• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara,"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Sektor Publik

2.1.1.1. Definisi Organisasi Sektor Publik

Istilah sektor publik lebih tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, dan organisasi nirlaba negara (Joedono: 2000). Abdullah (1996) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan demikian, cukup beralasan bahwa istilah sektor publik dapat berkonotasi perpajakan, birokrasi, atau pemerintah. Selanjutnya, adalah lebih mudah jika istilah sektor publik dilawankan dengan istilah sektor privat/ swasta/ bisnis (lihat Jones dan Pendlebury 1996: 1).

Lebih lanjut Jones dan Pendlebury (1996: 1) mengemukakan bahwa istilah sektor publik dapat dipahami lebih jelas bila dihubungkan dengan istilah akuntan publik. Di Amerika Serikat, istilah ini adalah untuk akuntan swasta yang berpraktik untuk masyarakat. Sedangkan di Inggris (Eropa), istilah ini adalah untuk akuntan yang bekerja di organisasi pemerintah. Dengan demikian, istilah sektor publik yang umum dipahami adalah akuntansi untuk organisasi pemerintah.

Istilah “sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam- macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara dan

(2)

defenisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo, 2009).

Menurut Nordiawan (2009:1) sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki keunikan tersendiri. Disebut sebagai entitas ekonomi karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil. Sektor publik juga melakukan transaksi – transaksi ekonomi dan keuangan, tetapi berbeda dengan entitas ekonomi lain, khususnya perusahaan komersial yang mencari laba, sumber daya ekonomi sektor publik dikelola tidak untuk tujuan mencari laba (nirlaba). 2.1.1.2. Karakteristik Organissi Sektor Publik

Menurut Ulum (2008:9) karakteristik organisasi sektor publik atau organisasi yang tidak bertujuan untuk memupuk keuntungan adalah sebagai berikut: a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembalai atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan

(3)

proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.

Menurut Nordiawan (2006:2) organisasi publik menjadi berbeda dan unik karena memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan financial b. Dimiliki secara kolektif oleh pihak publik

c. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang diperjualbelikan

d. Keputusan-kepuusan yang terkait kebijakan operasi didasarkan pada consensus.

2.1.1.3. Perbedaan Organisasi Sektor Publik dengan Sektor Swasta

Menurut Mardiasmo (2009:7) Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor skomersial dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal yaitu: a. Tujuan Organisasi b. Sumber pembiyaan c. Pola pertanggungjawaban d. Struktural Organisasi e. Karakteristik anggaran

f. Stakeholder yang dipengaruhi, g. Sistem akuntansi yang digunakan

(4)

Tabel II.1 Perbedaan Karakteristik Organisasi Sektor Publik dan Sektor Swasta Sumber: Mardiasmo (2002) No PERBEDAAN Sektor Publik / Pemerintahan Sektor Swasta / Komersial 1 Tujuan Organisasi Nonprofit motif Profit motif

2

Sumber Pendanaan Pajak, Retribusi, Utang, Obligasi Pemerintah, Laba BUMN/BUMD, Penjualan aset Negara,dsb; Sumbangan, Hibah. Pembiayaan Internal : Modal sendiri, laba ditahan, penjualan aktiva. Pembiayaan Eksternal : Utang Bank, Obligasi, penerbitan saham.

3

Pertanggung jawaban Pertanggung jawaban kepada publik/

masyarakat dan parlemen (DPR/DPRD)

Pertanggung jawaban kepada pemegang saham dan kreditor

4

Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan Hirarkis Fleksibel:datar, piramid, lintas fungsional, dsb. 5 Karakteristik Anggaran

(5)

Menurut Mardiasmo (2009: 8) Perbedaan Organisasi Sektor Publik dengan Sektor Swasta diantaranya yaitu :

1. Tujuan Organisasi

Tujuan sektor komersial adalah memaksimumkan laba, untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.Tujuan sektor publik terutama bukan mencari laba, tetapi memberi pelayanan kepada masyarakat (public service) dan mensejahterakan masyarakat. Pelayanan dalam bidang pendidikan, keamanan masyarakat, penegakan hukum, transportasi publik, penyediaan barang kebutuhan masyarakat dan sebagainya. Namun demikian Pemerintah juga mempunyai badan usaha (BUMN dan BUMN) yang bertujuan mencari laba untuk meningkatkan penerimaan negara dan mengusahakan barang-barang strategis kebutuhan masyarakat umum.

2. Sumber Pembiayaan

Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak, retribusi, laba BUMN/BUMD, pinjaman luar negeri, obligasi, dan sumber lain yang sah (pemerintahan), sumbangan, dana abadi, pinjaman, hibah, dan lain sebagainya (nonpemerintahan) Sektor komersial sumber pendanaannya lebih fleksibel, dari segi internal berasal dari modal pemilik dan laba yang ditahan, sedang dari eksternal adalah utang bank, obligasi, dan penerbitan saham baru.

(6)

3. Pertanggung jawaban

Sektor publik, menguasai dana publik, bertanggung jawab kepada publik melalui perwakilan di DPR/DPRD (organisasi pemerintahan), dan langsung kepada masyarakat yang terkait (nonpemerintahan). Pertanggung jawaban vertikal ialah pertanggung jawaban kepada atasannya dalam struktur organisasi, sedang pertanggung jawaban horisontal adalah pertanggung jawaban kepada masyarakat umum, melalui mekanisme yang ada yaitu parlemen. Sektor komersial menguasai dana pemilik, bertanggung jawab kepada para pemilik yaitu pemegang saham, dan kreditor.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sektor komersial lebih fleksibel, datar, piramid, fungsional, dan sebagainya. Sektor komersial berusaha menyediakan barang dan jasa yang jadi kebutuhan dan permintaan konsumen. Pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, hirarkis. Sektor publik sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik yang sangat komplek.

Organisasi pemerintah mempunyai fungsi yang lebih luas, meliputi : a. Pertahanan dan Keamanan

b. Hubungan Luar Negeri c. Kebijakan Fiskal dan moneter d. Regulasi sektor swasta

e. Stabilisasi politik dan ekonomi

(7)

g. Penegakan hukum dan perlindungan HAM h. Pemberian barang dan pelayanan

i. Distribusi pendapatan dan kekayaan 5. Karakteristik Anggaran

Bagi pemerintahan anggaran adalah sangat penting, sebagai otorisasi pelaksanaan, sebagai alat pengawassan, alat kontrol dan pengendalian pemerintahan dan pertanggung jawaban APBN dan APBD memerlukan persetujuan DPR/DPRD sebagai wakil rakyat, yang setelah disetujui kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Sementara untuk organisasi bisnis adalah sangat fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan lingkungan dan ekonomi yang terjadi.

6. Akuntansi Keuangan

Sesuai dengan peraturan perundangn yang baru, (misalnya UU RI no.1 tahun 2004) sistem akuntansinya masih boleh menggunakan basis kas, khusus untuk pembuatan laporan realisasi anggaran, sedangkan umtuk pos-pos neraca (aset, utang dan ekuitas) menggunakan basis akrual, sampai saatnya keseluruhannya menggunakan basis akrual (menurut PP 71/2010)

2.1.1.4. Definisi Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keoutusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagau alternatif arah tindakan. Pemerintah yang

(8)

dimaksudkan dapat mencakup pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota (Halim, 2009).

Sebelum membahas akuntansi sektor publik lebih lanjut terlebih dahulu dikemukakan pengertian akuntansi dari berbagai lembaga dan dari sudut pandang yang berbeda, salah satunya adalah pengertian dan penjelasan yang dikemukakan oleh Accounting Principles Board (1970) yang menjelaskan Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif.

Dari pengertian dan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

1. Fungsi (peran) akuntansi adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi.

2. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar berguna sebagai input yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional.

3. Cabang-cabang akuntansi cukup banyak, salah satunya akuntansi pemerintahanan.

Dari definisi diatas sektor publik berkaitan dengan organisasi pemerintah atau lembaga nonprofit yang sumbernya berasal dari publik sehingga menimbulkan konsekuensi untuk dipertanggung jawabkan kepada publik, akibatnya pengelolaannya memerlukan transparansi dan akuntabilitas terhadap publik (Halim, 2009)

(9)

2.1.1.5. Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Menurut Mardiasmo dan Syam (dalam Ibrahim: 2013:46) menjelaskan tujuan akuntansi sektor publik adalah :

1. Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)

Tujuan pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dalam bentuk waktu yang tepat, uang berguna bagi pihak yang bertanggung jawab yang berkaitan dengan operasi unit–unit pemerintahan. Lebih lanjut, tujuan pertanggungjawaban ini mengharuskan tiap orang atau badan yang mengelola keuangan Negara harus memberikan pertanggungjawaban perhitungan.

2. Manajerial

Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.

3. Pengawasan

Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektir dan efisien.

2.1.2. Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi pemerintahan merupakan suatu bidang ilmu akuntansi yang saat ini sedang berkembang sangat pesat. Tuntutan mengenai transparansi dan akuntabilitas publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola pemerintah akan

(10)

memunculkan kebutuhan atas penggunaan akuntansi dalam mencatat dan melaporkan kinerja pemerintahan. Sebagai salah satu bidang ilmu akuntansi, definisi akuntansi pemerintahan tidak akan terlepas dari pemahaman tentang akuntansi itu sendiri, termasuk perkembangannya di Indonesia (Setiawati, 2013).

Bastian (2009) mendifinisikan Akuntansi Pemerintahan sebagai:

Suatu Aktifitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah, serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut.

Jenis yang dicatat di dalam akuntansi pemerintahan adalah transaksi keuangan pemerintah yang sebagian akan memiliki karakteristik tersendiri dan membedakannya dengan transaksi di dalam akuntansi bisnis. Noerdiawan (2009) mengatakan bahwa akuntansi pemerintahan mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah. Akuntansi pemerintahan menyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan dari administrasi Keuangan Negara, termasuk kesesuaian yang berlaku.

2.1.3. Standar Akuntansi Pemerintahan

Mardiasmo (2004) mengatakan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan adalah pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan menurut PP No. 71 Tahun 2010 yang dimaksud dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, maka dengan kata

(11)

lain Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan suatu syarat yang mempunyai kekuatan hukum didalam upaya untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Noerdiawan (2009) mengatakan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan di lingkup pemerintahan baik di pemerintah pusat dan departemen-departemen, ataupun pemerintah daerah dan dinas-dinasnya. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan diyakini akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas laporan keuangan di pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparasi serta akuntabilitas. Menurut PP No. 71 seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dapat mengimplementasikan SAP dengan baik sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa:

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

2.1.3.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual, didalam wacana akuntansi, secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan bila dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksananya perhitungan biaya

(12)

pelayanan publik dengan lebih wajar, nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan, tetapi dengan memasukan seluruh beban, baik yang sudah dibayar ataupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang, dalam rangka pengukuran kinerja, serta informasi berbasis akrual dipercaya dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi yang sebenarnya, oleh karena itu akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah (KSAP, 2006).

Widjajarso (2008) menjelaskan beberapa alasan penggunaan basis akrual dalam laporan keuangan pemerintah, yaitu:

1. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup, misalnya transaksi non kas untuk pengambilan keputusan ekonomi seperti informasi tentang hutang piutang, sehingga penggunaan basis akrual sangat disarankan.

2. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya.

3. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013, SAP Berbasis Akrual adalah Standar Akuntansi Pemerintahan yang mengakui

(13)

pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD.

Purwita (2013) berpendapat bahwa penerapan SAP ini memerlukan pemahaman yang baik dari setiap aparatur yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan baik di Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah berserta instansi-instansi yang terkait didalamnya. Setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah wajib dilaksanakan, akan tetapi dalam penerapan tersebut perlu dipahami beberapa dasar pemikiran penting yang diharapkan dapat membantu penerapan SAP.

Menurut Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006) beberapa tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten

Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada DPR dan oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini, kebutuhan tersebut sangat terasa dengan semakin kuatnya upaya untuk menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Untuk

(14)

itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan Akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

2. Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System

Adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun sistem pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

3. Komitmen dari Pimpinan

Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Salah satu penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa Kementerian/ Lembaga adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima dana Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan.

(15)

Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang- undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara, termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan, yang menjadi ujian sekarang adalah peningkatan kualitas produk akuntansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh kementerian/lembaga di pemerintah pusat dan dinas/unit untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu pada pedoman yang disusun oleh menteri keuangan.

2.1.3.2 Komponen Laporan Keuangan Menurut PP No.71 Tahun 2010 Komponen laporan keuangan menurut PP No.71 Tahun 2010 memiliki perbedaan dengan PP No.24 Tahun 2005. Berikut ini merupakan perbedaan antara PP No. 24 Tahun 2005 dan PP No.71 Tahun 2010:

Tabel II.2 Perbedaan Komponen Laporan Keuangan Menurut PP No.24/2005 dengan PP No.71/2010

PP No.24 Tahun 2005 PP No.71 Tahun 2010 Komponen Laporan Keuangan Pokok:

1. Neraca

2. Laporan Realisasi Anggaran 3. Laporan Arus Kas

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Komponen Laporan Keuangan Pokok: A. Laporan Anggaran:

1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo

Anggaran Lebih Laporan yang bersifat optional:

1. Laporan Kinerja Keuangan 2. Laporan Perubahan Ekuitas

B. Laporan Finansial 1. Neraca

2. Laporan Operasional 3. Laporan Arus Kas

4. Laporan Perubahan Ekuitas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Sumber: PP No.71 Tahun 2010

(16)

Berdasarkan Permendagri 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam SAP Berbasis Akrual adalah Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Ketujuh laporan keuangan tersebut sesuai dengan komponen laporan keuangan menurut PP No. 71 Tahun 2010.

Berikut merupakan penjelasan mengenai komponen Laporan Keuangan menurut PP No.71 Tahun 2010 seperti yang tertera pada Tabel 2.2:

A. Laporan Anggaran

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA). PP No 71. Tahun 2010 menetapkan basis pencatatan yang digunakan adalah akrual. namun dalam penyusunan LRA tetap disajikan dengan menggunakan basis kas. 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LSAL). Dalam PSAP Basis Akrual (BA) 01 paragraf 41 dijelaskan bahwa LSAL lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk pos-pos berikut:

a. Saldo anggaran lebih awal b. Penggunaan saldo anggaran lebih

c. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun belumnya

e. Lai n-l ai n

(17)

B. Laporan Finansial

1. Neraca. Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.

2. Laporan Operasional (LO). LO merupakan salah satu laporan yang harus disusun oleh pemerintah daerah setelah dikeluarkan PP No.71 Tahun 2010. Manfaat disusunnya LO ialah tersedianya infomasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan dan penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

3. Laporan Arus Kas (LAK). LAK merupakan bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). LPE menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:

a. Ekuitas awal

b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan

c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas d. Ekuitas akhir

5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). PSAP BA 01 tentang penyajian laporan keuangan paragraf 83 menjelaskan bahwa CALK meliputi penjelasan naratif/rincian dan angka yang tertera dalam LRA, LSAL, LO, LPE, neraca, dan LAK. Selain itu, CALK juga mencakup

(18)

informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan. CALK mengungkapkan/ menyajikan/ menyediakan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengungkapkan informasi umum mengenai entitas pelaporan dan entitas akuntansi

b. Menyediakan informasi mengenai kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro

c. Menyediakan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

d. Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-tranaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya

e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan

f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oles PSAP yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka lapran keuangan.

(19)

2.1.4. Akuntabilitas

2.1.4.1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris yaitu accountability, yang berarti pertanggunganjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban (Salim, 1991). Akuntabilitas (accountability) menurut Suherman (2007) yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing.

Mardiasmo (2004), menerangkan bahwa pengertian akuntabilitas adalah: “Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut.”

Dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah satu dari “good governance” atau pengelolaan pemerintahan yang baik, dimana pemikiran tersebut bersumber dari pemikiran bahwa pengelolaan administrasi publik merupakan isu utama dalam pencapaaian menuju”clean government” atau pemerintahan yang bersih (Akbar dan Nurbaya:2000). Lebih lanjut terminologi akuntabilitas dapat dilihat dari sudut pandang pengendalian dan tindakan pada pencapaian tujuan. Dalam hal tersebut maka akuntabilitas mengandung arti kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan seseorang atau lembaga terutama dibidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasannya (LAN dan BPKP:2000).

(20)

2.1.4.2. Dimensi Akuntabilitas

Akuntabilitas dibedakan dalam beberapa dimensi, diantaranya menurut Rosjidi (2001:145), dimensi akuntabilitas dapat dikatergorikan menjadi dua, yaitu:

1. Akuntabilitas Internal

Akuntabilitas internal yakni berlakunya bagi setiap lingkungan dlam organisasi internal penyelenggaraan Negara termasuk pemerintah, dimana setiap pejabat atau pengurus publik baik individu atau kelompok secara hierarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada atasan secara baik mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara periodik maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu. Keharusan akuntabilitas internal pemernitah tersebut, telah diamanatkan dalam instruksi presiden nomor 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP).

2. Akuntabilitas eksternal

Akuntabilitas eksternal yakni melekat pada setiap lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk mempertanggung jawabkan semua amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak eksternal dan lingkungannya.

2.1.4.3. Indikator Akuntabilitas

Lembaga Administrasi Negara (LAN) juga seperti yang dikutip BPKP dalam bukunya Akuntabilitas dan Good Governance (2000:24), membedakan akuntabilitas dalam 3 macam yaitu:

(21)

1. Akuntabilitas keuangan

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai intergritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan.

2. Akuntabilitas manfaat

Akuntabilitas manfaat pada dasarnya memberi perhatian kepada hasil dari kegiatan-kegiatan pemerintah.

3. Akuntabilitas prosedural

Akuntabilitas prosedural merupakan pertanggung jawaban mengenai apakah suatu prosedur penetapan dan pelaksanaan suatu kebijakan telah mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum, dan ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung pencapaian tujuan akhir yang telah ditetapkan.

2.1.5. Transparansi

2.1.5.1. Pengertian Transparansi

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak -pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Ada beberapa pengertian tentang transparansi publik yaitu :

Menurut Nico Andrianto (2007:20) Transparansi adalah “Keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik.”

Menurut Abdul Hafiz (2000:40) Transparansi adalah “Keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat

(22)

memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintahan dalam sumber daya yang di percayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.”

2.1.5.2. Indikator Transparansi

Prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi mengenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai.

Menurut Krina (2003:17) Indikator-indikator dari Transparansi adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi publik oleh pemerintah. 2. Hak masyarakat terhadap akses informasi 2.1.6. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.6.1. Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan keuangan yang diterbitkan harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas yang jelas (Fauzia, 2014).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan

(23)

perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

a. Pemerintah pusat; b. Pemerintah daerah;

c. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

2.1.6.2. Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Tujuan laporan keuangan sektor publik menurut Mardiasmo (2004), yaitu: a. Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and Stewardship)

Laporan keuangan digunakan dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan. b. Akuntanbilitas dan Pelaporan Retrospektif (Accountability and

Retrospective Reporting)

Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, serta membandingkannya dengan kinerja organisasi lain

(24)

yang sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, dan memungkinkan bagi mereka untuk menilai efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya organisasi.

c. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and Authorization Information)

Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan digunakan untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.

d. Kelangsungan Organisasi (Viability)

Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan dalam menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang, atau tidak dapat meneruskannya.

e. Hubungan Masyarakat (Public Relation)

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi, karyawan, dan masyarakat, selain itu laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak yang berkepentingan. f. Sumber Fakta dan Gambaran (Source of Facts and Figures)

(25)

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

2.1.6.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Akuntansi keuangan perlu berupaya untuk membentuk dirinya agar lebih bermanfaat dan berdaya guna, agar dapat memenuhi keinginan dari para pemakai laporan keuangan. Kriteria persyaratan laporan keuangan dianggap dapat memenuhi keinginan tersebut, yaitu keinginan para pemakai laporan keuangan (Harahap, 2008).

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normative yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

a. Relevan b. Andal

c. Dapat dibandingkan d. Dapat dipahami

(26)

Penjelasan mengenai karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah daerah menurut PP No. 71 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

a. Relevan

Laporan keuangan dapat dikatakan relevan, apabila informasi yang tertera didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna lapora keuangan dan membantu pengguna laporan keuangan tersebut untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu ataupun masa kini, serta memprediksi masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Ciri-ciri dari infromasi yang relevan adalah:

1. Memiliki umpan balik (feedback value)

Informasi dari laporan keuangan tersebut memungkinkan pengguna untuk mengoreksi atau menegaskan ekspektasi para pengguna laporan keuangan di masa lalu.

2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan, dapat membantu untuk memprediksi masa yang akan datang, berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian di masa kini.

3. Tepat waktu

Informasi pada laporan keuangan disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

(27)

4. Lengkap

Informasi disajikan dalam laporan keuangan, disajikan selengkap-lengkapnya yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

b. Andal

Informasi didalam laporan keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta yang terjadi secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang dihasilkan oleh suatu laporan keuangan mungkin relevan, tetapi apabila penyajiannya tidak dapat diandalkan maka dapat dikatakan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan tidak memiliki kualitas yang baik, atau dalam arti lainya informasi yang tertera dalam laporan keuangan tersebut menyesatkan.

Karakteristik dari informasi yang andal adalah: 1. Penyajian yang jujur

Informasi digambarkan dengan jujur, transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

2. Dapat diverifikasi

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, harus menghasilkan kesimpulan yang tidak berbeda jauh.

(28)

3. Netral

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

c. Dapat dibandingkan

Informasi yang dimuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya (perbandingan internal) atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas pelaporan lain (perbandingan eksternal).

d. Dapat dipahami

Informasi yang tertera dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan guna mempelajari informasi yang dimaksud.

2.2. Penelitian Terdahulu

Pada tabel 2.3 merupakan beberapa ringkasan mengenai penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dengan judul Penelitian

“ Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Terhadap Akuntabilitas dan Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”

(29)

Tabel II.3

Review Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan 1. Ina Haniyah (2007) Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam mewujudkan transparansi laporan keuangan pemerintah daerah Penelitian tentang Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah pada pemerintah daerah pada dasarnya sudah baik dan mampu melaksanakan laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan. Perbedaan penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian sebelumnya terletak pada Variabel (X) yaitu Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Penelitian sebelumnya hanya menggunakan Variabel (Y)Transparansi Terdapat persamaan pada Variabel (Y) yaitu Transparansi laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2. Irman Firmansyah (2008) Peran Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) Dalam Mewujudkan Transparansi Dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Hasil penelitian bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berperan dalam mewujudkan transparansi dan Akuntabilitas Perbedaan peneliti terletak pada Variabel (X) Peran Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) serta lokasi penelitiannya Terdapat persamaan pada Variabel (Y) yaitu Transparansi dan Akuntabilitas laporan Keuangan Pemerintah Daerah 3 Erwinton Putra Anthonius (Jurnal Kebijakan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Mewujudkan Akuntabilitas Hasil penelitian menunjukan bahwa standar akuntansi Perbedaan terletak pada fokus penelitian sebelumnya diarahkan pada analisis dan Terdapat persamaaan pada variabel dependen (Y) yaitu akuntabilitas

(30)

dan Administrasi Public Vol 17 No 1 – mei 2013) dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah pemerintah mampu mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang dilakukan penulis fokus terhadap pengaruh standar akuntansi pemerintah dan Transparansi 4 Anastasya Triantias (2015) Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pemerintahan Kota Bandung) Hasil penelitian menunjukan bahwa Penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual berpengaruh terhadap laporan keungan pemerintah daerah Perbedaan penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian sebelumnya pada Variabel dependen (Y) pada penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Akuntabilitas dan Transparansi Terdapat persamaan Variabel (X) yaitu Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual, dan lokasi penelitian yang dilakukan Pemerintahan Kota Bandung 2.3. Kerangka Pemikiran

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono 2015, mengemukakan bahwa “kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai hal yang penting”.

2.3.1. Hubungan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual dengan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak

(31)

pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut Mardiasmo (2004).

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan pengelolaan keuangan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran dari pertanggungjawaban adalah laporan keuangan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah (BPKP, 2000).

Pelaturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai berikut :

Seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dapat mengimplementasikan SAP dengan baik sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan informasi yang lengkap dan andal kepada berbagai pihak dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keungan Negara.

Kaitan akuntabilitas dengan sistem akuntansi berbasis akrual saat menyajikan pelaporan keuangan yakni pemberian informasi keuangan kepada stakeholder sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan, bukan hanya aktivitas keuangan, dan dapat membantu pemakai dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik (Hadi, 2008).

Menurut Harun (2009: 39) penerapan basis akuntansi akrual dipercaya sebagai suatu teknologi informasi yang superior untuk menciptakan transparansi yang lebih besar atas aktivitas sektor publik yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan akuntabilitas pemerintahan serta memperbaiki kualitas pengambilan keputusan dalam lingkungan pemerintahan.

(32)

Pengaplikasian basis akrual dalam akuntansi pemerintahan utamanya untuk dapat menentukan cost of services dan charging for services, yakni untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik, sesuai dengan fokus dari pemerintah sebagai pemberi pelayanan kepada publik berbeda dengan tujuan penerapan basis akrual dalam sektor swasta/perusahaan yang berorientasi dalam memaksimalkan laba (Mardiasmo, 2002).

Penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual juga dapat menilai kinerja keuangan pemda sesuai dengan prinsip ekonomis, efisien dan efektif, adanya responsibilitas terhadap keluhan masyarakat atau dewan, dan laporan keuangan yang disajikan merupakan hasil audit oleh Inspektorat maupun BPK, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.

2.3.2. Hubungan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual dengan Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Transparansi adalah Keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik (Nico Andrianto :2007)

Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak -pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

Hubungan Penerapan Standar Akuntansi dan Transparansi dilihat dalam pembuatan laporan keuangan sebagai bentuk transparansi yang merupakan syarat

(33)

pendukung adanya keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Asas transparansi adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara/daerah dengan tetap memperhatikan kerahasiaan negara (Kumorotomo, 2006).

Mewujudkan transparansi dengan pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) aktivitas serta kinerja keuangan pemerintah melalui laporan keuangan kepada seluruh stakeholder diperlukan karena pemerintah adalah subjek informasi untuk memenuhi hak-hak publik yakni hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi dan didengar aspirasinya (Darise,2008).

(34)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara satu atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2011) Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

a. H0 =

Ha=

Standar Akuntansi Berbasis Akrual tidak memiliki pengaruh terhadap Akuntabilitas (Y1) secara signifikan.

Standar Akuntansi Berbasis Akrual memiliki pengaruh terhadap Akuntabilitas (Y1) secara signifikan.

b. H0 =

Ha=

Standar Akuntansi Berbasis Akrual tidak memiliki pengaruh terhadap Transparansi (Y2) secara signifikan.

Standar Akuntansi Berbasis Akrual memiliki pengaruh terhadap Transparansi (Y2) secara signifikan.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai kearifan lokal yang dapat diangkat dalam pengembangan bahan ajar ini adalah salah satunya kearifan lokal yang terdapat di Kalimantan Barat salah

Alhamdulillah, atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT yang selalu memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Pertama, Hakim praperadilan yang memutuskan untuk menetapkan tersangka tidak dapat dikatakan telah melampaui kewenangannya,

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No.13 tahun 2007, memiliki lima dimensi kompetensi, yaitu kepribadian,

EVALUASI KELAYAKAN BISNIS BERBASIS ASPEK PEMASARAN D AN FINANSIAL PAD A USAHA CAFÉ ROEMAH SEBELAH.. Universitas Pendidikan Indonesia

BIDANG PELAANAN PENUNJANG MEDIS BIDANG PELAANAN PENUNJANG MEDIS BAGIAN PROGRAM DAN PENGEMBANGAN.. BAGIAN PROGRAM

Pada September 2016, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,22 persen, dengan komoditas penyumbang inflasi adalah mobil dengan

Uji Hausman dilakukan untuk menentukan model estimasi data panel yang paling baik dan tepat antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model.. Menurut Judge dalam