• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR GEOFISIKA MUHAMMAD SYUKRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR GEOFISIKA MUHAMMAD SYUKRI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGANTAR

GEOFISIKA

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i

un-tuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana

penja-ra paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf

f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana

den-gan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf

e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana

gan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana

den-da pa-ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan

pi-dana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pipi-dana denda

paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

S Y I A H K U A L A U N I V E R S I T Y P R E S S

PENGANTAR

GEOFISIKA

(5)

Judul Buku:

PENGANTAR GEOFISIKA

Penulis:

Muhammad Syukri

Editor:

Rini Safitri

Zul Fadhli

Sampul dan Layout:

Iqbal Ridha

ISBN: 978-623-264-114-3

ISBN: 978-623-264-111-2 (PDF)

Pracetak dan Produksi:

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:

Syiah Kuala University Press

Jln. Tgk Chik Pante Kulu No.1, Kopelma Darussalam 23111,

Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh

Telp: 0651 - 8012221

Email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id

Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Edisi: I

Cetakan Pertama, 2020

xiv + 204 (15,5 X 23)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014

Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau

seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

(6)

PENGANTAR GEOFISIKA

iii

Banda Aceh, Juni 2020.

Penulis,

Muhammad Syukri

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga Buku Pengantar Geofisika ini telah dapat diselesaikan. Buku ini

ada-lah buku dukungan belajar untuk keperluan internal dan merupakan acuan

tambahan bagi mahasiswa Program Studi Fisika Fakultas MIPA dan Program

Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dalam

perkuli-ahan serta memberikan pedoman praktis agar mahasiswa mendapatkan

gam-baran secara jelas untuk mendukung perkuliahan.

Terimakasih disampaikan kepada Pimpinan Unsyiah, juga pada

Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan yang memberikan dukungan melalui

ske-ma Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) pada penulisan

Buku Ajar ini. Terimakasih juga disampaikan kepada Dr. Rini Safitri, M.Si dan

Zul Fadhli, M.Sc atas kontribusi dalam sebagai editor untuk penyempurnaan

dan penyelesaian buku ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan pada buku ini, untuk itu

kri-tik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga

buku ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa Unsyiah, khususnya dan

bagi semua pihak yang membutuhkan.

(7)
(8)

PENGANTAR GEOFISIKA

v

DAFTAR ISI

PRAKATA ...III DAFTAR ISI ...V DAFTAR GAMBAR ...X DAFTAR TABEL ...XIV

BAB 1 STRUKTUR BUMI ...1

1.1 PENDAHULUAN ...1

1.2 KARAKTERISTIK STRUKTUR BUMI ...3

1.2.1 KERAK BUMI (CRUST) ...3

1.2.2 SELIMUT ATAU SELUBUNG BUMI (MANTLE) ...4

1.2.3 INTI BUMI (CORE) ...4

1.3 LAPISAN BUMI ...6

1.3.1 LITOSFER ...6

A. KERAK BENUA ...6

B. KERAK SAMUDERA ...7

1.3.2 BATUAN PEMBENTUK KERAK BUMI ...8

A. BATUAN BEKU ...8 B. BATUAN SEDIMEN ...9 C. BATUAN METAMORF ...9 1.3.3 HIDROSFER ... 10 1.3.4 ATMOSFER ...11 1.4 PENUTUP ... 14 DAFTAR PUSTAKA ... 16

BAB 2 GEOSAINS DAN GEOFISIKA ... 19

2.1 PENDAHULUAN ... 19

2.2 GEOSAINS ... 20

2.3 GAMBARAN UMUM METODE GEOFISIKA ... 23

2.4 GEOFISIKA DAN BIDANG ILMU TERKAIT ... 24

2.5 TAHAPAN SURVEI GEOFISIKA ... 26

2.5.1 PERENCANAAN SURVEI ... 27

2.5.2 AKUISISI DATA ... 29

2.5.3 PENGOLAHAN DATA ... 30

2.5.4 INTERPRETASI DAN PEMODELAN ... 31

(9)

vi

MUHAMMAD SYUKRI

BAB 3 METODE SEISMIK ... 35

3.1 PENDAHULUAN ... 35

3.2 MACAM-MACAM METODE SEISMIK ... 36

3.2.1 SEISMIK REFRAKSI (BIAS) ... 36

3.2.2 SEISMIK REFLEKSI (PANTUL) ... 37

3.3 SIFAT FISIKA BATUAN ... 38

3.3.1 DENSITAS ... 38

3.3.2 KECEPATAN ... 39

3.3.3 POROSITAS... 41

3.3.4 PERMEABILITAS ... 43

3.4 DASAR TEORI GELOMBANG SEISMIK ... 45

3.4.1 GELOMBANG BADAN (BODY WAVE) ... 45

3.4.2 GELOMBANG PERMUKAAN (SURFACE WAVE) ... 46

3.5 MEKANISME PENJALARAN GELOMBANG SEISMIK ... 47

3.5.1 HUKUM SNELLIUS ... 47

3.5.2 PRINSIP HUYGENS... 48

3.5.3 AZAS FERMAT ... 49

3.6 AKUISISI DATA SEISMIK... 49

3.6.1 SURVEI PENDAHULUAN ... 49

3.6.2 SISTEM PEREKAMAN DATA ... 51

3.6.3 NOISE (GANGGUAN) ... 52

3.7 PENGOLAHAN DATA SEISMIK ... 53

3.8 INTERPRETASI DATA SEISMIK ... 54

3.9 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

BAB 4 METODE GEOLISTRIK... 59

4.1 PENDAHULUAN ... 59

4.2 DASAR TEORI GEOLISTRIK... 60

4.3 PRINSIP DASAR ... 63

4.4 MEKANISME PERAMBATAN ARUS ... 64

4.5 RESISTIVITAS SEMU (APPARENT RESISTIVITY) ... 66

4.6 KONFIGURASI PENGUKURAN ... 68 4.6.1 KONFIGURASI WENNER ... 70 4.6.2 KONFIGURASI SCHLUMBERGER ... 72 4.6.3 KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE ... 74 4.6.4 KONFIGURASI POLE-POLE ... 76 4.6.5 KONFIGURASI POLE-DIPOLE ... 77

(10)

PENGANTAR GEOFISIKA

vii

4.7 SIFAT KELISTRIKAN BATUAN ... 81

4.8 KERAPATAN ARUS LISTRIK ... 83

4.9 RESISTIVITAS BATUAN ... 85

4.10 INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 88

BAB 5 METODE INDUKSI POLARISASI ... 93

5.1 PENDAHULUAN ... 93

5.2 MEKANISME METODE IP ... 94

5.3 PRINSIP KERJA IP ... 97

5.3.1 DOMAIN WAKTU ... 99

5.3.2 DOMAIN FREKUENSI ... 100

5.3.3 DOMAIN SUDUT FASA ... 102

5.4 KONFIGURASI PENGUKURAN IP ... 103

5.5 SUMBER EFEK POLARISASI ... 104

5.5.1 EFEK POLARISASI ELEKTRODA ... 104

5.5.2 EFEK POLARISASI MEMBRAN ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

BAB 6 METODE GAYA BERAT ...111

6.1 PENDAHULUAN ...111

6.2 DASAR TEORI GRAVITY ...113

6.2.1 HUKUM GRAVITASI NEWTON ...114

6.2.2 PERCEPATAN GRAVITASI ...115

6.2.3 POTENSIAL GRAVITASI ...116

6.3 DENSITAS BATUAN ...118

6.4 AKUISISI DATA GRAVITY ...119

6.5 PENGOLAHAN DATA GRAVITY ... 121

6.6 KOREKSI GRAVITASI ... 123

6.6.1 KOREKSI PEMBACAAN ALAT ... 123

6.6.2 KOREKSI PASANG SURUT (TIDAL CORRECTION) ... 123

6.6.3 KOREKSI APUNGAN (DRIFT CORRECTION) ... 125

6.6.4 KOREKSI LINTANG (LATITUDE CORRECTION) ... 126

6.6.5 KOREKSI UDARA BEBAS (FREE AIR CORRECTION) ... 127

6.6.6 KOREKSI BOUGUER (BOUGUER CORRECTION) ... 128

6.6.7 KOREKSI MEDAN (TERRAIN CORRECTION) ... 130

6.7 ANOMALI BOUGUER ... 130

6.8 INTERPRETASI DATA GRAVITY ... 131

6.9 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ... 133

(11)

viii

MUHAMMAD SYUKRI

BAB 7 METODE GROUND PENETRATING RADAR ... 137

7.1 PENDAHULUAN ... 137

7.2 SEJARAH GPR ... 138

7.3 DASAR TEORI GPR ... 140

7.3.1 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ... 140

7.3.2 GELOMBANG RADAR ... 142

7.4 WAKTU TEMPUH GELOMBANG ... 146

7.5 SISTEM GPR... 148

7.5.1 PEMBANGKIT SINYAL... 149

7.5.2 ANTENNA PEMANCAR (TRANSMITTER) ... 149

7.5.3 ANTENNA PENERIMA (RECEIVER) ... 149

7.6 PRINSIP KERJA GPR ... 151

7.7 SURVEI GPR ... 152

7.7.1 RADAR REFLECTION PROFILLING ... 152

7.7.2 WIDE ANGLE REFLECTION AND REFRACTION (WARR) ... 153

7.7.3 RADAR LUBANG BOR (BOREHOLE RADAR) ... 154

7.8 PENGOLAHAN DATA GPR ... 155

7.8.1 FILTER / PEMROSESAN DATA ... 156

7.8.2 PICKING LAYER ... 157

7.8.3 ANALISIS KECEPATAN (VELOCITY ADAPTATION) ... 158

7.9 INTERPETASI DATA GPR ... 158

7.9.1 INTERPRETASI GRAFIS ... 158

7.9.2 ANALISA KUANTITATIF ... 158

7.10 KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 160

BAB 8 METODE GEOMAGNETIK ... 165

8.1 PENDAHULUAN ... 165

8.2 KONSEP DASAR MAGNETIK ... 166

8.2.1 GAYA MAGNETIK ... 168

8.2.2 KUAT MEDAN MAGNETIK ... 168

8.2.3 MOMEN MAGNETIK ... 169

8.2.4 INDUKSI MAGNETIK ... 169

8.2.5 INTENSITAS KEMAGNETAN ... 170

8.2.6 SUSEPTIBILITAS KEMAGNETAN ... 170

8.3 MEDAN MAGNET BUMI ... 173

8.3.1 MEDAN MAGNET UTAMA (MAIN FIELD) ... 175

8.3.2 MEDAN MAGNET LUAR (EXTERNAL FIELD) ... 175

8.3.3 MEDAN MAGNET ANOMALI ... 176

8.4 SIFAT KEMAGNETAN BATUAN ... 176

(12)

PENGANTAR GEOFISIKA

ix

8.4.2 PARAMAGNETIK ... 178

8.4.3 FERROMAGNETIK ... 178

8.4.4 ANTIFERROMAGNETIK ... 179

8.4.5 FERRIMAGENTIK ... 179

8.5 VARIASI MEDAN MAGNETIK ... 180

8.5.1 VARIASI SEKULER ... 180

8.5.2 VARIASI DIURNAL ... 181

8.5.3 BADAI MAGNETIK (STORM MAGNETIC) ... 182

8.6 MAGNETOMETER ... 183

8.7 AKUISISI DATA GEOMAGNETIK... 184

8.8 PENGOLAHAN DATA MAGNETIK ... 185

8.8.1 KOREKSI HARIAN ... 185

8.8.2 KOREKSI IGRF ... 186

8.8.3 KOREKSI TOPOGRAFI ... 187

8.8.4 REDUKSI KE BIDANG DATAR ... 187

8.8.5 KONTINUASI KE ATAS ... 188

8.8.6 KOREKSI EFEK REGIONAL ... 188

8.8.7 KOREKSI KE KUTUB... 189

8.9 INTERPRETASI DATA GEOMAGNETIK ... 190

DAFTAR PUSTAKA ... 192

GLOSARIUM ... 197

(13)

x

MUHAMMAD SYUKRI

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 ANDRIJA MOHOROVICIC PENEMU TEORI DISKON

TINUITAS MOHOROVICIC. ...2

GAMBAR 1.2 STRUKTUR INTERNAL BUMI. ...2

GAMBAR 1.3 KARAKTERISTIK PERLAPISAN BUMI. ...3

GAMBAR 1.4 BIDANG DISKONTINUTAS GUTENBERG DAN LEHMANN. ...5

GAMBAR 1.5 LAPISAN LITOSFER YANG TERDIRI DARI KERAK BENUA DAN SAMUDERA...7

GAMBAR 1.6 SIKLUS BATUAN. ...9

GAMBAR 1.7 HIDROSFER...11

GAMBAR 1.8 LAPISAN-LAPSIAN ATMOSFER ... 12

GAMBAR 1.9 PERUBAHAN TEMPERATUR DAN TEKANAN DI ATMOSFER. ... 12

GAMBAR 1.10 STRUKTUR PERLAPISAN STRUKTUR BUMI BEDASARKAN KOMPOSISI KIMIA. ... 14

GAMBAR 1.11 STRUKTUR PERLAPISAN STRUKTUR BUMI BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIS. ... 15

GAMBAR 2.1 GEOFISIKA DAN GEOLOGI SERTA KAITAN KEDUANYA. ... 19

GAMBAR 2.2 STRUKTUR INTERIOR BUMI. ... 20

GAMBAR 2.3 BUMI DAN PLANET-PLANET YANG ADA DI SEKELILINGNYA. ... 21

GAMBAR 2.4 BEBERAPA BIDANG KAJIAN DALAM GEOSAINS. ... 22

GAMBAR 2.5 AKUISISI DATA GEOFISIKA DI LAPANGAN. ... 30

GAMBAR 2.6 SKETSA MODEL 3D GEOFISIKA. ... 31

GAMBAR 3.1 MODEL PERAMBATAN GELOMBANG REFRAKSI. ... 37

GAMBAR 3.2 MODEL PERAMBATAN GELOMBANG REFLEKSI. ... 38

GAMBAR 3.3 KECEPATAN GELOMBANG P PADA BEBERAPA MATERIAL ... 40

GAMBAR 3.4 KECEPATAN GELOMBANG S PADA BEBERAPA MATERIAL ... 41

GAMBAR 3.5 KONDISI POROSITAS BATUAN YANG TINGGI (KIRI) DAN RENDAH (KANAN) ... 43

GAMBAR 3.6 PERMEABILITAS BATUAN. ... 44

GAMBAR 3.7 A. MODEL GELOMBANG P DAN B. GELOMBANG S (FOWLER 2005). ... 46

GAMBAR 3.8 8A MODEL GELOMBANG RAYLEIGH DAN B. GELOMBANG LOVE ... 47

GAMBAR 3.9 REFLEKSI DAN REFRAKSI GELOMBANG BERDASARKAN HUKUM SNELLIUS. ... 48

GAMBAR 3.10 MODEL PERMABATAN GELOMBANG BERDASARKAN PRINSIP HUYGENS. ... 48

GAMBAR 3.11 MODEL GEOMETRI DAN LINTASAN GELOMBANG BER-DASARKAN AZAS FERMAT. ... 49

(14)

PENGANTAR GEOFISIKA

xi

GAMBAR 3.13 A INSTRUMEN GEOPHONE (ATAS) DAN B HYDROPHONE (BAWAH). ... 52

GAMBAR 4.1 MODEL PERGERAKAN ARUS LISTRIK DI DALAM MEDIUM (BUMI). ... 60

GAMBAR 4.2 SUSUNAN 4 (EMPAT) ELEKTRODA PADA PENGUKURAN GEOLISTRIK DAN GAMBARAN PERAMBATAN ARUS DAN HASIL PENGUKURAN BEDA POTENSIAL. ... 62

GAMBAR 4.3 KONSEP PEMASANGAN ELEKTRODA DAN PRINSIP PENGUKURAN GEOLISTRIK ... 63

GAMBAR 4.4 POLA ALIRAN ARUS LISTRIK DAN BEDA POTENSIAL YANG DIHASILKAN (BIDANG EQUIPOTENSIAL) UNTUK A). SUMBER ARUS TUNGGAL DAN B). SATU SET ELEKTRODA. ... 64

GAMBAR 4.5 PRINSIP PERAMBATAN ARUS PADA BATUAN DENGAN (KIRI) POROSITAS YANG BAIK TETAPI PERMEABILITAS YANG KURANG BAIK DAN (KANAN) POROSITAS DAN PERMEABILITAS YANG BAIK. ... 64

GAMBAR 4.6 PRINSIP PERAMBATAN ARUS DALAM PORI-PORI BATUAN, MELALUI FORMASI KONDUKTIF. ... 65

GAMBAR 4.7 PRINSIP PERGERAKAN ELEKTRON-ELEKTRON PADA FLUIDA YANG TERDAPAT DALAM PORI-PORI BATUAN. ... 65

GAMBAR 4.8 PROFIL PENGUKURAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS, DAN KOTAK MERAH MENUNJUKKAN HASIL RESISTIVITAS SEMU. ... 67

GAMBAR 4.9 MODEL SUSUNAN MULTIELEKTRODA PADA PENGUKURAN GEOLISTRIK. ... 69

GAMBAR 4.10 SKEMA MODEL SISTEM MULTIELEKTRODA DAN TITIK PENGUKURANNYA. ... 69

GAMBAR 4.11 KONFIGURASI WENNER. ... 70

GAMBAR 4.12 MODEL PERAMBATAN ARUS DAN PERKIRAAN TARGET KEDALAMANNYA PADA KONFIGURASI WENNER. ... 71

GAMBAR 4.13 KONFIGURASI SCHLUMBERGER... 72

GAMBAR 4.14 MODEL PERAMBATAN ARUS DAN PERKIRAAN TARGET KEDALAMANNYA PADA KONFIGURASI SCHLUMBERGER. ... 73

GAMBAR 4.15 KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE. ... 74

GAMBAR 4.16 MODEL PERAMBATAN ARUS UNTUK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE. ... 75

GAMBAR 4.17 KONFIGURASI POLE-POLE. ... 77

GAMBAR 4.18 MODEL PENGINJEKSIAN DAN PERAMBATAN ARUS UNTUK KONFIGURASI POLE-POLE ... 77

GAMBAR 4.19 KONFIGURASI POLE-DIPOLE. ... 78

GAMBAR 4.20 MODEL PENGINJEKSIAN DAN PERAMBATAN ARUS UNTUK KONFIGURASI POLE DIPOLE. ... 79

GAMBAR 4.21 KONFIGURASI WENNER DAN KONFIGURASI SCHLUMBERGER ... 80

GAMBAR 4.22 JARAK ELEKTRODA UNTUK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER. ... 80

GAMBAR 4.23 A). MODEL PERGESERAN ELEKTRODE PADA MASING-MASING KONFIGURASI WENNER DAN B). SCHLUMBERGER. ... 80

GAMBAR 4.24 ILUSTRASI TITIK-TITIK PENGUKURAN WENNER-SCHLUMBERGER... 81

GAMBAR 4.25 NILAI RESISTIVITAS BEBERAPA JENIS MATERIAL BUMI. ... 83

(15)

xii

MUHAMMAD SYUKRI

GAMBAR 4.27 MODEL PERGERAKAN MUATAN LISTRIK DALAM BATUAN. ... 84

GAMBAR 4.28 POLA ALIRAN ARUS LISTRIK PADA ZONA KONDUKTIF DI BAWAH PERMUKAAN. ... 86

GAMBAR 4.29 MODEL ALIRAN ARUS PADA LAPISAN BAWAH PERMUKAAN BUMI DENGAN NILAI RESISTIVITAS YANG BERBEDA. ... 86

GAMBAR 4.30 MODEL ALIRAN ARUS PADA LAPISAN BAWAH PERMUKAAN BUMI DENGAN SPASI ELEKTRODA YANG BERBEDA. ... 87

GAMBAR 5.1 PRINSIP METODE IP YANG BERPRILAKU SEBAGAI KAPASITOR. ... 95

GAMBAR 5.2 ILUSTRASI PENGISIAN DAN PENGOSONGAN ARUS YANG MENUNJUKAN EFEK IP ... 96

GAMBAR 5.3 PRINSIP KERJA PENGUKURAN METODE IP. ... 98

GAMBAR 5.4 POLA PELURUHAN POTENSIAL PADA METODE IP ... 98

GAMBAR 5.5 PENGUKURAN IP DALAM DOMAIN WAKTU... 99

GAMBAR 5.6 PENGUKURAN IP DALAM DOMAIN FREKUENSI. ... 102

GAMBAR 5.7 PRINSIP PENGUKURAN IP DALAM DOMAIN FASA. ... 102

GAMBAR 5.8 PENGUKURAN IP KONFIGURASI GRADIENT ... 103

GAMBAR 5.9 PENGUKURAN IP KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE. ... 103

GAMBAR 5.10 MEKANISME PROSES POLARISASI ELEKTRODA. ... 105

GAMBAR 5.11 PELURUHAN TEGANGAN BERKAITAN DENGAN PROSES POLARISASI ELEKTRODA. ... 105

GAMBAR 5.12 SKEMA POLARISASI MEMBRAN. ... 106

GAMBAR 6.1 ANOMALI GRAVITASI YANG DIPENGARUHI OLEH DISTRIBUSI MASSA YANG TIDAK MERATA. ...112

GAMBAR 6.2 SURVEI GEOFISIKA DENGAN MENGGUNAKAN GRAVIMETER. ...113

GAMBAR 6.3 GAYA TARIK MENARIK ANTARA DUA BENDA M1 DAN M2. ...115

GAMBAR 6.4 POTENSIAL MASSA TIGA DIMENSI. ...117

GAMBAR 6.5 CONTOH ALUR PENGUKURAN DENGAN PROSES LOOPING, DENGAN POSISI STASIUN TITIK IKAT DAN PENGULANGAN YANG TERTENTU. ... 120

GAMBAR 6.6 KOREKSI PASANG SURUT UNTUK MENGHILANGKAN EFEK GRAVITASI, YANG BIASA DILAKUKAN BERSAMA DENGAN KOREKSI DRIFT ... 125

GAMBAR 6.7 KOREKSI DRIFT DILAKUKAN PADA WAKTU T ADALAH D, YANG DIKURANGI DENGAN NILAI PENGAMATAN ... 127

GAMBAR 6.8 KOREKSI UDARA BEBAS MENGHITUNG KOMPENSASI STASIUN PENGAMATANDIATAS TITIK ACUAN (MEAN SEA LEVEL). ... 128

GAMBAR 6.9 PENDEKATAN ANOMALI DIAMATI PADA TITIK B, KARENA PERBEDAAN TOPOGRAFI ANTARA A DAN B, H, DAN KELEBIHAN MASSA DI BAWAH TITIK B, DAPAT DIDEKATI DENGAN GARIS LURUS DARI BATUAN DENGAN KETEBALAN H DAN DENSITAS B ... 129

GAMBAR 6.10 KOREKSI MEDAN UNTUK MENORMALISASI KE TITIK PENGAMATAN, DAN BAGIAN INTEGRAL DARI EFEK MASSA DI ATAS ATAU DEFISIT MASSA DI BAWAH. ... 130

GAMBAR 6.11 MODEL SEDERHANA INTERPRETASI MENENTUKAN SUMBER DAN EFEK ANOMALI DARI DISTRIBUSI MASSA PADA BERBAGAI KEDALAMAN. ... 131

(16)

PENGANTAR GEOFISIKA

xiii

GAMBAR 6.12 PERBEDAAN ANTARA INTERPRETASI ANOMALI BOUGUER

REGIONAL DAN RESIDUAL. ... 132

GAMBAR 7.1 SURVEI GROUND PENETRATING RADAR. ... 138

GAMBAR 7.2 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. ... 140

GAMBAR 7.3 TRANSMISI GELOMBANG RADAR DAN DIREFLEKSIKAN OBJEK (ANOMALI) ... 143

GAMBAR 7.4 PENETRASI KEDALAMAN GELOMBANG YANG BERGANTUNG PADA FREKWENSINYA ... 146

GAMBAR 7.5 BLOK DIAGRAM SUATU SISTEM GPR ... 148

GAMBAR 7.6 SISTEM GPR DAN MODEL RADARGRAM YANG BELUM DI PROSES . ... 150

GAMBAR 7.7 KONFIGURASI ANTENA GPR UNTUK MODE MONOSTATIK DAN BISTATIK. ... 150

GAMBAR 7.8 PERAMBATAN GELOMBANG RADAR KE BAWAH PERMUKAAN, DITERUSKAN DAN DIREFLEKSIKAN. ... 151

GAMBAR 7.9 SURVEI DENGAN METODE GROUND PENETRATING RADAR. ... 152

GAMBAR 7.10 SKETSA PENGUKURAN DENGAN CARA CDP... 153

GAMBAR 7.11 SKETSA PENGUKURAN DENGAN CARA WARR UNTUK SINGLE OFFSET (ATAS) DAN MULTI OFFSET (BAWAH) ... 154

GAMBAR 7.12 SKETSA PENGUKURAN DENGAN CARA LUBANG BOR, BAIK (A) LUBANG TUNGGAL DAN GANDA SURVEI DENGAN (B) ZOP DAN (C) MOP ... 155

GAMBAR 8.1 KOMPONEN MEDAN MAGNET BUMI. ... 167

GAMBAR 8.2 GARIS GAYA MEDAN MAGNET. ... 173

GAMBAR 8.3 MEDAN MAGNETIK YANG TERDIRI DARI ELEMEN DEKLINASI DAN INKLINASI. ... 174

GAMBAR 8.4 ELEMEN MEDAN MAGNET BUMI. ... 175

GAMBAR 8.5 POSISI MOMEN MAGNET DIAMAGNETIK. ... 177

GAMBAR 8.6 POSISI MOMEN MAGNET PARAMAGNETIK. ... 178

GAMBAR 8.7 ARAH SPIN MAGNET HASIL PENYEARAHAN PENGARUH MEDAN LUAR. ... 179

GAMBAR 8.8 PERUBAHAN MEDAN MAGNETIK... 180

GAMBAR 8.9 PERUBAHAN DEKLINASI DI LONDON YANG PERTAMAN SEKALI DILAKUKAN OLEH GELLIBRAND ... 181

GAMBAR 8.10 CONTOH VARIASI DIUNAL. ... 182

GAMBAR 8.11 ILUSTRASI TERJADINYA BADAI MAGNETIK. ... 183

(17)

xiv

MUHAMMAD SYUKRI

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 METODE-METODE GEOFISIKA ... 24

TABEL 2.2 METODE-METODE GEOFIOSIKA, CAKUPAN DAN KEDALAMAN, SERTA TARGET YANG SERING DIGUNAKAN ... 28

TABEL 4.1 NILAI RESISTIVITAS BEBERAPA BATUAN/MATERIAL BUMI. ... 82

TABEL 4.2 NILAI REISTIVITAS BEBERAPA MATERIAL ... 85

TABEL 5.1 NILAI CHARGEABILITAS BEBERAPA MINERAL ... 96

TABEL 5.2 NILAI CHARGEABILITAS BEBERAPA BATUAN ... 96

TABEL 5.3 NILAI CHARGEABILITAS BEBERAPA MACAM MATERIAL ... 97

TABEL 6.1 DENSITAS BEBERAPA JENIS BATUAN ...119

TABEL 7.1 RESPON SINYAL RADAR UNTUK BEBERAPA JENIS MATERIAL ... 146

TABEL 7.2 HUBUNGAN ANTARA FREKSWENSI ANTENA, JANGKAUAN DAN RESOLUSINYA. ... 148

TABEL 7.3 PENENTUAN FREKWENSI ANTENA GPR YANG DIGUNAKAN SESUAI TARGET YANG DICAPAI ... 155

(18)

PENGANTAR GEOFISIKA

1

1.1 PENDAHULUAN

Bumi adalah salah satu planet dalam sistem tata surya. Planet bumi

me-nempati urutan nomor tiga dari sistem tersebut. Selain planet-planet tersebut,

terdapat juga benda-benda angkasa lain dan milyaran bintang yang ada pada

Galaksi Bima Sakti (Johnsen, 2019). Proses pembentukan batuan di bumi,

baik relief, morfologi dan karakteristiknya, serta proses-proses lainnya terjadi

secara bertahap secara waktu geologi atau berdasarkan dengan era dalam

ilmu geologi. Berdasarkan ilmu geologi juga dapat dipelajari mengenai berbagai

kejadian, struktur, dan komposisi batu-batuan kulit bumi. Hasil penelitian para

ahli geologi menunjukkan bahwa umur bumi telah berusia ± 4.6 miliyar tahun

dari mulai proses pendinginan sampai pada akhirnya mengalami pembekuan

(Senter, 2013). Hampir dua pertiga bagian permukaan bumi ditutupi oleh air

yang disebut dengan samudera. Sedangkan satu pertiga bagian lain dari bumi,

merupakan batuan yang membentuk bagian lain dari bumi yang disebut

den-gan daratan atau benua. Selain itu juga terdapat bagian bumi yang diselimuti

oleh lapisan gas yang disebut dengan atmosfer. Pengetahuan tentang struktur

dan lapisan bawah permukan bumi atau kulit bumi umumnya didasarkan pada

kajian dan bukti tidak langsung. Kajian dan bukti tersebut didapatkan melalui

studi karakteristik dan sifat batuannya yang disebut dengan geofisika. Dengan

ilmu geofisika dapat dipelajari sifat-sifat fisis batuannya.

Dengan ilmu atau metode geofisika, dapat dilakukan pengamatan pola

gelombang yang dirambatkan ke dalam bumi, baik bersumber dari sumber

alamiah berupa gempa bumi, atau dari sumber buatan berupa ledakan

bua-tan (Carbonell, et.al., 2013). Salah seorang ilmuan yang melakukan penelitian

tersebut dan berhasil mengetahui lapisan dalam bumi adalah Andrija

Mohor-ovicic (1909) (Gambar 1.1). MohorMohor-ovicic berhasil menemukan teori

diskontinu-itas Mohorovicic (Mohorovicic Discontinuity), yang dapat membedakan

peru-bahan perlapisan bumi yang dicirikan dengan batas peruperu-bahan cepat rambat

gelombang seismik.

BAB 1

(19)

PENGANTAR GEOFISIKA

19

2.1 PENDAHULUAN

Geofisika menurut ilmu etimologi terdiri dari kata geo dan fisika. Secara

garis besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk

mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau

dapat pula diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip

fisika. Ilmu geofisika bagi kebanyakan masyarakat umum masih sering

tertu-kar dengan ilmu geologi. Hal tersebut merupakan hal yang wajar ditertu-karenakan

perbedaan keduanya tidak selalu dapat dengan mudah dibedakan secara

pas-ti antara geologi dan geofisika (Gambar 2.1). Geofisika adalah bagian utama

dari ilmu alam, dan cabang inti (core) dari geologi. Hal ini berkaitan dengan

proses fisika dan sifat fisika bumi dan di sekelilingnya, yang menggunakan

metode kuantitatif dalam analisisnya (Balasubramanian, 2017).

BAB 2

GEOSAINS DAN GEOFISIKA

(20)

PENGANTAR GEOFISIKA

35

3.1 PENDAHULUAN

Seismik berasal dari kata seismos yang artinya gempa bumi. Gelombang

seismik bersumber dari gelombang elastik yang merambat pada waktu

terja-di gempa bumi. Pada saat terjaterja-di gempa bumi, maka stasiun penerima akan

merekam dan menghasilkan suatu bentuk gelombang yang menunjukkan

fluk-tuasi amplitudonya. Metoda seismik merupakan salah satu metoda eksplorasi

yang didasarkan pada pengukuran respons gelombang seismik (akustik) yang

merambat pada batuan di bawah permukaan dan kemudian direfleksikan atau

direfraksikan sepanjang bidang reflektor (bidang batas) lapisan batuan.

Ge-lombang seismik yang digunakan berasal dari sumber getaran umumnya

ada-lah ledakan dinamit, vibrator, palu (sledgehammer) yang dihantamkan pada

plat besi di atas permukaan tanah, atau benda-benda lain bermassa besar

yang dijatuhkan.

Setelah diberikan gangguan, gelombang akan bergerak di dalam

medi-um (batuan) ke segala arah, dan memenuhi memenuhi hukmedi-um-hukmedi-um

elas-tisitas, yaitu akan mengalami pemantulan atau pembiasan akibat perbedaan

kecepatan. Respons yang merambat tersebut ditangkap atau direkam oleh

receiver (sensor) yang disebut geophone (geofon) dan hydrophone (hidrofon),

yang mengukur waktu perambatannya. Setiap reflektor atau bidang batas

ba-tuan memiliki impedensi akustik yang berbeda-beda. Impedensi akustik yaitu

kemampuan suatu bahan untuk memantulkan atau meneruskan gelombang

yang mengenai medium tersebut (Badley, 1985). Berdasarkan data rekaman

inilah dapat diperkirakan kedalaman dan bentuk lapisan/struktur bawah

per-mukaan bumi.

Sejarah penggunaan metode seismik untuk eksplorasi pertama kali

dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet, yang juga dikenal sebagai

bapak seismologi instrumentasi. Melakukan “gempa buatan” dengan

mem-berikan suatu sumber ledakan, Mallet mengukur waktu tempuh perambatan

gelombang seismik, khususnya gelombang permukaan. Mallet meletakkan

se-BAB 3

(21)

PENGANTAR GEOFISIKA

59

4.1 PENDAHULUAN

Metode Geolistrik Resistivitas, biasa disingkat dengan metode

geolis-trik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat

kelis-trikan di bawah permukaan dan bagaimana mendeteksinya di permukaan

bumi. Studi mengenai resistivitas dalam geofisika dapat dipahami dalam

konteks arus yang mengalir melalui medium bawah permukaan yang

ter-diri dari lapisan-lapisan material yang berbeda resistivitasnya (Herman,

2001). Proses yang dilakukan meliputi pengukuran beda potensial, arus

listrik dan medan elektromagnetik yang terjadi, baik secara alamiah

mau-pun akibat adanya injeksi arus ke dalam bumi. Metode geolistrik

perta-ma kali digunakan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Metode

ini dapat dilakukan untuk pendugaan bawah permukaan dengan survei

geofisika dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti eksplorasi sumber daya

mineral, geotermal, geoteknik, arkeologi, pertambangan, sedimentasi,

ma-salah lingkungan dan hidrologi. Survei geolistrik ini memanfaatkan variasi

resistivitas lapisan batuan bawah permukaan untuk mendeteksi struktur

geologi, formasi, dan kandungan lapisan batuan.

Dalam pelaksanaannya, desain survei metode geolistrik relatif

seder-hana, tidak merusak, dan ekonomis (Vasantrao, et.al., 2017) serta

mem-berikan respons yang cepat dan akurat terhadap perubahan resistivitas

lapisan batuan bawah permukaan. Dengan variasi konfigurasi elektroda

yang bermacam, masing-masing memberikan sensitivitas yang

berbe-da sesuai dengan tujuan berbe-dan target survei. Hasil pengolahan berbe-data juga

dapat ditampilkan dalam citra atau profil dua dan tiga dimensi (2D dan 3D).

Hal ini juga membantu kemudahan dalam tahapan interpretasi data dan

menduga karakteristik bawah permukaan. Metode geolistrik dikategorikan

sebagai metode geofisika dangkal, sehingga jarang digunakan untuk

ek-splorasi minyak dan gas bumi (migas), lebih efektif dan banyak di gunakan

BAB 4

(22)

PENGANTAR GEOFISIKA

93

5.1 PENDAHULUAN

Metode Induced Polarization (IP) atau Polarisasi Terimbas adalah

salah satu metode geofisika yang relatif baru, hasil pengembangan dari

metode geolistrik, dan diusulkan pertama sekali oleh Conrad

Schlumberg-er pada tahun 1913. Tidak sepSchlumberg-erti metode geofisika lainnya, yang biasa

digunakan untuk eksplorasi mineral sejak tahun 1920-an, metode IP belum

banyak digunakan dalam eksplorasi, dan mulai secara saintifik sistematis

mulai digunakan pada tahun 1950-an. Observasi yang dilakukan dengan

memonitor fenomena interface antara fluida elektrolit pada pori dan

mate-rial konduktif dibawah permukaan (Sogade, et.al, 2006).

IP merupakan fenomena listrik yang diinduksi oleh arus yang diamati

baik sebagai respons tegangan yang tertunda dalam material bumi

(batu-an), atau sebagai perubahan yang bergantung frekuensi terhadap respons

amplitudo, yang disebut dengan persen efek frekuensi ((Schlumberger,

1920) In: Seigel et.al., 2007). Namun demikian, secara teknis dan praktek

IP mempunyai kemampuan dan sangat efektif dalam eksplorasi beberapa

lingkungan geologi, dan hingga sekarang penggunaan dalam eksplorasi

mineral telah meningkat pesat dibandingkan penggunaan metode

geofisi-ka lainnya. Apalagi dengan perkembangan software pengolahan data yang

sangat mempercepat proses pemodelannya. Sehingga metode IP ini,

se-lain untuk eksplorasi mineral, saat ini sudah mulai dikembangkan sebagai

alat untuk aplikasi panas bumi, hidrologi dan lingkungan (Reynolds, 2011).

Sampai saat ini, belum ditemukan secara luas aplikasinya di industri

migas, karena hasilnya masih didapatkan kompleksitas dan ambiguitas

pada interpretasi, walaupun terus dikembangkan akusisi dan interpreasi

metode IP dalam eksplorasi hidrokarbon (Burtman and Zhdanov, 2015).

Survei IP menyerupai metode Geolistrik Resistivitas dalam pemakaian

arus listrik yang dikirimkan transmitter ke tanah melalui dua buah elektroda

BAB 5

(23)

PENGANTAR GEOFISIKA

111

6.1 PENDAHULUAN

Metode gaya berat atau gravity merupakan salah satu metode

geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi

aki-bat variasi rapat massa (densitas) aki-batuan di bawah permukaan. Pada

kenyataannya, medan gravitasi bumi di permukaan tidaklah homogen.

Gravitasi sangat dipengaruhi oleh massa jenis benda, termasuk batuan

penyusun kerak bumi yang berbeda dengan batuan di sekitarnya (Mickus,

1980). Perbedaan ini disebabkan karena adanya distribusi massa yang

tidak merata di kerak bumi dan menyebabkan tidak meratanya distribusi

dan deformasi massa jenis batuan. Batuan-batuan dengan massa

jenisn-ya jenisn-yang beragam tersebut akan mempengaruhi medan gravitasi bumi di

permukaan, yang disebut juga dengan anomali gravitasi (gravity anomaly)

(Gambar 6.1).

Ketidakhomogenan medan gravitasi di permukaan juga dapat

dipen-garuhi oleh berbagai sebab, seperti aktivitas tektonik dan vulkanik,

pe-rubahan massa es dari dahulu hingga sekarang, pasang surut dan

din-amika laut, dan adanya variasi struktur geologi di bawah permukaan,

termasuk perbedaan kondisi topografi permukaan bumi (Van Cam, et.al.,

2017). Adanya perbedaan massa jenis batuan dari satu tempat dengan

tempat lain ini menimbulkan medan gaya berat yang tidak merata pula

dan perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi. Sehingga, posisi

pengamatan juga memiliki pengaruh terhadap pengukuran. Semua

kondi-si geologi, baik di bawah permukaan maupun di permukaan bumi akan

mempengaruhi medan gravitasi bumi yang terukur.

Gravitasi disebut juga medan potensial, yaitu gaya yang bekerja pada

jarak tertentu, dan metode yang non destruktif (Mariita, 2007). Prinsip

pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan densitas

suatu batuan dan di sekitarnya dalam skala yang sangat kecil,

sehing-BAB 6

(24)

PENGANTAR GEOFISIKA

137

7.1 PENDAHULUAN

Metode Ground Penetrating Radar (GPR) atau yang biasa disingkat

dengan Georadar merupakan salah satu metode geofisika yang

mempe-lajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan

menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 Mhz.

Ra-dar, singkatan dari radio detection and ranging menggunakan gelombang

elektromagnetik yang dipancarkan untuk mendeteksi sebuah objek. Pada

awalnya teknologi radar hanya digunakan untuk kepentingan militer.

na-mun sekarang telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang.

Da-lam aplikasinya pada bidang geofisika, teknologi radar telah menjadi pusat

perhatian dalam dunia, khususnya studi perlapisan dan eksplorasi dangkal

(near surface exploration) (Davis and Annan, 1989). Hal ini sangat baik

digunakan untuk eksplorasi tersebut karena memiliki hasil dengan

kete-litian (resolusi) yang sangat tinggi, sehingga mampu mendeteksi target

bawah permukaan sampai target yang berdimensi beberapa sentimeter

sekalipun.

Metode GPR juga merupakan teknik eksplorasi yang relatif baru

dibandingkan dengan metoda lain (Gambar 7.1), yang manfaatnya telah

tersebar luas di berbagai bidang seperti: geologi, konstruksi dan rekayasa,

arkeologi, ilmu forensik, masalah lingkungan dan lainnya (Conyers dan

Goodman, 1997; Milsom, 2003). GPR mempunyai kelebihan dibandingkan

metode geofisika lainnya, selain biaya operasional yang relatif ekonomis,

cara pengoperasiannya di lapangan juga sangat mudah, dan didapatkan

data resolusi tinggi dan secara real time (Yazdani, et.al., 2018) dengan

frekuensi antara 10 MHz sampai 2 GHz (Leucci, et.al., 2012). Selain itu,

GPR adalah alat investigasi yang tidak merusak (non-destructive) yang

dapat memberikan gambaran bagian bawah permukaan (subsurface)

den-gan cara memancarkan gelombang pendek elektromagnetik. Jika

gelom-BAB 7

METODE GROUND

PENETRATING RADAR

(25)

PENGANTAR GEOFISIKA

165

8.1 PENDAHULUAN

Metode magnetik atau seing juga disebut geomagnetik merupakan

salah satu metode geofisika tertua yang mempelajari karakteristik medan

magnet bumi. Hampir empat abad lalu telah diketahui bahwa bumi

mer-upakan magnet yang besar. Sejarah perkembangan Metode Magnetik

tel-ah dikenal sekitar 400 ttel-ahun yang lalu. Ilmuan yang pertama kali

melaku-kan penelitian mengenai magnetisasi pada bumi adalah Sir William Gilbert

(1540-1603). Gilbert mendapatkan bahwa medan magnet bumi ekivalen

dengan arah Utara-Selatan sumbu rotasi bumi (Telford, et.al., 1990).

Pen-emuan Gilbert ini, kemudian dilanjutkan diteliti oleh Van Wrede (1843)

un-tuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di

per-mukaan bumi. Hasil penelitiannya tersebut ditulis oleh Thalen (1879) pada

sebuah buku “The examination of iron ore deposits by magnetic

measure-ment” yang kemudian menjadi dasar pengukuran magnetisasi bumi dan

berkembang manjadi metode geomagnet.

Metode geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang

mem-pelajari sifat kemagnetan di dalam bumi, untuk memperoleh gambaran

bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteristik magnetiknya.

Magnet bumi sendiri, terutama bersumber dari inti bumi, dan sebagian

be-sar dihasilkan dari inti luar, menyebabkan arus induksi yang menghasilkan

medan magnet kerak bumi. Sebagian besar batuan pada kerak bumi

ada-lah kristal mineral magnetik, yang menghasilkan sifat magnetis (Ojo, et.al.,

2014). Sedangkan proses magnetik di ionosfer atmosfer menjadi sumber

medan magnet eksternal (Bukhari, 2019). Kemampuan suatu batuan untuk

dapat termagnetisasi sangat dipengaruhi oleh faktor suseptibilitas batuan.

Proses magnetisasi dapat berubah ataupun hilang. Ketika batu

di-panaskan, dan akan diperoleh kembali ketika batu dingin, dan atau akan

berubah oleh proses alterasi kimia dan proses lainnya (Lyatsky, 2010).

BAB 8

(26)

192

MUHAMMAD SYUKRI

DAFTAR PUSTAKA

Adagunodo T.A., Sunmonu, L.A., and Adeniji, A.A., 2015, An overview of

magnetic method in mineral exploration, Journal of Global Ecology

and Environment, Vol. 3, No. 1, pp. 13-28.

Afzal, M.H., Renaudin, V., and Lachapelle, G. 2011. Use of Earth’s

Mag-netic Field for Mitigating Gyroscope Errors Regardless of MagMag-netic

Perturbation, Sensors, Vol. 11, pp. 11390-11414.

All, E.A.B., Khalil, A., Rabeh, T., and Osman, S. 2015. Geophysical

Con-tribution to Evaluate the Subsurface Structural Setting Using

Mag-netic and Geothermal Data in El-Bahariya Oasis, Western Desert,

Egypt, NRIAG Journal of Astronomy and Geophysics, Vol. 4, pp.

236-248.

Arora, K. 2011. Magnetic Methods, Principles. In: Gupta H.K. (eds)

Ency-clopedia of Solid Earth Geophysics. EncyEncy-clopedia of Earth Sciences

Series. Springer, Dordrecht.

Baranov, V., and Naudy, H. 1964. Numerical Calculation of the Formula

of Reduction to the Magnetic Pole. Geophysics, Vol. 29, pp. 67-79.

Blewett, R.S. 2012. Shaping a nation: a geology of Australia. Geoscience

Australia and ANU E Press, Canberra.

Bloxham, J., Gubbins, D., and Jackson, A. 1989. Geomagnetic Secular

Variation, Philosophical Transactions of The Royal Society A,

Math-ematical, Physical and Engineering Sciences. The Royal Society

Publishing.

Bukhari, K. 2019. Magnetic susceptibilities and fault surface anomalies.

The study of land magnetic data and interpretations, International

Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE), Vol. 7,

Is-sue-6, pp. 1053-1056.

Breiner, S. 1973. Applications Manual for Portable Magnetometers:

Geo-Metrics, Sunnyvale, California. pp. 1-58.

Canada, 2018. Secular variation, Erath Magnetic Field, Natural

Resourc-es Canada.

Chambodut, A. 2014. Gemagnetic field, IGRF- International

Geomag-netic Reference Field, Encyclopedia of of Solid Earth Geophysics

Harsh Gupta (ed.), Springer.

(27)

PENGANTAR GEOFISIKA

193

In: Geophysics for the Mineral Exploration Geoscientist, Cambridge

University Press

Georgsson, L.S. 2009. Geophysical methods used in geothermal

explo-ration, Presented at Short Course IV on Exploration for Geothermal

Resources, organized by UNU-GTP, KenGen and GDC, at Lake

Na-ivasha, Kenya, November 1-22, 2009. pp. 1-16.

Geosoft, 2009. Geophysics Levelling, Feature Sheet: Software

exten-sion for Oasis montaj, pp. 1-2.

Horton, R.J. 2003. Application of Magnetic and electromagnetic methods

to locate buried metal, USGS Open-File Report 03-317.

Houze, R.A. 2000, Diamagnetism and Paramagnetismin International

Geophyics, Elsevier Inc.

Johnson, C.L., Constable, C.G., Tauxe, L. 2003. Mapping Long-Term

Changes in Earth’s Magnetic Field, Science, Vol. 300, pp.

2044-2045.

Kangazian, M., Oskooi, B., and Namai, L. 2015. Investigation of the

to-pography effect on the shape and polarity of the magnetic

anoma-lies, Bollettino di Geofisica Teorica ed Applicata, Vol. 56, pp. 43-54.

Kellogg, O.D. 1953. Foundations of Potential Theory: Dover.

Li, X. 2008. Magnetic Reduction-to-the-Pole At Low Latitudes:

Obser-vations and Considerations, The Leading Edge, Vo. 27, No. 8, pp.

990–1002.

Luo, Y., Xue, D.J., and WANG, M. 2013. Reduction to the Pole at the

Geomagnetic Equator, Chinese Journal of Geophysics, Vol. 53,

Is-sue 6.

Lyatsky, H. 2010. Magnetic and Gravity Methods in Mineral Exploration:

the Value of Well-Rounded Geophysical Skills, Geoscience

Re-search & Consulting Ltd., Calgary, Alberta, Canada, Oct 2010, Vol.

35, No. 08.

Lyatsky, H. 2016. Gravity And Magnetic Geophysical Methods In Oil

Ex-ploration, Potential fields Measurements Bring a Needed Boost to

Geological Interpretation. Exploration & Production.

Mabey, D.R. 1990. Magnetic methods, In: Application of Surface

Geo-physics to Ground-Water Investigations, USGS Report, pp. 107-116.

Mariita, N.O. 2007. The magnetic method, Presented at Short Course

(28)

194

MUHAMMAD SYUKRI

II on Surface Exploration for Geothermal Resources, organized by

UNU-GTP and KenGen, at Lake Naivasha, Kenya, 2-17 November,

2007. pp. 1-8.

Moskowitz, B. M. 1991. Hitchhiker’s guide to magnetism. Institute of Rock

Magnetism, Environmental Magnetism Workshop, pp. 48.

Naidu, P.S. and Mathew, M.P. 1994. Correlation filtering: a terrain

cor-rection method for aeromagnetic maps with application, Journal of

Applied Geophysics, Vol. 32, Issues 2–3, August 1994, pp. 269-277.

Ogagarue, D.O, and Emudianughe, J.E. 2016. Ground Magnetic Survey

of the Charnokitic Dykes in the Areas Around Omu-Ijelu,

Southwest-ern Nigeria, IOSR Journal of Applied Physics (IOSR-JAP), Vol. 8,

Issue 3 Ver. II (May. - Jun. 2016), pp. 90-98

Ojo, A.O., Omotoso, T.O., and Adekanle, O.J. 2014. Determination of

Lo-cation and Depth of Mineral Rocks at Olode Village in Ibadan, Oyo

State, Nigeria, Using Geophysical Methods, International Journal of

Geophysics, Vol. 2014, pp. 1-13.

Scintrex, 1996. Magnetic Applications Guide, Revision 2.0, Smartmag,

Envi-Mag, Walkmag and Envimap are trademarks of Scintrex

Lim-ited, Canada.

Telford, W., Geldart, L., and Sheriff, R. 1990. Magnetic Methods. In

Ap-plied Geophysics Cambridge: Cambridge University Press. pp.

62-135.

Thebault, E., Finlay, C.C., and Zvereva, T. 2015. International

Geomag-netic Reference Field: the 12th generation, LETTER, Earth, Planets

and Space, Springer.

Ravat, D. 2007. Reduction to Pole, In: Encyclopedia of Geomagnetism

and Paleomagnetism, Gubbins, D and Bervera, E.H (Eds), Springer,

pp. 856-857.

Riddihough, R.P. 1969. The Reading and Reduction of Ground Total

Field Magnetic Data, Communications of the Dublin Institute for

Ad-vanced Studies Series D, Geophysical Bulletin No. 25, pp. 5-12.

Riddihoug, R.P. 1971. Diurnal Correction to Magnetic Survey – an

As-sessment of Errors, Geophysical Prospecting, Vol. 19, No. 4, pp.

551-567.

Ryskin, G. 2009. Secular Variation of The Earth’s Magnetic Field: Induced

by the Ocean Flow?, New Journal of Physics, Vol. 11, pp. 1-23.

(29)

PENGANTAR GEOFISIKA

195

Ugalde, H. and Morris, B. 2008. An Assessment of Topographic Effects

on Airborne and Ground Magnetic Data, The Leading Edge,

Janu-ary 2008, Vol. 27, No. 1.

Yanez, G., Ugalde, H., and Vargas, J.A. 2017. Topographic correction of

magnetic data on rugged topography with application to Rio

Blan-co-Los Bronces and El Teniente porphyry copper districts, Southern

Andes, Chile, Exploration Geophysics, Vol. 49, No. 4.

(30)

PENGANTAR GEOFISIKA

203

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD SYUKRI

Menyelesaikan pendidikan Sarjana

(S-1) bidang Fisika dari Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dan

menyelesaikan pendidikan Magister (S-2)

bidang Geofisika Terapan Institut

Teknolo-gi Bandung (ITB) Bandung, dan

menyele-saikan pendidikan Doktoral (S-3) pada

bidang Geofisika pada Program of

Geophys-ics, School of PhysGeophys-ics, Universiti Sains

Ma-laysia (USM) MaMa-laysia.

Bekerja sebagai dosen dan mulai bertugas mengajar di

Universi-tas Syiah Kuala, pada Program Studi Fisika sejak Tahun 1994 dan pada

Program Studi Teknik Geofisika sejak Tahun 2011. Minat penelitiannya

adalah dalam bidang Geofisika Terapan, Lingkungan, dan Kebencanaan.

Melakukan penelitian bersama tim peneliti Peer Group Geofisika, biasa

bekerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi dan juga melibatkan

mahasiswa S-1 sampai dengan S-3. Selain itu juga aktif dalam

ber-bagai organisasi profesi, seperti Himpunan Fisika Indonesia (HFI) atau

Physical Society of Indonesia (PSI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia

(HAGI), Society of Exploration Geophysicists (SEG), FORSTAN (Forum

Pendidikan Standarisasi Indonesia), dan Persatuan Insinyur Indonesia

(PII).

(31)
(32)

Gambar

Gambar 2.1 Geofisika dan geologi serta kaitan keduanya.

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini merupakan salah satu metoda geofisika yang digunakan untuk eskplorasi sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan bantuan gelombang...

Dari model tersebut terlihat bahwa di bagian permukaan daerah studi (hingga kedalaman 2 km) dengan nilai resistivitas < 10 Ωm merupakan lapisan konduktif yang diperkirakan

Prinsip dasar metode seismik adalah perambatan energi gelombang seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran dari permukaan bumi ke dalam bumi atau formasi batuan, kemudian

Metode ini digunakan dalam pengukuran tahanan jenis perlapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan susunan elektroda Schlumberger, khususnya untuk eksplorasi awal air

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terbentuk dari pendinginan magma dan tempat pembekuannya berlangsung dekat atau berada pada permukaan bumi.. Batuan beku ekstrusif

Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang geofisika untuk menerangkan aktifitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi

Refleksi merupakan fenomena akustik saat gelombang suara mengenai suatu permukaan material dan material tersebut mengembalikan lagi (memantulkan) sebagian