• Tidak ada hasil yang ditemukan

lesi praganas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "lesi praganas"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Le

Lesi si prpragagananas as adadalalah ah kokondndisisi i pepenynyakakit it yyanang g sesecacara ra klklininis is bebelulumm menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya sud

sudah ah terterjadi jadi perperubaubahanhan-per-perubaubahan han patpatoloologis gis yanyang g mermerupupakaakan n perpertantanda da akaakann ter

terjadijadinynya a kegkeganaanasansan. . Hal Hal ini ini perperlu lu dipdiperherhatikatikan an menmengingingat gat padpada a umumumnumnyaya kel

kelainainan an yayang ng terterjadjadi i di di daldalam am ronrongga gga mumulutlut, , terterutamutama a padpada a mumukoskosa a ronronggagga mu

mululut, t, kukuranrang g memendndapapat at peperhrhatiatian an kakarerena na lelesi si tetersersebubut t samsama a seksekalali i titidadak k  memberikan keluhan.

memberikan keluhan.

Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami  perubahan,

 perubahan, karena karena lokasinya lokasinya yang yang sering sering berhubungan berhubungan dengan dengan pengunyahan,pengunyahan, seh

sehiningggga a serserining g pupula la memengngalaalami mi iriritaitasi si memekakaninis. s. Di Di sasampmpining g ititu, u, babanynyak ak   perubahan

 perubahan yang yang sering sering terjadi terjadi akibat akibat adanya adanya kelainan kelainan sistemik. sistemik. Perlu Perlu diingatdiingat  bahwa

 bahwa kelainan kelainan yang yang terjadi terjadi pada pada umumnya umumnya memberikan memberikan gambaran gambaran yang yang miripmirip antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu, diperlukan diagnosis banding, dalam menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu, diperlukan diagnosis banding, karena di antara kelainan yang terjadi ada yang berpotensial menjadi maligna karena di antara kelainan yang terjadi ada yang berpotensial menjadi maligna keganasan!.

keganasan!. P

Pememahahamaman an mmenengegenanai i pepentntiningngnyya a ppenenddekekatatan an patpatololoogigik k akakanan meningkatkan kemampuan para dokter gigi pada era globalisasi. "da beberapa meningkatkan kemampuan para dokter gigi pada era globalisasi. "da beberapa macam lesi praganas rongga mulut, antara lain erithroplakia, carsinoma in situ, macam lesi praganas rongga mulut, antara lain erithroplakia, carsinoma in situ, dan lain-lain. #etapi, lesi yang paling sering ditemukan pada rongga mulut adalah dan lain-lain. #etapi, lesi yang paling sering ditemukan pada rongga mulut adalah leukoplakia.

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

2. Macam-macam lesi praganas 2.1. Eritroplakia

$ritroplakia dide%inisikan sebagai bercak merah seperti beludru, menetap, yang tidak dapat digolongkan secara klinis sebagai keadaan lain manapun. &stilah ini seperti 'leukoplakia( tidak mempunyai arti histologist ) tapi sebagian besar adri eritoplakia didiagnosis secara histologis sebagai dysplasia epitel atau lebih jelek lagi karena mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menjadi karsinoma. $ritroplakia dapat terjadi di setiap tempat di rongga mulut, oro%aring, dan dasar mulut. Merahnya lesi adalah akibat dari atro%i mukosa yang menutupi submukosa yang banyak  *askularisasinya. #epi lesi biasanya berbatas jelas. #idak ada predileksi  jenis kelamin dan paling sering mengenai pasien-pasien yang berusia di

atas + tahun. #elah dikenal  *arian klinis dari eritroplakia 2.1.1. /entuk homogen, yang merahnya tampak rata

2.1.2. $ritroleukoplakia, yang mempunyai bercak-bercak merah yang  bercampur dengan beberapa daerah leukoplakia

2.1.. /ercak leukoplakia, yang mengandung bintik-bintik atau granula-granula putih yang menyebar di seluruh lesinya.

2.2. Le!koplakia

Merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut. Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer. Leukoplakia merupakan suatu istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. #idak dapat dihilangkan dengan dikerok. Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan  pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun histopatologis, karena lesi ini secara klinis mempunyai gambaran yang serupa dengan 'lichen

(3)

 plannus( dan 'white sponge ne*us(. $tiologi De*isiensi *itamin ",/ dan 0, 0andidiasis, Malnutrisi, #embakau, "lkohol.

2.2.1. "aktor lokal

/iasanya merupakan segala macam bentuk iritan kronis, antara lain 2.2.1.1.#ra!ma

• #rauma dapat berupa gigitan tepi atau akar gigi yang tajam • &ritasi dari gigi yang malposisi

• Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi • "danya kebiasaan jelek, antara lain kebiasaan jelek menggigit-gigit

 jaringan mulut, pipi, lidah. 2.2.1.2.$imia ata! termal

Pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan. 1aktor-%aktor kaustik  tersebut antara lain

• #embakau

#erjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh 2at-2at yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah. /anyak peneliti yang  berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang  berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang spesi%ik pada  palatum yang disebut 'stomatitis 3icotine(. Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum. 4elanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi  penebalan yang si%atnya merata. Ditemukan pula adanya 'multinodulair( dengan bintik-bintik kemerahan pada pusat noduli. 5elenjar ludah akan membengkak dan terjadi perubahan di daerah sekitarnya. /anyak peneliti yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.

• "lkohol

#elah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu %aktor  yang memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa.

(4)

/akterial

Leukoplakia dapat terjadi karena adanya in%eksi bakteri, penyakit  periodontal yang disertai higiene mulut yang jelek.

2.2.2. "aktor sistemik 

"danya kemungkinan konstitutional karakteristik, karena ada yang  berpendapat bahwa penyakit ini lebih mudah berkembang pada indi*idu yang berkulit putih dan bermata biru. Pendapat ini dikemukakan oleh 4ha%%er dan /urket. 5emungkinan lain adalah adanya penyakit sistemik, misalnya sipilis. Pada penderita dengan penyakit sipilis pada umumnya ditemukan adanya 'syphilis glositis(. 0andidiasis yang kronik dapat menyebabkan terjadinya leukoplakia. Hal ini telah dibuktikan oleh peneliti yang melakukan biopsi di klinik. #ernyata, dari 676 penderita candidiasis kronik, 8 di antaranya ditemukan gambaran yang menyerupai leukoplakia.

Untuk mengetahui diagnosis yang pasti dari leukokplakia, sebaiknya dilakukan pemeriksaan klinik, histopatologi, serta latar belakang etiologi terjadinya lesi ini.

De%isiensi *itamin " diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa respiratorius. /eberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di u*ula merupakan mani%estasi dari intake *itamin " yang tidak cukup. "pabila kelainan tersebut parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia. 4elain itu, pada percobaan dengan menggunakan binatang tikus, dapat diketahui  bahwa kekurangan *itamin / kompleks akan menimbulkan perubahan

hiperkeratotik.

2.2.. %am&aran $linik

Dari pemeriksaan klinik, ternyata oral leukoplakia mempunyai bermacam-macam bentuk. 4ecara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal pasti karena banyak lesi lain yang memberikan gambaran yang serupa serta tanda-tanda yang hampir sama. Pada umumnya, lesi ini lebih banyak 

(5)

ditemukan pada penderita dengan usia di atas 9 tahun dan lebih banyak   pria daripada wanita. Hal ini terjadi karena sebagian besar pria merupakan  perokok berat. Lesi ini sering ditemukan pada daerah al*eolar, mukosa lidah, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar mulut, gingi*al, mukosa lipatan bukal, serta mandibular al*eolar ridge. /ermacam-macam  bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi

tersebut, dan setiap indi*idu akan berbeda.

4ecara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, barbatas jelas, dan permukaannya tampak melipat. /ila dilakukan palpasi akan terasa keras, tebal, ber%isure, halus, datar atau agak menonjol. 5adang-kadang lesi ini dapat berwarna seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada  perokok berat, warna jaringan yang terkena berwarna putih kecoklatan. 5etiga gambaran tersebut di atas lebih dikenal dengan esbutan 'speckled leukoplakia(. Mempunyai  bentuk klinis yang utama

2.2..1.Homogenous leukoplakia mengacu pada suatu lesi setempat atau  bercak putih yang luas, yang memperlihatkan suatu pola yang relati% konsisten, sekalipun permukaan lesi tersebut mungkin digambarkan secara bermacam-macam seperti misalnya,  berombak-ombak dengan pola garis-garis halus, keriput atau  papilomatous

2.2..2. 3odular bintik-bintik! leukoplakia mengacu pada suatu lesi campuran merah dan putih, dimana nodul-nodul keratotik ynag kecil tersebar pada bercak-bercak atro%ik dari mukosa. :arian klinis ini sangat penting karena sangat tingginya angka trans%ormasi keganasan yang ditimbulkannya

2.2...:errucous leukoplakia sebagai suatu istilah kurang popular dalam literatur, sekalipun banyak peneliti yang telah menggunakannya untuk menggambarkan lesi putih di mulut dimana permukaannya terpecah oleh banyak tonjolan seperti papila yang mungkin juga  berkeratinisasi tebal, serta menghasilkan suatu lesi yang agak mirip  pada dorsum lidah.

2.2.'. 4tadium leukoplakia

(6)

2.2.'.1.Homogenous leukoplakia

Merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna kebiruan,  permukaannya licin, rata, dan berbatas jelas. Pada tahap ini, tidak dijumpai

adanya indurasi

2.2.'.2.$rosi leukoplakia

$rosi% leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak dan pada umumnya sudah disertai dengan indurasi. Pada palpasi, permukaan lesi mulai terasa kasar dan dijumpai juga permukaan lesi yang erosi

2.2.'..:erocuos leukoplakia

Permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih, tetapi tidak  mengkilat. #imbulnya indurasi menyebabkan permukaan menjadi kasar  dan berlekuk-lekuk. 4aat ini, lesi telah dianggap berubah menjadi ganas. 5arena biasanya dalam waktu yang relati% singkat akan berubah menjadi tumor ganas seperti s;uamus sel karsinoma, terutama bila lesi ini terdapat di lidah dan dasar mulut.

2.2.(. %am&aran )istopatologi

Pemeriksaan mikroskopis akan membantu menentukan penegakan diagnosis leukoplakia. /ila diikuti dengan pemeriksaan histopatologi dan sitologi, akan tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitelium, terutama pada bagian super%isial. <ambaran HP"-nya anytara lain keratin tebal, hyperkeratosis, hiperpara keratosis, jarang ditemukan displasia,  pembelahan inti tapi tidak diikuti pelbelahan sitoplasma. 4ecara mikroskopis, perubahan ini dapat dibedakan menjadi 8 bagian, yaitu

2.2.(.1.Hiperkeratosis

Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal dari lapisan ortokeratin atau stratum corneum, dan pada tempat-tempat tertentu terlihat dengan jelas. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada daerah  permukaan yang normal maka akan menyebabkan permukaan epitel

rongga mulut menjadi tidak rata, serta memudahkan terjadinya iritasi 2.2.(.2.Hiperparakeratosis

(7)

Parakeratosis dapat dibedakan dengan ortokeratin dengan melihat timbulnya pengerasan pada lapisan keratinnya. Parakeratin dalam keadaan normal dapat dijumpai di tempat-tempat tertentu di dalam rongga mulut. "pabila timbul parakeratosis di daerah yang biasanya tidak terdapat  penebalan lapisan parakeratin maka penebalan parakeratin disebut sebagai  parakeratosis. Dalam pemeriksaan histopatologis, adanya ortokeratin dan  parakeratin, hiperparakeratosis kurang dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, pada pemeriksaan yang lebih teliti lagi akan ditemukan hiperortokeratosis, yaitu keadaan di mana lapisan granularnya terlihat menebal dan sangat dominan. 4edangkan hiperparakeratosis sendiri jarang ditemukan, meskipun pada kasus-kasus yang parah

2.2.(.."kantosis

"kantosis adalah suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari lapisan spinosum pada suatu tempat tertentu yang kemudian dapat menjadi  parah disertai pemanjangan, penebalan, penumpukan dan penggabungan

dari retepeg.

2.. *ral s!&m!ko!s +i&rosis

=ral submukous %ibrosis merupakan suatu penyakit progresi% yang lambat dimana terbentuk pita %ibrosis di dalam mukosa mulut, yang pada akirnya akan menyebabkan suatu hambatan yang hebat terhadap  pergerakan mulut, termasuk lidah.

Penyakit ini disertai dengan reaksi radang juksta epithelial yang disusul dengan suatu perubahan %ibroelastik dari lamina propria dan kemudian atropi epitel sebagai akibatnya. Perubahan-perubahan ini disertai dengan rasa panas terbakar di mulut dan kadang-kadang dengan *esikel  pada mukosa. Dalam bentuk yang sudah berkembang semurna, gambaran

klinis yang mencolok adalah epitel atropik yang tampak pucat. 2..1. %am&aran $linis

Pada tahap akhir  lamina propria digantikan jaringan %ibrous 2..2. Etiologi

(8)

$tiologi dari keadaan ini tidak diketahui, hipersensiti*itas terhadap rempah-rempah dan buah pinaang pernah dicurigai tetapi tidak terbukti.

2.'. D,skeratosis kongenital

<enodermatosis yang diwariskan secara resesi% ini, tidak la2im dijumpai dalam insiden yang tinggi dari kanker mulut yang terjadi pada anak-anak muda. &ni merupakan suatu penyakit yang jara ng terjadi, hampir  selalu dijumpai pada kaum pria, dan ditandai dengan serentetan perubahan mulut yang pada akhirnya menyebabkan suatu atro%ik, leukoplakik dari mukosa mulut dan yang paling sering terkena adalah daerah lidah dan pipi. Perubahan mulut terjadi disertai dengan kuku yang distro%ik yang hebat dan hiperpigmentasi retukulasi yang mencolok dari kulit muka, leher, dan dada.

Lesi mulut mulai terjadi sebelum usia 6 tahun sebagai kumpulan *esikel dengan bercak-bercak putih dari mukosa nekrotik yang terin%eksi dengan kandida) ulserasi dan perubahan erythroplakik, serta distro%i kuku menyusul kemudian, disertai dengan lesi leukoplakik dan karsinoma yang menyerang lesi mulut ini pada indi*idu menjelang masa dewasa.

2.(. Pipe smoker keratosis 2.(.1. Etiologi tembakau 2.(.2. %am&aran $linis

"walnya eritema, lama-kelamaan meluas dan berlipat-lipat. Lesi tampak  sepert plak putih atau luka dengan bagian tepi mukosa eritematus HP" penebalan epitel, displasia, subepitelial %ibrosis, rete peg tumpul atau datar 

2.. Sn!++-ippers keratosis

4uatu daerah kuning berkerut pada lipatan mukosa gusi dan mukosa pipi atau bibir dari rahang bawah adalah indicator penggunaan intraoral dari tembakau tanpa dibakar. #embakau yang tidak dibakar dapat digunakan dalam berbagai bentuk dihisap baunya, dicelup, disumbatkan atau dikunyah! dan meninggalkan tanda-tanda khasnya di daerah yang  biasa disisipi tembakau tersebut. Daerah-daerah posterior umum dipakai

(9)

anterior lebih disukai untuk mencium. =rang yang meletakkan tembakau di tempat yang berbeda-beda akan mempunyai lesi yang banyak dan kurang mencolok. Pria-pria belasan tahun paling sering terkena keadaan ini, terutama karena iklan-iklan pemasaran yang intensi% dari perusahaan- perusahaan tembakau.

/ercak-bercak sna%%-dippers yang dini berwarna merah muda  pucat, dengan permukaan tampak berkerut-kerut dan berlipat-lipat. Perubahan menjadi putih, putih-kuning dan coklat-kuning dapat terjadi sebagai hyperkeratosis dan terjadi perwarnaan eksogen. Penggunaan tembakau tanpa dihisap yang kronis dikaitkan dengan  perubahan-perubahan periodontal, karies, perubahan-perubahan displastik 

epidermal dan karsinoma *eroukosa. Untuk mendapat kesimpulan, dianjurkan menghentikan pemakaiannya. >ika penampilan normalnya tidak  kembali dalam 69 hari setelah pemakaian tembakau dihentikan, maka  perlu dibiobsi.

2./. Licen plan!s

Licen planus merupakan suatu dermatosis yang relati*e sering terjadi pada kulit dan membrane mukosa mulut. Lesi ini mungkin hanya terbatas pada salah satu tempat atau mungkin juga terjadi pada kedua lokasi tersebut dalam satu pasien. 5urang lebih 8? dari pasien yang memiliki licen planus di mulut juga memuliki lesi di kulit. Lesi di kulit ini, relati*e konstan, dalam bentuk papula yang rata dan berwarna keunguan dengan sisik yang halus pada permukaannya. Lesi biasanya bermani%estasi dalam enam bentuk yang berlainan, seringkali disertai dengan lebih dari satu bentuk lesi yang terlihat dalam satu pasien. 5arena beberapa lesi dari licen planus di mulut si%atnya erosir dan yang lainnya bolusa pada bentuk  nonerosi%, nonbolusa dari liken planus, sekalipun proses patologik dasar  yang sama mungkin telibat dalam semua bentuknya.

 3ama licen planus mengacu pada kemiripan super%icial dari lesi licen planus retikuler dengan pola seperti kisi-kisi yang ditimbulkan oleh simbiosis koloni algae dan jamur pada permukaan batu-batuan di alam lichens!. 3ama ini kurang tepat karena tidak ada hubungan antara liken

(10)

 planus dan mikroorganisme sa%ro%itik, dan nama tersebut hanya menyebabkan menambah kecemasan pasien tentang penyakit itu.

2./.1. Etiologi

Melibatkan suatu degenerasi yangϖ ditimbulkan oleh system imunologi

dari lapisan sel basal epitel. Licen planus mungkin hanya merupakan satu *arietas dari suatu rentang yang lebih luas dari penyakit tersebut, dimana lesi likenoid yang diinduksi oleh system imunologik ini merupakan suatu denominator yang la2im. >adi ada banyak kemiripan klinis dan histologis antara licen planus dan dermatosis likenoid dan stomatitides yang diakibatkan oleh obat, beberapa penyakit imunologik, reaksi penjamu *ersus tandur alihnya, dan beberapa bentuk lim%oma. 4ementara licen  planus bisa bermani%estasi sebagai suatu lesi yang karakteristik jelas sekali, namun diagnosa banding dari lesi ini cukup luas.  in%eksi jamur@*irus, dan beberapa penyakit imunologi ternyata juga dapat menimbulkan licen planus

2./.2. %am&aran klinis 0

#erlepasnya dari bentuk erosi*e dan bulous dari penyakitnya, licen planus cukup sering bermani%estasi sebagai suatu lesi yang tidak sakit dan indolent, kekuningan, lesi striae putih, tidak sakit, serta papula pink yang sering sekali sudah terdapat di dalam mulut pasien sejak lama sebelum disadari sebelum pemeriksaan rutin atau oleh pasien itu ssendiri yang menemukan mukosa pipi dan bibirnya lebih kasar dari biasanya. <ambaran klinis dari lesi ini pada pasien tertentu seringkali beragam seiring waktu, baik dalam hal mor%ologi dari lesi klinis dan perluasannya maupun dengan daerah erosi dari mukosa yang atro%ik. /entuk reticular terdiri dari garis putih halus yang sedikit lebih tinggi dari sekitarnya AickhamBs striae!, yang menimbulkan lesi seperti kisi-kisi bentuk renda!, suatu pola garis halus yang menyebar atau lesi anular. &ni merupakan bentuk yang paling la2im dan paling mudah dikenali dari licen  planus ini kadang memperlihatkan beberapa daerah dengan bentuk 

reticular. Pipi dan lidah merupakan tempat yang terutama sering terserang  pada banyak pasien penderita licen planus ini, bibir, gingi*al, dasar mulut dan palatum agak jarang terkena. 5arena lesi reticular merupakan bentuk 

(11)

yang paling la2im, maka bentuk tersebut paling sering ditemukan di pipi dan lidah dan dalam banyak kasus sebagai lesi bilateral. Lesi papula yang  berwarna keputihan dan lebih tinggi dari sekitarnya ,8 mm sampai 6 mm!, biasanya terlihat pada daerah berkeratinisasi dengan baik pada mukosa mulut, akan tetapi lesi yang besar seperti plak pla;uelike lesion! yang sering kali sulit untuk dibedakan dari leukoplakia dapat terjadi pada  pipi, lidah dan gingi*a.

Licen planus yang atro%ik menggambarkan daerah yang meradang dari mukosa mulut, yang ditutupi oleh epitel berwarna merah dan lebih tipis. Lesi erosi*e mungkin timbul sebagai komplikasi dari proses atro%ik ketika epitel yang tipis tersebut mengalami abrasi atau ulserasi. Lesi popular, lesi seperti plak, dan lesi erosi*e seringkali disertai dengan lesi reticular. 4uatu  pemeriksaan yang teliti untuk menemukan lesi ini merupakan bagian yang  penting dari e*aluasi klinis terhadap seorang pasien yang dicurigai menderita licen planus, dan bila dibiopsi hanya memberikan suatu diagnosa yang tidak spesi%ik seperti, peradangan akut dan kronis!, maka diagnosa licen planus sering dapat dikon%irmasi dengan mengidenti%ikasi suatu daerah dengan pola reticular, sekalipun kadang hanya satu bercah kecil seperti '%lame( dari striae atau garis-garis putih yang tersusun secara radial. Daerah yang terserang dari mukosa mulut ini khas sekali dan tidak  menjadi kaku atau menjadi tidak elastic oleh licen planus, dan garis-garis  putih keratotik tidak dapat dihilangkan dengan menarik mukosa mulut atau

menggosok permukaannya.

2./.. %am&aran Histopatologik 

/iasanya ada tiga gambaran yang dianggap sangat penting untuk diagnosa histopatologik dari licen planus yaitu daerah hiperparakeratosis atau hiperortokeratosis, sering disertai dengan penebalan lapisan lapisan sel glanular dan gambaran gigi gergaji pada retepeg) degenerasi li;ue%action atau nekrosis pada lapisan sel basal yang sering digantikan dengan pita eosino%ilik dan suatu pita subepithelial yang padat dan lim%osit. #erlihat kerusakan membrane basalis, in%iltrasi sel lim%osit disertai membentuk 

(12)

untaian, eosino%ilik material pd daerah lamina propria, dan bentuk retepeg seperti gergaji.

<ambaran diagnostik yang utama dari licen planus yang mirip dengan reaksi likenoid lainnya adalah kerusakan pada lapisan sel basal, termasuk   perubahan *acuolar dan kematian sel. Perubahan *acuolar degenerasi

li;ue%action! ditandai dengan *akuola intraseluler, edema, separasi sel  basal, dan terlepasnya lamuna propria dari sel-sel basal. Perubahan *acuolar intraselular, edema, separasi sel basal, dan terlepasnya lamina  propria dari sel-sel basal. 4erpihan-serpihan arti%actual di daerak ini sering dijumpai pada specimen yang dikirim untuk pemeriksaan dengan mikroskop cahaya, dan menimbulkan kecurigaan tentang kemungkinannya sebagai suatu lesi *esikobulosa, dan bila memang timbul pada daerah ini dalam liken planus bolusa. 5ematian sel-sel epidermal yang terlihat dalam  penyakit ini biasanya melibatkan satu sel-sel basal yang akan mengkerut dengan sitoplasma eosino%ilik dan satu atau lebih %ragmen nuclear   piknotik. 4el-sel yang mati ini disebut sebagai 0i*atte bodies, dan terdapat  bukti ultrastruktural bahwa keadaan tersebut terjadi melalui suatu proses yang unik disebut sebagai apoptosis, dimana sel-sel dikon*ersi menjadi  badan %ilamentous yang di%agosit oleh makro%ag atau sel basal di dekatnya. "poptosis ini menimbulkan reaksi peradangan kecil bila dibandingkan dengan sel-sel yang mati akibat nekrosis, dan sel-sel yang mengalami apoptosis dalam lapisan basal dari sel epitel likenoid di tempat lain sering disebut sel-sel diskeratotik. 4ebagian dari sel-sel basal yang mati tidak dapat di%agositosis dan menonjol keluar, masuk ke dalam dermis di bawahnya dimana kemudian akan diselubungi oleh immunoglobulin terutama &gM dan disebut sebagai badan koloid.

2.. L!p!s er,t)emato!s

Lupus eritematosus L$! ada dalam  bentuk

2..1. Lupus eritematosus discoid kronis 0DL$!

0DL$, hanya mengenai kulit, bentuk jinak dari penyakit tersebut adalah murni kelainan mukokutan. Dapat timbul pada setiap usia ,tetapi terutama

(13)

 pada wanita diatas 9 tahun. 0DL$ secara klasik ditandai oleh suatu  bercak seperti kupu-kupu ,merah ,simetris yang terjadi melintang batang hidung. Daerah daerah wajah yang sangat %otosensiti% lainnya ,termasuk   pipi, daerah malar ,dahi ,kulit kepala ,dan kulit telinga juga terkena.

5adang-kadang 0DL$ timbul sebagai plak-plak putih yang terpisah. Mukosa pipi adalah daerah intraoral yang paling sering terkena ,diikuti oleh lidah ,palatum ,dan gusi. <aris merah dan putih sejajar yang  bergantian dalam susunan radial adalah tanda diagnostic yang penting ,bersama dengan gambaran lesi multiple pada beberapa permukaan. Lesi lesi ini dapat berupa lichen planus tetapi lesi pada telinga membantu menyingkirkan diagnose lichen planus

2..2. Lupus eritematosus sistemik 4L$!

4L$ yang mengenai banyak system organ. 4L$ adalah penyakit kolagen autoimun yang ditandai oleh pembentukan antibody anti nuclear dan anti D3" yang ikut berperan dalam cedera jaringan yang terjadi secara imunologik. Pasien seringkali mengeluh lelah ,demam ,dan sakit sendi. 4eringkali ada lim%adenopati umum tanpa nyeri. >uga dapat dijumpai hepatomegali ,splenomegali ,neuropati peri%er dan kelainan kelaian hematologic

2... Lupus eritematosus kutan subakut

Caitu suatu *arian kutan dengan gejala-gejala sistematis ringan. Lesi lesi L$ bersi%at kronis dengan periode kekambuhan dan remisi. Lesi yang masak menunjukkan  daerah ) suatu pusat atro%ik yang dibatasi oleh daerah tengah hiperkeratotik yang dikelilingi oleh suati eritematosus di  peri%ernya. 4eringkali ada hipopigmentasi dari lesi akibat kerusakan

melanositik di pertemuan epidermal-dermal. Lesi lesi tersebut biasanya terbatas pada bagian atas dari tubuh ,terutama kepala dan leher . Duapuluh sampai empatpuluh persen dari penderita L$ mempunyai lesi oral. Lesi ini dapat timbul sebelum atau sesudah lesi kulit timbul. Lesi kulit umumnya merah dengan tepi bersisik yang putih sampai keperak-perakan. /ibir bawah yang terpajan matahari di tepi *ermilion adalah daerah yang

(14)

umum ,sedangkan bibir atas biasanya terkena sebagai akibat dari perluasan langsung dari lesi lesi kulit. Lesi intraoral seringkali di%us dan eritematosus dengan komponen ulserati% da putih.

2.. $arsinoma in sit!

5arsinoma in situ arti katanya adalah kanker yang masih berada  pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Meskipun istilah karsinoma in-situ tidak digunakan luas pada lesi rongga mulut, deskripsi ini menunjukan  bahwa secara histologis karsinoma masih terlokalisir dalam epitel skuamus  berlapis dan belum ada in*asi kedalam jaringan ikat dibawahnya. 5arsinoma in situ bukan merupakan kanker, dan terjadi gangguan seluruh lapisan epitel. /iasa ditemukan 8 tahun sebelum karsinoma in*asi*e.

2..1. Etiologi

#idak diketahui. Umumnya terjadi 8 tahun sebelum karsinoma in*asi%. /anyak ditemukan pada usia di bawah  tahun.

2..2. $arakteristik 

$pitel yang menunjukkan perubahan keganasan tetapi tidak menunjukkan in*asi ke bawah jaringan ikat.

2... %am&aran $linis

/er*ariasi, banyak lesi yang hanya menunjukkan perubahan minimal. Daerah yang terkena sedikit cembung atau rata atau cekung, kemerah-merahan. Permukaan cenderung bergranula atau seperti beledu, ada yang memberi gambaran atro%i berkilat, lebih merah dari mukosa sekitarnya. "da yang menamakannya dengan eritroplasia untuk menekankan reaksi ini. Daerah karsinoma in situ mungkin berbaur dengan leukoplakia secara klinis! atau dapat juga mirip leukoplakia.

2..'. %am&aran Mikroskopis

5riteria yang paling penting untuk mendiagnosis karsinoma in situ adalah disorganisasi yang sempurna dari sel-sel semua lapisan epidermis atau mukosa. 4el-sel ber*ariasi dalam ukuran, bentuk, hiperkromatik dengan inti yang besar. "kti*itas mitosis banyak dijumpai, juga mitosis abnormal.

(15)

Lapisan basal sudah terkena dan membentuk batas yang jelas, namun membran basalis masih utuh. Lapisan jaringan ikat di bawahnya meunjukkan reaksi peradangan kronis, dapat juga normal. Peralihan dari epitel normal ke karsinoma in situ dapat sangat tiba-tiba atau perlahan-lahan tanpa daerah batas yang jelas. Mukosa sekitar ber*ariasi dari hiperplasia, displasia sampai karsinoma in situ.

2..(. Prognosis

/anyak karsinoma in situ yang tidak diobati berubah menjadi karsinoma in*asi% meskipun kecepatan progresi*itasnya ber*ariasi. /iasanya karsinoma in situ dalam mulut lebih cepat in*asinya dibandingkan dengan leher mulut rahim. Dengan pengobatan adekuat, prognosis karsinoma in situ mulut seharusnya baik.

#idak bermetastasis, dapat tumbuh ke dalam atau menyebar ke lateral ke mukosa sekitar. Meskipun prognosis karsinoma in situ yang terlokalisasi relati% baik, tetapi harus dipertimbangkan adanya resiko keganasan yang tinggi dan karenanya perkembangannya harus terus dipantau.

2.13. Sipilis le!koplakia 2.13.1. Etiologi

$tiologi dari si%ilis tersier ini ialah bakteri #reponema pallidum. esiko lesi yang disebabkan oleh bakteri ini untuk menjadi ganas sangat tinggi. /iasanya si%ilis leukoplakia ini terletak pada bagian dorsum lidah. Lesi ini memiliki bentuk yang tidak teratur dan outline yang tidak berbatas jelas. #erdapat in*asi% carcinoma dan erosi. 0arcinoma terletak dibagian tengah dari dorsum lidah. 4eringkali disertai dengan dysplasia, hyperkeratosis dan akantosis. 4el-sel radang yang terdapat ialah sel plasma, giant sel, dan granuloma.

(16)

&stilah ini digunakan untuk lesi putih yang terdapat di dasar mulut dan *entral dari lidah. Lesi ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk  menjadi ganas ?!.

<ejala klinis yang ditunjukkan ialah berwarna putih, terdapat plak  yang halus, tidak teratur namun berbatas jelas. /iasanya lesi ini tidak  diikuti dengan in%iltrasi sel-sel radang.

<ambaran histologi untuk sublingual keratosis sama dengan gambaran histologi pada leukoplakia lainnya, yakni adanya parakeratosis atau orthokeratosis atau keduanya dalam area yang berbeda. 5eratin tersebut menimbulkan warna putih pada lesi tersebut. $piteliumnya tampak atro%i mengecil! dan biasanya disertai dengan akantosis. 5ebanyakan leukoplakia tidak menunjukkan adanya dysplasia, walaupun sebagian kecil menunjukkan adanya perubahan dysplasia dari mild dysplasia menuju se*ere dysplasia. Untuk sel-sel yang mengalami dysplasia biasanya diikuti dengan reaksi radang dari lim%osit dan sel  plasma.

2.12. D,splasia

Merupakan keadaan dimana sel-sel neolpastik terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan pra kanker lain yang tidak sampai meligatkan seluruh lapisan epitel ser*iks disebut displasia yang dibagi menjadi ringan, sedang dan berat. Displasia adalah neoplasia ser*ikal intraepitelial 0&3!, tingkatannya adalah 0&3 6 displasia ringan ! 0&3 E displasia sedang! dan 0&3  displasia berat dan karsinoma in situ!. AH= mengklasi%ikasikan epithel dysplasia menurut tingkat keparahannya menjadi

• Mil ,splasia

<angguan pertumbuhan sel dengan tingkat ringan dengan pembentukan 6 atau E lapisan basaloid sel di atas membrana basalis tanpa ditandai adanya atipia sel.

Moerate ,splasia

<angguan pertumbuhan sel dengan tingkat sedang dengan pembentukan lapisan basaloid sel hingga lapisan prikel ditandai dengan atipia sel.

(17)

Se4ere ,splasia

<angguan pertumbuhan sel dengan tingkat sedang dengan pembantukan lapisan basaloid sel hingga menggantikan seluruh epithelium sel ditandai adanya atipia sel yang jelas, dan sering disebut karsinoma in situ.

2.12.1. Etiologi

4ecara pasti belum diketahui penyebabnya, tetapi umumnya diderita oleh wanita dengan usia lanjut, kadang-kadang juga pada wanita yang lebih muda, juga sering terjadi pada multi gra*ida dengan pernah melahirkan 9 kali atau lebih, insidensi lebih tinggi pada wanita yang telah kawin aripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia amat muda F 6+ tahun !, jarang ditemukan pada perawan *irgo!, insiden meningkat dengan tingginya paritas, apalagi jika jarak persalinannya terlalu dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah higiene seksual yang jelek,akti%itas seksual yang berganti-ganti pasangan!, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya mendapatkan sirkumsisi, sering dijumpai pada wanita yang mengalai Human Papiloma :irus HP:! tipe 6+ atau 6G, wanita perokok juga mempunyai resiko yang besar.

DA"#A5 PUS#A$A

obert P. Langhais dan 0raig 4. Miller. E6. "tlas /erwarna Lesi Mulut Cang 4ering Ditemukan, $d.9. >akarta $<0.

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu, perawatan atau perbaikan pada pihak ketiga seperti yang selama ini dilakukan memiliki kelemahan dimana waktu perbaikan yang relatif lama sehingga

mendemonstrasikan dan memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu, 2) sebagai alat bantu konstruksi, dalam pembelajaran geogebra digunakan untuk memvisualisasikan

Pemohon berpendapat bahwa prasyarat utama lahirnya PERPPU yang terdapat dalam ketentuan pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juncto Pasal 1 dan

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perasan buah jeruk siam banjar, semakin besar pula diameter zona hambat yang dihasilkan terhadap

(1) Bidang Aset Daerahmerupakan unit kerja BPKPAD sebagai unsur lini dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan di bidang pengelolaan aset Daerah, dipimpin

Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa Pulau Madura pada zaman Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa Pulau Madura pada zaman dahulu oleh para

Untuk itu sebagai seorang Kuasa Pengguna Barang dan Pengurus Barang pada suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah, dia sebetulnya adalah manajer/pengelola terhadap