• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Informasi Penjualan Awesam Merchandise Dengan Metode Rational Unified Process

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Sistem Informasi Penjualan Awesam Merchandise Dengan Metode Rational Unified Process"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

4809

Pengembangan Sistem Informasi Penjualan Awesam Merchandise Dengan

Metode Rational Unified Process

Jebi Hayi Tamami1, Yusi Tyroni Mursityo2, Fajar Pradana3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1jebitama@gmail.com, 2yusi_tyro@ub.ac.id, 3fajar.p@ub.ac.id

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sektor informasi dan komunikasi terus naik dari tahun ke tahun . Hal itu, didorong dari banyaknya pengguna internet, contohnya transaksi online. Pertumbuhan positif ini membuat perubahan pola belanja masyarakat Indonesia yang semakin bergeser ke arah elektronik atau belanja online. Sedangkan Awesam melakukan penjualan produk sesuai keinginan pengguna masih dengan cara konvensional yang membuat pengguna harus bertemu langsung dengan pihak Awesam. Cakupan penjualan yang masih kecil karena hanya bisa melakukan penjualan pada daerah tertentu. Belum adanya penyimpanan data terkait pelanggan seperti kontak, nama dan informasi geografis maupun riwayat pembelian membuat kurangnya layanan terhadap pelanggan. Hal ini tentunya membuat pihak Awesam belum mampu bersaing dalam penjualan secara online. Solusi untuk dapat menangani beberapa masalah tersebut yaitu dengan melakukan pengembangan sistem informasi penjualan menggunakan metode pengembangan Rational Unified Process (RUP) yang berlandaskan pada Sales Force Automation (SFA). Hasil akhir dari penilitian ini berupa sistem informasi penjualan untuk membantu pihak Awesam dalam menangani setiap transaksi, meningkatkan layanan terhadap pelanggan dan menghadapi persaingan. Beberapa pengujian yang dilakukan untuk menjaga kualitas perangkat lunak diantaranya validation testing yang dilakukan untuk mengetahui fungsional sistem dapat berjalan dengan baik yang menunjukkan 100% valid, responsiveness testing untuk memastikan sistem dapat beradaptasi pada ukuran resolusi layar pengguna menunjukkan tampilan yang dapat beradaptasi pada 3 ukuran resolusi dengan baik. Serta compability testing untuk menguji kebutuhan non-fungsional yang menunjukkan tidak terdapat kesalahan yang terjadi.

Kata kunci: Sistem Informasi, Rational Unified Process, Penjualan, Sales Force Automation Abstract

Economic growth in the information and communication sector in Indonesia continues to rise every year. This is driven by the number of internet users, for example online transactions. This positive growth has made changes spending patterns of Indonesian people increasingly shifting towards electronics or online shopping. Whereas Awesam sells products according to the wishes of the users still in the conventional way that makes customers have to come direclty to the store. The sales coverage is still small because it can only make sales in certain areas. The absence of customer-related database such as contacts, names and geographic information and purchase history makes a lack of service to

customers. This certainly makes Awesam not able to compete in online sales. The solution to handle

some of these problems is by developing a sales information system using Rational Unified Process (RUP) method based on Sales Force Automation (SFA). The final result of this research is a sales information system to assist the Awesam in handling each transaction, improve service to customers and face competition. Some tests carried out to maintain software quality including validation testing conducted to find out the functional system can run well which shows 100% valid, responsiveness testing to ensure the system can adapt to the size of the user's screen resolution shows that displays can adapt to 3 sizes of resolution properly. As well as compability testing to test non-functional requirements that indicate no errors have occurred.

(2)

1. PENDAHULUAN

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi RI kuartal I-2017 sebesar 5,01%. Pertumbuhan ekonomi pada sektor informasi dan komunikasi tumbuh 9,01% dari tahun ke tahun . Hal itu, didorong dari banyaknya pengguna internet, contohnya transaksi online. Pertumbuhan positif ini membuat perubahan pola belanja masyarakat Indonesia yang semakin bergeser ke arah elektronik atau belanja online. Perubahan pola perilaku belanja ini juga ditunjukkan dengan jumlah transaksi jual beli online yang meningkat. DetikFinance (2017). Dalam menghadapi hal ini perlu suatu pemikiran untuk menghadapi persaingan di masa depan. Perusahaan dituntut untuk mengedapankan interaksi dengan pelanggan. Kenneth E Clow & Donald Baack (2004).

Awesam merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa pembuatan produk fashion berbagai jenis kaos, topi, jaket dan merchandise seperti gantungan kunci, mug, pin, asbak, mouse

pad dan berbagai merchandise lainya baik

menggunakan desain sendiri ataupun keinginan dari pelanggan. Awesam melakukan penjualan secara online maupun konvensional. Dalam penjualan Awesam memiliki beberapa store retail yang tersebar di kota Malang, sedangkan dari sisi penjualan secara online Awesam memiliki online store yang dapat diakses di

www.awesam.id dan www.awesamstore.com.

Masing-masing website tersebut memiliki fungsional yang berbeda. Pada Awesam store pelanggan dapat melihat profil Awesam baik berupa kontak maupun lokasi store dari Awesam. Sedangkan pada Awesam merch pelanggan hanya dapat melihat produk yang ditawarkan serta informasi kontak dari pihak Awesam terkait layanan yang diberikan.

Dalam melakukan penjualan produk sesuai keinginan pengguna seperti produk

custom pada Awesam masih dengan cara

konvensional yang membuat pengguna harus bertemu langsung dengan pihak Awesam. Kurang cepat dalam merespon permintaan dari pelanggan membuat transaksi membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Pemesanan produk pada Awesam mengharuskan pelanggan atau calon pelanggan untuk datang ke store hanya untuk melakukan pemesanan. Cakupan penjualan yang masih kecil karena hanya bisa melakukan penjualan pada daerah tertentu. Hal

ini dapat mengurangi potensi untuk mendapatkan pelanggan baru. Jangkauan pemasaran produk Awesam saat ini masih terbatas pada wilayah tertentu yaitu kota Malang. Pelanggan juga tidak dapat melihat perkembangan terkini dari proses pembuatan produk yang mereka inginkan secara online. Belum adanya penyimpanan data terkait dengan pelanggan seperti kontak, nama dan informasi geografis maupun history pembelian membuat kurangnya layanan terhadap pelanggan. Selain itu karena tidak adanya data terkait pelanggan membuat pihak pemasaran dan penjualan Awesam juga mengalami kesulitan apabila akan melakukan analisis terkait dengan kebutuhan pelanggan maupun segmentasi dari pelanggan itu sendiri.

Pelanggan tertentu akan lebih mudah melakukan transaksi secara online. Dengan kemudahan dalam melakukan pemesanan sesuai kebutuhan pengguna (custom) secara online membuat pelanggan tertarik untuk berbelanja, telebih jika pelanggan dapat dengan mudah mendapat informasi terkait transaksi yang mereka lakukan seperti melihat progress pengerjaan produk yang mereka inginkan, mendapat informasi promo dan informasi lain. Dari sisi Awesam juga dapat dengan mudah mendapatkan informasi maupun history terkait pelanggan yang belum ada pada website sebelumnya. Hal ini tentunya dapat menambah

customer loyalty dan efisiensi proses bisnis dari

pihak Awesam sendiri. Sehingga untuk dapat mememuhi kebutuhan tersebut bagi Awesam

Merchandise penulis melakukan pengembangan

sistem informasi penjualan.

2. LANDASANTEORI

Sistem informasi merupakan kombinasi dari orang, fasilitas atau alat teknologi, sarana, proses dan perjanjian yang mengatur jaringan komunikasi penting, proses dan transaksi tertentu, manajemen dukungan dan pengguna internal dan eksternal, dan memberikan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat. John F. Nash (1995).

Sales Force Automation merupakan

penerapan teknologi komputer dalam membantu vendor dan manajemen penjualan untuk mencapai tujuan bisnis mereka. Semua program SFA dirancang sedemikian rupa sehingga data pelanggan dapat ditangkap, disimpan, dianalisis, dan didistribusikan ke staf penjualan dan manajer penjualan agar lebih efektif atau efisien untuk mencapai tujuan mereka. Buttle (2009).

(3)

Fungsional SFA yang digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan sistem informasi penjualan meliputi account management,

document management, order management, contact management, configuration support, dan knowledge management.

Rational Unified Process merupakan salah

satu metode pengembangan system informasi yang menyediakan panduan dalam menentukan peran serta tanggung jawab saat melakukan pengembangan sitem suatu organisasi, yang bertujuan menciptakan system informasi dengan kualitas tinggi, sesuai persyaratan user, jadwal serta biaya yang telah dirancang. RUP memiliki 4(empat) fase yaitu fase inception, fase

elaboration, fase construction, serta fase transition.

Gambar 1 Fase pada Rational Unified Process Sumber: Anwar, A., 2014

3. METODOLOGI

Gambar 2 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2. Studi Literatur bertujuan mengumpulkan serta mengetahui tentang dasar teori dalam penyusunan penelitian. Data diambil dari sumber yang kredibel untuk kemudian di aplikasikan. Data yang dikumpulkan dilaksanakan pada Awesam Malang dalam mengetahui business process yang berjalan serta masalah yang terjadi. Permasalahan yang dianalisis difokuskan pada bagian pemasaran dan penjualan terkait layanan yang diberikan pada pelanggan.

Fase inception adalah tahap awal pada metode pengembangan RUP. Pada tahap ini diawali dengan memodelkan proses bisnis berjalan (as-is). Berdasarkan hasil pemodelan proses bisnis as-is kemudian melakukan analisis masalah untuk kemudian dilakukan

improvement yang dimodelkan dengan proses

bisnis (to-be), Kemudian dilakukan analisis kebutuhan, tipe pengguna, peran pengguna serta memodelkan prilaku serta hubungan pengguna dengan sistem menggunakan pemodelan use

case. Akhir fase ini dilakukan evaluasi dan

perbaikan supaya dapat memenuhi Lifecycle

Objective Milestone agar bisa lanjut ke fase

berikutnya.

Selanjutnya pada fase elaboration

melakukan perancangan desain sistem. Perancangan sistem tersebut berupa arsitektur sistem, sequence diagram, class diagram, PDM(phisical data model), rancangan antarmuka serta rancangan algoritme. Kemudian melakukan evaluasi dan perbaikan supaya dapat memenuhi Lifecycle Architecture Milestone untuk bisa lanjut ke fase berikutnya.

Fase berikutnya yaitu fase Construction yang merupakan tahap implementasi dari hasil tahap analisis kebutuhan serta perancangan pada fase elaboration . Pada fase ini akan dilakukan pengkodean program dengan menggunakan

laravel framework meliputi HTML, PHP, AJAX

dan MySQL untuk sarana pembangunan perangkat lunak. Sedangkan srategi operational CRM Sales Force Automation (SFA) digunakan sebagai landasan dalam identifikasi fitur dan fungsional dalam membangun sistem ini supaya terciptanya sistem informasi yang berkualitas. Akhir fase ini dilakukan evaluasi dan perbaikan supaya dapat memenuhi Operational Capability

Milestone agar bisa lanjut ke fase berikutnya.

Tahap selanjutnya yaitu pada fase

transition akan dilakukan deployment atau

instalasi di Awesam merchandise. Kemudian akan dilakukan compability testing pada sistem

(4)

yang dibangun. Tahap ini dilakukan untuk memastikan sistem informasi penjualan ini dapat berjalan dengan baik pada semua lingkungan

browser yang dimiliki pelanggan dan pihak

Awesam serta sesuai dengan proses bisnis. Dalam akhir fase ini dilakukan evaluasi serta perbaikan sehingga dapat memenuhi Product

Realease Milestone.

Pada kesimpulan dilaksanakan penarikan kesimpulan apabila setiap fase telah dilaksanakan. Kesimpulan diambil berdasarkan pada hasil uji sistem serta analisis kebutuhan yang sudah dilaksankan. Kemudian pada saran dilakukan pemberian saran untuk rekomendasi perbaikan sebagai tahap akhir pada penelitian ini.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Fase Inception

Pada tahap ini dilakukan pemodelan proses bisnis as-is. Setelah itu berdasarkan hasil pemodelan proses bisnis as-is akan dilakukan analisis masalah untuk kemudian dilakukan improvement yang digambarkan pada pemodelan proses bisnis to-be, Kemudian dilakukan analisis kebutuhan, tipe pengguna, peran pengguna, dan menggambarkan perilaku serta hubungan pengguna dengan sistem menggunakan pemodelan use case.

Gambar 3 Proses Bisnis Pemesanan Produk

Custom as-is

Gambar 3 menunjukkan proses bisnis pemesanan produk as-is. Pemesanan produk dikirim melaui media sosial Whatsapp dan Line. Karena proses pemesanan belum ditangangi oleh sistem,. Pengecekan ketersediaan produk harus dilakukan secara manual karena belum tersedianya database untuk menangani. Kalkulasi total harga pesanan tidak dilakukan secara otomatis. Belum adanya penyimpanan data terkait pelanggan beserta histori pembelian. Informasi yang bisa didapat hanya terbatas pada produk yang tersedia dan informasi harga. Kemudian agar pembuatan produk dapat diproses, pelanggan harus datang ke store untuk melakukan pembayaran sebesar 50%. Setelah produk selesai dicetak pelanggan melakukan

pelunasan untuk dapat mengambil produk yang dipesan sebelumnya. Kemudian perbaikan dilakukan berdasarkan masalah dalam proses bisnis sebelumya dijelaskan lebih detail pada Gambar 4 .

Gambar 4 Proses Bisnis Pemesanan Produk

Custom to-be

Berdasarkan analisis pemodelan proses bisnis berjalan (as-is) kemudian dilakukan analisis kebutuhan, meliputi mengidentifikasi masalah, tipe pengguna, peran pengguna, identifikasi kebutuhan pemangku kepentingan, kebutuhan fungsional serta non-fungsional. Selama fase inception ini, dilaksanakan

perbaikan dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Sehingga setelah terdapat perbaikan diperoleh 10 fitur. Berdasarkan fitur tersebut didapatkan 49 kebutuhan fungsional dan 2 non-fungsional. Setelah melakaukan analisis kebutuhkan, Kemudian memodelkan perilaku dan interaksi pengguna dengan sistem melalui pemodelan use case yang ditunjukkan pada

Gambar 5.

Gambar 5 Use Case Diagram

Gambar 5 menjelaskan use case untuk menggambarkan interaksi antara pelanggan, pengunjung maupun admin dengan sistem informasi penjualan. Kemudian dijelaskan secara detail pada tabel spesifikasi use case.

(5)

Kolom berisikan kode use case diawali (KUC), kode fitur dengan (SFA-FTR), Brief Description untuk menjelaskan keterangan use case, Actor menjelaskan siapa saja yang melakukan use

case, Basic Flow menjelaskan alur utama dan Alternative Flow menjelaskan alur alternatif,

kondisi sebelum use case (Pre-conditions) dilakukan dan setelah dijalankan

(Post-conditions). Pada Tabel 1 merupakan penjelan

terkait spesifikasi usecase Tambah ke Keranjang.

Tabel 1 Spesifikasi use case Tambah ke Keranjang

Kode Use case

KUC-5

Kode Fitur SFA-FTR-3

Brief Description

Use case ini

mendeskripsikan tentang bagaimana aktor melakukan penambahan produk dalam keranjang belanja

Actor Pelangggan, Pengunjung

Pre-Conditions

 Aktor berada pada tampilan daftar produk  Aktor berada pada menu

informasi produk

Basic Flows of Events

1. Use case ini bermula ketika aktor berada pada menu produk

2. Sistem menampilkan produk yang akan dibeli 3. Aktor mecari produk

yang akan dibeli 4. Aktor memilih produk

yang akan dibeli 5. Sistem menampilkan

jumlah item yang akan dibeli

6. Aktor mengubah jumlah item yang dibeli 7. Aktor menyimpan data

dengan memilih pesan sekarang

8. Use case selesai.

Alternative Flows

Variant 3a: fungsi search

produk

1. Aktor memasukkan kata kunci terkait produk yang

ingin di cari pada field pencarian.

2. Sistem menampilkan hasil produk sesuai kata kunci. 3. Melanjutkan langkah 3

Variant 3b: fungsi kategori

produk

1. Aktor memilih kategori produk

2. Sistem menampilkan hasil produk sesuai kategori. 3. Melanjutkan langkah 3

Variant 3c: fungsi brand

produk

1. Aktor memilih brand produk

2. Sistem menampilkan hasil produk sesuai brand. 3. Melanjutkan langkah 3

Exception 6a: Produk habis

(tidak tersedia) 1. Sistem tidak

menampilkan pilihan untuk pesan produk Kembali ke langkah 5

Post-Conditions

Sistem menampilkan produk pada keranjang belanja dengan jumlah sesuai masukan aktor

4.2 Fase Elaboration

Pada tahap ini, dilakukan perancangan sistem informasi berdasarkan hasil dari fase pertama yaitu fase inception. Alur proses yang tersebut digambarkan berdasarkan urutan waktu. Gambar 6 merupakan sequence diagram fungsional utama sistem informasi penjualan.

Gambar 6 Sequence Diagram Tambah ke Keranjang

(6)

Class diagram menggambarkan

class-class yang digunakan dalam pengembangan

sistem informasi penjualan Awesam. Penggambaran class diagram dibagi 2, diantaranya diagram untuk menggambarkan hubungan semua class serta diagram untuk menggambarkan hubungan antar class pada

controller sistem informasi penjualan Awesam.

Gambar 7 class diagram hubungan setiap class sistem informasi penjualan

Gambar 5.4 merupakan gambaran relasi antar class controller dan model. Nama setiap controller diakhiri dengan “controller” sedangkan untuk kelas model tidak terdapat tambahan kata apapun agar memudahkan dalam mengidentifikasi jenis class. Setiap class dengan nama akhir “Controller” merupakan turunan dari class Controller. Begitu juga dengan kelas tanpa akhiran apapun merupakan turunan dari class Model pada Laravel framework. Untuk kelas-kelas controller dijelaskan lebih detail pada Gambar 8.

Gambar 8 Hubungan Class Diagram Controller

PDM (Physical Data Model)

menggambarkan database scheme dalam sistem informasi penjualan Awesam Merchendise. Dalam membuat rancangan PDM ini memanfaatkan alat bantu sqlDBM yang dapat digunakan dalam menggambarkan perancangan database. Bentuk kotak menunjukkan tabel pada database, dan garis menunjukkan hubungan masing-masing tabel. Primary key ditunjukkan dengan PK, foreign key ditunjukkan dengan FK dengan warna biru dan yang tidak memiliki tanda apapun menunjukkan kolom pada tabel. Rancangan PDM Sistem Infomasi Penjualan ditunjukkan dalam pada Gambar 9.

Gambar 9 Rancangan PDM(Physical Data

Model)

Kemudian pada Gambar 10 dilakukan perancangan antarmuka halaman tambah ke keranjang yang digunakan Pelanggan dan Pengunjung untuk dapat melihat barang yang akan dibeli untuk dapat melakukan proses berikutnya yaitu untuk melakukan pembayaran dan pemesanan barang. Berikut merupakan penjelasan lebih detail terkait antarmuka halaman tambah ke keranjang pada Gambar 10. Penjelasan dijelaskan sesuai nomor pada gambar.

1. Header-nav (Menu navigasi) 2. Detail Produk

3. Pilihan cek estimasi pengiriman 4. Harga total produk

5. Search (pencarian sesuai kata kunci) 6. Tombol keranjang belanja

(7)

login

Harga Pengiriman Gratis

Checkout

X

N

Home > Keranjang Belanja

2 4 3 5 pencarian Logo

menu menu menu

1

Detail Produk Rp.XXXX

Jumlah Total

Harga

Rp.XXXX

Apa yang akan anda lakukan selanjutnya?

Pilih jika anda ingin mengetahui estimasi pengiriman.

Checkout Cek Harga

Total Rp. xxxx

Pilih Pilih

Provinsi Kota Kode Pos

login

Keranjang Belanja

6

Gambar 10 Perancangan Antarmuka Halaman Keranjang Belanja

4.3 Fase Construction

Hasil dari fase elaboration pada poin 4.2 diimplementasikan pada tahap ini kemudian dilakukan pengujian dari hasil implementasi. Implementasi sistem informasi dibangun menggunakan kerangka kerja Laravel.

Implementasi sistem menghasilkan implementasi antarmuka dan implementasi algoritme. Gambar 11 menunjukkan implementasi antarmuka dari halaman keranjang belanja.

Gambar 11 Implementasi Antarmuka Halaman Keranjang Belanja

Validation Testing dilakukan untuk

menguji apakah sistem dapat berjalan sesuai dengan harapan pengguna. Validation testing ini merupakan salah satu teknik yang terdapat pada metode pengujian blackbox. Pengujian akan dilakukan dengan menguji fungsional sistem berdasarkan kebutuhan sistem yang telah dibuat sebelumnya

.

Berdasarkan hal ini, validation

testing dilakukan pada 10 kasus uji yang telah

ditetapkan yang berasal dari 4 spesifikasi

use-case yang berbeda.

Tabel 2 Validation Testing Tambah ke Keranjang

Kode Pengujian

BT-SFA-FT-05

Nama Kasus Uji

Kasus uji Tambah ke Keranjang

Kode Skenario Skenario-1

Tujuan Pengujian

Memastikan bahwa sistem dapat digunnakan

untuk menambahkan produk yang diinginkan pelanggan pada keranjang belanja.

Test Case Pengujian dengan

mengakses halaman detail produk yang diinginkan dan memilih pesan produk.

Prosedur Uji 1. Penguji mengakses

halaman detail produk yang diinginkan. 2. Penguji mengisi form

sesuai format. 3. Penguji memilih tombol pesan sekarang Hasil yang diharapkan Sistem menampilkan pesan produk berhasil ditambahkan ke keranjang beserta produk baru yang ditampilkan pada

keranjang belanja.

Status Valid

Hasil pengujian menunjukan status valid dengan presentase 100%. Setiap kasus uji yang telah diuji akan menunjukan 2 kemungkinan. Pertama, hasil menunjukkan karakteristik fungsi atau kinerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, dan sistem yang dibangun dapat diterima oleh pengguna. Kedua, jika ada penyimpangan dalam fungsi spesifikasi yang ditemukan, maka harus mencantumkan daftar cacat atau cacat dalam sistem. Presman (2010). Sehingga dapat disimpulkan sistem yang telah dikembangkan dapat diterima karena sudah memenuhi persyaratan, fungsi dan karakteristik yang telah diidentifikasi.

Setelah melakukan blackbox testing, selanjutnya melakukan responsiveness testing dalam memastikan sistem dapat ditampilkan dengan baik pada ukuran layar perangkat

(8)

pengguna baik dari pihak Awesam maupun pelanggan. website Responsive Design Checker sebagai alat bantu dalam memeriksa tingkat

responsiveness dari system informasi yang telah

dibangun. Terdapat 3 jenis resolusi perangkat yang akan diuji yaitu desktop (1600x900), Tablet (768x1024), serta telepon genggam (414x736).

Gambar 12 Hasil Responsiveness Testing Perangkat Desktop

Gambar 12 menunjukkan hasil

responsiveness testing sistem ditampilkan

dengan menu header disebelah kiri atas dibawah logo dan dibagian sebelah kanan terpat kolom pencarian yang sejajar dengan tombol cari. Bagian logo Awesam berada dipojok kiri atas dan untuk bagian kanan terdapat menu keranjang, akun dan login yang sejajar dengan logo. Kemudian pada bagian tengah yang berisi daftar produk yang berada keranjang yang ditampilkan dengan jelas semua keteranganya.

Gambar 13 Hasil Responsiveness Testing Perangkat Tablet

Sedangkan pada jenis perangkat tablet pada Gambar 14, sistem ditampilkan kurang lebih sama dengan perangkat desktop, namun yang membedakan hanya jarak antar komponen dan tombol cari tidak sejajar dengan kolom pencarian namun berada dibawah kolom. Serta terdapat pergesaran posisi dari beberapa tombol dan ukuran yang berubah menjadi lebih pendek dan kecil.

Gambar 14 Hasil Responsiveness Testing Perangkat Telepon

Terdapat beberapa perubahan tampilan pada perangkat telepon genggam pada Gambar 14, diantaranya yaitu menu header ditampilkan beradaptasi menjadi tombol menu toggle pada sisi kanan atas dibawah logo dan menu keranjang belanja. Selanjutnya bagian logo menjadi ditengah atas diikuti dengan menu keranjang belanja dan login dibawahnya. Kemudian pada bagian tengah atau content berisi daftar produk ditampilkan hanya setengah bagian dengan tabel yang bisa digeser. Sehingga dapat dipastikan bahwa sistem informasi penjualan dapat ditampilkan dengan baik pada berbagai resulusi layar perangkat yang dimiliki pelanggan, pengunjung dan pihak Awesam.

4.4 Fase Transition

Pada fase akhir RUP ini dilakukan

deployment serta dilakukan pengujian

compatibility untuk memastikan sistem dapat

berjalan dengan baik pada beberapa jenis lingkungan browser. Pengujian ini dilakukan menggunakan bantuan aplikasi Sortsite versi

desktop.

Gambar 15 Hasil Compability Testing Hasil compability testing pada Gambar 15 tidak ada permasalahan pada konten maupun fungsional. Untuk semua lingkungan browser yang diuji tidak menunjukan masalah minor maupun mayor. Sehingga dapat dipastikan sistem berjalan dengan baik pada semua lingkungan browser.

(9)

5. KESIMPULAN

Fase incception diawali dengan melakukan pemodelan proses bisnis (as-is). Setelah itu dilakukan perancangan proses bisnis rekomendasi (be). Terdapat 6 proses bisnis

to-be yaitu pemesanan produk custom, cek status

pesanan, menambah katalog, mencari produk, pembayaran serta terdapat proses bisnis baru yaitu proses pengiriman. Proses bisnis tersebut dipermudah dengan adanya sistem informasi penjualan. Pada Analisis kebutuhan didapat 10 fitur, 49 kebutuhan fungsional dan 2 kebutuhan non-fungsional. Sehingga dari hasil analisis kebutuhan tersebut menghasilkan 24 use case yang menggambarkan interaksi antara aktor dan sistem. Dengan ini analisis kebutuhan sistem yang dilakukan telah setujui oleh pemangku kepentingan. Maka lifecycle objective milestone fase inception telah terpenuhi.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada fase inception maka dilakukan perancangan sistem pada fase elaboration yang menghasilkan perancangan arsitektur sistem, sequence diagram, class diagram dan rancangan database

yaitu physical data model, serta desain antarmuka sistem. Sehingga syarat untuk melakukan deskripsi aristektur pada fase elaborasi sudah terpenuhi. Dengan ini maka

lifecycle architecture milestone fase elaboration

telah terpenuhi.

Implementasi sistem pada fase

construction dibuat berdasarkan perancangan

pada fase elaboration. Implementenasi dikembangkan dengan kerangka kerja Laravel. Pada fase kontruksi pengujian sistem dilakukan dengan pengujian validation testing dengan 10 kasus uji yang sudah didefinisikan berasal dari 4

use case scenario yaitu tambah produk, ubah

profil, tambah ke keranjang, dan tambah pelanggan. Hasil dari validation testing tersebut menunjukkan status valid dengan presentase 100%. Sedangkan responsiveness testing

dilakukan pada tiga ukuran resolusi layar yang berbeda yaitu layar desktop, tablet dan telepon genggam. Pengujian tersebut menunjukkan hasil bahwa tampilan dapat beradaptasi dengan baik pada masing-masing ukuran layar. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa sistem telah sesuai dengan kebutuhan pengguna, kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Sehingga persyaratan minimum kemampuan operasi atau

Initial operational capability milestone fase construction telah terpenuhi.

Pada fase transisi dilakukan pengujian berkaitan dengan sistem yang telah dibangun. Pengujian meliputi pengujian non-fungsional dengan compability testing dan responsiveness

testing. Hasil compability testing menunjukkan

tidak terdapat masalah pada komponen maupun fungsional sistem pada lingkungan browser yang diuji. Oleh karena itu dapat dipastikan sistem ini dapat berjalan pada berbagai lingkungan browser yang digunakan pengguna. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan sistem telah sesuai dengan kebutuhan pengguna, kebutuhan fungsional maupun non-fungsional. Sehingga kebutuhan minimum penerbitan produk atau product release milestone fase

transition telah terpenuhi. Dengan ini maka

Sistem Informasi Penjualan Awesam Merchandise siap digunakan pengguna.

DAFTAR PUSTAKA

A.S, R. & Shalahudin, M., 2015. Rekayasa

Perangkat Lunak Terstruktur dan

Berorientasi Objek. Bandung:

Informatika

Buttle, Francis, 2009. Customer Relationship

Management: Concepts and

Technologies.

USA:Butterworth-Heinemann.

Clow, Kenneth E., and Donald Baack, 2004.

Integrated advertising, promotion &

marketing communications. Upper

Saddle River, N.J.: Pearson Prentice Hall.

DetikFinance. 2017. Marak e-Commerce, Konsumen Mulai Beralih ke Belanja

Online. Dapat temukan di:

https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-3493664/marak-e- commerce-konsumen-mulai-beralih-ke-belanja-online [Diakses 20 2 2018]. F Nash, John, diterjemahkan oleh La Midjan.

2003. Sistem Informasi Akuntansi I Pendekatan Manual Pratika Penyusunan Metode dan Prosedur. Bandung: Lembaga Informatika Akuntansi. Pressman, R. S., 2010. Software Engineering A

Practitioner's Approach 7th Ed - Roger S. Pressman. 7th ed. New York:

Gambar

Gambar 2 Metodologi Penelitian
Gambar  3  menunjukkan  proses  bisnis  pemesanan  produk  as-is.  Pemesanan  produk  dikirim melaui media sosial Whatsapp dan Line
Tabel 1 Spesifikasi use case Tambah ke  Keranjang
Gambar 5.4 merupakan gambaran relasi  antar  class  controller  dan  model.  Nama  setiap  controller  diakhiri  dengan  “controller”
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini termasuk mahasiswa profesi Ners yang merupakan calon perawat profesional(Baker et al., 2004). Hasil penelitian gambaran pelaksanaan keselamatan pasien oleh

Dalam konteks kecakapan hukum atau mampu bertindak dalam lalu lintas hukum ini, maka hal tersebut adalah merupakan salah satu perbedaan utama antara manusia dengan badan

Pada perlakuan yang diberi pakan silase ikan dengan dosis yang meningkat, menunjukkan tingkat pertumbuhan yang semakin tinggi hal ini disebabkan oleh dosis silase ikan

Dari keempat proses tersebut dapat dilihat bahwa hanya ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada seseorang yang mengambil suatu keputusan: yang pertama, jika respon

Pada sistem yang berjalan untuk mencocokan data berupa foto, nomor om, nama om, dan kode sr membutuhkan waktu yang lama, karena masih harus mencari user terkait,

Analisis ragam pengaruh berbagai taraf penurunan Kadar Air benih terhadap beberapa tolok ukur viabilitas benih (Tabel Lampiran 1) menunjukkan bahwa faktor penurunan Kadar Air

Hal ini tidak sesuai dengan realisasi pencapain pendapatan yang ditentukan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah walaupun sudah mencapai

Pedestrian Mall ini terletak di pusat Kota Tomohon dimana GMIM berencana akan merancang suatu kawasan Superblock GMIM yang akan memberikan beberapa pelayanan diantaranya