i
HASIL – HASIL YANG DICAPAI DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT TERHADAP MINAT
DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII D SMP NEGERI 1 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh : Retna Widyaningsih
NIM : 121414045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa Bapak Wagimin dan Ibu Wantini
Prof. Dr. Paul Suparno, SJ Wahyu Tri Haryadi, SCJ Dominico S. Octariano, SJ Bapak FX. Eka Handana Putra
v
HALAMAN MOTTO
Buktikan perjuangan dan usahamu untuk orang yang menyayangimu, memotivasimu dan selalu ada disaat suka duka. Sebab dengan perjuangan
dan usahamu yang telah engkau lakukan tersebut tidak akan sia – sia. Tetapi perlu anda ingat yaitu doa orang tualah yang menyertai langkah, usaha dan perjuanganmu. Turut sertakanlah kedua orang tua di setiap doa,
perjuangan dan usahamu karena tanpa mereka, kita tidak akan bisa mengapai semua cita – cita yang kita inginkan.
Jadilah padi yang semakin berisi dan semakin merundung. Karena apabila jika telah menjadi orang sukses maka tetaplah rendah hati.
viii ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh penerapan PMR untuk materi bangun datar segiempat terhadap minat dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang akan dipergunakan peneliti untuk mengembangkan buku belajar adalah pendekatan PMR karena dengan digunakan pendekatan PMR, siswa diajak untuk berpikir kreatif dan terlibat langsung untuk menyelesaikan pemecahan masalah yang ada di kehidupan sehari – hari. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deksriptif secara kuantitatif dan kualitatif.
Proses pembelajaran di kelas belum sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan PMR. Adapun hal – hal yang sudah sesuai dengan menggunakan PMR sebagai berikut (a) guru mengajak siswa untuk menyebutkan contoh bangun datar persegi panjang dan persegi yang ada di lingkungan sekolah, (b) beberapa siswa sudah dapat menyebutkan contoh bangun datar persegi panjang dan persegi yang ada di lingkungan sekolah, (c) guru meminta siswa untuk menggambarkan 3 jajar genjang, persegi panjang, dan persegi yang berbeda, (d) siswa dapat menggambarkan 3 jajar genjang, persegi panjang dan persegi panjang, (e) guru meminta siswa untuk mendefinisikan persegi panjang dan persegi dengan menggunakan 3 gambar jajar genjang, persegi panjang, panjang serta persegi yang berbeda, (f) guru meminta siswa untuk menuliskan sifat – sifat persegi panjang dan persegi, (g) guru meminta siswa untuk mempresentasikan sifat – sifat persegi panjang dan persegi, dan (h) guru menegaskan konsep definisi, sifat – sifat dari persegi panjang, dan persegi. Sedangkan hal – hal pembelajaran yang belum sesuai dengan PMR sebagai berikut (a) siswa belum dapat mendefinisikan persegi panjang dengan menggunakan konsep jajar genjang, (b) siswa belum dapat mendefinisikan persegi menggunakan konsep persegi panjang, (c) siswa belum dapat mengidentifikasi sifat – sifat persegi panjang, dan (d) siswa belum dapat mengidentifikasi sifat – sifat persegi
ix ABSTRACT
The aim of the obtain data and information on the effect of realistic mathematics to materials wake quardilateral space to enthusiasm and student learning outcomes. The approach will be used researches to develop book learning is an approach for the use PMR, students will be invited for think creatively and directly involved to resolve the problem solving in daily life. This type of research used by the researches was a desciptive study quantitatively and qualitatively.
Based on the analysis of the study results, the researches obtained (a) All students are were able to identify the nature of the rectangle but has not been able explain exactly one rectangle properties. (b) All students have been able to identify the nature of the square but can not explain exactly one square properties. (c) All the students are able to aplly the formula circumference and the area of a rectangle contained in word problems that have been granted. (d) All students are able to apply the formula circumference and area of the square appear on students worksheets
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan,
karunia dan berkat yang dilimpahkan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
yang berjudul “ HASIL – HASIL YANG DICAPAI DENGAN PENERAPAN
PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII D SMP NEGERI 1
NGAGLIK” dari awal hinggga akhir. Sungguh anugrah yang luar biasa bagi
penulis dan semua ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak baik materi,
dukungan, masukan, dan doa. Oleh karena itu peneliti dengan tulus berterima
kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
3. Bapak Beni Utomo, M.Si Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik dari awal penulisan
skripsi hingga selesai.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Wagimin dan Ibu Wantini yang tak
henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis.
6. Papa angkat yaitu Prof. Dr. Paul Suparno, SJ; Matrus Nico Jumari Joko
Lelono, Pr; dan Bapak Fx. Eka Handana Putra yang selalu memotivasi,
memberikan doa dan semangat bagi penulis
7. Kakakku Hafis Setiawan yang selalu memberikan dukungan dan semangat
bagi penulis.
8. Kakak angkatku yaitu Dominico S. Octariano, SJ; Wahyu Tri Haryadi, SCJ;
Anto Liberto, SCJ; dan Rusdi, yang selalu memberikan doa dan semangat
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.i HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.ii HALAMAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I ... Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah...Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Pembatasan Masalah ... 9
E. Batasan Istilah ... 9
F. Tujuan Penelitian ... 10
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II ... Error! Bookmark not defined. KAJIAN TEORITIK ... Error! Bookmark not defined. A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ...Error! Bookmark not defined. B. Proses Penyelesaian Masalah ... 21
C. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) ... 23
D. Minat ... 29
xiii
F. Hasil-hasil Penelitian Lain ... 37
G. Kerangka Berpikir ...Error! Bookmark not defined. BAB III ... Error! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Jenis Penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Subjek Penelitian ... 43
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
D. Prosedur Penelitian ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV ... Error! Bookmark not defined. HASIL ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Deksripsi Proses Penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Deksripsi Proses Pembelajaran ...Error! Bookmark not defined. C. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran untuk Kegiatan Guru ... Error! Bookmark not defined. D. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran untuk Kegiatan Siswa .. Error! Bookmark not defined. E. Deksripsi Minat Belajar Siswa ...Error! Bookmark not defined. F. Deksripsi Hasil Belajar Siswa ...Error! Bookmark not defined. G. Hambatan dalam Penelitian ...Error! Bookmark not defined. BAB V ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined. B. Saran ... 165
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013 ... 6
Tabel 2. 1 Empat tipe Pendekatan Pembelajaran Matematika (dalam Marpaung, 2001,2) ... 25
Tabel 3. 1 Penentuan skor jawaban ... 48
Tabel 3. 2 skor ideal ... 48
Tabel 3. 3 Rating Scale ... 49
Tabel 3. 4 Kriteria Minat Belajar Siswa Pada Semua Indikator ... 50
Tabel 4. 1 Proses pembelajaran... 54
Tabel 4. 2 Mengidentifikasi Sifat – Sifat Persegi Panjang ... 55
Tabel 4. 3 Mengidentifikasi Sifat – Sifat Persegi ... 57
Tabel 4. 4 Menghitung Keliling dan Luas Persegi Panjang ... 60
Tabel 4. 5 Menghitung Keliling dan Luas Persegi ... 61
Tabel 4. 6 Latihan Soal Keliling dan Luas Persegi Panjang ... 62
Tabel 4. 7 Ulangan Harian ... 64
Tabel 4. 8 Skor Keterlaksanaan Pembelajaran Kegiatan Guru ... 64
Tabel 4. 9 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Kegiatan SIswa ... 65
Tabel 4. 10 Minat Belajar Siswa ... 53
Tabel 4. 11 Deksripsi Hasil Indikator 1 Setelah Penelitian ... 69
Tabel 4. 12 Deksripsi Hasil Indikator 2 Setelah Penelitian ... 71
Tabel 4. 13 Deksripsi Hasil Indikator 3 Setelah Penelitian ... 72
Tabel 4. 14 Deksripsi Hasil Indikator 4 Setelah Penelitian ... 73
Tabel 4. 15 Deksripsi Hasil Indikator 5 Setelah Penelitian ... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Model Skematis ... 24
Gambar 2. 2 Persegi Panjang ABCD ... 31
Gambar 2. 3 Persegi Panjang ABCD dirotasi ���°U ... 32
Gambar 2. 4 Persegi panjang ABCD dirotasi ���°U ... 32
Gambar 2. 5 Persegi panjang ABCD ... 33
Gambar 2. 6 Persegi panjang ABCD ... 33
Gambar 2. 7 Persegi ABCD ... 34
Gambar 2. 8 Persegi ABCD dirotasi ��°U ... 35
Gambar 2.9 Persegi ABCD dirotasi ���°U ... 35
Gambar 2.10 Persegi ABCD dirotasi ���°U ... 36
Gambar 2. 11 Persegi ABCD dirotasi ���°U ... 36
Gambar 2. 12 Persegi ABCD ... 36
Gambar 2. 13 Persegi ABCD ... 37
Gambar 2. 14 Diagram kerangka berpikir ... 12
Gambar 4. 1 Soal LKS 1 persegi panjang ABCD ... 76
Gambar 4. 2 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 1 ... 77
Gambar 4. 3 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 2 ... 77
Gambar 4. 4 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 3 ... 77
Gambar 4. 5 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 4 ... 77
Gambar 4. 6 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 5 ... 77
Gambar 4. 7 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 6 ... 77
Gambar 4. 8 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 7 ... 78
Gambar 4. 9 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 8 ... 78
Gambar 4. 10 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 9 ... 78
Gambar 4. 11 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 10 ... 78
Gambar 4. 12 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 11 ... 78
Gambar 4. 13 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 12 ... 79
Gambar 4. 14 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 13 ... 79
Gambar 4. 15 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 14 ... 79
Gambar 4. 16 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 15 ... 79
Gambar 4. 17 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 16 ... 79
Gambar 4. 18 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 17 ... 79
Gambar 4. 19 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 18 ... 80
Gambar 4. 20 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 19 ... 80
Gambar 4. 21 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 20 ... 80
Gambar 4. 22 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 21 ... 80
Gambar 4. 23 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 22 ... 80
Gambar 4. 24 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 23 ... 80
xvi
Gambar 4. 26 Jawaban LKS 1 indikator soal 1 siswa 25 ... 81
Gambar 4. 27 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 1 ... 82
Gambar 4. 28 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 2 ... 82
Gambar 4. 29 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 3 ... 82
Gambar 4. 30 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 4 ... 82
Gambar 4. 31 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 5 ... 82
Gambar 4. 32 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 6 ... 82
Gambar 4. 33 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 7 ... 83
Gambar 4. 34 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 8 ... 83
Gambar 4. 35 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 9 ... 83
Gambar 4. 36 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 10 ... 83
Gambar 4. 37 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 11 ... 83
Gambar 4. 38 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 12 ... 83
Gambar 4. 39 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 13 ... 83
Gambar 4. 40 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 14 ... 84
Gambar 4. 41 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 15 ... 84
Gambar 4. 42 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 17 ... 84
Gambar 4. 43 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 18 ... 84
Gambar 4. 44 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 19 ... 84
Gambar 4. 45 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 20 ... 85
Gambar 4. 46 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 21 ... 85
Gambar 4. 47 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 23 ... 85
Gambar 4. 48 Jawaban LKS 1 indikator soal 2 siswa 24 ... 85
Gambar 4. 49 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 1 ... 86
Gambar 4. 50 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 2 ... 87
Gambar 4. 51 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 3 ... 87
Gambar 4. 52 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 4 ... 87
Gambar 4. 53 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 6 ... 87
Gambar 4. 54 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 7 ... 88
Gambar 4. 55 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 8 ... 88
Gambar 4. 56 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 9 ... 88
Gambar 4. 57 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 10 ... 88
Gambar 4. 58 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 11 ... 89
Gambar 4. 59 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 12 ... 89
Gambar 4. 60 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 14 ... 89
Gambar 4. 61 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 16 ... 90
Gambar 4. 62 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 18 ... 90
Gambar 4. 63 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 19 ... 90
Gambar 4. 64 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 20 ... 90
Gambar 4. 65 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 21 ... 91
xvii
Gambar 4. 67 Jawaban LKS 1 indikator soal 3 siswa 25 ... 91
Gambar 4. 68 Segitiga siku-siku ABC ... 92
Gambar 4. 69 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 1 ... 93
Gambar 4. 70 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 2 ... 93
Gambar 4. 71 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 3 ... 94
Gambar 4. 72 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 4 ... 94
Gambar 4. 73 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 5 ... 94
Gambar 4. 74 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 6 ... 94
Gambar 4. 75 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 7 ... 95
Gambar 4. 76 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 8 ... 95
Gambar 4. 77 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 9 ... 95
Gambar 4. 78 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 10 ... 95
Gambar 4. 79 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 11 ... 96
Gambar 4. 80 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 12 ... 96
Gambar 4. 81 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 13 ... 96
Gambar 4. 82 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 14 ... 96
Gambar 4. 83 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 15 ... 97
Gambar 4. 84 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 17 ... 97
Gambar 4. 85 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 18 ... 97
Gambar 4. 86 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 20 ... 98
Gambar 4. 87 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 22 ... 98
Gambar 4. 88 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 24 ... 98
Gambar 4. 89 Jawaban LKS 1 indikator soal 4 siswa 25 ... 98
Gambar 4. 90 Segitiga siku-siku ABD... 99
Gambar 4. 91 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 1 ... 100
Gambar 4. 92 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 2 ... 101
Gambar 4. 93 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 3 ... 101
Gambar 4. 94 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 4 ... 101
Gambar 4. 95 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 5 ... 101
Gambar 4. 96 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 6 ... 101
Gambar 4. 97 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 7 ... 101
Gambar 4. 98 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 8 ... 102
Gambar 4. 99 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 9 ... 102
Gambar 4. 100 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 10 ... 102
Gambar 4. 101 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 11 ... 102
Gambar 4. 102 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 12 ... 102
Gambar 4. 103 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 13 ... 103
Gambar 4. 104 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 14 ... 103
Gambar 4. 105 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 15 ... 103
Gambar 4. 106 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 17 ... 103
xviii
Gambar 4. 108 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 19 ... 104
Gambar 4. 109 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 20 ... 104
Gambar 4. 110 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 22 ... 104
Gambar 4. 111 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 24 ... 104
Gambar 4. 112 Jawaban LKS 1 indikator soal 5 siswa 25 ... 104
Gambar 4. 113 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 1 ... 106
Gambar 4. 114 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 2 ... 106
Gambar 4. 115 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 3 ... 106
Gambar 4. 116 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 4 ... 107
Gambar 4. 117 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 5 ... 107
Gambar 4. 118 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 6 ... 107
Gambar 4. 119 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 7 ... 108
Gambar 4. 120 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 1 ... 108
Gambar 4. 121 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 9 ... 108
Gambar 4. 122 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 10 ... 109
Gambar 4. 123 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 11 ... 109
Gambar 4. 124 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 12 ... 109
Gambar 4. 125 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 13 ... 110
Gambar 4. 126 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 14 ... 110
Gambar 4. 127 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 15 ... 111
Gambar 4. 128 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 16 ... 111
Gambar 4. 129 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 17 ... 111
Gambar 4. 130 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 18 ... 111
Gambar 4. 131 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 19 ... 112
Gambar 4. 132 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 20 ... 112
Gambar 4. 133 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 21 ... 113
Gambar 4. 134 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 22 ... 113
Gambar 4. 135 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 23 ... 113
Gambar 4. 136 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 24 ... 114
Gambar 4. 137 Jawaban LKS 1 indikator soal 6 siswa 25 ... 114
Gambar 4. 138 Persegi Panjang ABCD dirotasi ���°U ... 115
Gambar 4. 139 Persegi Panjang ABCD dirotasi ���°U ... 115
Gambar 4. 140 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 1 ... 116
Gambar 4. 141 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 2 ... 116
Gambar 4. 142 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 3 ... 116
Gambar 4. 143 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 4 ... 116
Gambar 4. 144 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 5 ... 117
Gambar 4. 145 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 6 ... 117
Gambar 4. 146 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 7 ... 117
Gambar 4. 147 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 8 ... 117
xix
Gambar 4. 149 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 10 ... 118
Gambar 4. 150 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 11 ... 118
Gambar 4. 151 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 12 ... 118
Gambar 4. 152 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 13 ... 119
Gambar 4. 153 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 14 ... 119
Gambar 4. 154 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 16 ... 119
Gambar 4. 155 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 17 ... 119
Gambar 4. 156 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 19 ... 120
Gambar 4. 157 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 20 ... 120
Gambar 4. 158 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 24 ... 121
Gambar 4. 159 Jawaban LKS 1 indikator soal 7 siswa 25 ... 121
Gambar 4. 160 Persegi panjang ABCD ... 122
Gambar 4. 161 Soal LKS 2 Persegi ABCD ... 122
Gambar 4. 162 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 1 ... 122
Gambar 4. 163 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 2 ... 123
Gambar 4. 164 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 3 ... 123
Gambar 4. 165 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 4 ... 123
Gambar 4. 166 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 5 ... 123
Gambar 4. 167 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 6 ... 123
Gambar 4. 168 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 7 ... 124
Gambar 4. 169 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 8 ... 124
Gambar 4. 170 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 9 ... 124
Gambar 4. 171 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 10 ... 124
Gambar 4. 172 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 11 ... 124
Gambar 4. 173 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 12 ... 125
Gambar 4. 174 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 13 ... 125
Gambar 4. 175 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 14 ... 125
Gambar 4. 176 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 15 ... 125
Gambar 4. 177 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 16 ... 125
Gambar 4. 178 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 17 ... 126
Gambar 4. 179 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 18 ... 126
Gambar 4. 180 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 19 ... 126
Gambar 4. 181 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 20 ... 126
Gambar 4. 182 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 21 ... 126
Gambar 4. 183 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 22 ... 127
Gambar 4. 184 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 23 ... 127
Gambar 4. 185 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 24 ... 127
Gambar 4. 186 Jawaban LKS 2 indikator soal 1 siswa 25 ... 127
Gambar 4. 187 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 1 ... 128
Gambar 4. 188 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 2 ... 129
xx
Gambar 4. 190 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 4 ... 129
Gambar 4. 191 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 5 ... 129
Gambar 4. 192 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 6 ... 129
Gambar 4. 193 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 7 ... 130
Gambar 4. 194 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 8 ... 130
Gambar 4. 195 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 9 ... 130
Gambar 4. 196 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 10 ... 130
Gambar 4. 197 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 11 ... 130
Gambar 4. 198 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 12 ... 131
Gambar 4. 199 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 13 ... 131
Gambar 4. 200 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 14 ... 131
Gambar 4. 201 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 15 ... 131
Gambar 4. 202 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 16 ... 131
Gambar 4. 203 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 17 ... 132
Gambar 4. 204 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 18 ... 132
Gambar 4. 205 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 19 ... 132
Gambar 4. 206 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 20 ... 132
Gambar 4. 207 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 21 ... 132
Gambar 4. 208 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 22 ... 133
Gambar 4. 209 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 23 ... 133
Gambar 4. 210 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 24 ... 133
Gambar 4. 211 Jawaban LKS 2 indikator soal 2 siswa 25 ... 133
Gambar 4. 212 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 1 ... 134
Gambar 4. 213 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 2 ... 134
Gambar 4. 214 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 3 ... 134
Gambar 4. 215 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 4 ... 135
Gambar 4. 216 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 5 ... 135
Gambar 4. 217 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 6 ... 135
Gambar 4. 218 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 7 ... 135
Gambar 4. 219 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 8 ... 135
Gambar 4. 220 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 9 ... 135
Gambar 4. 221 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 10 ... 136
Gambar 4. 222 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 11 ... 136
Gambar 4. 223 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 12 ... 136
Gambar 4. 224 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 13 ... 136
Gambar 4. 225 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 14 ... 136
Gambar 4. 226 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 15 ... 136
Gambar 4. 227 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 16 ... 137
Gambar 4. 228 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 17 ... 137
Gambar 4. 229 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 18 ... 137
xxi
Gambar 4. 231 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 20 ... 137
Gambar 4. 232 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 21 ... 137
Gambar 4. 233 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 22 ... 138
Gambar 4. 234 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 23 ... 138
Gambar 4. 235 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 24 ... 138
Gambar 4. 236 Jawaban LKS 2 indikator soal 3 siswa 25 ... 138
Gambar 4. 237 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 1 ... 139
Gambar 4. 238 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 2 ... 139
Gambar 4. 239 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 3 ... 140
Gambar 4. 240 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 4 ... 140
Gambar 4. 241 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 5 ... 140
Gambar 4. 242 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 6 ... 140
Gambar 4. 243 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 7 ... 140
Gambar 4. 244 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 8 ... 140
Gambar 4. 245 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 9 ... 141
Gambar 4. 246 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 10 ... 141
Gambar 4. 247 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 11 ... 141
Gambar 4. 248 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 12 ... 141
Gambar 4. 249 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 13 ... 141
Gambar 4. 250 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 14 ... 141
Gambar 4. 251 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 15 ... 142
Gambar 4. 252 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 16 ... 142
Gambar 4. 253 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 17 ... 142
Gambar 4. 254 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 18 ... 142
Gambar 4. 255 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 19 ... 142
Gambar 4. 256 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 20 ... 142
Gambar 4. 257 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 21 ... 143
Gambar 4. 258 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 22 ... 143
Gambar 4. 259 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 23 ... 143
Gambar 4. 260 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 24 ... 143
Gambar 4. 261 Jawaban LKS 2 indikator soal 4 siswa 25 ... 143
Gambar 4. 262 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 1 ... 145
Gambar 4. 263 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 2 ... 145
Gambar 4. 264 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 3 ... 146
Gambar 4. 265 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 4 ... 146
Gambar 4. 266 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 5 ... 146
Gambar 4. 267 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 6 ... 147
Gambar 4. 268 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 7 ... 147
Gambar 4. 269 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 8 ... 147
Gambar 4. 270 Jawaban LKS 2 indikator soal 5 siswa 9 ... 148
xxii
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa
memperoleh kompetensi belajar. Komponen yang menentukan ketercapaian
kompetensi adalah penggunaan strategi matematika yang sesuai dengan topik
yang sedang dipelajari, tingkat perkembangan intelektual siswa, prinsip dan
teori belajar siswa, keterlibatan siswa secara aktif, keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari dan pengembangan penalaran matematis. Tujuan
pembelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui dasar pemikiran
logis, kritis, cermat, jujur dan efektif; mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola pikir dalam kehidupan sehari-hari dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; menambah dan mengembangkan
ketrampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan
sehari-hari; mengembangkan pengetahuan dasar matematis. Menurut Muhsetyo
(2007), pembelajaran matematis yang ideal yakni pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran, dimana pola pikir siswa
tersebut dapat menggali dan mengembangkan pengetahuan matematis dalam
kehidupan sehari-hari.
Realistic mathematics education, yang diterjemahkan sebagai Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) adalah sebuah pendekatan belajar matematika
yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari
Freudentha Institute, Utrecht University di Negeri Belanda. Pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran Hans Freudenthal (1905 – 1990) bahwa
matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas
tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui
eksplorasi masalah-masalah realistis(dalam Wijaya, 2012, 21-23). Menurut
Dolk (2006), matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari
pemecahan masalah. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima
pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan
konsep matematika dibawah bimbingan guru. Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika
yang sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang.Menurut Wijaya (2012),
ketermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari PMR.
Proses pembelajaran siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan yang
dipelajari bermakna bagi siswa. Suatu masalah realistis tidak harus selalu
berupa masalah kehidupan sehari-hari melainkan masalah tersebut dapat di
ilustrasikan dalam pikiran siswa.
Menurut Sudjana (2004, 28), pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan
interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu peserta didik dan pendidik yang
melakukan kegiatan membelajarkan. Jadi pembelajaran adalah suatu kegiatan
untuk mengaktifkan peserta didik agar terjadinya interaksi antara pendidik
dan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran
berjalan secara efektif. Menurut Wragg (1997), pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu
yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan suatu hasil
belajar yang diinginkan. Pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru
kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan yaitu terjadi interaksi antara
guru dengan siswa. Pembelajaran hendaknya tidak menganut paradigma
transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa siswa merupakan
objek dari belajar. Jadi proses pembelajaran yakni guru memberi suatu
tentang sesuatu hal yang tidak dianggap cukup dimengerti selama
pembelajaran.
Menurut Sukardi (1987,25) mengemukakan bahwa minat belajar adalah
suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan
campuran dari perasaan, prasangka, cemas, dan
kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada pilihan tertentu.
Minat belajar siswa membentuk sikap akademik yang bersifat sangat pribadi
pada setiap siswanya. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan
sendiri oleh masing – masing siswa tersebut. Jadi Minat belajar siswa akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Abdurrahman (1999), hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom
tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku
yang cenderung menetap ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses
belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Untuk memperoleh hasil belajar
dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara
untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan hasil belajar siswa
tersebut tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi
juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh
hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya artinya
seberapa jauh tipe hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang
berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga
ditunjukan kepada proses pembelajaran yaitu untuk mengetahui sejauh mana
proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa
akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan.
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Maksudnya belajar
merupakan interaksi antara”keadaan internal dan proses kognitif siswa”
dengan “stimulus dari lingkungan” (dalam Gagne, 1988, 10-11). Dengan
belajar, maka kemampuan mental semakin meningkat. Hal itu sesuai dengan
perkembangan siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi utuh dan
mandiri. Menurut Winkel (1991),”Jika mereka sudah mengetahui arti belajar
dan pentingnya belajar maka siswa tersebut akan menyukai pembelajaran
matematika dan memperoleh hasil belajar matematika yang memuaskan”.
Peneliti berkesempatan melakukan observasi di kelas VII F terhadap
proses pembelajaran matematika yang terjadi sebagai berikut:
1. Guru memulai proses pembelajaran dengan berdoa bersama
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru mengkonfirmasi ke siswa mengenai tugas pekerjaan rumah (PR)
4. Guru mengajak siswa untuk mengkoreksi pekerjaan rumah (PR)
5. Siswa membacakan hasil pekerjaan rumah (PR) ke guru
6. Guru menulis hasil pekerjaan mereka di papan tulis
7. Guru meminta tolong kepada salah satu siswa untuk memasukkan nilai
tugas mereka ke daftar nilai
8. Guru mengajak siswa untuk belajar materi selanjutnya yaitu mengenai
“Penjumlahan dan pengurangan dalam satuan sudut”
9. Guru memberikan contoh soal yang berhubungan dengan materi
tersebut dan siswa memperhatikan bagaimana langkah-langkah cara
menyelesaikan soal tersebut
10.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi
tidak ada siswa yang bertanya karena itu guru menganggap semua
siswa telah mengerti dan paham bagaimana menyelesaikan soal
11.Guru memberikan latihan soal dengan membentuk kelompok belajar
12.Siswa segera bergegas untuk membentuk kelompok belajar
13.Salah satu anggota kelompok belajar ada yang bertanya mengenai
latihan soal yang mereka anggap sulit dikerjakan maka guru
menjelaskan dengan tegas dan membuat mereka dapat menyelesaikan
persoalan tersebut
14.Guru mengajak salah satu kelompok belajar untuk mempresentasikan
hasil pekerjaan mereka, sedangkan kelompok belajar yang lainnya
mendengarkan dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti
15.Karena kelompok belajar lainnya tidak ada yang bertanya, maka guru
mempertegas hasil pekerjaan yang telah dipresentasikan
16.Setelah jam pembelajaran usai, guru memberikan tugas untuk
melanjutkan latihan soal dalam kelompok belajar
17.Guru menutup proses pembelajaran
Proses pembelajaran tersebut termasuk pembelajaran yang ideal karena
siswa aktif selama proses pembelajaran, siswa dapat menggali dan
mengembangkan pengetahuan yang diwujudkan dengan bertanya ke guru
atau siswa yang sudah dianggap mengerti selama proses pembelajaran, dan
hasil pekerjaan siswa di bahas secara bersama – sama yang bertujuan agar
semua siswa memahami dan mengerti proses pembelajaran yang sedang
berlangsung
Hasil dari wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah bagian
kurikulum SMP Negeri 1 Ngaglik adalah sekolah tersebut menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Menurut guru tersebut
perbedaan antara KTSP dan kurikulum 2013 hanya terletak pada perangkat
pembelajaran yaitu RPP. Berikut perbedaan RPP KTSP dan Kurikulum
Tabel 1. 1 Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013
No KTSP Kurikulum 2013
1 Standar isi ditentukan terlebih
dahulu melalui permendiknas
No.22 Tahun 2006. Setelah itu
ditentukan standar kompetensi
lulusan (SKL) melalui
permendiknas No.23 Tahun 2006
Standar kompetensi lulusan (SKL)
ditentukan terlebih dahulu, melalui
permendikbud No.54 Tahun 2003.
Setelah itu baru ditentukan standar
isi yang berbentuk kerangka dasar
kurikulum yang dituangkan dalam
permendikbud No.67, 68, 69 dan
70 tahun 2013
2 Lebih menekankan pada aspek
pengetahuan
Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skill dan hard
skill yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan
dan pengetahuan
3 Di jenjang SD tematik terpadu
untuk kelas I-III
Di jenjang SD tematik terpadu
untuk kelas I-IV
4 Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
dan jumlah mata pelajaran lebih
banyak dibanding kurikulum 2013
Jumlah jam pelajaran perminggu
lebih banyak dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding
KTSP
5 Standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari
eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi
Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata
pelajaran di jenjang
SMP/SMA/SMK dilakukan
dengan pendekatan ilmiah yaitu
standar proses dalam pembelajaran
terdiri dari mengamati, menanya,
menyimpul, dan mencipta
6 Teknologi informasi komunikasi
(TIK) sebagai mata pelajaran
Teknologi informasi komunikasi
(TIK) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai
media pembelajaran
7 Penilaiannya lebih dominan pada
pengetahuan
Standar penilaian menggunakan
penilaian otentik yaitu mengukur
semua kompetensi sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil
8 Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib
Pramuka menjadi ekstrakurikuler
wajib
9 Penjurusan mulai kelas XI Peminatan (penjurusan) mulai
kelas X untuk jenjang SMA/MA
10 Bimbingan konseling (BK) lebih
pada menyelesaikan masalah
siswa
Bimbingan konseling (BK)
menekankan pengembangan
potensi siswa
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas VII F yaitu
siswa aktif selama proses pembelajaran yang diterapkan dengan siswa
bertanya ke guru mengenai materi ajar atau bahan ajar dan bagaimana
menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada bahan ajar tersebut.
Dari hasil wawancara dengan para siswa yaitu 25 siswa tidak menyukai
proses pembelajaran dan 16 siswa menyukai proses pembelajaran di kelas.
Alasan yang dikemukakan para siswa menganggap mereka tidak menyukai
pembelajaran tersebut adalah lebih menginginkan proses pembelajaran di luar
kelas yang berkaitan dengan lingkungan sekolah. Sehingga lingkungan
Peneliti ingin mencoba pendekatan lain dalam proses pembelajaran
matematika di kelas tersebut yang mempergunakan lingkungan sekolah
sebagai konteks dalam pembelajaran matematika. Pendekatan yang akan
dipergunakan oleh peneliti adalah pendekatan pendidikan matematika
realistik (PMR) karena dengan adanya pendekatan PMR maka siswa diajak
untuk berpikir kreatif dan terlibat secara langsung untuk menyelesaikan
pemecahan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari (realitas). Pendidikan
matematika realistik dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang ” Hasil – hasil yang Dicapai Dengan Penerapan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) untuk Materi Bangun Datar
Segiempat Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa di kelas VII D SMP
Negeri 1 Ngaglik”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang penelitian tersebut, Indetifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Ada kesenjangan antara praktek pembelajaran di kelas yang
sesungguhnya dengan praktek pembelajaran matematika yang diharapkan
2. Penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan
salah satu alternatif untuk mengatasi kesenjangan pembelajaran
matematika yang diharapkan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas,
masalah yang akan diteliti adalah:
1. Apakah proses pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan langkah –
langkah pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik?
2. Apa hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada materi bangun datar
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian pada hal-hal
berikut:
1. Hasil belajar yang akan dilihat pada penelitian ini adalah pada aspek
kognitif dan afektif, khususnya pada minat siswa
2. Materi bangun datar segiempat yang akan dikembangkan dengan
pendekatan PMR adalah persegi panjang dan persegi
E. Batasan Istilah
1. Belajar adalah proses aktivitas psikis yang menghasilkan pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
2. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara positif serta kemampuan
yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar
yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai,
inovasi verbal, dan hasil belajar motorik.
3. Pendekatan PMR adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran
matematika yang berfilosofi pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) yang pertama kali diperkenalkan di Belanda pada
tahun 1970 oleh The Freudenthal Institute. Adapun lima karakteristik
yaitu (1) penggunaan konteks, (2) penggunaan model, (3) pemanfaatan
hasil konstruksi siswa, (4) interaktivitas, (5) keterkaitan
4. Minat adalah suatu daya tarik seseorang yang timbul dari luar dan dari
dalam hati untuk menyukai bidang yang disukainya dan apabila
seseorang menyukai bidang yang disukai maka akan memperoleh
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
tentang hasil – hasil yang dicapai dengan penerapan PMR untuk materi
bangun datar segiempat terhadap minat dan hasil belajar siswa. Adapun
tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Apakah proses pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan langkah –
langkah pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik?
2. Apa hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada materi bangun datar
segiempat sesudah menjalani pembelajaran dengan PMR?
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi untuk
mengembangkan pembelajaran bangun datar segiempat.
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki
kemanfaatan sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam mengembangkan materi ajar untuk
siswa tentang materi bangun datar segiempat dengan pendekatan
PMR
2. Bagi Guru
Memberi inspirasi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran
yang dikelolanya
3. Bagi Siswa
Memberi pengalaman proses pembelajaran yang berbeda dari
11 BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
nilai dan sikap. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget yang menyatakan
bahwa belajar adalah aktivitas siswa bila ia berinteraksi dengan
Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009, 20), belajar
adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau
pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya,
sehingga pengetahuan dapat dikembangkan.
Menurut Von Glaserfeld (2011), pembelajaran yang bersifat generatif
adalah tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Menurut Carin (dalam Anggriamurti, 2009, 23) teori belajar
konstruktivisme adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan
kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri
pengetahuan didalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau menerapkan ide mereka sendiri, dan mengajar
Menurut Shymansky (1992), konstruktivisme adalah aktivitas yang
aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari
arti apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah dimilikinya.
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan
mempunyai dasar membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk
mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan
yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan
gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua: konstruktivisme
Jean Piaget dan Konstruktivisme Vygostky.
a. Konstruktivisme Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (dalam Dahar,
1989, 159) menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme
pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang
dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau
moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik
yang lebih mutakhir dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skema yang dimilikinya.
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah
sebagai berikut:
1) Skemata
Sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi
dengan lingkungan disebut skemata. Sejak kecil anak sudah
memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema.
Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang
bermain dengan kucing dan angsa yang sama-sama berbulu
kucing berkaki empat dan angsa berkaki dua. Dalam struktur
kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat
dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin
sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan
skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi
2) Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke
dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pemikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan
baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan
terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan skemata
melainkan perkembangan skemata.
3) Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru
dengan skemata yang telah dimiliki. Pengalaman yang baru itu
bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada.
Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang
telah ada.
4) Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak
seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi
dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan
b. Konstruktivisme Vygotsky
Menurut Ratumanan (2004, 45) mengemukakan bahwa
karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama,
perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau
dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. kedua,
perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu
pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk
membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan
masalah, dengan demikian perkembangan kognitif anak
mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar
menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan
proses-proses berfikir sendiri.
Menurut Slavin (Ratumanan, 2004, 49) ada dua implikasi
utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama,
dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif
antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang
berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan startegi-strategi
pemecahan masalah efektif di dalam daerah pengembangkan
terdekat masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam
pembelajaran menekankan perancahan. Dengan scaffolding,
semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab
untuk pembelajaran.
i) Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sangat
mempengaruhi perkembangan belajar seseorang, sehingga
perkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan
dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky
(2000), peserta didik melaksanakan aktivitas belajar
melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual peserta didik.
ii) Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky (Wersch, 1985), tujuan belajar
akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas
yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih
berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka yaitu
tugas-tugas yang terletak di atas peringkat
perkembangannya.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses aktivitas psikis yang menghasilkan pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap; dan teori belajar
menurut aliran konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran dimana guru tidak hanya menyampaikan atau
memberikan suatu informasi yang berupa pengetahuan kepada
siswa melainkan siswa dapat berperan aktif dalam menggali
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang dimiliki siswa
dapat berupa pengetahuan sosial dan pengetahuan dalam dirinya.
2. Hasil Belajar
Menurut Sudjana ( 2010, 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Warsito
(dalam Depdiknas, 2006, 125), hasil belajar ditandai dengan adanya
perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar. Menurut Wahidmurni (2010, 18), seseorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan
adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut
diantaranya dari segi kemampuan berpikir, ketrampilan atau sikap
terhadap suatu objek.
Menurut taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah
(sikap), dan ranah psikomotorik (ketrampilan). Sehubungan dengan itu
maka menurut Gagne (dalam Sudjana, 2010, 23) mengemukakan hasil
belajar menjadi lima macam anatara lain: (1) hasil belajar intelektual
merupakan hasil belajar yang berlandaskan pada pengetahuan seseorang ;
(2) startegi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang
dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah;
(3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional
dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan tingkah
laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan
dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu
kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan
konsep dan lambang.
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dilakukan dengan tes dan
pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpulan
data yakni instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni (2010,
28), instrumen dibagi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Menurut
Hamalik (2006, 155), hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui
kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sesungguhnya.
Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan ketrampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Menurut teori Bloom terdapat tiga ranah dalam hasil belajar yakni:
ranah kognitif (kemampuan berpikir) , ranah afektif (sikap), dan ranah
psikomotorik(ketrampilan).
a. Ranah Kognitif
Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam
berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling
tinggi. Berikut keenam jenjang ranah kognitif:
1) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan disebut
sebagai proses berfikir yang paling rendah
2) Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memshami
suatu untuk diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan
kata-katanya sendiri.
3) Aplikasi adalah kemampuan yang menggunakan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman
4) Analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
5) Sintesis adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola
yang berstruktur atau berbentuk pola yang baru
6) Evaluasi merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah
kognitif taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi merupakan
kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi,
ia akan mampu memilih satu pilihan terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria.
a) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan terlihat pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam
lima jenjang, yaitu:
1) Penerimaan
Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rancangan dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan
lain-lain, termasuk dalam jenjang ini misalnya: kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan
menyeleksi gejala-gejala yang datang dari luar. Pada
jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai yang diajarkan dan mau menggabungkan
diri kedalam nilai atau mengindentifikasikan diri dengan
nilai
2) Tanggapan
Tanggapan mengandung arti “adanya partisipasi aktif”.
Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang yang mengikut sertakan dirinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
tinggi daripada jenjang receiving
3) Penghargaan
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai
penghargaan terhadap suatu kegiatan. Dalam kaitan
mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep yaitu baik dan
buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai
dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka
ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian.
4) Pengorganisasian
Mengatur atau pengorganisasian artinya
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai
baru yang universal, yang membawa pada perbaikan
umum.
5) Karekteristik
Berdasarkan nilai-nilai ini lebih mengacu pada karakter
dan daya hidup seseorang. Tujuan dalam kategori ini ada
hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan
emosi jiwa yaitu keterpaduan semua nilai yang telah
dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi emosinya.
b) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah kemampuan yang dihasilkan
oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk
melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan tersebut
meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan
keterampilan sosial. Ranah psikomotorik ini dikembangkan
oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik tersebut
adalah:
1) Persepsi, penggunaan alat indera untuk menjadipegangan
dalam membantu gerakan.
Persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
yang menunjukan kesadaran akan hadirnya rangsangan
dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.
2) Kesiapan.
Kesiapan fisik, mental dan emosional untuk melakukan
gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk
menempatkan dirinya dalam keadaan akan suatu gerakan
atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan
dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani
3) Guided Respon (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang
kompleks, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan
coba-coba.
4) Mekanisme
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari
sehingga tampil dalam menyakinkan dan cakap. Ini
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerakan secara lancar karena sudah dilatih secukupnya
tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.
5) Respon tampak yang kompleks.
Gerakan motoris yang terampil yang didalamnya terdiri
dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan
kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan
suatu ketrampilan, yang terdiri dari beberapa komponen,
dengan lancar, tepat dan efisien
6) Penyesuaian. Ketrampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan
perubahan dan menyesuaikan pola gerak dengan kondisi
setempat.
7) Penciptaan. Membuat pola gerakan baru yang
Penciptaan atau kreativitas ini mencakup kemampuan
untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru.
Dari paparan diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu
interaksi tindakan belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar
intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil
belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya.
B. Proses Penyelesaian Masalah
Menurut Polya (1985), pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari
jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu
mudah segera untuk dicapai, sedangkan menurut Utari (dalam hamsah 2003,
24), pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan
teknik atau produk baru. Bahkan dalam pembelajaran matematika, selain
pemecahan masalah mempunyai arti khusus ialah interprestasi yang berbeda,
misalnya menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Polya (1985) mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah
adalah memahami masalah, merencanakan masalah, menyelesaikan masalah
dan melihat kembali.
1. Proses Penyelesaian Masalah Menurut Polya (1985).
Langkah-langkah penyelesaian masalah menurut Polya (1985) sebagai
berikut:
a. Memahami masalah
Pelajar seringkali gagal dalam menyelesaikan masalah karena
semata-mata mereka tidak memahami masalah yang dihadapinya atau
mungkin ketika suatu masalah diberikan kepada anak dan anak itu
langsung dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, namun
memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah pahami bahasa
atau istilah yang digunakan dalam masyarakat tersebut, merumuskan
apa yang diketahui, apa yang ditanyakan. Kemampuan dalam
menyelesaikan masalah dapat diperoleh dengan rutin menyelesaikan
masalah. Berdasarkan hasil dari banyak penelitian, anak yang rutin
dalam latihan pemecahan masalah akan memiliki nilai tes pemecahan
masalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang jarang
berlatih mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Selain itu,
ketertarikan dalam menghadapi tantangan dan kemauan untuk
menyelesaikan masalah merupakan modal utama dalam pemecahan
masalah.
b. Merencanakan masalah
Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari
seberapa sering pengalaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya.
Semakin sering kita mengerjakan latihan pemecahan masalah maka
pola penyelesaian masalah itu akan semakin mudah didapatkan. Untuk
merencanakan pemecahan masalah kita dapat mencari
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi masalah yang pernah diselesaikan
yang memiliki kesamaan pola dengan masalah yang akan dipecahkan.
Kemudian barulah menyusun prosedur penyelesaiannya.
c. Melaksanakan rencana
Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah,
yang harus dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat
dengan ketekunan dan ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian.
d. Melihat kembali
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi
strategi dan hasil yang diperoleh benar, strategi yang dibuat dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis. Ini bertujuan untuk
menetapkan keyakinan dan memantapkan pengalaman untuk mencoba
C. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) 1. Filosofi
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendekatan
Matematika Realistik (PMR) pertama kali diperkenalkan di Belanda pada
tahun 1970 oleh Hans Freudenthal. Filosofi yang mendasari PMR adalah
matematika dan aktivitas manusia. Menurut Shadiq dan Mustajab (2010,
7), Pendekatan PMR merupakan suatu pendekatan yang mengungkapkan
pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk
memahamkan persoalan matematika. Ini berarti matematika harus dekat
dengan siswa dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dengan
demikian konsep-konsep matematika yang abstrak, dapat dipahami
secara real oleh siswa karena konsep yang abstrak tersebut dapat
diimplementasikan dalam kehidupan mereka. Hal ini ditegaskan oleh
konsep Freudenthal (dalam Suradi, 2001, 2) yang menyatakan bahwa
matematika merupakan aktivitas manusia. Oleh karena itu siswa harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide – ide (reinvention)
dan mengkonstruksi konsep – konsep matematika dengan bimbingan
orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi
dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan
bukan sekedar berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi menekankan
pada masalah nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi
penekanannya adalah membuat sesuatu itu menjadi nyata dalam pikiran
siswa. Dengan demikian, pada pendekatan realistik, dunia nyata
digunakan sebagai titik pangkal untuk mengembangkankonsep-konsep
dan prinsip-prinsip matematika dan pada akhir kita perlu merefleksikan
solusi kembali ke dunia nyata. Proses pengembangan ide-ide dan
konsep-konsep matematika yang dimulai dari dunia nyata disebut matematisasi
konsep De Lange (dalam Sunardi, 2001:3). Model skematis untuk proses
Gambar 2. 1 Model Skematis
Selanjutnya Treffer (dalam Depdiknas, 2005, 29) merumuskan dua tipe
pematematikaan yaitu pematematikaan horisontal dan pematematikaan
vertikal. Pematematikaan horisontal menunjuk pada proses transformasi
masalah yang dinyatakan dalam bahasa sehari-hari ke bahasa matematika.
Jadi pada pematematikaan horisontal, siswa dengan pengetahuan yang
telah dimilikinya diharapkan dapat mengorganisasikan dan memecahkan
masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pematematikaan vertikal
adalah proses organisasi dalam matematika itu sendiri. Singkatnya
matematisasi horisontal berkaitan dengan perubahan dunia nyata menjadi
simbol-simbol dalam matematika, sedangkan matematisasi vertikal
melibatkan pengubahan ke simbol-simbol matematika yang lebih abstrak.
Meskipun perbedaan antara dua tipe pematematikaan itu mencolok, tidak
berarti dua tipe tersebut terpisah sama sekali. Berkaitan dengan dua tipe
pematematikaan di atas, Treffer dan Freudenthal (dalam Yuwono, 2001)
mengklasifikasikan pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan
intensitas pematematikaannya, yaitu pendekatan mekanistik, empiristik,
strukturalis, dan realistik.
Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional, dimana
pembelajaran matematika lebih ditekankan pada tubian (drill) dan
penghapalan rumus saja, sedangkan proses pematematikaan vertikal
Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana
konsep – konsep matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa dapat
menemukan melalui pematematikaan horisontal, sehingga cenderung
mangabaikan pematematikaan vertikal. Pendekatan strukturalis
merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakansistem formal
sehingga suatu konsep dicapai melalui pematematikaan vertikal dan
cenderung mengabaikan pematematikaan horisontal.
Pendekatan realistik, memberikan perhatian yang seimbang antara
pematematikaan horisontal dan vertikal serta disampaikan secara terpadu
kepada siswa, maksudnya suatu masalah kontekstual diambil sebagai titik
awal dari belajar matematika, kemudian masalah itu akan dieksplorasi
dengan kegiatan matematika horisontal. Kemudian dengan menggunakan
pematematikaan vertikal, siswa akan mengembangkan ke konsep-konsep
matematika.
Adapun perbedaan keempat pendekatan pembelajaran matematika
tersebut secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut.