• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT OSING DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT OSING DA"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANIK

(Studi Kasus pada Masyarakat Osing di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

ENDAH ROSITA TOFANI 14510030

PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

(2)

i ORGANIK

(Studi Kasus pada Masyarakat Osing di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial

Disusun Oleh:

ENDAH ROSITA TOFANI 14510030

PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

(3)
(4)

iii

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

(QS, Alam Nasyrah : 6-7)

“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan

bicaralah seperti orator” (H.O.S Cokroaminoto)

“Jangan kau olok-olok cara orang lain beribadah kepada Tuhan. Setiap jiwa mempunyai jalannya sendiri, sembahyangnya sendiri. Tuhan tidak melihat

kata-kata dalam doamu. Dia melihat ke dalam hatimu. Bukan ibadah dan sembahyangmu yang dilihat oleh-Nya, melainkan kemurnian hatimu semata.”

(Syamsuddin Tabriz)

“Semua orang adalah Guru, Apapun adalah Ilmu, Alamraya Sekolahku”

(Sekolah Gunung Merapi)

To BE + To HAVE + VALENSI = LIFE.

Artinya bahwa Hidup adalah penjumlahan dari apa yang dicita-citakan, apa yang dimiliki dan semangat dalam meningkatkan kompetensi (Endah R. Tofani)

(5)

iv

kehadirat Allah Subhanna Wa Ta’ala. Atas segala hidayah, karunia serta

petunjuknya dalam menyelesaikan skripsi ini. Karya Tugas Akhir ini, peneliti persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu terhebat, tercinta dan terkasih Alm. Bapak Tupan dan Ibu Hartini

Tuhan, tidak pernah mengingkari alur kehidupan yang telah ia rancang. Tuhan tidak pernah sekalipun memberikan jalan terburuk bagi umatNya, Tuhan selalu ada untuk menyapa dan memberikan jalan.. tinggal bagaimana umatNya menetapkan pilihan. Saya beruntung, Allah menghadirkan dua malaikat terbaiknya dalam setiap perjalanan umurku. Allah memberikan kesempatan untuk menunjukkan bahwa seorang anak yang hidup, dan dibesarkan oleh Bapak dengan tamatan SMA, dan Ibu yang tidak pernah merasakan bangku sekolah, kini bisa memberikan kado sederhana bagi keluarga.

(6)

v Bapak saya rindu.

Kepada Ibuku yang selalu sabar dan mendoakan saya. Saya mohon maaf atas semua perbuatan saya yang membuat Ibu resah, ikut menemani begadang, dan menunggu saya pulang. Maaf... sampai saat ini saya belum bisa menjadi tulang punggung keluarga yang baik, maaf Ibu.. terima kasih atas dorongan Ibu yang selalu menyemangatiku untuk terus berprestasi di bangku sekolah, Ibu menjadi semangat saya disetiap perjalanan baru. Terima kasih Ibu, selalu mengingatkan saya untuk membeli dan membaca buku.. terus belajar dan meningkatkan kompetensi di setiap kesempatan. Terima kasih telah menjadi alasan saya untuk tetap melanjutkan hidup... Saya akan membuktikan, anak nakal yang sering haus kerja dan pentas ini bisa membuat ibu tertawa bahagia.. sehat selalu Ibu, terima kasih telah berbagi kebaikan dan menjadi penyemangat selama ini..

2. Ibu Triyani dan Bapak Slamet

(7)

vi

membimbingku. Terima kasih telah mencuri waktu untuk menempuh jarak Jogja dan Jakarta. Titip salam rinduku pada jarak 583 kilometer. Terima kasih telah memberikan semangat bagi Ibu saya. Terima kasih telah turut menjadi bagian dalam perjalanan hidup saya.

Mamak, Bapak, Adek-adek tersayang.. terima kasih selalu mendoakan dan mendukung saya selama ini. Terima kasih atas tangan terbuka yang telah diberikan, terima kasih telah mengajarkan saya arti kesederhanaan, kebersamaan, hangatnya kekeluargaan, dan ketulusan. Semoga Allah melindungi kalian.. sehat dan bahagia selalu. Terima kasih juga Adek Muti yang selalu mengingatkan Mbak Endah untuk tidak lupa pigenik hahaha.... terima kasih... Semoga ikut nyusul nulis Skripsi dan rasakan sendiri sensasinya hahah...

4. Bang Abhirama Perdana, terima kasih atas semua waktu yang telah abang beri bagi saya. Saya belajar banyak dari abang. Saya mendapatkan banyak pengalaman yang berbeda, terima kasih telah sabar dan meluruskan lagi pikiran saya yang kadang aneh. Maaf telah merepoti. Abang membuatku belajar banyak memaknai hidup, bahwa hidup adalah tentang penerimaan, pengertian, pemahaman, pemberian dan juga keikhlasan. Terima kasih..

(8)

vii

6. Pak Luthfi, Tesar Pandu, Mbak Dita, Clara, Meidina, Tiwi, Iik, Orin. Teman seperjuangan yang tak bisa saya lupakan. Terima kasih atas proses selama ini. Pak Luthfi.. terima kasih selalu sabar dan menjadi sandaran saat saya berkeluh kesah. Mas Pandu yang mempunyai kekuatan supranatural tak kasat mata yang mampu menjadi penghibur dan menghadirkan canda tawa. Mbak Dita, saya belajar banyak darimu, terima kasih tak hentinya memberikan dukungan, memberikan nasehat dan menjadi kakak yang super sabar. Ce, matur nuwun untuk semuanya. Saya mengenalmu tidak merasa rugi, terima kasih telah mengingatkanku untuk tidak SKS lagi hahaha... Meidina, semoga tetap istiqomah dan jadilah wanita kuat.. Tiwi, saya minta maaf sempat menghilang beberapa hari.. terima kasih, Wi. Sudah menjadi teman curcol, salam untuk Mingko. Iik, matur nuwun sanget sampun dados Mbak dan sahabat bagi saya. Seperjuangan ya ik, sama-sama anak tunggal perempuan yang kuliah sambil kerja untuk menggapai mimpi, jangan kasih kendor ya, Ik.. Dan terakhir untuk Orin.. Sahabat saya sejak di bangku SMK. Alhamdulillah diberi kesempatan untuk merasakan bangku kuliah ya, Rin.. semoga tidak menjadi orang telatan lagi. Ingat waktu, hihi..

7. Keluarga Besar Atma Hambali dan Sumo Dikarso.. Alhamdulillah.. semoga hasil ini membanggakan keluarga.

(9)

viii

Kalian adek saya yang dipertemukan Allah di sini. Saya harap kalian bisa menjadi lebih baik, dan tidak mengecewakan orang yang sayang dengan kalian. Oh iya, Kak Paul.. super thank you untukmu telah menjadi kakak yang super sabar dan lucu. Terima kasih telah mengisi hari-hari saya di kampus dengan tingkahmu hehe..

10.Teman-teman Ilmu Sosiatri angkatan 2014. Khususnya untuk Mas Andi dan Alm. Zetynia (Lala). terima kasih telah mengajarkan saya untuk bersabar dan terus belajar. Lala... ini untuk kita. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Untuk Kak Riko.. semangat ya! Ditunggu karyamu berikutnya...

11. Keluarga besar Bidikmisi STPMD “APMD” YK. Khususnya Mas Okta.. terima kasih telah memberikan dukungan penuh dan percaya. Untuk teman-teman yang lainnya semangat ya.. upgrade kapasitas diri dan tingkatkan prestasi.

12.Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Pembangunan Sosial, terimakasih atas kerjasama dan dukungannya, semoga lebih kompak dalam berbagi ilmu pengetahuan dalam organisasi. Teruslah berinovasi.

(10)

ix

Desta, Kya, Dida, Simbah Nisa, Yoan, Iin, Mas Hasfi, Mas Katon, Mas Sandro, Om Brisman, Tita Briliana, Luly Shakisrani, Amien Wikayah, dan lainnya.. terima kasih sudah menjadi sahabat dan keluarga terhebat. Babe..

matur nuwun wejangannya.. dan.. Mbak Amel.. teman yang melebihi saudara, memahami lebih dari saya memahami diri saya sendiri. Terima kasih selalu memberikan pelajaran luar biasa. Saya belajar banyak dari kamu, Mbak. Semoga terkabulkan untuk ke Thailand bareng, ya!

15.Keluarga Besar Klub Fisika Yogyakarta, khususya untuk Bu Dewi dan Kak Jalu. Terima kasih telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman bagi saya untuk terus bereksperimen.

16.Keluarga Besar Osing di Aliyan, Sumber Baru, dan Perkebunan PTPN 12 Glenmore. Terima kasih telah memberikan pengalaman yang luar biasa dan telah menerima saya. Kesuwon wes gelem nganggep ingsun dadi keluarga, Insyaallah ingsun arep balek maneng ning Tanah Osing. Ilham, Mbah Darris, Dek Diah, Mbah Gin, Mas Afif, Mbak Indri, Mas Yuda, Mak Nung, Mama, Ebes.. terima kasih atas perjalanan yang indah ini.

17.Ibu Iche, terima kasih sudah menjadi Ibunda saya di kampus. Memberikan dukungan dan doa. Terima kasih atas nasehat yang Ibu berikan. Terima kasih telah membuka pikiran saya lebih mendalam untuk memahami diri sendiri dan orang lain.

(11)

x adik-adik saya yang lainnya.

20.Keluarga Besar Sekolah Gunung Merapi: Mbak Yasmin, Mas Fajar, Mbak Dany, Mbak Leile, Edo, Mas Boffin, Mbak Retno, Miss Alya, Mr. Karl. Terima kasih atas pengalaman yang diberikan kepada saya. Terima kasih sudah memberikan dukungan penuh dan kesempatan untuk menjadi beda. Dari kalian saya belajar tentang bagaimana menjadi hebat dengan cara yang sederhana: berbagi. Terima kasih telah menginspirasi..

21.Widi dan Tegar sang Adik Dayi Teko Tenang Kewek Klub juga Mas Tri dan Mbak Cici matur nuwun nasehat di setiap cangkir coklat panasnya.

22.Alumni Teater Lobby Dua, Mas Tito, Mas Endro, Mas Heru, Mbak Wenny, Mas Menthol.. terima kasih atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan. 23.Teman-temanku: Asih, Nanang, Rohmat, Sita, Ardhy, Iput, Saras, Farid,

Anang, Fajar, Angger, Acil, Mas Yoga, Mbak Vita, Kak Bowo, ini untuk kalian.

24.Almamaterku serta segenap civitas akademik STPMD “APMD” Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk terus meningkatkan kompetensi diri dalam mengejar cita-cita. Semoga makin memberikan ruang bagi mahasiswa yang berprestasi.

(12)

xi Alhamdulillah.. matur nuwun Gusti.

Puji Syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan hidup yang luar biasa. Atas berkat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kearifan Lokal Masyarakat Osing Dalam Membangun Ketahanan Pangan Melalui Pertanian Organik”

Peneliti melakukan penelitian di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, di setiap perjalanan penelitian ini peneliti memperoleh banyak pelajaran berharga serta pengalaman yang sangat luar biasa dan berbeda.

Skripsi ini peneliti susun guna memenuhi syarat menjadi Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial, Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD”. Peneliti berharap agar skripsi ini dapat digunakan

sebagai bahan bacaan atau referensi guna menambah ilmu pengetahuan terutama

di kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti sangat terbantu atas dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, peneliti mengucapkan rasa terima kasih dan penghormatan kepada :

1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Oelin Marliyantoro, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang telah memberikan dukungan.

3. Ibu Dra. Oktarina Albizzia, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat

Desa “APMD” Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan doa.

4. Ibu Dra. Widati, Lic.rer.reg. selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat, arahan, dan dengan sabar membimbing peneliti. Berkat ibu saya belajar banyak, dan terima kasih sudah menginspirasi.

(13)

xii

memberikan masukan dan motivasi bagi peneliti dalam berkarya.

7. Ibu Dra. Chandra Rusmala, M.Si., sebagai Dosen Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang selama ini

memberikan motivasi bagi peneliti.

8. Seluruh Dosen Prodi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial STPMD “APMD”

Yogyakarta yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.

9. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta yang selama ini dengan tulus ikhlas membimbing dan

menuangkan ilmu pengetahuan kepada peneliti.

10. Seluruh karyawan STPMD “APMD” Yogyakarta.

11. Bupati Banyuwangi, yang telah membeikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi.

12. Kepala Desa Aliyan, Kepala Desa Kedaleman, Kepala Desa Sumber Baru beserta perangkat desa lainnya yang telah memberikan izin, melayani, menerima dengan baik selama proses administrasi dan pengambilan data. 13. Mbak Indri dan keluarga yang telah memberikan ruang bagi peneliti untuk

menjadi keluarga baru di perumahan PTPN 12.

14. Ebes Budi dan keluarga yang telah memberikan kesempatan mengenal Osing lebih mendalam.

15. Tokoh Adat, dan Masyarakat Osing yang ada di Desa Aliyan yang telah dengan tulus ikhlas menerima, membantu dan meluangkan waktu bagi peneliti dalam proses perjalanan panjang ini.

16. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti baik selama di Jogja maupun di Banyuwangi serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, peneliti ucapkan terima kasih.

Pada akhirnya, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang perlu untuk diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan.

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

ABSTRAK ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Kerangka Teori ... 11

1. Peran ... 11

2. Kearifan Lokal ... 14

2.1 Pengertian Kearifan Lokal ... 14

2.2 Bentuk-bentuk Kearifan Lokal ... 16

2.3 Kearifan Lokal dalam Pertanian ... 19

3. Masyarakat Osing... 22

(15)

xiv

E. Metode Penelitian ... 33

1. Jenis Penelitian ... 33

2. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

a. Obyek Penelitian ... 34

b. Lokasi Penelitian ... 35

c. Waktu Penelitian ... 35

3. Definisi Konsep ... 35

4. Definisi Operasional ... 38

5. Teknik Pemilihan Informan ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Teknik Keabsahan Data ... 44

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 45

A. Deskripsi Wilayah Desa Aliyan ... 45

B. Deskripsi Masyarakat Osing ... 72

BAB III ANALISIS DATA ... 77

A. Identitas Informan ... 78

1. Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

2. Deskripsi Informan Berdasarkan Usia ... 85

3. Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 86

(16)

xv

1. Peran Pengetahuan Lokal Masyarakat Osing dalam

Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik 89

2. Peran Nilai Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik ... 94

3. Peran Ketrampilan Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik 99

4. Peran Sumber daya Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik 102

5. Peran Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik... 106

6. Peran Solidaritas Kelompok Sosial Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik ... 110

C. Faktor pendorong dan penghambat Peran Kearifan Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik ... 113

1. Faktor Pendorong ... 113

2. Faktor Penghambat ... 117

BAB IV PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

(17)

xvi DAFTAR PERTANYAAN

(18)

xvii

Diagram II.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Diagram II.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 49

Diagram II.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

Diagram II.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 51

Diagram II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama/Aliran Kepercayaan . 52 Diagram II.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis ... 53

Diagram III.1 Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

Diagram III.2 Deskripsi Informan Berdasarkan Usia ... 85

(19)

xviii

Tabel I.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 35

Tabel II.1 Prasarana dan Sarana Kesehatan ... 57

Tabel II.2 Tenaga Paramedis ... 58

Tabel II.3 Tenaga Kesehatan Terlatih ... 58

Tabel II.4 Prasarana dan Sarana Olahraga ... 59

Tabel II.5 Prasarana Peribadatan ... 60

Tabel II.6 Prasarana dan Sarana Lembaga Kemasyaratan Desa ... 61

Tabel II.7 Prasarana dan Sarana Pemerintahan Desa ... 63

Tabel II.8 Prasarana dan Sarana Pemerintahan Dusun/lainnya ... 65

Tabel II.9 Prasarana dan Sarana Kondisi Irigasi ... 66

Tabel II.10 Prasarana Air Bersih dan Sanitasi ... 67

Tabel II.11 Prasarana Komunikasi dan Informasi ... 68

Tabel II.12 Prasarana Transportasi ... 69

Tabel II.13 Daftar Aparat Desa ... 70

(20)

xix

(21)

xx

agar manusia dapat bertahan hidup. Ketahanan pangan adalah kondisi di mana masyarakat mau dan mampu menyediakan pangan dengan keterbukaan akses yang memadai sehingga dapat tercipta kondisi sejahtera. Membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik artinya masyarakat dapat mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk bertahan hidup, memproduksi dan mencukupi kebutuhan hidupnya serta membangun keberlanjutan pertanian dan kehidupannya di masa sekarang dan masa mendatang.

Pribadi dalam Hira (2016: 75) pun menegaskan, semua upaya atau program pembangunan ketahanan pangan nasional itu mempunyai tiga kelemahan: 1) terlalu terfokus pada peningkatan produksi beras, bukan peningkatan pendapatan petani, 2) peran pemerintah sangat kuat, sehingga hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan prakarsa ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, 3) boros biaya, membutuhkan dana besar. Sehingga diperlukan adanya sinergitas dan hubungan yang baik antara masyarakat petani dan pemerintah, sehingga terjadi hubungan yang tidak merugikan salah satu pihak.

Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai surplus beras. Potensi Sumber Daya Alam yang ada diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk mampu memberikan kontribusi aktif dengan kearifan lokal di sektor pertanian yang mempunyai dua peran sekaligus tantangan yaitu: mendukung pemenuhan pangan bagi penduduk Banyuwangi juga memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga tani. Dapat dikatakan pula bahwa sebagai manusia yang berdaya, masyarakat dapat mewujudkan kesejahteraan dengan memanfaatkan apa saja yang ada di daerahnya dengan kearifan lokalnya untuk tetap bertahan dan berproses menjadi lebih baik.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Peran Kearifan Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian

Organik” (Studi kasus pada Masyarakat Osing di Desa Aliyan, Kecamatan

Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi). Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui peran kearifan lokal masyarakat osing dan mengetahui faktor pendorong serta faktor penghambatnya.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Obyek dalam penelitian ini terkait peran kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik serta faktor pendukung dan penghambat kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik. Sedangkan informan dalam penelitian ini yaitu Masyarakat Osing Deles, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Petani, Buruh Tani, Tokoh Adat, Pemuda, Buruh Gudang Gabah, Kernet/Sopir Truck, Pegawai Bank Indonesia Jember, Pimpinan PT Sirtanio.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam proses menganalisa data, peneliti melakukan reduksi data, penyajian data, kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Dari hasil analisa data, secara umum dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal masyarakat Osing berperan dengan baik dalam membangun ketahanan pangan di Desa Aliyan, Rogojampi, Banyuwangi. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan lokal, nilai lokal, ketrampilan lokal, sumber daya lokal, mekanisme pegambilan keputusan dan solidaritas kelompok lokal.

Kemudian Faktor pendorong Peran Kearifan Lokal Masyarakat Osing dalam Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik antara lain: adanya keyakinan masyarakat, adanya keterlibatan pemerintah dan sektor lain

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

(23)

ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan.

Berbicara mengenai pangan, Adam dalam Sukari dkk (2016: 1) menjelaskan pangan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Selama manusia hidup pangan tetap diperlukan untuk dikonsumsi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang selalu bertambah dari waktu ke waktu, kebutuhan atau permintaan terhadap pangan juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pangan di Indonesia identik dengan beras, padahal ketersediaan sumber pangan utama sangat beragam dengan konsumsi beras yang meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan dapat dilihat sebagai suatu masalah pembangunan, sekaligus isu politik pembangunan nasional itu sendiri.

(24)

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya di masa mendatang dan yang akan datang.

Abdurachman (2006: 99) menyatakan bahwa peran sektor pertanian sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia bahan pangan, sandang, dan papan bagi segenap penduduk, serta penghasil komoditas ekspor nonmigas untuk menarik devisa. Lebih dari itu, mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Dengan demikian, pangan merupakan isu yang sangat menarik jika diikuti, terlebih terdapat isu impor beras yang sangat disayangkan oleh masyarakat Indonesia padahal Indonesia adalah negara agraris yang mempunyai potensi Sumber Daya Alam (SDA) melimpah dengan sebaran lahan pertanian di berbagai wilayah.

(25)

penduduk. Dan petani harus bisa sejahtera dengan menaikkan harga penjualan gabah mereka (dikutip dari akun id.admiral, 2018).

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman (2017) menyatakan bahwa capaian produksi dan swasembada juga berdampak pada kesejahteraan petani. Indikasinya jumlah Rumah Tangga Petani sejahtera (tidak miskin) meningkat dari 85,25 persen pada Maret 2014 menjadi 85,87 persen pada Maret 2017 dengan jumlah absolute Rumah Tangga Petani miskin juga menurun dari 3,13 juta Rumah Tangga pada Maret 2014 menjadi 3,05 juta Rumah Tangga pada Maret 2017. Kesejahteraan inilah yang sering dielukan oleh masyarakat, petani terus mengejar produktivitas tetapi timbal balik yang diterima sering tidak sesuai dengan apa yang dikeluarkan. Di musim penghujan seperti sekarang, tak sedikit petani yang menjual gabah dengan harga tinggi, sehingga para pengepul atau pedagang berlomba untuk membeli dengan harga yang murah dan pendapatan yang diterima petani berbanding terbalik. Paradigma agrobisnis baru muncul untuk mengajak para petani atau kelompok tani mengelola bisnis pertanian dari segala tahapan, baik pratanam, masa tanam, masa panen, dan pascapanen secara profesional, modern, terlembaga, efisien, dan menguntungkan untuk mewujudkan korporatisasi pertanian, terutama tanaman padi (disadur dari Koran Kompas Rubrik Ekonomi Rakyat: Korporatisasi Petani, Terbit 18 Januari 2018 hal 17).

(26)

peningkatan pendapatan petani, 2) peran pemerintah sangat kuat, sehingga hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan prakarsa ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, 3) boros biaya, membutuhkan dana besar. Dengan demikian, maka diperlukan adanya sinergitas dan hubungan yang baik antara masyarakat petani dan pemerintah, sehingga terjadi hubungan yang tidak merugikan salah satu pihak.

Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah dengan penataan desa yang mulai dilakukan dengan perbenahan. Adanya Undang-undang Desa Nomor 6 tahun 2014 juga memberikan energi positif bagi desa dalam rangka penguatan baik dari segi peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dan penguatan teritori terutama daerah terluar yang jauh dari jangkauan pusat. Sampai saat ini, desa mulai bangkit dan memulai membangun perekonomian serta kesejahteraan rakyat dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya alam (SDA) yang ada.

(27)

kelompok tani, penggunaan pupuk organik, rehabilitasi jaringan irigasi dan pembuatan embung untuk menangkap air hujan, konservasi sumber daya air, peningkatan kualitas penyuluh pertanian, hingga mengontrol alih fungsi lahan pertanian melalui peraturan daerah yang tercantum di Pasal 55 Perda Tentang Tata Ruang Nomor 8 tahun 2012. Luasan lahan baku sawah sendiri tercatat ada 65.457 ha dengan produksi padi rata-rata 5 tahun terakhir sebanyak 795.102,83 ton pertahun. Sedangkan luas panen padi rata-rata 5 tahun terakhir mencapai 121.279,33 hektar (ha) per tahun (Sumber: bwi24jam , 2018). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di tahun 2018 mengalokasikan dana untuk sektor pertanian sebesar 190,9 Miliar (dalam postingan banyuwangi_kab, 2018) sehingga dapat dikatakan pembangunan pada sektor pertanian dimaksudkan untuk membangun ketahanan pangan.

Masyarakat Banyuwangi pun diharapkan mampu memberikan kontribusi aktif dengan kearifan lokal di sektor pertanian yang mempunyai dua peran sekaligus tantangan yaitu: mendukung pemenuhan pangan bagi penduduk Banyuwangi juga memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga tani. Dapat dikatakan pula bahwa sebagai manusia yang berdaya, masyarakat dapat mewujudkan kesejahteraan dengan memanfaatkan apa saja yang ada di daerahnya dengan kearifan lokalnya untuk tetap bertahan dan berproses menjadi lebih baik.

(28)

pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan alam dan sosialnya yang menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk membangun daya tahan dan daya tumbuh dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (Sukari dkk, 2016: 11). Berbicara mengenai kearifan lokal dalam membangun ketahanan pangan, maka tak dapat dipungkiri bahwa terdapat hubungan yang tidak dapat terpisahkan antara kearifan lokal dan ketahanan pangan. Sehingga untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional harus tetap mempertahankan dan menguatkan kearifan lokal sesuai dengan kondisi sosial, budaya daerahnya masing-masing. Hal ini disebabkan karena untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional basisnya adalah ketahanan pangan daerah dan ketahanan pangan daerah sendiri berbasis pada kearifan lokalnya (Wahid, 2014: 21).

Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu daerah yang masih melestarikan kearifan lokal sebagai modal sosial yang menjadi jembatan penghubung antarindividu baik dalam bentuk pengetahuan, norma, kepercayaan dan jaring kerja atau pola hubungan, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan guna mencapai tujuan bersama.

(29)

Pusat Satistik (BPS) tahun 2017, sebanyak 1.510 orang penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani, dengan luas panen 1.242 ha mampu memproduksi padi sawah sebanyak 8.344 ton, dan mencapai produktivitas 67,18 ton/ha.

Selain itu, di desa ini ditemukan keunikan, dan ciri khas masyarakat Osing yang mampu menjaga terciptanya dinamika dalam mengembangkan praktek pertanian berkelanjutan guna membangun ketahanan pangan. Selain bersahabat dengan alam, juga terdapat kekuatan dalam masyarakat yaitu terdapat nilai-nilai sosial yang masih dilestarikan seperti adanya tradisi Keboan yang dipercaya masyarakat memiliki hubungan dengan dinamika pertanian di desa ini. Pertanian yang ada di Desa Aliyan saat ini masih terjaga lestari karena masyarakat sudah lama menerapkan sistem pertanian berkelanjutan yaitu pertanian organik dengan harapan tidak tergerus oleh perkembangan dan akhirnya merusak kehidupan yang akan datang, serta desa dapat mandiri dan berdaya dengan potensi yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH

(30)

Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana peran kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun

ketahanan pangan melalui pertanian organik di Desa Aliyan, Kecamatan

Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya suatu tujuan penelitian tertentu dapat mencakup

kombinasi dan keterkaitan, hal tersebut sebagaimana yang di kemukakan

oleh Babbie dalam Hamidi (2007: 11-13). Babbie mengemukakan tiga

macam tujuan penelitian yang sangat umum dan bermanfaat, yaitu:

exploration (penjajakan), description (deskripsi), explanation

(penjelasan). Oleh karena itu yang menjadi tujuan penelitian ialah :

a) Untuk mengetahui peran kearifan lokal masyarakat Osing dalam

membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik di Desa

Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi

Jawa Timur.

b) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kearifan lokal

masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui

pertanian organik di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi,

(31)

2. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian hendaknya harus mampu memberikan manfaat

bagi peneliti dan kehidupan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat, yaitu:

a)Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi kajian akademik Program studi Ilmu Sosiatri yang berkonsentrasi pada pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan potensi lokal.

3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penelitian sejenis.

b)Secara Praktis

1) Bagi peniliti,

Penelitian ini sebagai bekal dan menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di Perguruan Tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

2) Bagi Masyarakat,

(32)

bertanggungjawab terhadap kelestarian alam, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

3) Lembaga yang terkait,

Sebagai evaluasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam membuat suatu keputusan terkait ketahanan pangan, sebagai tolok ukur dalam memertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang sudah dicapai.

D. KERANGKA TEORI

Kerangka teori akan sangat membantu arah penelitian dalam memilih konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian, baik dari penalaran maupun kerangka berpikir dari arah penelitian, maka peneliti harus melandasi dengan analisis pustaka yang disebut teori.

Menurut Bintoro Tjokroaminoto (1983: 18) bahwa teori sebagai ungkapan mengenai hubungan kausal yang logis diantara berbagai gejala, variabel dan bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berpikir di dalam memahami serta menanggapi permasalahan yang timbul dalam bidang-bidang tertentu.

Sejalan dengan pengertian teori di atas, maka peneliti mengemukakan teori-teori yang sesuai dengan penelitian, sebagai berikut: 1. Peran

(33)

peran berawal dari sosiologi dan antropologi. (Sarwono, 2002: 224).

Dalam ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater.

Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seseorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia mengharapkan berperilaku secara tertentu. Sesuai teori peran yang dikemukakan tersebut, bahwa peneliti berharap penelitian ini dapat mengeksplor lebih dalam mengenai hubungan-hubungan lain yang muncul dan saling berkesinambungan.

Selanjutnya, Linton dalam Cahyono (2008), seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan peneliti bahwa peran dapat memberikan pemahaman bersama yang menuntun seseorang atau kelompok masyarakat untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Budaya yang dimaksud tidak hanya keseharian yang berlangsung di lingkungannya, tetapi hal yang secara konsisten dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

Menurut Briddle dan Thomas (1966: 78) teori peran terbagi menjadi empat golongan yaitu, yang menyangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial, b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut,

(34)

Kemudian peran lebih dijelaskan menjadi beberapa dimensi, sebagai berikut:

a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan.

b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public support).

c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrument atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat terebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel.

d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa. Peran didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi mengurangi rasa ketidakpercayaan dan kerancuan.

(35)

halnya perasaan ketidakberdayaan, tidak pecaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat. (Horoepoetri, dkk. 2003: 23-24).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran merupakan penggambaran interaksi sosial yang saling berkaitan antara fenomena yang membudaya dan pola pikir seseorang atau kelompok masyarakat dalam mengambil keputusan.

2. Kearifan Lokal

2.1Pengertian Kearifan Lokal

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat antara lain untuk melindungi dan mengolah lingkungan hidup secara lestari.

Dalam Kamus Inggris-Indonesia, John M. Echols dan Hassan Syadily, mengartikan kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) sama dengan kebijaksanaan, dan lokal

(local) yang berarti setempat. Secara umum, maka local wisdom

(36)

Menurut Rahyono (2009: 15), kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya bahwa kearifan lokal adalah hasil dari proses interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok berdasarkan nilai dan tradisi yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Sedangkan Jim Ife (2002), menyatakan bahwa kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan dalam masyarakat lokal dan karena kemampuannya untuk bertahan dan menjadi pedoman hidup masyarakatnya. Di dalam kearifan lokal tercakup berbagai mekanisme dan cara untuk bersikap, berperilaku, dan bertindak yang dituangkan dalam tatanan sosial.

Sementara Moendardjito dalam Ayatroehadi (1986: 40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang.

Ciri-cirinya adalah:

a) Mampu bertahan terhadap budaya luar

(37)

c) Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli

d) Mempunyai kemampuan mengendalikan

e) Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

2.2Bentuk-bentuk Kearifan Lokal

Di dalam kearifan lokal tercakup berbagai mekanisme bertindak yang dituangkan dalam tatanan sosial. Selanjutnya, Jim Ife (2002) menjelaskan bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat terdiri dari enam (6) dimensi, yaitu:

1) Pengetahuan Lokal

(38)

2) Nilai Lokal

Untuk mengatur kehidupan bersama antara warga masyarakat, maka setiap masyarakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokal yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh anggotanya. Nilai-nilai ini biasanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya. Nilai-nilai ini memiliki dimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini, dan masa datang, dan nilai ini akan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.

3) Keterampilan Lokal

(39)

4) Sumber daya Lokal

Sumber daya lokal ini pada umumnya adalah sumber daya alam yaitu sumber daya yang tak terbaharui dan yang dapat diperbaharui. Masyarakat akan menggunakan sumber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidak akan mengeksploitasi secara besar-besar atau dikomersilkan. Sumber daya lokal ini sudah dibagi peruntukkannya seperti hutan, kebun, sumber air, lahan pertanian, dan permukiman. Kepemilikan sumber daya lokal ini biasanya bersifat kolektif atau communitarian.

5) Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal

Menurut ahli adat dan budaya sebenarnya setiap masyarakat itu memiliki pemerintahan lokal sendiri atau disebut pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatuan hukum yang memerintah warganya untuk bertindak sebagai warga masyarakat. Masing-masing masyarakat mempunyai mekanisme pengambilan keputusan yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang

melakukan secara demokratis atau “duduk sama rendah, berdiri

sama tinggi”. Ada juga masyarakat yang melakukan secara

(40)

6) Solidaritas Kelompok Lokal

Merupakan nilai-nilai yang berasal dari hasil kerjasama kelompok masyarakat dari hasil kerjasama kelompok masyarakat setempat dalam mengembangkan solidaritas sosial, seperti kerjasama masyarakat dalam menjalin kesetiakawanan sosial dengan sikap gotong-royong dan peduli terhadap sesama untuk membantu dan menolong warganya yang sedang mengalami permasalahan sosial.

Sedangkan, bentuk kearifan lokal menurut Nyoman (2003)

dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dapat berupa:

nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.

2.3Kearifan Lokal dalam Pertanian

Banyak pengetahuan lokal petani yang diwariskan turun-temurun saat ini sudah hilang atau ditinggalkan karena marjinalisasi praktek dan pengetahuan lokal. Di sisi lain, masih terdapat daerah di Indonesia yang melestarikan tradisi, adat dan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat di bidang pertanian, seperti:

a) Pranoto mongso (Jawa)

(41)

leluhur dan dipakai sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan tradisional, maka pranoto mongso

ini memberikan arahan kepada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat menjaga keseimbangannya.

Pergeseran musim karena adanya pemanasan global yang marak terjadi di masa kini pun mempengaruhi masa-masa tanam petani. Namun demikian, pranoto mongso ini tetap menjadi arahan petani dalam mempersiapkan diri untuk mulai bercocok tanam, sebagai suatu kearifan lokal di Jawa.

b) Nyabuk Gunung

Nyabuk Gunung merupakan cara bercocok tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur atau membuat teras sawah yang memotong garis kontur. Hal ini disesuai dengan kondisi di suatu wilayah tertentu.

c) Tumpang Sari

Sistem “tumpangsari” adalah praktek penanaman

(42)

yang banyak meniru kompleksitas dan keragaman sistem vegetasi wilayah sub-tropis dan tropis. Model pertanian ini dilakukan dengan cara menanam beberapa jenis tanaman yang berbeda dalam suatu areal atau petak tanah secara bersamaan. Pada awalnya, sistem pertanian ni dianggap ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan ilmu pertanian modern karena tidak efisien secara kuantitas dan kualitas hasil yang akan didapatkan.

Tumpangsari mempunyai tujuan yang baik yaitu melindungi tanah dari sinar matahari langsung, mengurangi pemanasan langsung pada permukaan tanah, menjaga permukaan tanah dari proses erosi, penggunaan volume tanah secara efisien dan mengurangi kerentanan tanah dari hama dan serangga perusak (Werdati, 2014).

(43)

3. Masyarakat Osing

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi.

Definisi lain masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa indentitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu:

a. Interaksi antarwarga-warganya, b. Adat istiadat,

c. Kontinuitas waktu,

d. Rasa identitas kuat yang mengikat warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118)

(44)

Masyarakat sebagai sekumpulan manusia di dalamnya ada beberapa unsur yang mencakup:

a. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama,

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

(Sumber:

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints .uny.ac.id/8538/3/BAB oleh I Anif diakses pada 23 Desember 2017 pada 17.24 WIB).

Berdasarkan uraian teori di atas, bahwa dapat disimpulkan masyarakat merupakan sekelompok orang yang berkumpul dan berada dalam suatu wilayah dengan kondisi tertentu yang bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama dengan berpedoman pada sistem sosial dan budaya setempat

Sedangkan Osing merupakan sebutan bagi penduduk asli Blambangan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan hasil penelitian Depdikbud (1991: 1), Istilah wong Osing

diberikan oleh wong kulonan, yaitu penduduk pendatang yang berasal dari Jawa Tengah, Madura, Bali, Bugis, dan Mandar. Asal kata Osing

(45)

Belanda (VOC), padahal pemerintah Belanda pada saati itu sedang membutuhkan banyak orang untuk dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan-perkebunan Belanda yang dibuka di daerah Blambangan. Perlawanan masyarakat Blambangan yang berakhir pada peristiwa Puputan Bayu yang dipimpin oleh Rampeg dan Sayu Wiwit yakni seluruh kekuatan dikerahkan untuk berperang melawan Belanda, sehingga kondisi saat itu sangat mengerikan dan menimbulkan kerugian yang sangat besar dipihak Belanda sedangkan dipihak Blambangan semua pasukan dan rakyatnya hampir habis (1771). Sisa-sisa dari rakyat Blambangan inilah yang akhirnya berkembang sampai sekarang yang disebut dengan wong Osing.

Menurut Sari dalam Indiarti (2013: 35), Sebagian besar orang Osing di Banyuwangi sekarang ini bermukim di 9 kecamatan dari 24 kecamatan di Banyuwangi. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Banyuwangi (Kota), Giri, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Cluring dan Genteng. Selanjutnya, terdapat tradisi dan kearifan lokal yang masih dilestarikan hingga saat ini.

(46)

(1998) bahwa etnisitas merujuk pada suatu kelompok tertentu yang terbentuk karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budaya

(Sumber: Rudiansyah pada

https://kajianbudayablog.wordpress.com/2016/12/03/pemahaman-ras-etnisitas-dan-multikulturalisme/ diakses pada 27 Desember 2018 pukul 22.03 WIB).

4. Ketahanan Pangan

Jhamtani (2008:16) menyebutkan ketahanan pangan adalah keadaan di mana semua penduduk memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk mendapatkan gizi yang cukup bagi kehidupan yang produktif dan sehat.

Ketahanan pangan menurut definisi dari Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan disebutkan sebagai kondisi terpenuhinya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

(47)

sebagai syarat utama dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang tercukupi.

Kemudian, Badan Ketahanan Pangan dan World Food Programme

(WFP) menyebutkan terdapat tiga indikator rawan pangan yang dipakai, yaitu: ketersediaan pangan, akses ketersediaan pangan, akses kesehatan dan gizi. Ketiga indikator tersebut menjadi sebuah sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi stabilitas kehidupan masyarakat. Hal tersebut selaras dengan amanat dari Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan nasional.

(48)

Selanjutnya, Simatupang mengajukan suatu konsep paradigma baru untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Ketahanan pangan yang berkelanjutan perlu dibangun dengan memperhatikan tiga perspektif, yaitu:

a) Prinsip utama program ketahanan pangan harus didasarkan bahwa pangan merupakan hak asasi dan kebutuhan mendasar bagi manusia, oleh karena tujuan utamanya adalah melindungi, mempertahankan, dan menjamin semua orang untuk memperoleh pangan secara memadai.

b) Ketahanan pangan harus diperlakukan sebagai suatu sistem hierarki mulai dari tingkat global sampai ketahanan pangan tingkat rumah tangga atau individu. Sistem ketahanan pangan perlu memperhatikan tiga elemen, yaitu: sistem monitoring dan kewaspadaan dini, sistem keamanan sosial, dan sistem jaring pengaman sosial.

c) Komponen pendukung dari sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan adalah perlunya peranan strategis dari pemerintah yang bersih dan bertanggungjawab, presure group dan adanya kebebasan pers.

(49)

menyediakan pangan dengan keterbukaan akses yang memadai sehingga dapat tercipta kondisi sejahtera.

5. Pertanian Organik Sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan

Menurut Sugito, dkk (1995) dalam Salikin (2003:54) Sistem Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanian di mana bahan organik, baik makhluk hidup yang sudah mati, menjadi faktor penting dalam proses produksi usaha tani tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit, dan gulma secara biologis adalah contoh-contoh aplikasi sistem pertanian organik.

Sedangkan Berkaca pada hal tersebut, Seymour dalam Salikin, dkk (2003: 54-55) menjelaskan kriteria standar Sistem Pertanian Organik yang diberikan oleh IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) setidaknya harus memenuhi enam (6) prinsip standar, yaitu:

(50)

b) Perbaikan tanah (soil improvement). Pertanian organik berupaya menjaga, merawat, dan memperbaiki kualitas kesuburan tanah melalui tindakan pemupukan organik, pergiliran tanaman, konservasi lahan, dan sebagainya.

c) Meredam polusi (pollution abatement). Pertanian organik dapat meredam terjadinya polusi air dan udara dengan menghindari pembuangan limbah dan pembakaran sisa-sisa tanaman secara sembarangan serta menghindari penggunaan bahan sintetik yang dapat menjadi sumber polusi.

d) Kualitas produk (quality of product). Pertanian organik menghasilkan produk-produk pertanian berkualitas yang memenuhi standar mutu gizi dan aman bagi lingkungan serta kesehatan.

e) Pemanfaatan energi (energy use). Pengelolaan pertanian organik menghindari sejauh mungkin penggunaan energi dari luar yang berasal dari bahan bakar fosil yang berupa pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar minyak (solar, bensin, dan sebagainya).

f) Kesempatan kerja (employment). Dalam mengelola usaha tani organiknya para petani organik memperoleh kepuasan dan mampu menghargai pekerja lainnya dengan upah yang layak.

(51)

dampak yang merugikan di sektor lingkungan dan kesehatan. Hal ini sebenarnya dapat diketahui dengan penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan kotoran burung walet atau guano) sebagai pupuk alternatif yang mampu menghemat energi serta memperbaiki kesuburan tanah secara fisik, kimia, dan biologis.

Secara konsepsional, pendekatan kebijakan pembangunan berkelanjutan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, sebagaimana yang digambarkan oleh Munasinghe dan Cruz (1995) op. cit. Herdaker (1997) dalam Salikin (2003: 90) ditunjukkan dalam gambar berikut:

Selaras dengan hal tersebut, pemberdayaan menjadi tujuan dalam pembangunan berkelanjutan dengan memandirikan masyarakat dan menuju kesejahteraan seperti yang cita-cita bangsa yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Menurut Martin Rein, (1976: 210-248), ada dua macam perspektif yang relevan untuk persoalan

(52)

pemberdayaan masyarakat, yaitu: 1) Perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada alokasi sumber daya (resources allocation), dan 2) Perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada penampilan kelembagaan (institutional performance).

Dari pemaparan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa Sistem Pertanian Organik merupakan salah satu model pertanian yang berorientasi pada keseimbangan ekonomi, sosial, dan ekologi (lingkungan) dalam hal ini selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk keberlangsungan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Selain untuk menyeimbangkan ekosistem, hal ini juga menjadi potensi karena dapat meningkatkan produktivitas yang berkualitas dan aman sehingga dapat menambah pendapatan untuk petani, daerah hingga nasional dari kegiatan jual-beli ke konsumen.

6. Kearifan Lokal dalam Membangun Ketahanan Pangan

(53)

jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang, generasi nenek moyang dan generasi sekarang. Jadi kearifan lokal dapat dijadikan simpati perekat dan pemersatu antargenerasi (Tupan, 2011).

Selanjutnya, Hira (2008: 128) menyatakan bahwa semua khasanah sistem tradisional lokal itu sesungguhnya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bagian dari program ketahanan pangan baik pada tingkat lokal, daerah, maupun nasional. Untuk itu, diperlukan serangkaian kebijakan, perangkat kelembagaan, serta insentif yang tepat guna. Tetapi, yang paling mendasar sebenarnya adalah pada perubahan cara pandang (paradigma) pembangunan itu sendiri secara keseluruhan,

termasuk cara pandang yang selama ini selalu „memandang sebelah

mata’ terhadap sistem-sistem tradisional lokal.

Sementara, UU No.7 tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

(54)

sosial, budaya daerahnya masing-masing. Hal ini disebabkan karena untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional basisnya adalah ketahanan pangan daerah dan ketahanan pangan daerah sendiri berbasis pada kearifan lokalnya (Wahid, 2014: 21).

Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal dalam membangun ketahanan pangan artinya masyarakat dapat mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk bertahan hidup, memproduksi, mencukupi kebutuhan dan meningkatkan taraf hidupnya dengan cara, tradisi, budaya, pengetahuan yang menjadi identitas lokalnya.

E.METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, penelitian ini mencakup pengumpulan data yang berkaitan dengan subyek penelitian. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat terhadap fenomena sosial tertentu (Masri Singarimbun, 1989: 4).

(55)

sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Data yang dikumpulkan adalah tentang jenis kearifan lokal masyarakat Osing dalam bertani, pengetahuan masyarakat mengenai pangan dan ketahanan pangan serta pelaksanaan pertanian organik. Melalui konsep tersebut maka peneliti mendapatkan suatu informasi dalam bentuk deskripsi. Selain itu ungkapan konsep tersebut, peneliti lebih menghendaki makna yang ada dibalik deskripsi data tersebut, oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Kemudian data dari penelitian ini telah dikumpulkan dan dideskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berpikir, pandangan subyek penelitian sehingga mengungkapkan lebih jauh terkait kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik. Deskripsi informasi atau sajian datanya telah menghindari adanya evaluasi dan penafsiran dari peneliti, karena jika terdapat evaluasi atau penafsiran itu pun harus berasal dari subyek penelitian.

2. Ruang Lingkup Penelitian a. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ialah terkait tentang peran kearifan lokal

masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui

(56)

lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

c. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel I.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Bulan pada tahun 2017-2018 8 9 10 11 12 1 2 3

(57)

yang terpenting dan merupakan definisi yang digunakan para penulis untuk menggambarkan secara abstrak atau fenomena sosial/alam. Jadi definisi konsep dalam rumusan pengertian yang menjelaskan arti setiap variabel secara tegas sehingga tidak menimbulkan perbedaan interpretasi dalam pembahasan selanjutnya. (Masri Singarimbun, 1989: 17).

Sehinga definisi konsep merupakan unsur penting dalam penelitian dan digunakan oleh peneliti dalam mendeskripsikan kejadian-kejadian yang diteliti sehingga tidak terdapat perbedaan interpretasi dalam pembahasan penelitian. Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peran

Peran merupakan bentuk penempatan/posisi atau kebijakan dalam pengambilan keputusan di dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah suatu kebijakan dan nilai-nilai sosial yang ada dalam tatanan kehidupan masyarakat yang terdiri dari pengetahuan, nilai, keterampilan, sumberdaya, mekanisme pengambilan keputusan, dan solidaritas kelompok.

3. Masyarakat Osing

(58)

sejarah, budaya, bahasa, adat, keturunan yang sama dan menjadi identitas diri.

4. Membangun Ketahanan Pangan

Membangun ketahanan pangan merupakan usaha untuk membina dan mewujudkan adanya ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, akses kesehatan dan gizi, guna mencapai tujuan bersama yaitu adanya peningkatan dan kondisi sejahtera bagi masyarakat. 5. Pertanian Organik

Pertanian Organik adalah sebuah sistem pertanian berkelanjutan yang dalam kegiatan produksi pertaniannya menggunakan bahan organik dan pengolahan lahan dengan mengembalikan kesuburan tanah guna mendorong adanya keseimbangan alam/lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam membangun keberlanjutan pertanian dan kehidupan di masa sekarang dan mendatang mendatang.

6. Membangun Ketahanan Pangan melalui Pertanian Organik

(59)

4. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 46) bahwa definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah unsur penelitian menunjukan variabel. Variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai nilai dan ukuran.

Definisi Operasional merupakan gambaran obyek dan subyek atau indikator-indikator untuk pengukuran terhadap konsep penelitian. Pada penelitian, peneliti lebih memfokuskan pada peran kearifan lokal yang dilihat dari 6 (enam) dimensi seperti yang dijelaskan oleh Jim Ife (2002), bahwa bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat terdiri dari:

a. Pengetahuan Lokal

b. Nilai Lokal

c. Ketrampilan Lokal

d. Sumber daya Lokal

e. Mekanisme dalam Pengambilan Keputusan

f. Solidaritas Kelompok Lokal,

(60)

5. Teknik Pemilihan Informan

Penelitian ini menggunakan informan yang memberikan informasi secara detail sesuai kebutuhan peneliti supaya informasi yang diberikan subyek penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Moleong (2002: 166) menjelaskan bahwa dalam pengumpulan data penelitian bergerak dari informan kunci ke informan pendukung dan terus bergulir sedemikian rupa hingga tercapai titik redundancy (titik jenuh).

Berdasarkan teori Moleong tersebut, maka peneliti menggunakan cara purposive sampling yaitu pilihan sampel yang diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting, yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti (HB. Sutopo, 2002: 26). Adapun informan yang dipilih dalam penelitian ini antara lain:

a. Masyarakat, 10 orang

b. Kepala Desa Aliyan, 1 orang

c. Sekretaris Desa Aliyan, 1 orang

d. Tokoh Adat Desa Aliyan, 2 orang

e. Masyarakat Umum, 6 orang

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(61)

Participant Observation dengan berpartisipasi dalam kegiatan informan, mengamati apa yang dikerjakan informan, mendengarkan apa yang dikatakan informan serta tinggal di lingkungan masyarakat. Pengumpulan data ini diantaranya dilakukan dengan:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data keterangan yang dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan secara langsung di tempat atau objek yang diteliti, peneliti melakukan observasi pada tanggal:

22 September 2017, peneliti mencari informasi terkait dengan Masyarakat Osing dengan bertanya pada Ilham selaku Mahasiswa

STPMD “APMD” Yogyakarta yang berasal dari Banyuwangi. Ilham

(62)

Pada proses observasi ini, selain peneliti melakukan observasi secara tidak langsung, peneliti melakukan observasi langsung dengan datang ke wilayah yang sudah direkomendasikan. Kemudian, pada tanggal 20/12/17 sampai dengan 23/12/17 peneliti melakukan observasi dengan live in di wilayah Rogojampi dan Singojuruh, ditemukan data mengenai kelompok tani yang berhasil mengekspor beras hingga ke mancanegara yaitu ada di Kecamatan Singojuruh, data yang didapat ini peneliti konsultasikan dengan Dosen Pembimbing. Selanjutnya, saat penelitian dilakukan pada tanggal 21/2/18 peneliti memperoleh rekomendasi lokasi yang sesuai dengan harapan peneliti yaitu ada di Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab secara langsung dan sistematis yang berlandaskan pada tujuan penelitian, metode ini dipakai untuk memperoleh data primer (Sutrisno Hadi, 1980:193).

Peneliti mencari data tentang dinamika masyarakat dalam kegiatan bertani, baik dari perilaku pengurus dan anggota, kebiasaan dalam merumuskan dan melaksanakan program, memonitoring dan evaluasi kerja berdasarkan interview guide.

c. Dokumentasi

(63)

mendukung hasil penelitian. Dokumentasi juga pendukung atau bukti nyata dari gambaran dan/atau temuan peneliti saat melakukan penelitian dalam wujud catatan, rekaman audio dan foto.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

Menurut Lexy J Moleng (2002:35) proses analisis data kualitatif berlangsung melalui tahap-tahap yang dimulai dengan telah atas jumlah yang telah diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, kuisioner, observasi, foto, dokumen dan lain-lain.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data sebagai berikut:

a) Reduksi data (Data Reduction)

(64)

yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-data yang direduksi. Dengan demikian data yang telah tereduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b) Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Akan tetapi yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. c) Penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusion

Drawing/verfication)

(65)

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H. TEKNIK KEABSAHAN DATA

Teknik Pemerikasaan Keabsahan Data pada penelitian ini menggunakan metode trianggulasi dengan mencari data pendukung yang dilakukan dengan cara mengamati dan melihat kondisi sekitar, baik subyek dan obyek yang ada. Data yang diperoleh memperkuat hasil data dari informan utama dan pendukung yang sesuai dengan konsep penelitian. Pada penelitian ini, uji keabsahan data bertujuan untuk mencapai kredibilitas peneliti. Teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah Trianggulasi Data.

(66)

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Desa Aliyan 1.Sejarah Desa Aliyan

Alkisah kala itu, tahun 1825 daerah yang saat ini disebut sebagai Desa Aliyan merupakan suatu wilayah yang masih asri penuh dengan tegalan dan hutan. Wilayah ini tergabung dengan Desa Mangir dengan nama Karang Mukti. Sehubungan dengan setiap ada rembug desa, masyarakat Karang Mukti tidak pernah hadir dengan berbagai alasan seperti mengadakan kegiatan pindah rumah, maka wilayah bagian Mangir Karang Mukti diubah

menjadi Desa Aliyan yang berarti „pindahan’ atau beralih.

Kemudian, pada tahun 1940, Kabupaten Banyuwangi yang saat itu dijajah oleh Belanda dan didirikannya pemerintahan desa dengan dipimpin

oleh Harjo Mulyo sehingga beliau disebut oleh masyarakat sebagai “Lurah”

karena menjabat sebagai Kepala Desa untuk yang pertama kalinya. (Sumber: Web Desa Aliyan, 2017)

2.Letak Geografis

a. Kondisi Geografis dan Orbitasi Desa

(67)

pabrik semen mixing. Di ujung jalan ketika memasuki wilayah Desa Aliyan, akan disambut oleh gapura berukuran sedang dengan ucapan selamat datang dengan ornamen penari gandrung dan keboan yang menjadi ciri khas dari Banyuwangi dan Desa Aliyan. Jalan ini berada di antara dua aliran air yang mengalir, salah satunya adalah Destinasi Wisata Dam Gembleng, Kemudian titik pusat pemerintahan desa berada di tengah wilayah dan mudah untuk ditemukan, baik dari arah Srono maupun sebrang Hotel Mangir. Berikut adalah batas wilayah Desa Aliyan yaitu:

1) Sebelah Utara : Desa Bubuk, Kecamatan Rogojampi 2) Sebelah Timur : Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi 3) Sebelah Selatan: Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono 4) Sebelah Barat : Desa Gambor, Kecamatan Singojuruh

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari data monografi Desa Aliyan tahun 2017, jarak tempuh dari desa ke pemerintahan (Orbitrasi) dapat dilihat sebagai berikut:

(68)

b. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Desa Aliyan

Berikut ini adalah informasi yang peneliti peroleh dari data profil Desa Aliyan tahun 2017 mengenai luas wilayah menurut penggunaan lahan yang berada di Desa Aliyan, yaitu:

1) Luas Lahan Pemukiman : 334,570 ha/m2

2) Luas Lahan Persawahan : 4.769,910 ha/m2 3) Luas Lahan Perkebunan : 779,600 ha/m2

4) Luas Lahan Kuburan : 15,100 ha/m2

5) Luas Lahan Pekarangan : 10,450 ha/m2

6) Luas Lahan Perkantoran : 5,800 ha/m2

7) Luas Lahan Prasarana umum lainnya : 221,765 ha/m2

Total luas lahan : 6.137,195 ha/m2

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa lahan persawahan memiliki luas yang cukup besar, hal ini pula yang mempengaruhi hasil produksi padi di Desa Aliyan.

c. Iklim

Selanjutnya, untuk iklim di Desa Aliyan dapat dilihat pada data berikut ini:

1) Curah hujan : 200 – 300 mm/tahun

(69)

3) Kelembaban : 0.00 4) Suhu rata-rata harian : 28ᵒC 5) Tinggi tempat dari permukaan laut : 98 mdpl

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Banyuwangi adalah daerah yang cukup subur dan memiliki sumber air yang cukup sehingga dapat mendukung sistem pertanian yang ada di Desa Aliyan.

3.Kondisi Demografis

Kondisi demografis Desa Aliyan meliputi keadaan kependudukan Desa Aliyan, yang dapat dilihat pada data berikut:

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Desa Aliyan dapata dilihat pada diagram berikut ini: Diagram II.1

Jumlah Penduduk Desa Aliyan Berdasarkan Jenis Kelamin

(70)

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan dengan jumlah penduduk laki-laki yaitu 2.600 orang sedangkan penduduk perempuan berjumlah 2.366 orang dengan jumlah kepala keluarga yaitu 2.519 orang dan jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 4.966 orang. Selanjutnya, untuk kepadatan penduduk yaitu 80/km2.

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah Penduduk Desa Aliyan berdasarkan usia dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Diagram II.2

Jumlah Penduduk Desa Aliyan Berdasarkan Usia

Sumber: Data Monografi Desa Aliyan, 2017.

Gambar

Gambar I.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
Tabel I.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Tabel II.1
Tabel II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan ini mengkaji konsep empiris mengenai realita peran dari hukum adat khususnya kearifan lokal masyarakat adat dayak ngaju dalam penanggulangan illegal

Dari temuan penelitian pada ketiga peran perempuan yang ditemukan pada hasil analisis pada level realitas dan level representasi menunjukkan ciri kearifan lokal yang dimiliki

Keberhasilan pengembangan kluster bambu di Bali, dapat dibangun melalui tradisi kehutanan masyarakat yang dapat kita temukan dengan menggali kembali kearifan lokal.

PERAN RADIO SAFASINDO FM DALAM MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL DI KOTA PAYAKUMBUH.

Guna melestarikan kearifan lokal tersebut peranan pemerintah daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor sebagai fasilitator, koordinator dan dinamisator dalam

Optimalisasi Pemberdayaan Sumber Daya Lahan Berbasis Kearifan Lokal dalam Mendukung Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan Melalui Taman Edukasi Green House 250 250 KREATIF: Jurnal

Artikel ini mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat di tujuh kelurahan Sub‐sistem Drainase Bringin Kota Semarang untuk memahami kapasitas masyarakat dalam membangun sistem

ABSTRAK Kata Kunci: kearifan lokal, masyarakat pesisir, nilai pendidikan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat pesisir kota Langsa budaya lokal yang