi sosial karena fokus utama dalam sebuah organisasi

(25)

adalah manusia. persepsi penting dalam membahas perilaku individu ataupun kelompok karena perilaku manusia seringkali dituntun oleh persepsinya terhadap suatu realita, bukan realitas sendiri. Persepsi orang berbeda satu sama lain terhadap objek yang sama. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (Robbins, 2001) adalah a) Pemberi kesan/pelaku persepsi

Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menginterprestasikan apa yang dilihatnya tersebut, maka interprestasinya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristiknya dalam hal ini adalah karakteristik si pemberi kesan/penilai.

b) Sasaran/target/objek

Ciri-ciri pada sasaran/objek yang sedang diamati dapat mempengaruhi persepsi. Orang yang penampilannya sangat menarik/tidak menarik lebih mudah untuk dikenal/ditandai.

c) Situasi

(26)

2) Pengetian Perilaku

Perilaku adalah merupakan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Suatu perilaku dapat bersifat covert ataupun overt. Overt artinya nampak dan covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang melakukannya). Perilaku mempunyai beberapa dimensi yaitu fisik, dapat diamati, digambarkan, dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya. Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi. Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang. Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia (Miltenbirger, 2001). 3) Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)

(27)

mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Definisi ini menekankan pada sejumlah perbedaan tetapi saling terkait. Kecerdasan emosional itu sendiri dapat dikonsep secara relatif sebagai suatu kecerdasan individu terhadap emosinya sendiri dan kemampuan untuk mengekspresikan emosi-emosi tersebut diekspresikan oleh pihak lain, untuk pengaturan emosi baik untuk diri sendiri atau orang lain, dan untuk menggunakan emosi tersebut.

(28)

Jadi dengan adanya kecerdasan emosional sangat berpengaruh sekali dalam proses belajar baik itu waktu didalam maupun diluar pelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar terjadinya proses peneladanan EQ oleh mahasiswa terhadap seorang pendidik dan hal tersebut juga mampu memberikan motivasi terhadap proses belajar dan pembekalan mahasiswa besok didalam dunia kerja organisasi. Meskipun zaman berlalu lebih banyak didominasi oleh IQ dan terfokus pada memperlakukan segala sesuatu seolah benda mati dan dapat dianalisis, ada tanda-tanda bahwa model yang baru muncul untuk kecerdasan berorganisasi akan lebih didasarkan pada prinsip-prinsip EQ dan sistem biologis. Sejalan dengan itu, model tersebut akan memperlakukan orang, pasar, gagasan dan organisasi sebagai sesuatu yang menarik, unik, hidup, generatif, dan interaktif, dan memiliki kemampuan bawaan untuk berubah, belajar, tumbuh, membangkitkan ispirasi, kreatif, melakukan sinergi, dan bertransformasi.

(29)

ilmuwan yang semuanya memiliki nilai prestasi mendekati puncak pada uji-uji IQ akademik. Yang menghasilkan perbedaan antara bintang-bintang dalam kelompok ini dengan yang berprestasi kerja biasa-biasa saja bukan IQ melainkan aspek-aspek lain dari kecerdasan, termasuk EQ. Mereka lebih baik dalam hal memotivasi diri, mengambil inisiatif, mau bertanggung jawab atas pekerjaan yang berdada diluar pekerjaan yang ditetapkan bagi mereka terutama selama masa-masa krisis dan perubahan. Mereka membangun hubungan yang akrab dan saling percaya di seluruh organisasi, dan lebih mampu mengambil manfaat-manfaat langsung dan sepenuhnya dari jaringan-jaringan dan kelompok-kelompok kerja tidak formal dan sangat adaftif untuk menciptakan terobosan-terobosan. Untuk itu EQ harus dikembangkan oleh setiap mahasiswa. Begitu pula seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara yang terbaik untuk mengukur kecerdasan emosional seseorang atau dirinya sendiri.

4) Perilaku Kerja Bedasarkan Kecerdasan Emosional

(30)

peningkatan kecerdasan emosional seseorang sampai mampu menjadi karakternya.

Ada banyak sekali riset yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang, kecerdasan emosional akan merupakan penentu yang lebih akurat mengenai keberhasilan dalam komunikasi, dalam hubungan-hubungan dan dalam kepemimpinan, daripada kecerdasan mental. Daniel Goleman memperjelas bahwa untuk mencapai kinerja luar biasa di semua jenis pekerjaan, dibidang apapun, kompetensi emosional adalah dua kali lebih penting daripada kemampuan kognitif saja. Untuk meraih keberhasilan yang tinggi, dalam posisi kepemimpinan, kompetensi emosional jauh lebih mendukung dan menguntungkan, mengingat bahwa kompetensi emosional merupakan dua pertiga atau lebih dari unsur-unsur yang menentukan kinerja prima. Pengembangan kecerdasan emosional yang lebih kuat merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para orang tua, pendidik, dan pemimpin disetiap tingkat organisasi.

(31)

Model Kecerdsan Emosional Bar-On

Sumber :  Stein & Howard (2001) 

5) Ranah Intrapribadi

Ranah ini terkait dengan kemampuan dalam mengendalikan diri sendiri. Dunia intrapribadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita bisa mengungkapkan perasaan kita, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki rasa percaya diri dalam mengungkapkan gagasan dan keyakinan kita. Sub bagian yang perlu dikembangkan melalui ranah ini adalah:

a) Kesadaran diri (kemampuan untuk mengenali perasaan, mengapa merasakan dan pengaruhnya terhadap orang lain). Penting sekali berlatih mengenali diri sendiri dengan mempelajari gejala tubuh dihubungkan dengan perasaan yang dialami. Gejala tubuh apa yang

 

 

 

 

 

SUASANA HATI UMUM

INTRAPRIBADI ANTAR PRIBADI

PENGENDALIAN STRES

PENYESUAIAN DIRI

(32)
(33)

mengabaikan kemampuan kita untuk berkomunikasi lisan dengan cara simpatik dengan orang lain.

(34)

ini sungguh sangat melegakan, sebagaimana yang dirasakan oleh banyak mantan penderita kepribadian pasif. Sifat asertif membuka banyak kemungkinan baru dan memang bisa membuat kita “memperoleh banyak teman dan mempengaruhi orang lain” sehingga kita bisa membina hubungan yang lebih akrab dan lebih jujur dengan orang lain. Inilah salah satu perbedaan utama antara sikap asertif dan agresif. Pada saat kita bersikap asertif, bahkan dalam situasi yang sulit dan tidak menyenangkan, orang lain akan merasa dihargai dan diterima, bukan diremehkan. Jika kita bersikap agresif, orang akan bersikap defensif dan marah, berpura-pura memenuhi keinginan kita, padahal kemudian mengelak dengan melakukan sesuatu yang tidak hubungannya, atau menjahui kita sambil memendam pikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan tentang kita. Bersikap asertif berarti kita harus memikirkan orang lain dan reaksi mereka. Kontak mata, bahasa tubuh, nada bicara, dan pilihan kata, semuanya penting, serta juga cara menyiasatinya, yang jika dikuasai, akan memudahkan kita diterima berkiprah di dunia diplomasi.

(35)

ide tersebut bisa dilaksanakan sehingga makin lama kreativitas akan hilang. Orang yang mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan membuat keputusan penting. Meskipun demikian, mereka bisa saja meminta dan mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum ahkirnya membuat keputusan yang tepat bagi mereka sendiri. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan-diri dan kekuatan batin seseorang, dan keinginan untuk memenuhi harapan dan kewajiban tanpa diperbudak kedua jenis tuntutan itu. Kemandirian juga ada hubungannya dengan harga diri, jika kita merasa diri lebih baik, orang lain pun akan lebih menghargai kita. Membuat keputusan dan menerapkannya, kemudian konsisten menghadapi semua akibatnya, adalah kunci sukses. Semakin sering kita mempraktikkannya, semakin cakap pulalah kita, dan kepercayaan diri kita pun akan semakin meningkat.

(36)

umum, seperti rasa aman, kekuatan batin, rasa percaya diri, dan rasa sangup hidup mandiri. Perasaan yakin pada diri sendiri ditentukan oleh adanya rasa hormat diri dan harga diri, yang tumbuh akibat kesadaran akan jati diri, kesadaran yang berkembang dengan cukup baik. Orang yang memiliki rasa penghargaan diri yang bagus akan merasa puas dengan diri mereka sendiri. Lawan dari penghargaan diri adalah rasa rendah diri dan rasa tidak puas pada diri sendiri. Mengetahui kelemahan diri sendiri akan meningkatkan prestasinya apabila diikuti oleh upaya perbaikan terhadap kelemahan tersebut. Di sisi lain, menyadari kelebihan yang dimiliki akan mendorong seseorang mengembangkan kelebihan tersebut dan ahkirnya mendorong pada prestasi kerja yang lebih baik.

(37)

waktu, karena pekerjaan menimbulkan kesenangan, sesuatu yang tetap kita lakukan meskipun tidak dibayar.

6) Ranah Antarpribadi

Ranah kecerdasan emosional ini berhubungan dengan apa yang dikenal sebagai ketrampilan berinteraksi. Mereka yang berperan dengan baik dalam ranah ini biasanya bertanggungjawab dan dapat diandalkan. Mereka memahami, berinteraksi, dan bergaul dengan baik dengan orang lain dalam berbagai situasi. Mereka membangkitkan kepercayaan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai bagian dari suatu kelompok. Sub bagian yang perlu dikembangkan melalui ranah ini adalah :

(38)

dan menyenangkan orang lain. Sikap ini lebih pada upaya memahami perasaan dan berfikir seperti sudut pandang orang lain meskipun berbeda dengan diri sendiri. Hal ini bukan berarti selalu selalu membenarkan pendapat orang lain dan menyalahkan pendapat pribadi, tetapi empati adalah memberikan pengakuan bahwa pihak lain mempunyai pendapat sendiri. Efek dari sikap ini adalah orang lain merasa mempunyai hubungan khusus (kedekatan secara emosional) dan ahkirnya memperlancar komunikasi antar dua belah pihak.

(39)

mempunyai tanggung jawab sosial akan menunjukkan sikap antisosial, bertindak sewenang-wenang pada orang lain, dan memanfaatkan orang lain.

c) Hubungan antarpribadi ( kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi dan menerima kasih sayang ). Kepuasan bersama mencakup interaksi sosial bermakna yang berpotensi memberikan kepuasan serta ditandai dengan saling memberi dan menerima. Ketrampilan menjalin hubungan antarpribadi yang positif dicirikan oleh kepedulian pada sesama. Unsur kecerdasan emosional ini tidak hanya berkaitan dengan keinginan untuk membina persahabatan dengan orang lain, tetapi juga dengan kemampuan merasa tenang dan nyaman berada dalam jaminan hubungan tersebut, serta kemampuan memiliki harapan positif yang menyangkut interaksi sosial.

7) Ranah Pengendalian Stres

Ranah ini berkaitan dengan kemampuan menanggung stres tanpa harus hancur, kehilangan kendali, atau terpuruk. Keberhasilan dalam ranah ini berarti bahwa kita biasanya dapat tetap tenang, jarang bersikap implusif, dan mampu mengatasi tekanan. Sub bagian yang perlu dikembangkan melalui ranah ini adalah:

(40)

dan tegar mengadapi konflik emosi) Stephen Covey menggambarkan stres sebenarnya bukan pada memegang segelas air (karena segelas air tidak berat), tetapi segelas air yang dipegang terus menerus selama dua jam (Covey, 1999). Strategi bekerja yang meningkatkan EQ dilakukan diantaranya dengan perlunya jeda strategis beberapa menit setelah mengerjakan suatu pekerjaan beberapa waktu (Cooper & Howard, 2001). Jeda ini dipergunakan untuk mengembalikan energi dan menurunkan tingkat ketegangan. Stres mempunyai konsekuensi secara subyektif (misalnya kecemasan, agresif, depresi, ketegangan, frustasi), psikologis (misalnya tekanan darah naik, gula darah naik, sariawan, denyut jantung bertambah, panas), organisasi (misalnya tingkat absensi meningkat, produktivitas rendah, kepuasan dan komitmen kerja menurun), dan kognitif (misalnya konsentrasi rendah, sulit membuat keputusan, hipersensitif terhadap kritik). Jika tanda-tanda stres dialami, perlu segera dilakukan tindakan antisipasi seperti olahraga, relaksasi atau membuat humor (Gibson, 2000).

(41)

panjang sejenak, menunggu emosi mereda dan mengumpulkan berbagai data pendukung, sebelum memanggil seseorang yang bermasalah.

8) Ranah Penyesuaian Diri

Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan kita untuk menilai dan menanggapi situasi yang sulit. Keberhasilan dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita dapat memahami masalah dan merencanakan pemecahan yang ampuh, dapat menghadapi dan memecahkan masalah keluarga, serta dapat menghadapi konflik, baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan kerja. Ranah penyesuaian diri dapat dikembangkan melalui sub bagaian :

(42)

seringkali muncul bukan dari realitas tetapi dari ketakutan yang dibuat sendiri.

b) Sikap fleksibel (kemampuan menyesuaikan perasaan, pikiran dan tindakan dengan keadaan yang berubah-ubah). Orang yang fleksibel mempunyai kemampuan untuk mengatasi dengan baik tuntutan yang bertubi-tubi, skala prioritas yang berubah, dan perubahan yang cepat. Terutama di lingkungan bisnis dan sosial, kemapuan ini sangat penting untuk meraih sukses karena membuat kita mampu memanfaatkan informasi baru, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan menanggapi perubahan skala prioritas. Orang yang tidak fleksibel akan tetap berperilaku sama dalam situasi yang baru, meskipun perilaku tersebut sudah tidak lagi efektif dan efisien. Mereka tidak mau menerima gagasan baru, tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan, dan tidak siap ketika situasi menuntut cara yang baru dan berbeda. Akibatnya, peluang sukses selalu lepas dari tangan mereka (stein & howard, 2001).

(43)

yang bisa dilakukan saat menghadapi masalah adalah merumuskan masalah secermat dan serealistis mungkin, menemukan alternatif pemecahan masalahnya, pilih alternatif yang terbaik, dan melaksanakan alternatif tersebut, Stoner (dalam Sabardini 2006: 59).

9) Ranah Suasana Hati Umum

Ranah suatu hati umum berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemapuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Ranah ini terdiri dari 2 sub bagian:

a) Optimisme (kemampuan mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadi masa-masa sulit). Optimisme bukan kecenderungan yakin bahwa segalanya akan berubah baik menjadi baik sehingga lepas tanggung jawab dengan menentramkan diri sendiri melalui kata-kata membangkitkan semangat. Optimisme adalah berhenti mengatakan hal negatif diri sendiri dan lingkungan saat gagal, dan memandang kedepan alternatif peluang yang realistis untuk dicapai. Hal ini berarti tabah saat gagal dan tetap bangun setelah gagal.

(44)

mereka. Mereka bergembira dan bersemangat melakukan pekerjaan dan menjalani waktu santai, dan sikap ini masuk dalam ke dalam pergaulan mereka. Orang yang bahagia akan mempunyai daya dorong untuk meraih sukses, baik di lingkungan kerja maupun di waktu luang karena mereka menyenangkan sebagai teman, sehingga mudah menarik orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Kebahagiaan mereka memberi motivasi pada diri mereka sendiri maupun orang lain, serta menyediakan sumber energi dan semangat yang tidak dimiliki oleh orang yang tidak bahagia. Selain itu, orang yang bahagia mempunyai kekuatan untuk tetap tabah, kemampuan yang diperlukan untuk mengatasi masalah kecil, dan kadangkala masalah yang serius. Rasa puas mereka terhadap hidup menghapuskan semua rasa iri dan serakah yang bisa merusak proses pembinaan hubungan dan motivasi.

10)Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)

(45)

SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif, dan SQ ini merupakan kecerdasan manusia yang paling tinggi hakikatnya. Kecerdasan spiritual juga dapat diartikan sebagai pusat paling mendasar diantara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas, Covey. (2005: 79). Dan juga menurut Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama mahluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

11)Perbedaan Antara Kecerdasan Emosional dan Spiritual

(46)

Daniel Goleman, kecerdasan emosional memungkinkan saya untuk memutuskan dalam situasi apa saya berada lalu bersikap secara tepat di dalamnya. Hal ini berarti bekerja di dalam batasan situasi dan membiarkan situasi tersebut mengarahkan saya. Akan tetapi, kecerdasan spiritual memungkinkan saya bertanya apakah saya memang ingin berada pada situasi tersebut. Apakah saya lebih suka mengubah situasi tersebut, memperbaikinya? Ini berarti bekerja dengan batasan situasi saya, yang memungkinkan saya untuk mengarahkan situasiitu.

Setelah melihat dalam pembahasan mengenai dasar neurologis SQ, secara harafiah SQ beroperasi dari pusat otak yaitu dari fungsi-fungsi penyatu otak. SQ mengintegrasikan semua kecerdasan manusia. SQ menjadikan manusia mahluk yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual.

12)Kecerdasan Emosi-Spiritual (ESQ)

Kecerdasan emosi-spiritual (ESQ) merupakan sinergi dari EQ dan SQ yang pertama kali digagas oleh Ginanjar (2001) sebagai penggabungan antara kepentingan dunia (EQ) dan kepentingan spiritual (SQ). kecerdasan emosi-spiritual merupakan dasar mengenali dan memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri dan juga perasaan serta suara hati orang lain, di mana suara hati adalah dasar kecerdasan emosi-spiritual dalam membangun ketangguhan sosial (Ginanjar, 2001).

(47)

emosi sebagai informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi untuk mencapai sinergi, yakni saling menjalin kerjasama antara seseorang atau kelompok orang dengan orang lain atau kelompok lain dan saling menghargai berbagai perbedaan, yang bersumber dari suara hati manusia sebagai dasar mengenali dan memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri, juga perasaan serta suara hati orang lain.

13)Model Emotional-Spiritual Quontient

Kecerdasan emosi-spiritual senantiasa berpusat pada prinsip atau kebenaran yang hakiki yang bersifat universal dan abadi. Ginanjar (2001) mengungkapkan beberapa tahapan yang digunakan membangun kecerdasan emosi-spiritual, yaitu:

a) Penjernihan emosi (Zero Mind Process); tahap ini merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala belenggu. Ada tujuh hal yang dapat membelenggu dan menutupi fitrah (God-Spot), yaitu: prasangka, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding literatur. Tanpa disadari semua itu membuat manusia menjadi buta, sehingga tidak memiliki radar hati sebagai pembimbing. Manusia terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan dan kehancuran, dan pada ahkirnya mengakibatkan kegagalan.

(48)

bagian ini diharapkan akan tercipta format berfikir dan terdalam emosi bedasarkan kesadaran diri, serta sesuai dengan hati nurani terdalam dari diri manusia. Di sini akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual sesuai dengan fitrah manusia yang mencakup enam prinsip:

i. Star Principle (prinsip bintang); terkait dengan rasa aman, kepercayaan diri, intuisi, integritas, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi, yang dibangun dengan landasan iman.

ii. Angel Principle (prinsip malaikat); yakni keteladanan malaikat, antara lain mencakup loyalitas, integritas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka menolong dan saling percaya. iii. Leadership Principle (prinsip kepemimpinan); setiap orang

(49)

dan yang terpenting adalah memimpin berlandasakan atas suara hati dan fitrah.

iv. Learning Principle (prinsip pembelajaran); mencakup kebiasaan membaca buku, membaca situasi, kebiasaan berfikir kritis, kebiasaan mengevaluasi, menyempurnakan dan memiliki pedoman. Manusia diberi kelebihan akal untuk berfikir.

v. Vision Principle (prinsip masa depan), yakni selalu berorientasi pada tujuan ahkir dalam setiap langkah yang ditempuh, setiap langkah tersebut dilakukan secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial dengan kesadaran akan adanya “Hari Kemudian,’’ memiliki kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan batin yang tinggi, yang tercipta oleh adanya keyakinan akan “Hari Pembalasan.”

(50)

c) Ketangguhan sosial (Social Strength); merupakan suatu pembentukan dan pelatihan untuk melakukan sinergi dengan orang lain, serta lingkungan sosialnya. Hal ini merupakan perwujudan tanggung jawab sosial seorang manusia yang telah memiliki ketangguhan pribadi, yang diperoleh melalui hal-hal berikut:

(51)

a. Ringkasan Penelitian Sebelumnya

No Judul penelitian Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Peningkatan Kinerja Melalui Perilaku Kerja Bedasarkan Kecerdasan Emosional

Variabel X : Kecerdasan Emosioanal Dan Variabel Y : Peningkatan Kinerja SDM

Tidak Ada Bahwa peran kecerdasan emosional adalah pada peningkatan kemampuan dan peningkatan motivasi, inilah yang

bermanfaat dalam meningkatkan kinerja. 2 Pengaruh Perilaku Pemimpin

Transformasional Otentik Terhadap Kecerdasan Emosional Dengan variabel Intervening: Kesamaan Nilai, Kepercayaan, Dan Rasa Kagum Guru Dan Karyawan Di Sekolah-Sekolah Muhammadiyah

Variabel Independen X1: Kepemimpinan

Transformasional Yang Otentik. Variabel Dependen Y: Kecerdasan Emosional. Variabel Intervening X2: Kesamaan Value, X3: Kepercayaan, X4: Rasa Kagum

Pengukuran Dilakukan Dengan Uji Validitas dan Realibilitas. Pengukuran Setiap Instrumen Yang Digunakan Berbentuk Cross Check Dan tanggapan Masing-MasingPertanyaan Diukur Dengan Menggunakan Skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan dari tujuh hipotesis yang ditetapkan menunjukkan pengaruh yang signifikan,sebanyak lima hipotesis mempunyai taraf signifikansi sangat kuat (dibawah 1%) sedangkan dua hipotesis mempunyai taraf signifikasi yang kuat yaitu dibawah 5%

3 Upaya Membangun Karyawan Yang Berkualitas Melalui Peningkatan Kecerdasan Emosional-Spiritual (ESQ)

Variabel X1 : Kecerdasan Emosional, Variabel X2: Kecerdasan Spiritual. Dan Vriabel Y: Menbangun karyawan yang berkualitas.

Tidak Ada Kecerdasan Emosional-Spiritual memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena seseorang yang memiliki kecerdasan emosi-spiritual tinggi akan memiliki pula daya kreativitas, visi, komitmen, integritas, dan kemampuan bersinergi dengan orang lain.

 

(52)

4 Kecerdasan Emosi dan Hubungannya Dengan Pencapaian Akademik dan Tingkah Laku Pelajar

Variabel X : Kecerdasan Emosi dan Variabel Y : Pencapaian Akademik dan Tingkat Kenakalan Tingkah Laku Pelajar

Alat Ukur Kajian Menggunakan Kajian rintis dan alfa cronbach

Hubungan kecerdasan emosi dengan pencapaian akademik, hasil kajian menunjukkan sekali korelasi antara kecerdasan emosi dengan pecapaian akademik pelajar ialah r = -1.63 pada aras ke ertian p ≤0.01. Hal ini

menunjukkan terdapat hubungan antara EQ dengan pencapaian akademik pelajar. Dan pada hubungan antara EQ dengan kenakalan pelajar menunjukkan

hubungan yang lemah dan tidak terdapat hubungan.

5 Effect of Emotional Intellegence On Academic Performance

Variabel X : Emotional Intellegence and Variabel Y : Personality Academic

Performance in School

Analyzed by checklist method and then using sample t-test to see differences gender and Anova to computed on four different groups. Use SPSS Version 8 and Minitab Version 10 statistical packages.

It suggests that high emotional

intelligence has a positive effect on the academic performance of the students where as low emotional intellegence has a negative effect on the academic performance of the students.

 

(53)

b. Desain Penelitian

c. Rumusan Hipotesis

HA1 : Terdapat penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen HA2 : Ada perbedaan penilaian mahasiswa terhadap penguasaan

kecerdasan emosional-spiritual dilihat dari perbedaan jenis kelamin dan usia dosen.

INTRAPRIBADI

ANTARPRIBADI

PENGENDALIAN STRES

PENYESUAIAN DIRI

SPIRITUAL

 

DOSEN

ESQ

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode dalam pencarian fakta status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat (Sedarmayanti 2002:33).

b. Subjek dan Objek penelitian

Subjek penelitian adalah merupakan orang atau jabatan yang memiliki data penelitian atau akan diamati perilakunya dalam rangka penelitian, subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas ekonomi, prodi manajemen angkatan 2007-2008 Sanata Dharma. Sedangkan objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian peneliti untuk diamati, objek dalam penelitian ini adalah dosen fakultas ekonomi, prodi manajemen Sanata Dharma.

c. Waktu dan Lokasi Penelitian

Guna memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan di atas maka tempat penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Fakultas Ekonomi, Progam Studi Manajemen.

d. Variabel Penelitian

Variabel masalah dari penelitian ini adalah variabel kualitas penguasaan kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan emosional

(55)

adalah sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan (Stein J Steven, 2001). Sedangkan kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup jalan seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain (Zohar dan Marshall, 2000).

Untuk pengukuran setiap variabel yang diteliti, pengukuran dengan menggunakan analisis presentase dan metode chi square.

e. Definisi Operasional

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Sasanti, 2003). Sedangkan perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain atau orang yang melakukannya.

(56)

f. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti (Sedarmayanti 2002 :121). Dalam penelitian ini, populasi adalah mahasiswa Progam Studi Manajemen angkatan 2007 dan 2008 Universitas Sanata Dharma.

g. Tehnik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang akan diambil dari populasi yaitu purposive sampling. Sampel yang akan diambil berjumlah 100, yaitu mahasiswa angkatan 2007 berjumlah 50 anak dan mahasiswa angkatan 2008 berjumlah 50 anak.

h. Sumber Data

Di dalam penelitian terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek yang diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain baik berupa dokumentasi, data yang telah diolah, maupun informasi mengenai sesuatu hal. Dalam penelitian ini sumber data akan diperoleh melalui sumber data primer, dimana akan diperoleh langsung dari subjek yang diteliti.

i. Tehnik Pengumpulan Data

(57)

1. penilaian mahasiswa terhadap penguasaan kecerdasan emosional-spiritual dosen Progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

j. Tehnik Pengujian Instrumen

Ketelitian hasil suatu penelitian banyak ditentukan oleh validitas dan reabilitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. 1. Analisis validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur (pengukur) itu mengukur apa yang ingin diukur.

Rumus Korelasi Product Moment :

Nxy- (∑x)(∑y) rxy =

√{N∑x2 – (∑x)2} (N∑y2- (∑y)2)} Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi tiap item x = nilai setiap item

y = nilai dari total semua item N = banyaknya responden

(58)

2. Pengujian Reabilitas

Reabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi 2 kali atau lebih. Pengukuran ini menggunakan tehnik Korelasi Product Moment dari Karl Pearson.

N∑XY - ∑ X∑Y ry =

√{N∑X– (∑X)2}{N∑Y – (∑Y)2} Keterangan : ry = koefisien korelasi tiap item. X = nilai item bernomor ganjil. Y = nilai tem bernomor genap. N = banyaknya sampel.

Setelah hasil didapat, maka dimasukkan dalam rumus Spearman Brown untuk mencari koefisien reliabilitas.

2 ( ry ) rx =

1 + ry

Keteranagan : rx = koefisien keterandalan

ry = koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dan bernomor genap.

(59)

k. Tehnik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah meode kuantitatif, yaitu suatu analisis data yang menggunakan perhitungan angka-angka terhadap variabel-variabel. Dalam penelitian ini digunakan: 1. Metode Chi square

Digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan penilaian mahasiswa terhadap penguasaan perlilaku kerja dosen bedasarkan kecerdasan emosional-spiritual dilihat dari perbedaan jenis kelamin dan usia. Adapun rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2008:107) adalah sebagai berikut:

(f0 - fh)2 x2 =

fh Dimana:

f0 = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan.

Untuk mencari fh dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah baris

fh = x Jumlah kolom Jumlah semua

a. Menentukan hipotesis

(60)

b. Memilih derajat keyakinan 95% dan degree of freedom (r-1) (k-1) dimana, r = jumlah baris dan k = jumlah kolom.

kriteria pengujian:

(61)

BAB IV

SUBJEK PENELITIAN

A.

Sejarah Umum

Yayasan Sanata Dharma didirikan bedasarkan Akta Notaris R.M. Wiranto,

di Yogyakarta nomor 7 tanggal 5 Desember 1955 dengan perubahan nomor 27

tanggal 25 April 1962 dan perubahan kedua kalinya oleh R.M. Soerjanto

Partaningrat, S.H. Wakil notaris sementara di Yogyakarta, nomor 1 tanggal 1

Maret 1965, dan perubahan secara menyeluruh pada akta Notaris The Eng Gie,

di Yogyakarta, nomor 39 tanggal 17 Febuari 1986.

Tanggal 20 Oktober 1955, Yayasan Sanata Dharma mendirikan Perguruan

Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Sanata Dharma yang berkedudukan di

Yogyakarta. Setelah mengalami perubahan-perubahan dan

peningkatan-peningkatan bersama berjalannya waktu, PTPG berubah menjadi Falkutas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan kemudian berubah menjadi Institut

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Dalam menyesuaikan dengan tuntutan

pelayanan yang lebih beragam, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi

Universitas. Universitas Sanata Dharma didirikan pada tanggal 20 April 1993.

Universitas Sanata Dharma adalah perguruan Tinggi Swasta Katolik yang

didirikan oleh Serikat Yesus Provinsi Indonesia bersama dengan rekan iman

dan awan Katolik yang diselenggarakan oleh Yayasan Sanata Dharma yang

berkedudukan di Yogyakarta.

(62)

B.

Visi, Misi dan Moto Universitas Sanata Dharma

Pada awal tahun 2002 dibentuk tim sepuluh ( anggotanya terlampir ) untuk

mengumpulkan dan merumuskan kembali visi-misi Universitas Sanata Dharma

secara lebih sederhana dalam satu rumusan yang menyatu dan baku. Rumusan

ini dimaksudkan untuk membantu semua anggota sivitas akademika dalam

mengelola dan mengembangkan Visi Universitas Sanata Dharma.

1.

Rumusan Panjang Visi Universitas Sanata Dharma

Universitas Sanata Dharma (USD) didirikan oleh serikat Yesus Provinsi

Indonesia bersama dengan rekan iman dan awan Katolik untuk berpatisipasi

dalam usaha melindungi dan meningkatkan martabat manusia melalui

perpaduan keunggulan akademik dan nilai kemanusiaan.

a.

Universitas Sanata Dharma terdorong untuk terus mencari, menemukan,

dan mengungkapkan kebenaran secara objektif dengan kebebasannya.

Hal itu disadari pada pengakuan akan kebaikan hakiki dunia sebagai

ciptaan Allah yang harus dipelajari, diselidiki dan direnungkan

maknanya serta dibangun maknanya serta dibangun dan dilestarikan

demi kesejahteraan umat manusia dan kemuliaan Allah yang lebih besar.

b.

Menyadari peran penting generasi muda dalam mewujudkan masa depan

bangsa Indonesia, Universitas Sanata Dharma merasa terpanggil untuk

memberikan sumbangan positif kepada usaha bersama dalam

(63)

membangkitkan potensi mereka untuk secara aktif dan kreatif ikut

membangun masyarakat pluralistik yang adil, demokratis, dan sejahtera.

c.

Usaha pengembangan itu didasarkan pada nilai kebangsaan dan

kebudayaan nasional seperti terungkap dalam pancasila dan UUD 1945;

pada visi kristiani mengenai martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan

Allah, tanggung jawab sosialnya serta tujuannya yang luhur; dan pada

Yesus seperti “menjadi manusia bagi sesama”, perhatian pribadi, serta

semangat keunggulan dan dialogis.

2.

Rumusan Panjang Misi Universitas Sanata Dharma.

a.

Mengembangkan sistem pendidikan yang dapat memadukan nilai

akademik dan kemanusian.

b.

Mengembangkan universitas yang dapat menjadi hati nurani kritis

masyarakat.

c.

Menyelengarakan penelitian terutama untuk lebih secara kritis

kebenaran manusiawi dan mengembangkan martabat manusia.

d.

Mengembangkan kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk

dapat menemukan kebenaran bedasarkan pada etika keilmuan.

e.

Menyelenggarakan pendidikan yang humanis dan semangat dialogis

yang mengembangkan segi intelektual, moral, emosional, dan spiritual

(64)

f.

Membantu mahasiswa menjadi manusia yang utuh, kritis, dewasa, dan

dapat berguna bagi masyarakat.

g.

Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus membantu

mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan sosial terhadap

masyarakat.

h.

Mempersiapkan tenaga yang profesional, baik dalam bidang keilmuan

maupun di bidang kependidikan.

3.

Rumusan Pendek Visi, Misi dan Moto Universitas Sanata Dharma.

VISI MISI

a.

Penggali Kebenaran

- Perpaduan akademik-kemanusiaan

-

Lembaga kritis masyarakat

-

Penelitian

-

Kebebasan Akademik

b.

Pengembangan kaum muda

- Pendidikan humanis-dialogis, utuh

-

Lulusan sebagai manusia utuh, kritis,

dewasa

-

Peka terhadap masyarakat.

c.

Nilai kebangsaan, kemanusiaan,- Pelayanan terhadap masyarakat

Spiritualitas ignatian

- Tenaga profesional

(65)

C.

Tujuan, Visi dan Misi, Motto Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi,

Universitas Sanata Dharma.

1.

Tujuan

Prodi Manajamen, Falkutas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma memiliki

tujuan menghasilkan sarjana ekonomi di bidang manajemen dengan

karakteristik :

a)

Memiliki ketrampilan konseptual di bidang manajemen

b)

Memiliki ketrampilan human-relation

c)

Memiliki ketrampilan teknis untuk melaksanakan tugas-tugas operasional

di bidang manajemen

d)

Memiliki pengetahuan indispliner di bidang sumber daya manusia,

keuangan, operasi, dan pemasaran

e)

Berwasasan pengetahuan ekonomi, etika, hukum, sosial, budaya, politik,

teknologi

f)

Mimiliki jiwa kewirausahaan

g)

Bersosok pribadi yang utuh dan bermatabat, memiliki integritas,

moralitas, kepekaan dan solidaritas multi sosiokultural

h)

Memiliki ketrampilan berbahasa lisan/tulisan dalam bahasa Indonesia dan

satu bahasa asing

i)

Memiliki minat dan seni di bidang olah raga

(66)

k)

Mandiri secara ekonomi

Selain karakteristik lulusan prodi manajemen manajemen yang di harapkan,

prodi manajemen juga memiliki tujuan memiliki sumber daya manusia yang mampu

memberikan pelayanan prima melaui pelaksanaan tugas pendidikan, penelitian dan

pengabdian masyarakat. Memiliki sistim pengelolaan yang efektif dan efisien dalam

rangka menciptakan pelayanan prima. Memiliki jalur kerjasama yang luas dan

berjangka panjang dan saling mengembangkan dengan

stakeholders

khususnya

eksternal dan memiliki suasana akademik yang kondusif bagi proses pembelajaran.

2.

Visi dan Misi

a)

Visi

Menjadi sekolah bisnis yang terbaik yang menjunjung tinggi keseimbangan

perpaduan keunggulan akademik dan nilai-nilai humanistik.

b)

Misi

Memberikan kepuasan tertingi terhadap stakeholders melalui pelayanan

berkualitas dalam hal pendidikan-pembelajaran, penelitian dan pengabdian

masyarakat di bidang manajemen.

3.

Motto

Motto prodi manajemen, fakultas ekonomi, universitas Sanata Dharma “Do It

(67)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Analisis

Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan agar data lebih mudah

dibaca dan dipahami. Data awal yang diperoleh yaitu dari kuesioner yang disebarkan

kepada responden, dimana satu responden mewakili satu kuesioner. Dalam penelitian

akan persepsi perilaku kerja dosen bedasarkan penguasaan kecerdasan emosional

spiritual (Studi kasus pada mahasiswa progam Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma) ini proses pembuatan kuesionernya dengan cara

menyususn daftar pertanyaan yang berhubungan langsung dengan topik penelitian

dan berhubungan dengan variabel-variabel kecerdasan emosional-spiritual.

Setelah kuesioner mendapat jawaban penilaian dari responden, langkah

selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hasil kusioner dengan menggunakan uji

validitas dan uji realibilitas.

B.

Uji Validitas

Dalam pengujian validitas ini akan diukur koefisien validitas butir yang

diperoleh bedasarkan korelasi antara skor butir dengan skor faktor. Skor faktor ini

(68)

diperoleh dari jumlah skor semua butir pertanyaan dalam faktor. Pedoman yang

digunakan dalam mempertahankan suatu butir adalah sebagai berikut:

1.

Korelasi antar butir dengan faktor harus positif

2.

Dalam penelitian ini digunakan 29 pertanyaan yang dapat diperinci sebagai

berikut:

Tabel V.1

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

Jenis Instrumen

Jumlah Pertanyaan

Intrapribadi 5

butir

Antarpribadi 5

butir

Pengendalian Stres

5 butir

Penyesuaian Diri

5 butir

Suasana Hati Umum

3 butir

Spiritual 6

butir

Total 29

butir

Bedasarkan tabel di atas, pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini ada 29

pertanyaan yang dibagi menjadi 6 variabel, yaitu pertanyaan mengenai variabel

intrapribadi berjumlah 5 butir, pertanyaan mengenai variabel antarpribadi

berjumlah 5 butir, pertanyaan mengenai variabel pengendalian stres berjumlah 5

butir, pertanyaan mengenai variabel penyusuaian diri berjumlah 5 butir,

pertanyaan mengenai variabel suasana hati umum berjumlah 3 butir, dan

(69)

3.

Peluang ralat (p) dari koefisien korelasi tersebut maksimum 5%

Dengan menggunakan bantuan komputer progam SPSS versi 15 (

α

) 0,05

dapat dihitung tingkat validitas kuesioner dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

Tabel V.2

Uji Validitas

Atribut

Item

r hitung

r tabel

Keterangan

Intra pribadi

1 0,457

0,135

Valid

2 0,439

0,135

Valid

3 0,464

0,135

Valid

4 0,703

0,135

Valid

5 0,400

0,135

Valid

Antar pribadi

1 0,414

0,135

Valid

2 0,426

0,135

Valid

3 0,452

0,135

Valid

4 0,444

0,135

Valid

5 0,726

0,135

Valid

Pengendalian stres

1 0,578

0,135

Valid

2 0,601

0,135

Valid

3 0,437

0,135

Valid

4 0.517

0,135

Valid

5 0,510

0,135

Valid

Penyesuaian diri

1 0,512

0,135

Valid

(70)

3 0,411

0,135

Valid

4 0,441

0,135

Valid

5 0,490

0,135

Valid

Suasana hati umum

1 0,312

0,135

Valid

2 0,641

0,135

Valid

3 0,684

0,135

Valid

Spiritual

1 0,416

0,135

Valid

2 0,552

0,135

Valid

3 0,480

0,135

Valid

4 0,458

0,135

Valid

5 0,671

0,135

Valid

6 0,521

0,135

Valid

Sumber : Data Primer 2011 olah data SPSS versi 15

Dari hasil uji validitas yang telah dilakukan seperti yang tersaji pada tabel V.2 di

atas, dan dengan membandingkan nilai r hitung dan r tabel pada taraf signifikansi (

α

)

5%, semua item pertanyaan mengenai atribut kecerdasan emosional-spiritual

memiliki nilai r hitung > r tabel. Bedasarkan ketentuan pengujian validitas di atas

maka sebuah butir pertanyaan atribut kecerdasan emosional-spiritual dosen dalam

penelitian ini dinyatakan valid dan tidak ada yang gugur.

C.

Uji reliabilitas

Pengukuran realibilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana

pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pada

(71)

dan semakin dapat diandalkan alat ukur tersebut dalam mengukur suatu gejala.Teknik

analisis uji keandalan butir yang digunakan adalah koefisien Spearman Brown.

Dengan menggunakan bantuan komputer progam SPSS versi 15 pada taraf

signifikansi (

α

) 5% dapat dihitung tingkat keandalannya sebagai berikut:

Tabel V.3

Uji Realibilitas

Atribut

r hitung

r tabel

Keterangan

Intra pribadi

0,765 0,135 Reliabel

Antar pribadi

0,758 0,135 Reliabel

Pengendalian stress

0,703 0,135 Reliabel

Penyesuaian diri

0,873 0,135 Reliabel

Suasana hati umum

0,812 0,135 Reliabel

Spiritual

0,718 0,135 Reliabel

Sumber : Data Primer 2011 olah data SPSS versi 15

Dari hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan seperti yang tersaji pada tabel V.3

di atas, dengan membandingkan nilai r hitung dan r tabel pada taraf signifikansi (

α

)

5% semua item pertanyaan mengenai atribut kecerdasan emosional-spiritual dosen

memiliki nilai r hitung > r tabel. Bedasarkan ketentuan pengujian reliabilitas di atas

maka semua butir pertanyaan atribut kecerdasan emosional-spiritual dosen dalam

(72)

D.

Analisis Data Penelitian

Analisis persentase dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

persentase responden bedasarkan karakterisistik. Karakteristik dalam penelitian ini

terdiri dari jenis kelamin dan usia. Hasil dari analisis presentase yang telah dilakukan

sebagai berikut:

1.

Deskripsi Penilaian Mahasiswa Terhadap Aspek Intrapribadi, Antarpribadi,

Pengendalian stress, Penyesuaian diri, Suasana hati umum, dan Spiritual

a.

Deskripsi Penilaian Mahasiswa Bedasarkan Jenis Kelamin Dosen

Tabel V.4

Penilaian Mahasiswa Bedasarkan jenis Kelamin Dosen Terhadap

Aspek Intrapribadi, Antarpribadi, Pengendalian stress, Penyesuaian diri,

Suasana hati umum, dan spiritual (dalam bentuk %)

Intrapribadi

Jenis

kelamin

Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi

Sangat

tinggi

Total

Pria

9 70 21

0

100

Wanita

28 44 15

13

100

Antarpribadi

Pria

3 66 27

4

100

Wanita

29 31 25

15

100

Pengendalian Stres

Pria

0 32 56 12 0 100

(73)

Penyesuaian Diri

Pria

27 65 4 4

100

Wanita

26 40 19

15

100

Suasana hati Umum

Pria

3 19 65 4 9 100

Wanita

2 26 46 18 8 100

Spiritual

Pria

13 62 25 0

100

Wanita

15 45 36 4

100

Sumber : Data Primer 2011 olah data SPSS versi 15

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian mahasiswa dalam % terhadap

aspek intrapribadi sebagian responden memiliki penilaian yang sedang yaitu untuk

pria 70% dan wanita 44%. Sedangkan penilaian responden terhadap aspek

antarpribadi sebagian besar responden memiliki penilaian sedang yaitu untuk pria

66% dan wanita 31%..untuk penilaian responden terhadap aspek pengendalian stres

responden memiliki penilaian sedang untuk pria dan rendah untuk wanita yaitu untuk

pria 56% dan wanita 46%. Untuk penilaian responden terhadap aspek penyesuaian

diri memiliki penilaian sedang juga yaitu untuk pria 65% dan wanita 40%.Untuk

penilaian responden terhadap aspek suasana hati umum memiliki penilaian sedang

yaitu pria 65% dan wanita 46%.Untuk penilaian responden terhadap aspek spiritual

memiliki penilaian sedang yaitu pria 62% dan wanita 45%.Bedasarkan hal ini, maka

(74)

antarpribadi, pengendalian stres, penyusuaian diri, suasana hati umum, spiritual

dilihat dari jenis kelamin dosen pria dan wanita adalah sedang.

b.

Deskripsi Penilaian Mahasiswa Bedasarkan Usia Dosen

Tabel V.5

Penilaian Mahasiswa Terhadap Apek Intrapribadi, Antarpribadi,

Pengendalian stres, Penyesuaian diri, Suasana hati umum, Spiritual

Bedasarkan Usia Dosen (dalam bentuk %)

Intrapribadi

Usia Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi

Sangat

tinggi

Total

35-45 th

38 37 25 100

46-55 th

46 50 4 100

>55 th

21 75 4 100

Antarpribadi

33-45 th

9 37 23 27 4 100

46-55 th

0 13 43 40 4 100

>55 th

0 21 17 58 4 100

Pengendalian Stres

33-45 th

4 32 47 17 0 100

46-55 th

4 33 49 14 0 100

>55 th

4 37 40 9 10

100

Penyesuaian Diri

33-45 th

9 21 59 7 4 100

(75)

>55 th

0 16 61 19 4 100

Suasana Hati Umum

33-45 th

0 13 67 11 9 100

46-55 th

3 35 38 24 0 100

.>55 th

0 32 58 10 0 100

Spiritual

33-45 th

10 72 18 100

46-55 th

29 58 13 100

>55 th

13 56 31 100

Sumber : Data Primer 2011 olah data SPSS versi 15

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penilaian mahasiswa terhadap kualitas

aspek intrapribadi bagi usia 35-45 th memiliki penilaian rendah yaitu 38%. Bagi usia

46-55 tahun memiliki penilaian sedang yaitu 50%, sedangkan untuk umur >55 tahun

memiliki penilaian sedang yaitu 75%. Untuk penilaian mahasiswa terhadap kualitas

aspek antarpribadi bagi usia 35-45 tahun memiliki penilaian rendah yaitu 37%, bagi

usia 46-55 tahun memiliki penilaian sedang yaitu 43%, sedangkan untuk umur >55

tahun memiliki penilaian tinggi yaitu 45%. Untuk penilaian mahasiswa terhadap

kualitas aspek pengendalian stres bagi usia 35-45 th memiliki peniaian sedang yaitu

47%, bagi usia 46-55 tahun memiliki penilaian sedang yaitu 49%, sedangkan untuk

umur >55 tahun juga memiliki penilaian sedang yaitu 40%. Untuk penilaian

mahasiswa terhadap aspek penyesuaian diri bagi usia 35-45 tahun memiliki penilaian

sedang yaitu 59%, bagi usia 46-55 tahun memiliki penilaian sedang yaitu 42%,

(76)

penilaian mahasiswa terhadap kualitas aspek suasana hati umum bagi usia 35-45

tahun memiliki penilaian sedang yaitu 67%, bagi usia 46-55 tahun memiliki penilaian

sedang yaitu 38%, sedangkan untuk usia >55 tahun juga memiliki penilaian sedang

yaitu 58%. Untuk penilaian mahasiswa terhadap kualitas aspek spiritual bagi usia

35-45 tahun memiliki penilaian sedang yaitu 72%, bagi usia 46-55 tahun memiliki

penilaian sedang yaitu 58%, sedangkan bagi usia >55 tahun memiliki penilaian

sedang yaitu 56%. Bedasarkan hal ini maka, dapat disimpulkan bahwa penilaian yang

dimiliki oleh responden dilihat dari usia terhadap aspek intra pribadi adalah sedang.

Untuk penilaian mahasiswa terhadap kualitas aspek antar pribadi adalah tinggi.Jika

dilihat dari penilaian mahasiswa terhadap kualitas aspek pengendalian stres adalah

sedang.Untuk penilaian mahasiswa terhadap kualitas aspek penyesuaian diri adalah

sedang.Untuk

Gambar

Tabel Judul
Tabel r…………………………………………………………………….. 128
Gambar 1
Instrumen yang digunakan dalam penelitianTabel V.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan: Pertumbuhan anggrek Vanda lebih sesuai pada komposisi media VW yang ditambahkan 2 ppm giberelin dan 250 mL air kelapa

Artinya orang tua peserta didik memiliki status sosial yang cukup mampu membiayai anak disekolah, terdapat pengaruh positif signifikan antara status sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanolik buah Lagenaria siceraria belum mempengaruhi tikus galur Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin melalui

Badan Pelayanan Terpadu Perizinan Kabupaten Rokan Hulu boleh berbangga diri dengan prestasi yang dicapai, menjadi badan pelayanan terbaik di Provinsi Riau tahun

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolak ukur

“Fasilitias yang diberikan WM untuk dosen sudah baik ada wifi yang bisa diakses untuk dosen dan ruang untuk setiap dosen tetapi yang menurut saya masih kurang adalah

mengherankan bila hampir tiap hari terjadi penghadangan dan penembakan oleh orang tak dikenal yang diyakini banyak orang adalah separatis Papua.. Papua yang lain adalah tidak

Ulead Video Studio ini sangat cocok digunakan untuk kalangan pemula yang ingin belajar editing video, selain itu program ini memiliki tampilan yang menarik dan menu-menu