• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendorong

Dalam dokumen PERAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT OSING DA (Halaman 134-138)

BAB III ANALISIS DATA

C. Faktor pendorong dan penghambat Peran Kearifan Lokal

1. Faktor Pendorong

Organik

Faktor pendorong peran kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik adalah hal-hal yang mendasari kearifan lokal masih eksis hingga sekarang dalam membangun ketahanan pangan yang dapat dilihat dari pernyataan Pak Abdulloh yang menyakini bahwa kearifan lokal dapat menjadi kekuatan dalam membangun ketahanan pangan, beliau mengatakan:

“Nah kalau tani beneran itu kan yang bibit itu kan harus dijemur, harus nunggu, harus milah, nah itu kan ribet, makanya mereka langsung milih yang ditebur. Ya itu kan ada perbedaan. Kalau seperti saya kan selesai di sawah ya pulang, nggak ada kerjaan lain kaaann.. nah itu saya keliling cari bibit, „oh padi ini bagus bisa

jadi bibit‟. Sudah pakai bibit itu aja, dan beli padinya

itu di sawah terus dijemur. Apalagi kalau pas terik mataharinya itu bagus gitu, ddaaah dibiaarkaan daaah.. nanti dipilah jadi benih, baru daaah. Kalau menurut PPL Pertanian itu kan nggak bagus, mbak. Kan ada kan pekerjaannya jadi PPL Pertanian (Penyuluh Pertanian). Itu kan kurang bagus, katanya.. tapi kan saya sendiri tidak pernah percaya sama PPL Pertanian. PPL itu teori bisa, perakteknya kan belum tentu, perakteknya itu kan nggak pernah. Kan berseberangan sama petani yang sebenernya itu. Saya itu sering kayak gitu tuh.. jadi ya percaya sama

kebiasaan sama kemampuan aja daaah..” (Wawancara,

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti dapat berpendapat bahwa masyarakat Osing meyakini bahwa kebiasaan dan kemampuan yang dimilikinya menjadi faktor yang mendukung adanya keberlanjutan pertanian yang ada di Desa Aliyan, hal ini dapat dibuktikan saat beliau memiliih bibit dan menggarap sawah.

Menanggapi hal tersebut, Pak Anton selaku Kepala Desa Aliyan memberikan pendapatnya terkait dengan adanya dukungan dari pemerintah setempat, yaitu:

...dan memang kita pemerintah desa selalu mengadakan sosialisasi, penyuluhan hama.. obat-obat tekait dengan pertanian dan kendala-kendala yang ada di masyarakat. Mayoritas masyarakat Desa Aliyan penghasilannya dari pertanian. Dan 114ias114dulillah, masyarakat kita dalam hasil pertanian lumayan.. jadi bisa menunjang perekonomian masyarakat kita, dan menunjang hasil pertanian untuk Kabupaten Banyuwangi (Wawancara, 19/03/18)

Wawancara tersebut dilakukan di Kantor Desa Aliyan sore hari. Pemerintah Desa Aliyan kini melaksanakan waktu pelayanan 24 jam sehingga memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan haknya. Kemudian dari pernyataan tersebut, peneliti dapat berpendapat bahwa terdapat dukungan dari pemerintah desa dalam membangun ketahanan pangan yaitu dengan cara memberikan penyuluhan atau sosialisasi terkait dengan kendala- kendala yang ada di masyarakat di bidang pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya dukugan dari pemerintah maka dinamika pertanian dan pangan di Desa Aliyan dapat berjalan dengan sinergis tanpa meninggalkan kearifan lokal masyarakat.

Selain hal tersebut, faktor pendorong lainnya dapat diketahui dari pernyataan Pak Saman, beliau mengatakan:

...justru ada sektor lain yang juga mendorong pertanian di suatu kelompok masyarakat, ada bank,

koperasi, UMKM, Dinas Perindustrian dan

Pertambangan, dari pariwisata karena termasuk salah satu destinasi wisata karena ada yang datang ke desa

untuk belajar.” (Wawancara, 17/03/18).

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti dapat berpendapat bahwa terdapat stakeholders yang juga mendorong peran kearifan lokal masyarakat Osing dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik. Kelompok masyarakat yang kompak pun akan dilirik oleh stakeholders guna membantu jalannya pertanian yang ada. Hal ini diperkuat dari pernyataan Mbah Ami selaku buruh tani yang menyatakan bahwa kerjasama dari masyarakat menentukan dinamika pertanian yang ada di suatu kelompok:

“....ya itu, nduk. Kerja bareng, guyub ikau bisa dadi

kuncine. Saling bantu...” (Wawancara, 18/03/18)

Selain itu Pak Abdulloh menambahkan mengenai manajemen yang dilakukan dapat mendorong terciptanya ketahanan panan dalam keluarganya, beliau mengatakan:

“Nah kalau itu tergantung sama orangnya. Kalau

orang punya hutang itu kan kebanyakan ya buat bayar hutang. Tapi kalau orangnya itu kan enggak punya hutang ya biasanya disisikan, taruh di lumbung kalau kata orang sini.. kalau dulu itu orang punya lumbung. Kalau sekarang orang-orang kan nggak, paling ditaruh di beberapa karung di belakang, di pawonan, di dapur. Ada yang lima karung, tiga karung, ada yang sekarung itu sudah cukup sampai panen lagi. Kalau itu ya nggak

mesti mbak.. tergantung orangnya” (Wawancara, 18/03/18)

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti dapat berpendapat bahwa manajemen dalam keluarga itu menentukan keberlanjutan pangan di dalam keluarga. Pak Abdollah menjelaskan jika petani tidak mempunyai banyak hutang maka hasil panen yang disimpan di belakang ataupun dapur sudah cukup untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga sampai masa panen lagi. Selaras dengan hal tersebut, Pak Suyitno mengatakan:

Kalau punya cita-cita apa ya dijual, kalau tidak punya ya dipakai sendiri. Kalau jualnya itu ya biasa di timbangan selepan itu. Tapi ada juga yang dijual di tengkulak, kalau enggak ya cukup sampai panen

besok.” (Wawancara, 18/03/18)

Kedua pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwa ketahanan pangan keluarga dapat tercipta dengan adanya manajemen yang dilakukan di dalam keluarga.

Selain hal tersebut, dapat diketahui pula adanya keyakinan masyarakat terhadap ritual keboan yang menjadi faktor pendorong peran kearifan lokal dalam membangun ketahanan pangan karena masyarakat mempercayai terdapat pesan yang disampaikan oleh

kebo jadian tersebut. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan pernyataan Pak Suyitno berikut ini:

“Pengaruh sama enggaknya itu kan sebenarnya

tergantung dengan keperayaan sendiri. Kalau ada keboan pasti baik, abis itu padinya banyak diambilin orang buat nanem di sawahnya sendiri. Pernah itu nggak diadakan keboan, tapi ya pasti ada gangguan wes. Kan di keboan itu nanti yang kesurupan itu kan

ngasih pesan „nanti tanimu begini.. begini...” (Wawancara, 18/03/18)

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan tersebut dapat diketahui faktor pendorong peran kearifan lokal dalam membangun ketahanan pangan melalui pertanian organik, yaitu: adanya keyakinan masyarakat terkait kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun, adanya keterlibatan pemerintah dalam mendukung pertanian yang ada, adanya sektor lain (stakeholders)

yang mendukung kelompok masyarakat, kemampuan masyarakat dalam memanajemen pertanian dalam keluarga, dan adanya kepercayaan terhadap ritual adat keboan yang dipercaya memberikan pengaruh baik bagi hasil panen.

2. Faktor Penghambat Peran Kearifan Lokal Masyarakat Osing

Dalam dokumen PERAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT OSING DA (Halaman 134-138)

Dokumen terkait