• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. PERUMUSAN MASALAH Melalui diskusi dengan supervisor dan teman sejawat dapat diketahui faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "C. PERUMUSAN MASALAH Melalui diskusi dengan supervisor dan teman sejawat dapat diketahui faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL PENELITIAN

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar dan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Pengetahuan Alam tentang Sifat – Sifat Magnet Melalui Penggunaan Metode Eksperimen di Kelas VI SD Negeri 3 Siwarak Kecamatan Karangreja

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemajuan siswa dalam bidang Pengetahuan Alam yang amat diperlukan untuk melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan bakat, minat dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Melatih ketrampilan anak untuk berpikir secara kreatif dan inovatif melalui Pengetahuan Alam merupakan latihan awal bagi anak untuk berpikir kritis dalam mengembangkan daya cipta dan minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas jelas bahwa pengajaran Pengetahuan Alam mendapat perhatian besar di semua jenjang pendidikan khususnya pada tingkat sekolah dasar yang menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Keberhasilan pengajaran Pengetahuan Alam ditentukan oleh berbagai hal antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran Pengetahuan Alam yan g terdapat dalam kurikulum.

Salah satu kemampuan guru yang harus dikuasai adalah pemilihan dan penerapan metode secara tepat agar proses belajar berhasil dengan baik. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan kesesuaian dengan materi pembelajaran. Pemilihan dan penerapan metode yang kurang tepat akan berdampak pada hasil belajar siswa sehingga akan menimbulkan masalah pada proses belajar selanjutnya.

Sayangnya tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah meskipun semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktik

(2)

pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada yang tidak beres dikelasnya, yang memerlukan perbaikan segera. Dampak dari sikap ini sangat jelas, yaitu penurunan kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri, dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Berbekal kejujuran dan kesadaran tersebut, peneliti mencoba merenung, merefleksikan diri dan akhirnya mencoba mengindentifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang dilakukan.

Keberhasilan pembelajaran ditunjukan dengan dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa pada materi tertentu yang disajikan guru dalam rencana pembelajaran. Guru akan merasa puas apabila tujuan pembelajaran dapat dikuasai siswa. Akan tetapi, di lapangan harapan dan kenyataan di tempat peneliti bertugas menunjukan adanya kesenjangan. Pada mata pelajaran Pengetahuan Alam, dari hasil tes formatif kelas VI dengan materi ”Sifat-sifat magnet”, menunjukan rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi yang diajarkan. Hanya 9 siswa saja dari 40 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi 70 % ke atas, dan 31 siswa menguasai materi kurang dari 70 %. Jika hal ini dibiarkan, jelas akan berdampak buruk bagi proses belajar dan hasil belajar selanjutnya. Sadar akan hal tersebut peneliti mencoba melakukan upaya mengadakan perbaikan pembelajaran melalui PTK. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kenerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Buku Materi Pokok PTK, 2003 : 1.4)

C. PERUMUSAN MASALAH

Melalui diskusi dengan supervisor dan teman sejawat dapat diketahui faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap

(3)

materi pembelajaran dan kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang kurang relevan. 2. Penjelasan guru yang menoton

3. Pemilihan metode yang kurang sesuai

4. Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat.

5. Kurangnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran

6. Siswa kurang perhatian terhadap pembelajaran yang berlangsung. 7. Kurang contoh konkrit dan percobaan sederhana

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya menjadi fokus perbaikan pembalajaran adalah “ Bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran Pengetahuan Alam materi sifat-sifat magnet melalui metode eksperimen di kelas VI SD Negeri 3 Siwarak Kecamatan Karangreja ?”

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun yanag menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi “sifat-sifat magnet”. 2. Ikut aktif dalam mengembangkan inovasi pembelajaran khususnya untuk

bidang Pengetahuan Alam

Diharapkan penelitian ini juga memberi manfaat bagi :

1. Dapat membantu guru memperbaiki kinerjanya, berkembang secara profesional, dan mampu meningkatkan rasa percaya diri.

2. Dapat meningkatkan proses / hasil belajar siswa dan dapat menumbuhkan sifat kritis terhadap hasil belajarnya

3. Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemam- puan pada diri guru dan pendidikan di sekolah.

(4)

E. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Robert J. Havighurt ( 1995 : 71 ), anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar / bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam kelompok, dan anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan informasi. Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Epon Ningrum, 2003:41, “mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir, dan bagaimana mencari informasi “.

Jean Piaget (dalam Abim Syamsudin 2003 : 50) memberi rambu-rambu (guidelines) dalam pembelajaran. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak SD berada pada tahap perkembangan operasional konkrit. Pada anak usia ini akan lebih mudah dPengetahuan Alamhami jika menggunakan obyek-obyek konkrit dan anak terlibat langsung didalamnya. Hal ini mengisyaratkan kepada guru untuk mampu mengekplotiasi sumber daya yang ada untuk dijadikan sumber dan alat bantu dalam epmebelajaran dan mampu merancang pemebelajaran yang dapat melibatkan anak secara aktif. Alat bantu memliki peran penting dalam epmeblajaran. Menurut Encyclopidia of Education Resources ( Rusna Ristasa , 2006 : 41) nilai atau manfaat alat bantu pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan dasar-dasar berpikir konkrit dan mengurangi verbalisme b. Memeperbesar minat dan perhatian siswa

c. Meletakan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih mantap.

d. Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

(5)

f. Membantu tumbuhnya pengertian perkembangan kemampuan berbahasa

g. Memberi pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, serta membantu perkembangannya efisiensi yang lebih mantap dan mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Dari beberapa manfaat alat bantu tersebut di atas juga bermanfaat bagi guru untuk menentukan model mengajar dengan pola motivasi siswa, yang selanjutnya berpengaruh pula pada hasil belajar ( Meece dan Blumenfeld, 1987). Cara guru mengajar yang menarik, menantang siswa berpikir dan berperan aktif akan mempengaruhi motivasi siswa secara positif. Sebailknya, apabila guru tidak bersemangat tidak kreatif dalam mengajar, atau bahkan cenderung membosankan, maka tingkat motivasi siswa akan rendah.

Vormon A. Magnesen juga memperkuat pendapat di atas. Menurut Magnesen (dalam Cipta Waluya, 2003 : 13) ” ... siswa belajar 10 % dari apa yang mereka baca, 20 % dari apa yang mereka dengar, 30 % dari apa yang mereka lihat, 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar, 70 % dari apa yang mereka katakan, 90 % dari mereka yang katakan dan lakukan”. Dari semua pernyataan di atas dapat peneliti tafsirkan sebagai suatu isyarat bagi guru untuk mampu berupaya menyajikan suatu pembelajaran yang menarik, tidak menoton atau bervariasi serta mampu merangsang anak untuk termotivasi secara sadar dan aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan proses penemuan informasi, seperti yang diungkapkan Bruner ( dalam Zaenal Abidin, 1981 : 63 ) , ”... motivasi intrinsik itu telah dimiliki siswa, yaitu sifat mengingat secara alamiah. Mereka akan mempunyai daya kompetensi bila mereka menjadi tertarik pada apa yang mereka senangi. Sulit untuk memotivasi siswa terhadap apa yang mereka tidak senangi”.

Merujuk pendapat para ahli di atas peneliti memilih metode eksperimen untuk perbaikan pembelajaran Pengetahuan Alam. Menurut

(6)

pedoman pelaksanaan PBM di Sekolah Dasar ( Depdikbud , 1994/1995 : 47 ), metode eksperimen ialah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri. Melalui metode ini siswa sepenuhnya terlibat, antara lain dalam merencanakan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, menganalisis data, menarik kesimpulan, merumuskan konsep, prinsip, atau hukum. Selanjutnya siswa pun dapat melakukan pengujian kesimpulan atau pembuktian/penelitian kembali terhadap konsep atau prinsip yang telah ditemukannya itu melalui ekesperimen verifikatif. Metode ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah pada diri siswa.

Kelebihan metode eksperimen anatar lain, siswa akan mendapatkan pengalaman langsung dari suatu proses pembelajaran yaitu : mendengar, melihat, meraba, dan mempraktekkan,s ehingga siswa dapat memahami konsep secara konkrikt dan terhindar dari miskonsepi.

F. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Sasaran penelitian adalah siswa kelas VI b. Sampel

Sampel adalah SD Negeri 3 Siwarak UPT Dinas Pendidikan Kecamat-an KarKecamat-angreja

2. Hipotesis

Dengan mempertimbangkan dan merujuk pendapat para ahli dan pernyataan-pernyataan di atas disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :

a. Pemilihan dan penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran Pengetahuan Alam akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran

(7)

b. Pemilihan dan penggunaan metode eksperimen akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

3. Jenis Data dan Indikator a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan peneliti adalah data secara kuantitatif b. Indikator

Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa adalah ketuntasan siswa mempelajari materi. Dengan kriteria, siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat penguasaan materi 75 % ke atas. Sedangkan indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi. Siswa dinyatakan terlibat secara aktif jika siswa memberikan respon positif terhadap penjelasan dan pertanyaan yang diajukan guru, aktrif dalam mencari dan menemukan informasi, aktif belajar dan bekerja dalam kelompok dan aktif dalam mengkomunikasikan hasil.

Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan prestasi belajar siswa) dinyatakan berhasil jika 75 % dari jumlah siswa tuntas dalam belajar

b. Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan keaktifan siswa) dinyatakan berhasil jika 75 % dari jumlah siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran dan penemuan informasi berlangsung.

4. Rencana Tindakan

PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perbaikan yang ingin dicapai. Untuk dapat mengetahui peningkatan kemampuan penguasaan konsep, maka pada setiap siklus

(8)

diadakan monitoring dan evaluasi. Dari hasil evaluasi diadakan analisis dan refleksi sehingga dapat mengadakan perencanaan kembali untuk mengatasi masalah.Berdasarkan hasil refleksi maka 4 kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu :

a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Observasi d. Refleksi

Secara lebih rinci masing-masing siklus diuraikan sebagi berikut :

A. Siklus I

Pembelajaran pada siklus pertama dilakukan dalam satu kali pertemuan (2 X 40 menit) dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Perencanaan

a. Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilakukan

b. Membuat lembar observasi dan lembar kerja siswa c. Simulasi pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat 2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Awal

- Mempersiapkan lembar kerja

- Membagi siswa menjadi beberapa kelompok

- Penjelasan singkat tentang proses pembelajaran yang akan di-lakukan

b. Kegiatan Inti

- Menyampaikan tujuan pembelajaran

- Siswa mengadakan eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat magnet

- Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan sesuai kelompoknya

(9)

- Laporan dari hasil eksperimen dari masing-masing kelompok

- Siswa mengerjakan tes formatif c. Kegiatan Akhir

- Peneliti membacakan kembali hasil kesimpulan - Tindak lanjut untuk pembelajarn berikutnya 3. Observasi

Observasi dilakukan teman sejawat (observer) pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi disampaikan ke peneliti sebagai masukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, dilakukan analisis dan refleksi untuk menyusun rencana tindakan siklus kedua

B. Siklus II

Pembelajaran pada siklus kedua dilakukan dalam satu kali pertemuan (2 X 40 menit) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Perencanaan

a. Membuat rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama.

b. Membuat lembar observasi dan lembar kerja siswa c. Simulasi pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat 2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan diawali dengan terlebih dahulu memotivasi siswa dan menggali persepsi awal siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari, kemudian melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun. 3. Observasi.

(10)

Observasi dilakukan teman sejawat (observer) pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi disampaikan ke peneliti sebagai masukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

4. Refleksi

Dari hasil data yang diperoleh peneliti bersama observer dari hasil observasi dan tes formatif maka peneliti mengadakan refleksi sehingga mengetahui kelebihan dan kekuarngannya. Setelah mengetahu kekurangannya guru/peneliti dapat merubah atau menambah KBM berikutnya sehingga ada peningkatan belajar.

5. Cara Pengumpulan Data

a. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

1. Tes formatif hasil dari setiap siklus perbaikan pembelajaran 2. Chek List

Untuk mengindentifikasi alat atau sarana uyang digunakan selama perbaikan pembelajaran. Alat ini digunakan observer selama melak-sanakn perbaikan pembelajaran

3. Kuisioner

Untuk mengumpulkan data tentang minat dan konsentrasi siswa ter-hadap proses perbaikan pembelajaran. Alat ini digunakan observer selama melak-sanakn perbaikan pembelajaran.

b. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengumpulan data 1. Teman sejawat selaku observer

2. Kepala Sekolah selaku fasilitator 3. Siswa selaku obyek penelitian 6. Cara Pengolahan Data

Nilai dimasukan ke dalam tabel dan diolah menjadi diagram untuk mempermudah dalam membaca dan membandingkan dengan nilai kontrol.

(11)

G. JADWAL PENELITIAN Minggu ke ... No Kegiatan 1 2 3 s.d 8 9 s.d 10 1. Pembuatan Proposal 2. Pengumpulan Data 3. Penelitian 4. Pembuatan Laporan H. RENCANA ANGGARAN

Perkiraan Biaya Penelitian Tindakan Kelas : Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)

Perincian 1. Pembuatan Proposal : Rp 50.000,00 2. Pengumpulan Data : Rp 200.000,00 3. Pengolahan Data : Rp 750.000,00 4. Pembuatan Laporan : Rp 500.000,00 Jumlah : Rp 1.500.000,00

(12)

I. DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pendidikan Dasar. 1996/1997. Metodik Khusus Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Wardani, IGAK, Wihardit, K dan Nasoetion, N. 2003. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Universitas Terbuka

Hadiat . 2001. Alam Sekitar Kita 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Pendidikan Dasar. 1994/1995. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Ristana, Rusna. Prayitna. 2006. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: UPBJJ-Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepercayaan konsumen jasa pengiriman paket PT.. (2) kualitas pelayanan berpengaruh positif

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 72

Berdasarkan deskripsi data proses pengembangan perangkat pembelajaran pada tahap perancangan, diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait perancangan perangkat pembelajaran

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan

[r]

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka