• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan internet yang meluas adalah hasil dari berkembangnya teknologi yang semakin canggih zaman modern ini. Sebagian besar manusia di dunia menggunakan internet untuk memudahkan kehidupan mereka. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Internet Society melaporkan bahwa pada bulan januari 2015 pengguna internet di dunia sudah mencapai angka 3 miliar pengguna.Internet memang memberikan banyak manfaat kepada para penggunanya, salah satunya adalah terbangunnya komunikasi jarak jauh. Melalui situs jejaring sosial, para pengguna internet dapat melakukan interaksi dengan lawan bicaranya secara leluasa dan instan. Selain itu internet juga bisa menjadi sarana untuk mencari serta berbagi informasi.

Pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kominfo pada mei 2014 pengguna internet di Indonesia mencapai 82 juta pengguna, sedangkan menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pengguna internet di Indonesia selama 2014 mencapai 88.1 juta pengguna dengan 49% pengguna berumur 18-25 tahun dengan 87.4% penggunaan internet digunakan untuk akses jejaring sosial. Rata-rata penggunaan internet sebesar lima jam setiap harinya dengan mengunakan laptop atau PC dan sekitar dua jam melalui perangkat mobile (Kominfo, 2014). Sementara itu, pengguna situs jejaring sosial melalui perangkat mobile, menurut Kominfo (dalam Kompas Tekno, 2015) adalah 75% dari total 62 juta orang, dengan rata-rata waktu tiga jam perhari.

Dari data-data diatas terlihat bahwa penggunaan internet di Indonesia cukup tinggi, lebih lanjut bedasarkan kompastekno tahun 2015 terunggap bahwa perilaku masyarakat Indonesia dalam menggunakan internet cukup variatif dan akses ke situs jejaring sosial menempati urutan tertinggi yakni mencapai 64 % saat online. Fenomena tersebut juga dapat dilihat melalui

wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai perilaku mahasiswa dalam berinternet, termasuk penggunaan situs jejaring sosial

Wawancara tersebut dilakukan pada bulan februari-maret terhadap empat orang mahasiswi yang berasal dari dua universitas swasta di Jakarta dengan rentang umur 21-24 tahun. Hasil wawancara menunjukan rata- rata penggunaan internet para mahasiswi tersebut adalah 5-7 jam sehari, selain untuk menunjang kegiatan perkuliahan adalah untuk mengisi waktu dan hal ini juga

(2)

sudah menjadi kebiasaan sehari- hari sehingga mereka merasakan ada keinginan yang kuat untuk selalu terhubung ke internet jika sedang ada waktu kosong. Dari wawancara tersebut juga

diketahui bahwa penggunaan internet yang paling dominan adalah situs jejaring sosial. Situs ini digunakan untuk terhubung dengan teman-teman, berkomunikasi dan juga untuk mendapatkan informasi yang terjadi di sekitar penggunanya. Jejaring sosial digunakan sebagai media untuk mengisi waktu, karena subjek dari wawancara ini memiliki lebih dari satu jejaring sosial maka mereka berpindah-pindah dari satu jejaring sosial yang satu ke jejaring sosial yang lain. Selain itu jejaring sosial juga digunakan sebagai media untuk mencurahkan keluh kesah penggunanya dalam kesehariannya, seperti ketika mengalami hal yang tidak menyenangkan kemudian mencurahkan perasaannya tersebut melalui media sosial berupa verbalisasi negatif di media sosial tersebut. Terahir hasil wawancara membuktikan tingginya frekuensi dampak negatif yang dialami akibat dari penggunaan internet yang berlebihan, seperti terlalu asik dalam berselancar di situs jejaring sosial sehingga mengganggu waktu tidur dan melakukan prokrastinasi tugas-tugas kuliah.

Fenomena-fenomena tersebut mengungkapkan adanya permasalahan dalam penggunaan internet atau dalam penelitian ini disebut Problematic Internet Use (PIU). PIU menurut Davis ( 2001) adalah individu yang mengalami masalah pada kehidupan psikososial, sosial, sekolah atau kehidupan kerja yang disebabkan oleh kurangnya pengendalian dari penggunaan internet.

Indikasi yang terlihat pada fenomena yang ada diatas yaitu intensitas penggunaan internet yang tinggi, adanya keinginan untuk selalu terhubung ke internet, selain itu mereka juga merasakan dampak negatif dari pengunaan internet yang berlebihan. Hal ini sejalan dengan yang telah diungkapkan Davis bahwa PIU dapat dilihat dari penggunaan internet yang berlebihan,

penggunaan berlebihan sendiri menurut Davis adalah ketika sesorang menggunakan lebih dari rata-rata penggunaan yang wajar , keinginan untuk selalu terhubung dan keinginan untuk

mengunakan internet secara lebih dan lebih lagi serta yang terahir adalah adanya dampak negatif yang disakan oleh subjek wawancara akibat dari penggunaan internet yang berlebihan (Davis, 2001)

Seperti telah diungkapkan pada fenomena diatas bahwa banyak pengguna media sosial menggunakan media tersebut sebagai salah satu cara dalam mencurahkan emosi yang sedang dirasakan. Proses tersebut dilakukan untuk mengurangi emosi atau perasaan negatif yang

(3)

dilakukan untuk mempertahankan emosi yang seimbang. Fenomena tersebut sesuai dengan pengertian dari regulasi emosi, Regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar

ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif (Gross, 2007).

Perilaku mencurahkan keluh kesah melalui media sosial oleh subjek wawancara dalam penelitian ini terindikasi sebagai salah satu usaha dari para individu tersebut untuk meregulasi emosi mereka. Dalam prosesnya ketika mereka menghadapi situasi yang tidak menyenangkan kemudian memilih untuk mencurahkan emosi mereka melalui media sosial merupakan salah satu tahap proses regulasi emosi yaitu Situation Selection dan Situation Modification. Dalam

penggunaannya individu kemudian fokus terhadap apa yang berlangsung dalam jejaring sosial tersebut dan terjadi perubahan kognitif yang kemudian menghasilkan verbalisasi negatif di media sosial atau perilaku berpindah-pindah dari satu jejaring sosial yag satu ke jejaring sosial yang lain.

Pengguna media sosial yang melakukan verbalisasi negatif melalui jejaring media sosial merupakan salah satu strategi regulasi emosi yaitu Expressive Suppression disebut juga dengan strategi yang maladaptif. Strategi ini memungkinkan individu untuk mengeluarkan emosi negatif tanpa mengubahnya sehingga keberadaan emosi negatif tersebut masih ada. Penggunaan strategi regulasi emosi Expressive Suppression ini sesuai dengan penelitian Ford dan Mauss (2015) yang mengungkapkan bahwa orang-orang Asia cenderung menggunakan Expressive Suppression untuk meregulasi emosi mereka. Selain itu individu dengan regulasi emosi yang rendah atau maladaptif memiliki kecenderungan untuk memiliki kecenderungan untuk berperilaku adiktif yang terjadi karena untuk menghindari emosi yang negatif atau untuk mendapatkan rasa lega dari tekanan emosi (Schreiber, Grant, & Odlaug, 2012). Selain itu penelti juga menemukan informasi lainnya bahwa individu dengan disregulasi emosi secara positif berasosiasi dengan individu yang memiliki tingkat obsesi dan gangguan kompulsif yang tinggi (Schreiber, Grant, & Odlaug, 2012). Hal ini sejalan dengan gejala dari PIU yaitu keinginan untuk terus menerus terhubung dengan internet dan penggunaan internet yang berlebihan serta kompulsif (Caplan, 2002). Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan sebelumnya peneliti memiliki ketertarikan

(4)

untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara Problematic Internet Use (PIU) dengan regulasi emosi pada mahasiswa pengguna situs jejaring sosial dijakarta, pengambilan wilayah Jakarta karena menurut berdasarkan data yang dirilis APJII Jakarta merupakan provinsi dengan tingat penetrasi tertinggi.

Dalam penelitian ini, penulis akan fokus pada responden yang merupakan mahasiswa selain karena lingkungan mahasiswa merupakan ruang lingkup kehidupan penulis saat ini, tetapi juga berdasarkan data APJII tahun 2014 yang telah disebutkan diatas mayoritas pengguna internet berada pada rentang umur 18-25 dan mahasiswa termasuk kedalam rentang umur tersebut. Selain itu menurut Odaci dan Celik (2013) mengungkapkan bahwa terdapat penelitian yang mengindikasikan bahwa PIU mempengaruhi mahasiswa secara langsung maupun tidak langsung dalam hal keberhasilan akademik, perkembangan emosi dan sosial mereka. Moore (dalam Morahan-Martin & Schumacher, 2000) mengungkapkan bahwa mahasiswa dianggap berisiko tinggi untuk mempunyai masalah terkait dengan internet karena akses untuk online yang mudah dan jadwal yang fleksibel dan disisi lain penulis juga melihat mayoritas mahasiswa memiliki satu atau lebih situs jejaring sosial. Peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian pada dua variabel tersebut karena dengan perkembangan internet yang pesat di Indonesia dapat memunculkan permasalahan-permasalahan pada penggunaannya serta dengan adanya situs jejaring sosial yang ada dan juga sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para

mahasiswa, yang tanpa disadari juga berpengaruh pada tingkat pengaturan emosi dalam hal ini regulasi emosi serta dengan kenyataan bahwa belum ada penelitian mengenai hubungan kedua variabel tersebut di Jakarta.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah apakah terdapat hubungan antara Regulasi Emosi (Cognitive Reappraisal dan Suppression) dengan Problematic Internet Use (PIU) pada mahasiswa pengguna Social Networking Site (SNS) di Jakarta.

(5)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara Regulasi Emosi (Cognitive Reappraisal dan Suppression) dengan Problematic Internet Use (PIU) pada mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi