• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 7 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI KELAS VII SMP NEGERI 7 PADANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KEMAMPUAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DALAM MEMAHAMI MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT DI

KELAS VII SMP NEGERI 7 PADANG

Ayu Kurnia Sari1, Mukhni1, Zulfa Amrina1 1

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Email : ayukurniasari0509@gmail.com

Abstract

This research is motivated to determine the level of students' critical thinking skills. Every student has a level of thinking skills that vary in understanding a problem so that the way of thinking of students in response to existing problems are also different. The purpose of this research 1) analyze the critical thinking ability of students to understand the material Flat quadrilateral based on the elements of reasoning and intellectual standards of reasoning Model Critical Thinking Paul and Elder in class VII SMP Negeri 7 Padang 2) describe the factors that cause students of class VII SMP Negeri 7 Padang at the level of certain TKBK. Type research is descriptive and qualitative research methods. Samples that all students in grade VII consists of eight classes and sampling was conducted by sampling proposive. The results showed that TKBK students to understand the material Flat quadrilateral obtained by students at the level of TKBK 4 (0%), TKBK 3 (74.71%), TKBK 2 (15.88%), TKBK 1 (8.82%), and TKBK 0 (0.59%). The general factors that cause students to be at a certain level such TKBK a) Students are not able to determine the important information in question b) Students have not been able to determine the concept or formula correctly c) The student has not been able to sketch the images that are requested in the matter correctly d) students in identifying and resolving problems is not appropriate for the less scrupulous e) Conclusions given students lacking or unclear.

Key Word : Mathematic, Critical Thinking, Critical Thinking Ability Levels.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berperan penting baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya oleh manusia. Pada kehidupan sehari-hari hampir setiap aktivitas yang dilakukan manusia tidak lepas dari penerapan konsep hitung matematika sedangkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lainnya matematika berperan sebagai media yang membantu berkembangnya ilmu lain, seperti yang dikemukakan Kusumaningrum dan Saefudin

(2012) “Matematika merupakan salah satu ilmu dan menjadi ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lainnya” (dalam Manfaat 2013, p.119). Dengan perkataan lain, banyak ilmu-ilmu dalam penemuan dan pengembangannya dasarnya adalah matematika.

Mengingat pentingnya peranan matematika dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu diajarkan sejak dini pada anak. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD)

(2)

2 hingga tingkat Sekolah Menengah

(SMP/SMA).

Kemampuan berpikir kritis perlu dimiliki oleh seseorang, karena sangat berperan penting untuk kehidupan. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan permasalahan kehidupan yang dialaminya. Mengingat peranan penting berpikir kritis dalam kehidupan seseorang baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat maka, berpikir kritis merupakan suatu karakteristik yang dianggap penting untuk diajarkan di sekolah pada setiap jenjang pendidikan.

Suherman (2003) mengatakan tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika meliputi dua hal, yaitu (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. (p.58).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi bangun datar segiempat berdasarkan elemen bernalar dan standar intelektual bernalar Model Berpikir Kritis Paul dan Elder dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan siswa kelas VII SMP Negeri 7 Padang berada pada level tertentu.

Tingkat berpikir siswa dapat dibagi menjadi dua yaitu berpikir tingkat dasar dan berpikir tingkat tinggi. Resnick menyatakan berpikir tingkat dasar (lower order thinking) hanya menggunakan kemampuan terbatas pada hal-hal rutin dan bersifat mekanis, Berpikir tingkat tinggi (higher order

thinking) membuat peserta didik untuk

menginterpretasikan, menganalisa atau bahkan mampu memanipulasi informasi sebelumnya sehingga tidak monoton (dalam Fatmawati 2014, p.912).

Berpikir kritis merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order

thinking), karena berpikir kritis salah satu

kompetensi kognitif tertinggi diatas kemampuan berpikir lainnya. Ennis (1989) menyatakan bahwa “Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang

(3)

3 mesti dipercaya atau dilakukan” (dalam

Fisher 2008, p.4). Paul (1993) menyatakan bahwa “Berpikir kritis adalah mode berpikir - mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana sipemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya” (dalam Fisher 2008, p.4).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Suherman (2003) mengatakan “fungsi mata pelajaran matematika yang dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan” (p.56).

Pada dasarnya dalam mempelajari matematika dibutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis untuk dapat memahami dan menemukan penyelesaian masalah matematika yang dihadapi. Seperti yang disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mencapai kompetensi matematika, diantaranya kemampuan berpikir kritis (dalam Hanifah 2013, p.2)

Menurut Paul dan Elder, ada 3 macam komponen berpikir kritis yaitu (1) elemen bernalar, (2) standar intelektual bernalar, (3) karakter intelektual bernalar. (dalam Hextaningrum 2013, p.34). Untuk melakukan analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi bangun datar segiempat tidak menggunakan Model Berpikir Kritis Paul dan Elder, melainkan hanya menggunakan Elemen Bernalar dan Standar Intelektual Bernalar dari Model berpikir kritis Paul dan Elder. Elemen Bernalar yang menjadi acuan meliputi (1) informasi, (2) konsep dan ide, (3) penyimpulan, dan (4) sudut pandang. Standar Intelektual Bernalar meliputi kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, kedalaman, keluasan, dan logis. Dalam hal ini Karakter intelektual bernalar tidak diamati, karena tidak dapat diteliti dengan mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Suherman (2003) mengatakan “fungsi mata pelajaran matematika yang dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan” (p.56).

(4)

4 Paul dan Elder mengklasifikasikan

Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis (TKBK) dari 0, 1, 2, 3, dan 4 dengan karakteristik TKBK 0 (Tidak Kritis), TKBK 1 (Kurang Kritis), TKBK 2 (Cukup Kritis), TKBK 3 (Kritis), dan TKBK 4 (Sangat Kritis). Bangun datar segiempat merupakan bagian dari konsep geometri yang dipelajari di kelas VII. Dalam mempelajarinya dibutuhkan pemahaman dari siswa karena memiliki keterkaitan antar konsepnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian kualitatif. Dilakukan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 7 Padang berdasarkan elemen bernalar dan standar intelektual bernalar dari Model berpikir kritis Paul dan Elder. Populasinya yaitu seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Padang yang terdiri dari delapan kelas. Pada penelitian ini pemilihan kelas sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan terpilih kelas VII1 yang terdiri dari 34 orang siswa. Dilihat dari hasil belajar matematika pada MID semester ganjil dan ujian tengah semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2015/2016 juga didukung dengan

pernyataan guru yang mengatakan kelas VII1 didominasi oleh siswa yang pintar.

Instrumen penelitian ini meliputi soal tes kemampuan berpikir kritis, dan wawancara. Untuk memenuhi kebutuhan penelitian di pilih 6 siswa sebagai sampel wawancara yang di pilih berdasarkan hasil tes siswa yang digolongkan pada kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Teknik analisis data untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan (dalam Sugiyono 2014, p.246).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2016 di kelas VII1. Tes ini diberikan kepada siswa setelah materi bangun datar segiempat selesai diajarkan oleh guru matematika. Tes terdiri dari 5 butir soal dengan alokasi waktu mengerjakan 80 menit. Siswa yang mengikuti tes uraian ini adalah seluruh siswa pada kelas sampel yang terdiri dari 34 orang siswa. Dari hasil tes diperoleh diperoleh siswa yang mencapai KKM ≥ 80 yaitu 26 orang (76,47%) dan nilai KKM < 80 yaitu 8 orang (23,53%). Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95,00 dan nilai terendahnya adalah 45,00.

(5)

5 Dari hasil jawaban siswa dapat

digolongkan level TKBK yang dicapai siswa pada tiap butir soal yang ada seperti tabel berikut.

Persentase Siswa yang Mencapai Level Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis (TKBK) Tertentu.

Nomor Soal 1 2 3 4 5 Rata-rata Persenta se (%) Seluruh soal TKBK 4 (Sangat Kritis) 0 0 0 0 0 0 TKBK 3 (Kritis) 91,18 88,24 67,65 79,42 47,06 74,71 TKBK 2 (Cukup Kritis) 2,94 2,94 23,53 8,82 41,18 15,88 TKBK 1 (Kurang Kritis) 5,88 8,82 8,82 8,82 11,76 8,82 TKBK 0 (Tidak Kritis) 0 0 0 2,94 0 0,59

Berdasarkan Tabel dari 34 orang siswa yang mengikuti tes mengenai materi bangun datar segiempat berdasarkan respon jawaban yang diberikan siswa diperoleh tidak ada satupun siswa yang mencapai level TKBK 4. Pada umumnya siswa berada pada level TKBK 3 dan sebagian kecil siswa berada pada level TKBK 2 dan TKBK 1. Untuk level TKBK 0 juga masih ada siswa yang berada pada level ini pada suatu soal. Hal ini menunjukkan masih ada siswa yang tidak paham sama sekali pada soal yang diberikan mengenai bangun datar segiempat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Persentase siswa yang berada pada level TKBK tertentu dari total keseluruhan soal tes yang diberikan mengenai bangun datar segiempat, yaitu:

a) TKBK 4, dengan persentase 0%. Tidak ada siswa yang memenuhi kriteria ini karena meskipun informasi, konsep dan ide, dan kesimpulan yang dijelaskan siswa jelas, tepat, teliti, relevan, dalam dan logis tetapi sudut pandang siswa terbatas, karena siswa tidak dapat menjawab dengan tegas ada atau tidak cara lain dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

b) TKBK 3 ada 74,71% siswa yang berada pada level ini dalam memahami setiap butir soal yang ada mengenai bangun datar segiempat. Kriteria yang dimiliki TKBK 3 hampir sama dengan TKBK 4 yang membedakan adalah sudut pandang siswa terhadap masalah yang diberikan. Secara keseluruhan semua penyelesaiaan yang diberikan siswa sudah benar

(6)

6 dan siswa mampu menjelaskannya

tetapi ragu dalam menjawab ada atau tidak cara lain dalam menyelesaikan soal. Maka siswa tersebut berada pada level TKBK 3. c) TKBK 2 ada 15,88% siswa yang

berada pada level ini dalam memahami setiap butir soal yang ada mengenai bangun datar segiempat. Kriteria level ini dalam memahami suatu soal siswa belum mampu menyelesaikan masalah dengan benar, ia sudah menemukan informasi, konsep dan ide tetapi melakukan kesalahan dalam proses penyelesaian seperti salah menggunakan rumus, sehingga kesimpulan yang diberikan tidak tepat dan kurang logis.

d) TKBK 1 ada 8,82% siswa yang berada pada level ini dalam memahami setiap butir soal yang ada mengenai bangun datar segiempat. Kriteria level ini dalam memahami suatu soal siswa belum mampu menyelesaikan soal dengan benar, karena kurang memahami maksud soal, tidak teliti dalam menemukan informasi dan penyelesaaian yang dilakukan sehingga kesimpulan yang

diperoleh tidak jelas karena tidak tepat.

e) TKBK 0 ada 0,59% siswa yang berada pada level ini dalam memahami setiap butir soal yang ada mengenai bangun datar segiempat. Pada umumnya kemampuan berpikir kritis siswa sudah mencapai level TKBK 3, TKBK 2, ataupun TKBK 1, tetapi belum satupun siswa berada pada level TKBK 4. Karena dalam memahami suatu soal masih ada yang tidak bisa mengerjakan sama sekali maka masih ada siswa yang memiliki level TKBK 0 dalam memahami suatu soal tertentu. Berdasarkan persentase masing-masing TKBK yang ada, dari jumlah keseluruhan butir soal yang diteskan kepada siswa mengenai bangun datar segiempat dapat disimpulkan tingkat kemampuan berpikir kritis (TKBK) siswa dalam memahami bangun datar segiempat sudah mencapai level kritis (TKBK 3) . Hal ini berdasarkan pada persentase TKBK yang dicapai siswa pada keseluruhan soal yang diteskan dan pada umumnya siswa berada pada level TKBK 3 ditunjukkan dengan persentase siswa yang berada pada level 3 mencapai

(7)

7 74,71% dengan demikian siswa sudah

mencapai tahap berpikir Kritis.

2. Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan siswa hanya berada pada level TKBK tertentu diantaranya:

a) Siswa belum mampu menentukan informasi-informasi penting di dalam soal

b) Siswa belum mampu menentukan konsep atau rumus dengan benar c) Siswa belum mampu membuat

sketsa gambar yang diminta di dalam soal dengan benar

d) Siswa dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah tidak tepat karena kurang teliti

e) Kesimpulan yang diberikan siswa kurang atau tidak jelas.

Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

1) Bagi siswa, sebaiknya siswa lebih sering mengerjakan soal-soal latihan karena dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir siswa, semakin sering siswa berlatih pemahaman siswa terhadap materi semakin bertambah dan menjadi luas. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa akan semakin berkembang. 2) Bagi guru, sebaiknya guru selalu

mengevaluasi dan melakukan analisis

terhadap kemampuan berpikir siswa dalam memahami materi sehingga dapat diukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut, selain itu juga dapat menjadi bahan perbaikan untuk dapat mengajar lebih baik sehingga kemampuan berpikir siswa dapat meningkat dikemudian hari.

3) Bagi sekolah, agar dapat memberikan fasilitas yang dapat menunjang kualitas pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Herlinda.2014. Analisis Berpikir

Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan

Persamaan Kuadrat.

Tersedia:http://jurnal.fkip.uns.ac.id. Diakses: 8 Januari 2016.

Fisher, Alec.2008. Berpikir Kritis Sebuah

Pengantar. Jakarta: Erlangga

Hanifah, Tashamy Fitria. 2013. Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pendekatan Model Elicitina Activities (MEAS) dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Hextaningrum, Anita Widia Wati. 2013.

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Materi Fungsi di Kelas XI IPA MA Al- Muslihun Kanigoro Blitar Semester Genap

(8)

8 Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan.

(Online).

Tersedia:http://repo.iaintulungagung.ac .id/id/eprint/663.

Manfaat, Budi dan Zara Zahra Anasha. 2013.

Analisis Kemampuan Berpikir

Matematik Siswa dengan

menggunakan Graded Response

Models (GRM). (Online).

Tersedia:http://eprints.uny.ac.id/10739. pdf. Diakses: 8 Januari 2016

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: Jica.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Edisi Revisi). Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil - hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada materi bangun datar segiempat sesudah menjalani pembelajaran dengan PMR yaitu (a) semua siswa sudah dapat menggambarkan 3

Hasil - hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada materi bangun datar segiempat sesudah menjalani pembelajaran dengan PMR yaitu (a) semua siswa sudah dapat menggambarkan 3

siswa memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi artinya siswa tersebut mampu menyelesaikan permasalahan segiempat dengan memenuhi lima indikator kemampuan berpikir kritis,

Berdasarkan dari hasil diatas, diketahui bahwa siswa dalam menuntaskan soal segitiga dan segiempat terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dalam

Guided Discovery Learning terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun. datar segiempat siswa kelas VII MTsN

Hasil perhitungan estimasi parameter butir soal dengan GRM dari ketiga nomor soal yang telah dikerjakan ketiga subjek, dapat disimpulkan bahwa ketiga subjek memiliki

Perihal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Laksono & Effendi 2021 menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi bangun datar masih terbilang rendah

P-ISSN: 1829-877X E-ISSN : 2685-9033 Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Bangun Datar di Kelas