Editor:
PROSIDING
SEMINAR DAN LOKAKRYA
”PENDIDIKAN POLITIK BAGI APARAT PEMERINTAH DAN MASYARAKAT PEDESAAN”
KATA PENGANTAR
Setalah berjalan selama sebelas tahun, reformasi politik di Indonesia memunculkan sejumlah perubahan terutama menyangkut perundang-undangan, sejak perubahan perundang-undangan politik (UU No 2, 3, dan 4 Tahun 1999), perubahan pemerintahan yang dikenal sebagai Undang-undang Otonomi Daerah (UU No.22/99) dan perubahannya (UU No. 32/2004) sampai kepada Amandement Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan perundang-undangan tersebut membawa perubahan struktur, mekanisme, dan sistem politik di Indonesia yang cukup mendasar. Paling tidak Pemilu 1999, Penentuan wakil-wakil di DPR, Pemilihan Presiden dan wakilnya, Pergantian kekuasaan, sampai perubahan kekuasaan di daerah telah memberikan warna dan mekanisme yang lebih demokratis. Walaupun demikian dipandang dari segi rakyat munculah sejumlah pertanyaan mendasar seperti: apakah semua perubahan politik dari hasil reformasi tahun 1998 telah membawa perubahan di dalam kesempatan rakyat untuk berpartisipasi di dalam proses pengambilan keputusan di aras nasional bahkan pada aras lokal sekalipun? apakah sebagai warga negara telah memperoleh hak-haknya dan telah memperoleh perlindungan hukum yang benar ? apakah rakyat telah lebih sejahtera secara politk ? Apakah partai politik sudah menjalankan peran dan fungsinya ? dan beberapa sejumlah pertanyaan lain.
Dalam perspektif politik, otonomi daerah merupakan perkara mendasar bagi proses perkembangan/pembangunan demokrasi di Indonesia. Dengan demikian maka pihak – pihak yang berkepentingan (stakeholders) di era otonomi daerah kini dituntut untuk memanfaatkan peluang tersebut secara maksimal, efektif, dan efisien.
Dari realitas tersebut, maka kesepahaman, pengertian, dan komunikasi interaktif antar para
stakeholders pembangunan menjadi hal yang niscaya. Tujuannya agar diperoleh strategi yang tepat di antara para stakeholders yang terlibat dalam pembangunan, yakni pemerintah, legislatif, warga masyarakat, dan juga kalangan LSM serta akademisi.
disasar dalam rangka itu adalah dengan memberikan pendidikan politik khususnya kepada para pihak yang berkaitan dengan pembangunan di pedesaan.
Salatiga, Juli 2010
Drs. Daru Purnomo,M.Si
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB 1 : P E N D A H U L U A N ... 1-2 BAB 2 : KERANGKA ACUAN KERJA ... 3-5 2.1. Latar Belakang ... 3
2.2. Tujuan ... 3
2.3. Hasil Yang Diharapkan ... 4
2.4. Metode/Startegi ... 4
2.5. Pelaksanaan Kegiatan ... 5
BAB 3: HASIL DAN KESIMPULAN ... 6
3.1. Pembukaan ... 6
3.2. Resume Pembicara ... 7
3.2.1. Pendidikan Politik Bagi Aparat Pemerintah Desa ... 7
3.2.2. Pendidikan Politik Bagi Masyarakat Pedesaan ... 21
BAB 4: MATERI SEMILOKA ... 32
Oleh: Prof. Dr. Kutut Suwondo,MS ... 32-34 4.1.2. Peranan Partai Politik Dalam Pembangunan Masyarakat Desa
Oleh: Slamet Luwihono, SH. ... 35-43 4.1.3. Membangun Kesadaran Politik Dengan Pendekatan Berbasis Hak
Oleh: Juwanto ... 44-48 4.2. Materi Semiloka Pendidikan Politik Bagi Masyarakat Desa ... 49
4.2.1. Peran Partai Politik Dalam Pembangunan Masyarakat Desa
BAB 1: PENDAHULUAN
Semiloka Pendidikan Politik bagi Aparat Pemerintah Dan Masyarakat Pedesaan merupakan rangkaian kegiatan pendidikan politik yang berkaitan dengan partisipasi politik local
dan peran partai dalam pembangunan masyarakat desa yang ditujukan kepada aparat pemerintah
dan masyarakat desa yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM ) Trukajaya
Salatiga. Pada kesempatan tersebut, diambil tema terfokus berdasarkan beberapa tinjauan
kebutuhannya yaitu tema “Pendidikan Politik bagi Aparat Pemerintah dan Masyarakat
Pedesaan”
Semiloka ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat pedesaan yag terkadang luput dari perhatian pemerintah dalam bidang penyadaran
politik. Masyarakat pedesaan belum memiliki kesadaran akan pentingnya arti politik, sehingga
kebutaan masyarakat terhadap politik hal yag dimanfaatkan secara sepihak oelh para
calon-calon pemimpin yag akan mengikuti pemilihan (pembodohan), misalnya dengan maraknya
money politics yang seakan-akan menjadi harapan bagi masyarakat pada saat menghadapi
pemilihan serta janji-janji manis para calon yag kini sudah tidak menjadi senjata ampuh kembali
bagi masyarakat.
Dalam semiloka ini dihadiri oleh wakil-wakil aparat pemerintah desa dan wakil-wakil
masyarakat dari ketiga daerah binaan LSM Trukajaya yaitu Desa Kendel (Boyolali), Desa
Randurejo (Grobogan) dan Desa Lembu (Semarang), serta dihadiri oleh salah satu staff pengajar
FISKOM UKSW dan beberapa pembicara.
Acara Semiloka ini diawali dengan pembukaan, perkenalan dan sambutan oleh
Koordinator Kegiatan Pendidikan Politik bagi Aparat Pemerintah dan Masyarakat Pedesaan.
Kemudian dilanjutkan dengan acara sharing (bertukar pendapat) antar aparat desa mengenai
permasalah politik yag ada di desa masing-masing yang difasilitasi oleh Bapak Suwarto
(Direktur LSM Trukajaya). Hal ini berlaku untuk kedua kegiatan, karena dalam kegiatan
pendidikan politik ini terbagi menajdi dua bagian yaitu Semiloka yag ditujukan untuk aparat
pemerintahan desa (pada tanggal 19-20 Juli 2010) dan Semiloka yang ditujukan untuk
masyarakat desa (pada tanggal 22-23 Juli 2010). Acara Semiloka pada 19 Juli 2010 berbentuk
diskusi panel untuk aparat desa kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari para nara sumber
1. Prof. Kutut Suwondo, staff pengajar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2. Slamet Luwihono, staff LSM Percik Salatiga
3. Juwanto, staff LSM TRukajaya Salatiga
Selama berlangsungnya kegiatan tersebut dipandu oleh: Ibu Eko dari staff LSM Trukajaya.
Nara sumber pertama, Prof. Kutut Suwondo memaparkan gagasan mengenai
Membangun Partisipasi Politik Lokal Dalam Demokrasi, sedangkan nara sumber kedua yaitu
Bapak Slamet Luwihono memaparkan tentang Peran Partai Dalam Pembangunan Masyarakat
Desa dan nara sumber ketiga yaitu Juwanto membawakan materi mengenai Membangun
Kesadaran Hak Dan Kewajiban Politik Masyarakat. Acara Semiloka ini kemudian dilanjutkan
dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Hasil-hasil diskusi dan tanya jawab ini terdapat dalam
salah satu bab di buku ini. Lalu pada tanggal 20 Juli 2010 kegiatan Semiloka pendidikan politik
dilanjutkan dengan diskusi perencanaan pembangunan desa yag dipimpin oleh Bapak Suwarto
dan Ibu Eunike. Sedangkan pada Semiloka pendidikan politik yang ditujukan kepada
masyarakat desa (22-23 Juli 2010) dilakukan pula sebuah diskusi panel yang mengadirkan dua
pembicara yaitu :
1. Daru Purnomo, staff pengajar FISKOM UKSW
2. Juwanto, staff LSM Trukajaya Salatiga
Bagian kegiatan ini pun dipandu oleh Ibu Eko selaku staff LSM Trukajaya Salatiga.
Nara sumber pertama membawakan materi mengenai Peran Partai Dalam Pembangunan
Masyarakat Desa dan pada narasumber kedua mendiskusikan tentang Membangun Kesadaran
Hak Dan Kewajiban Politik Masyarakat. Acara selanjutnya pun dilakukan diskusi dengan sesi
Tanya jawab. Adapun hasil-hasil dari sesi diskusi dan tanya jawab ini pun akan menjadi bahan
lampiran dari prosiding ini. Pada tanggal 23 Juli 2010 kegiatan Semiloka bagi mayarakat desa
pun dilanjutkan dengan diskusi perencanaan pembangunan desa yang dipimpin oleh Bapak
Suwarto dan Ibu Eunike.
Semiloka ditutup oleh Koordinator kegiatan Pendidikan Politik bagi Aparat
pemerintahan dan Masyarakat Pedesaan, dan diharapkan dari kegiatan ini dapat menjadi bahan
masukan bagi masayrakat dan aparat pemerintah pedesaan dalam menjalankan kehidupan
pemerintahan dan politik., serta menjadi bahan pendidikan politik bagi masyarakat pedesaan
BAB 2: KERANGKA ACUAN KERJA
2.1. Latar Belakang
Keterbukaan informasi telah terjadi di semua lapisan masyarakat. Berbagai media telah
memungkinkan seluruh lapisan masyarakat memperoleh informasi, khususnya melalui televisi.
Meski begitu, praktik-praktik korupsi masih terus berlangsung dalam berbagai perkara dan
melalui berbagai peristiwa. Korupsi itu membawa dampak bagi masyarakat miskin, yaitu
mereka tidak bisa menikmati hasil pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan.
Dalam skala desa kemungkinan praktik korupsi tidak terjadi secara menyolok, seperti
dalam skala nasional. Namun, praktik korupsi apapun bentuknya akan menghadirkan
ketidakadilan bagi kelompok miskin. Praktik korupsi di pedesaan kemungkinan besar terjadi
karena kurangnya pemahaman mengenai apa itu korupsi dan bagaimana melakukan kontrol
terhadapnya. Situasi masyarakat yang relatif homogen merupakan salah satu kendala untuk
melakukan kontrol terhadap korupsi.
Salah satu cara untuk melakukan kontrol terhadap korupsi di pedesaan adalah menarik
sebanyak mungkin keterlibatan masyarakat terhadap proses pembangunan: mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, dan juga bagaimana mengelola anggaran
pembangunan secara terbuka tanpa meninggalkan praktik “bersaudara” dalam masyarakat.
Pengelolaan anggaran pembangunan bukanlah sekadar membagi dana secara merata tanpa
mempertimbangkan tingkat kemiskinan antar-warga di pedesaan. Sebab, membagi dana
pembangunan atau bantuan secara “merata” bukan sikap yang adil, justru merupakan salah satu
bentuk korupsi terhadap kaum miskin.
Berdasarkan pemahaman tersebut, pendidikan politik bagi aparat pemerintah dan
masyarakat desa ini dilaksanakan. Dengan harapan bentuk-bentuk demokrasi langsung dalam
pembangunan bisa diwujudkan dalam konteks pedesaan yang relatif kecil.
2.2.
Tujuan
Kegiatan ”Pendidikan Politik” ini –walau singkat—akan dibedakan ke dalam dua bagian
penting: bagi aparat pemerintah desa dan bagi masyarakat desa, yang dirumuskan sebagai
berikut:
• Membangun kesadaran mengenai pentingnya menggali aspirasi masyarakat dalam
proses pembangunan
• Menerapkan keberpihakan bagi kaum miskin secara kontekstual tanpa meninggalkan
kebersamaan dalam masyarakat
• Merancang desain pembangunan yang adil dan partisipatif untuk mengurangi
praktik korupsi
2. Bagi Masyarakat Pedesaan:
• Membangun kesadaran mengenai pentingnya turut mengambil bagian dalam proses
pembangunan
• Mengembangkan konsep keadilan bagi kaum miskin secara kontekstual tanpa
meninggalkan kebersaudaraan dalam masyarakat
• Mengusulkan dan merancana desain pembangunan yang aspiratif dan partisipatif
untuk mencegah munculnya korupsi pembangunan.
2.3.
Hasil Yang Diharapkan
• Dihasilkan rumusan desain pembangunan desa yang aspiratif-adil-partisipatif yang
berasal dari masyarakat (pendekatan bottom up) dan yang bertujuan mendukung
pembangunan nasional (pendekatan sistemik pemerintah), dalam bentuk rencana aksi.
• Rencana aksi (desain pembangunan) yang dirumuskan bisa disepakati dan dijadikan
acuan (pedoman) bersama dalam mengembangkan masyarakat melalui proses yang
terdokumentasi secara terbuka dan partisipatif
2.4.
Metode/Strategi Pendidikan Politik
Pendidikan ini pada tahap pertama dilaksanakan secara terpisah: aparat akan menjalani
pendidikan bersama aparat dari desa lain dan belajar mengenai kesulitan-kesulitan dalam
menerapkan proses pembangunan yang adil dan partisipatif, dari proses belajar itu diharapkan
akan ada rencana perbaikan yang perlu diterapkan di masyarakat.
Sementara, pada tingkat masyarakat, mereka juga akan mengeksplorasi
kesulitan-kesulitan mengusulkan gagasan pembangunan dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan
yang baik, karena kurangnya pemahaman dan keterampilan yang dipunyai. Dari situ
Setelah menjalani proses perbaikan, pada tahap berikutnya, kedua belah pihak akan
dipertemukan kembali, bisa secara bersama atau melalui proses di masing-masing desa dengan
Trukajaya sebagai mediator atau fasilitator pertemuan. Kemudian dari pertemuan-pertemuan ini
akan dirancang sebuah program yang menjadi model bagi keduanya melakukan uji coba.
2.5.
Pelaksanaan Kegiatan
2.5.1.Peserta
1. Unsur Pemerintahan Desa: kepala desa, sekretaris desa dan masing-masing kepala
dusun dan ditambah kepala urusan pembangunan atau kesejahteraan masyarakat;
yang jumlahnya paling banyak 10 orang untuk tiap desa.
2. Unsur Masyarakat: perwakilan dari masing-masing dusun maksimal dua (2) orang
dan tiap desa tidak lebih dari 15 orang. Kriteria peserta: mereka yang bersedia
memaparkan potensi dan persoalan desanya secara seimbang.
Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat kegiatan Semiloka dilaksanakan di Wisma LP3K Jl. Sukarno Hatta No. 10
Salatiga, dan waktu kegiatan mulai tanggal 19 – 20 dan 22- 233 Juli 2010. (Jadwal
terlampir).
Akomodasi dan Transportasi
Seluruh peserta akan memperoleh dukungan dari Yayasan Trukajaya berupa akomodasi
(penginapan dan konsumsi) selama pelatihan, dan diberikan uang transport dari dan
menuju ke tempat pelatihan, tergantung dari jarak desa ke lokasi pelatihan.
2.5.4. Fasilitator/ Pembicara
1. Trukajaya (Suwarto Adi dan Juwanto)
2. UKSW (Kutut Suwondo dan Daru Purnomo)
3. Percik (Slamet Luwihono)
2.5.5. Panitia Pelaksana
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Trukajaya dan mahasiswa FISKOM UKSW
BAB 3: HASIL DAN KESIMPULAN
3.1.
Pembukaan
Kegiatan Pendidikan Politik bagi Aparat Pemerintahan dan Masyarakat Pendesaan terbagi
menjadi dua bagian yaitu semiloka yang terkhusus ditujukan kepada aparat pemeritnahan desa
dan semiloka yang khusus ditujukan kepada masyarakat desa. Tujuan dilaksanakannya adalah
sebagai berikut :
1. Bagi aparat pemerintahan desa
• Membangun kesadaran mengenai pentingnya menggali aspirasi masyarakat dalam
proses pembangunan.
• Menerapkan keberpihakan bagi kaum miskin secara kontekstual tanpa meninggalkan
kebersamaan dalam masyarakat.
• Merancang desain pembangunan yang adil dan partisipatif untuk mengurangi praktik
korupsi.
2. Bagi masyarakat desa
• Membangun kesadaran mengenai pentingnya turut mengambil bagian dalam proses
pembangunan.
• Mengembangkan konsep keadilan bagi kaum miskin secara kontekstual tanpa
meninggalkan kebersaudaraan dalam masyarakat.
• Mengusulkan dan merancana desain pembangunan yang aspiratif dan partisipatif
untuk mencegah munculnya korupsi pembangunan.
Pokok permasalahan yang akan dibahas untuk kedua fokus sasaran tersebut adalah :
1. Membangun partisipasi politik lokal dalam demokrasi
2. Peran partai dalam pembangunan masyarakat desa
3.2 Resume Pembicara
3.2.1. Pendidikan Politik Bagi Aparat Pemerintahan Pendesaan
Rangkaian acara 1 : Sharing Pengalaman di Desa masing-masing dan difasilitasi oleh Bapak Suwarto (Direktur LSM Trukajaya Salatiga) dengan hasil sebagai berikut :
Harapan dari diskusi (sharing) dan semiloka ini adalah menghasilkan desain
pemerintahan desa secara sederhana yang dengan harapan dapat menjadi suatu perencanaan
yang sesuai dengan aspirasi masyarakat dan sesuai dengan potensi desa. Pembagian sama rata
yang biasanya menjadi tuntutan masyarakat sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai keadilan
bagi seluruh masyarakat, karena pembagiannya tidak sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.
Pembaguan hanya dapat dikatakan jika disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
masyarakat, walaupun intensitas (jumlah) pembagiannya tidak merata (tidak sama antara satu
orang dengan orang lain).
Salah satu penyebab adanya ketertinggalan dan kemiskinan di daerah-daerah adalah karena
adanya praktek-praktek korupsi yangs emakin merajalela. Sedagkan pengertian korupsi menurut
para aparat pemerintahan desa adalah sebagai berikut :
Menggunakan atau memakai uang kantor yang tidak ada pertanggungjawabannya
sehingga merugikan orang lain.
Menghabiskan uang bantuan masyarakat tapi uang tersebut tidak sampai sasaran,
walaupun sampai namun tidak tepat jumlahnya dan sasarannya.
Suatu tindakan pemberian bantuan yang tidak tepat sasaran (yang bisa merugikan
pihak-pihak yang menuju jenjang ke depan menuju pembangunan).
Menyalahgunakan hak orang lain untuk kepentingan pribadi.
Menyalahgunakan uang negara yang tidak semestinya atau tidak sesuai dengan
semestinya.
Menyalahgunakan uang atau barang yang tidak termasuk hak miliknya atau barang
orang lain.
Salah satu cara dari instansi terkait untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
Bantuan dari atas (pemerintah pusat) untuk masyarakat (wong cilik) tapi di bawah
(pemerintahan desa) selalu digunakan perorangan (tidak tepat sasaran).
Sesuatu penyimpangan aturan pemerintah atau negara.
Penggunaan uang untuk kepentingan pribadi
Penyimpangan bantuan yang berasal dari negara untuk orang miskin.
Kesimpulan yang diperoleh dari macam-macam pengertian korupsi ini yaitu korupsi adalah penyimpangan (penyimpangan yang tidak sesuai).
Korupsi dapat muncul karena adanya penyelewengan yang diakibatkan karena
ketidaktahuan masyarakat, khususnya pada indikator kemiskinan contohnya adalah pada
pembagian raskin yang sangat merata karena indicator keadilan yang dipahami masyarakat
adalah pembagian secara merata tanpa ada pengecualian, sehingga orang yang berkemampuan
cukup dan orang yang tidak mampu pun sama-sama memperoleh baiain raskin, serta anggapan
bahwa keadilan (yang merata tersebut) tidak termasuk korupsi namun termasuk penyimpangan
krn tidak untuk memperkaya sendiri.
Menurut salah satu aparat pemerintah desa (Pak Syamsidar) mengatakan bahwa
penyimpangan tersebut perlu dicegah, dengan cara melakukan penyadaran politik terhadap
masyarakat agar masing-masing masyarakat sadar akan hak-hak politiknya. Selain penyadaran,
harus pula diadakan pembersihan kasus-kasus korupsi dari atas ke bawah (pemerintah pusat ke
pemerintah daerah); selalu melaksanakan koordinasi, transparansi dan sosialisasi di antara
masyarakat dan aparat desa untuk penyadaran masyarakat. Menurutnya terdapat beberapa cara
lain untuk mencegah (meminimalisir) korupsi, yaitu PERTAMA, di sekolahan harus diajari ttg
tata karma. KEDUA, di masyarakat harus sering diadakan musyawarah; KETIGA, di lembaga
masyarakat (LSM) sering diadakan kegiatan di masyarakat dan KEEMPAT, pemerintah harus
Hukum di Indonesia harus ditegakkan agar pelaku-pelaku korupsi takut (jera) melakukan
korupsi besar-besaran (skala nasional). Di tingkat desa dengan memberikan pengajaran atau
pengarahan terhadap masyarakat agar dengan kesadaran yang tinggi masyarakat dapat sadar
mengenai dampak-dampak korupsi (skala desa); pengembangan RPJM Desa, REINSTRA Desa,
rencana pembangun desa dari jangka pendek, jangka menengah kepada jangka panjang. Namun
kendala yang muncul dalam penyusunan RPJM adalah ketidak-mauan membagi ilmunya kepada
masyarakat luas.
Sebagai kesimpulan akhir yang dapat diperoleh bahwa dalam pencegahannya harus terdapat partisipasi dari berbagai pihak.
Rangkaian acara 2 : diskusi panel dengan moderator Ibu Eko.
Pembicara I:
Prof. Kutut Suwondo, staff pengajar Universitas Kristen Satya Wacana dengan tema Membangun Partisipasi Politik Lokal dalam Demokrasi.
Menurut Beetham, demokrasi adalah suatu proses pengambilan keputusan yang
kebijakannya bersifat mengikat dimana rakyat boleh melakukan kontrol dalam pelaksanaannya.
Ketika kesepakatan telah terjadi, maka rakyat boleh melakukan kontrol (menyampaikan usul,
protes, dll). Terdapat beberapa keunggulan dari demokrasi yaitu :
Memberikan hak yang sama kepada semua pihak, seperti semua peserta rapat dalam
suatu musyawarah atau anggota masyarakat tertentu memiliki hak bicara.
Diperoleh keputusan yg rasional dan matang. Artinya setiap usulan yang diberikan harus
masuk akal; dan
Kekuasaan dan kewenangan ada di tangan rakyat, karena kini yang mengambil
keputusan adalah rakyat, seperti dalam melakukan pemilihan pemimpin (PEMILU).
Sedangkan kelemahan dari proses Demokrasi adalah sebagai berikut :
Mampu menimbulkan konflik dan anarchism seperti pada munculnya demo yang
merusak dan menimbulkan kerusuhan dimana-mana, namun pelaku demo tidak
dihukum (karena beberapa hal).
Terkadang dalam mengambil keputusan, demokrasi memihak kepada yang kaya (kaum
elit) ; dan
Keputusan bisa memihak kepada kaum yang mayoritas dan atau kapitalis.
Terdapat beberapa landasan dalam demokrasi yaitu
a) Adanya kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat (bukan pada pribadi pemimpin),
sehingga seorang pemimpin harus banyak memperhatikan kepentingan (aspirasi) rakyat;
b) Rasionalitas (masuk akal), artinya pikiran-pikiran yang diungkapkan dan diputuskan
harus matang dan bisa dipertanggungjawabkan;
c) Etis, yaitu tidak melanggar norma seperti norma agama, norma kehidupan,dll;
d) Ada keberanian dan kemampuan dari rakyat untuk berpartisipasi penuh sehingga
menuntut masyarakat untuk ikut berpartisipasi.
Salah satu langkah dalam membangun partisipasi adalah membangun institusi rakyat dan
SDM-nya. Makna partisipasi adalah terlibat dengan paksaan, terlibat dalam mobilisasi, terlibat
dalam proses pengambilan keputusan, dan terlibat dengan penggunaan kekuasaan dan
kewenangan penuh. Kini yang terpenting adalah membangun partisipasi kekritisan SDM, yaitu
dengan mengadakan pendidikan politik yang terus menerus (pelatihan, penyadaran dan
advokasi) dan membangun civil society seperti mengadakan pelatihan dan penyadaran yang
berkelanjutan, kebersamaan yang berkelanjutan, advokasi yang terus menerus, pengerahan
massa dengan tidak ada kekerasan. Sebenarnya dalam suatu demonstrasi mengandung unsur
rasa kebersamaan dan kesadaran bersama yang tinggi, namun jangan menimbulkan kerusakan
(anarki), dan propaganda yang positif.
Pembicara II:
Dalam kenyataannya ,peran partai politik di desa sangat minim sekali, namun terdapat
desa-desa tertentu yang peranan politiknya sangat kuat. Hal yang paling pokok dalam
pembangunan adalah adanya perubahan ke arah positif yang terjadi di desa. Proses melakukan
perubahan ini terdapat beberapa (bermacam-macam) cara, namun dalam melakukan
pembangunan di desa tidak semua cara dapat diterapkan. Artinya setiap desa memiliki cara
penanganan yang berbeda, maka dari itu kita harus cermat untuk menentukan sikap dalam
penanganan. Pembangunan harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan
perlu dikeluarkan UU No. 22 tahun 1999 mengenai otonomi daerah yaitu merupakan upaya
untuk mengembalikan kemandirian atau otonomi desa yang selama ini hilang. Penyelenggaraan
pembangunan yang semula bersifat top down ingin diubah dengan model pembangunan yang
berbasis pada partisipasi masyarakat (bottom up). Pelibatan masyarakat pun harus dimulai pada
proses prencanaan, pelaksanaan sampai pada kontrol.
Peranan partai politik pun sangat penting dalam penataan kelembagaan. Keberadaannya
seharusnya juga dapat berperan sebagai agen pembangunan di desa dan tidak hanya sebagai
wadah untuk memperoleh jabatan politik di pemerintahan. Pengurus partai politik pun pada saat
MUSRENBANG harus berfungsi (ikut minimal mendengarkan). Lahirnya gagasan bahwa
masyarakat desa harus diikutsertakan secara aktif dalam proses pembangunan hendaknya
disikapi kritis oleh partai politik sebagai institusi politik yang bisa memainkan peran. Partisipasi
rakyat pun harus ikut serta dalam menentukan isi kebijakan publik, seperti kebijakan anggaran
yg bisa mengubah kehidupan masyarakat itu sendiri.
Kegiatan partai politik hendaknya tidak hanya melakukan perebutan kekuasan saja tetapi
juga melakukan kegiatan yang sifatnya memperjuangkan kebijakan publik yang berpihak
kepada masyarakat. Partai politik sebenarnya mampu menjadi penghubung antara masayarakat
dan pemerintah, sehingga hasil MUSRENBANG dapat dikomunikasikan dgn anggota legislative
namun peran ini kerapkali terlupakan. Menurut Ramlan Surbakti, fungsi partai politik adalah
sebagai berikut :
1) Artikulasi kepentingan, yaitu suatu proses peng-input-an berbagai kebutuhan, tuntutan,
dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif,
agar kepentingan, tuntutan, dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi
2) Agregasi kepentingan, diartikan sebagai cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang
dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi
alternatif-alternatif pembuatan kebijakan publik. Agregasi kepentingan ini sangat erat kaitannya
dengan relasi antara masyarakat luas yang mengagregasikan diri atau diagregasikan oleh
pemimpin politik, terutama di dalam partai politik.
3) Sosialisasi politik, yaitu cara untuk memperkenalkan norma-norma dan sifat-sifat politik
di suatu negara.
Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut maka masyarakat harus ikut berperan aktif dalam
berpendapat sebagai upaya untuk mengkomunikasikan tuntutan setiap masyarakat agar dapat
terwujud. Dalam pasrtisipasi masyarakat perlu ada keterbukaan (transparansi), sehingga tidak
ada yang ditutup-tutupi.
Hasil Diskusi
Hasil diskusi panel ini merupakan gabungan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peserta semiloka pendidikan politik bagi aparat kepada kedua pembicara.
• Presiden Soekarno sudah menjalankan demokrasi terpimpin, namun hal tersebut
bukanlah demokrasi yang sebenarnya karena merupakan demokrasi yang dipaksakan.
Dengan menyerahkan semua keputusan kepada wakil rakyat ketika terdapat banyak
tuntutan dari masyarakat, namun demikian hal ini tidak dapat dikatakan sebagai
kedaulatan rakyat.
• Demokrasi memang berharga mahal, karena dalam pemilihan pemimpinnya harus
dilakukan pemilihan secara langsung oleh seluruh rakyat, contohnya adalah pada
Pemilihan Presiden yang memerlukan waktu 1 tahun untuk kampanye dengan segala visi
dan misinya, termasuk janji-janji manisnya. Namun ketika ia sudah terpilih dan
janj-janjinya tidak terealisasikan, hal ini berkaitan dgn kedaulatan rakyat.
• Dalam melakukan pemilihan seorang pemimpin atau wakil rakyat, masyarakat harus
benar-benar pintar dalam menentukan pilihan. Kita harus melihat track record dari
calon tersebut seperti jika pada pemilihan sebelumnya calon tersebut terpilih dan
kedaulatan rakyat. Jadi semua pilihan tergantung pada penilaian rakyat (pintar-pintarnya
rakyat dalam memilih pemimpin). Sehingga mempelajari track record (sejarah
kepemimpinan) mengenai calon sebelum melakukan pemilihan adalah hal yang penting
dan merupakan salah satu cara untuk menentukan pemimpin yang baik dan mampu
mensejahterakan rakyatnya.
• Money politics adalah wajar. Artinya jika ada calon pemimpin yang memberi uang
masyarakat berhak untuk menerima, namun pada saat pemilihan masyarakat tidak dapat
dipaksa untuk memilih salah satu calon tertentu karena memilih adalah hak rakyat
(terserah pada pilihan rakyat). Saat pemilihan adalah saatnya untuk berpesta demokrasi,
yaitu membebaskan diri untuk memilih siapa pun tanpa mempedulikan money politics.
Hal ini sebenarnya dapat menjadi efek jera bagi calon yg melakukan money politics,
karena pada kenyataannya tidak semua orang yang memperoleh money politics
(serangan fajar) akan memilih calon tersebut.
• Politik sebetulnya adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan, sehingga setiap hari
sebenarnya kita sudah berpolitik. Di semua bidang pun sebenaranya telah mengandung
politik. Hanya masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya berpolitik dengan cara
yang benar. Calon Kepala Daerah berpolitik untuk melakukan manuver politik agar
terpilih menjadi pemimpin.
• Politik berbeda dengan kebijakan. Politik merupakan cara untuk memperoleh kekuasaan
sedangkan kebijakan merupakan bagian dari politik, contohnya dalam pembentukan
kebijakan berasal dari berpolitik. Sehingga politik sangat mempengaruhi kebijakan.
• Hal-hal yang telah disampaikan oleh masyarakat sebenarnya telah mencerminkan
kondisi di masyarakat yang sebenarnya. Ketika hal-hal tersebut terjadi, maka perlu
dilakukan beberapa hal yaitu menciptakan suatu kontrol, SDM yg kritis untuk
mengkritisi keadaan di desa tersebut, dan penguatan masyarakat untuk berani berbicara
dengan berbagai sumber (misalnya bersumber pada buku-buku, koran, ensiklopedia,
internet, dll).
• Demokrasi politik yang saat ini diberlakukan memang cara yang tidak bagus, namun
pemilihan pemimipin dengan menggunakan system keturunan) terjadi, maka rakyat tidak
dapat mengontrol pemerintahan. Karena dalam hal tersebut hak rakyat dihormati.
• Pada masa Orde Baru, partai politik memang sedikit dan kini partai politik telah
menjamur. Namun pembatasan partai politik kini tidak dapat dilakukan karena akan
membatasi hak rakyat untuk membentuk partai politik (suatu perkumpulan yang
berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat). Cara untuk membatasi jumlah partai
adalah dengan memperketat indikator-indikator pembentukan partai politik.
Mencalonkan diri menjadi partainya pun kini bukan menjadi suatu masalah. Yang
menjadi wakil rakyat pun sebenarnya berasal dari perwakilan partai politik. Namun pada
kenyataannya saat ini, untuk menjadi anggota partai politik pun harus melakukan
pembayaran sejumlah uang kepada partai politik. Sehingga ketika anggota partai politik
terpilih mejadi wakil rakyat maka ia harus dan akan berusaha untuk mengembalikan
uang yg telah ia keluarkan. Alurnya adalah sebagai berikut :
Ingin menjadi anggota legislative masuk dalam partai politik harus membayar
sejumlah uang kepada partai politik sebagai kendaraan politik kampanye terpilih
menjadi wakil rakyat harus mengembalikan uang yang telah dikeluarkan korupsi.
• Alur tersebut seperti alur lingkaran setan yang sulit untuk dipecahkan. Maka dari itu,
kontrol rakyat dalam sebuah pemilihan dan pelaksanaan pemilihan harus sangat kuat,
sehingga menimbulkan efek keterpaksaan dari calon-calon untuk tidak melakukan
korupsi. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mengotrol
jalannya pemerintahan, namun cara-cara tersebut tidak selalu mudah dan sangat
membutuhan keberanian dari masyarakat. Sehingga perlu suatu strategi khusus untuk
mengontrolnya.
• Demontrasi merupakan salah satu cara untuk mengontrol jalannya pemerintahan, namun
dalam melakukan suatu demonstrasi harus memenuhi aturan-aturannya karena dalam
melakukan demonstrasi pun memiliki aturan-aturan tersendiri agar tidak merugikan
salah satu pihak. Demonstrasi yang dilakukan secara brutal maka akan merusak fasilitas
• Politik kotor dapat berupa politik suap-menyuap uang, yaitu mencari kekuasan dengan
cara menyuap uang. Politik kotor menggunakan cara yang tidak etis.
• Politik praktis adalah misalnya, jika seorang pengajar di bidang akademis maka
pengajar tersebut harus netral terhadap partai poltik, namun ketika ia masuk dalam partai
politik maka ia sudah masuk dalam politik praktis. Politik praktis merupakan praktek
politik dan politik yang telah masuk ke dalam ranah kenegaraan. Masyarakat harus
mengerti mengenai politik, agar tidak terjebak dalam politik kotor. Salah satu caranya
adalah dengan adanya pelaksanaan pendidikan politik agar masyarakat tidak dengan
mudah tidak termakan politik kotor. Kita pun perlu melakukan latihan demonstrasi agar
demonstrasi yang akan dilakukan dapat terkoordinasi.
Rangkaian acara 3: diskusi bersama mengenai Membangun Kesadaran Politik Dengan Pendekatan Berbasis Hak dengan menghadirkan Bapak Juwanto sebagai pembicara yang
merupakan salah satu staff LSM Trukajaya.
Pendekatan berbasis hak mengaitkan antara penanggulangan kemiskinan dengan hal-hal
yang menyangkut dengan kewajiban (bukan kesejahteraan ataupun derma). Pendekatan berbasis
hak ini mengharuskan masyarakat untuk melihat ke arah statistik nasional dan
mengidentifikasikan kelompok-kelompok yang paling rentan serta menyusun strategi guna
membantu mereka. Menurut Bertrand, pendekatan pembangunan berdasarkan hak merupakan
sebagai pendekatan berdasarkan kewajiban, masyarakat sebagai pemangku hak dan pemerintah
pemangku kewajiban. Serta mengkaji tentang bagaimana dan seharusnya pendekatan hak dalam
konteks masyarakat yang selama ini masih keliru, seperti halnya pada program PNPM Mandiri
,dan juga hak yang sebenarnya milik rakyat dan kewajiban dalam kaitannya dengan kesadaran
politik.
Tugas utama pemerintah adalah memenuhi dan melindungi hak rakyat, terlepas dari
pendapat Bertrand. Pada dasarnya hak adalah milik manusia secafa pribadi dan juga tidak dapat
dihilangkan ataupun dicabut. Dalam hal ini negara sebagai pemangku kewajiban harus bisa
mengerti dan selalu menjaga hak masyarakat (walaupun bukan bersifat pribadi ataupun bersifat
kolektif). Contohnya, rakyat sebagai masyarakat harus bisa mengklaim hak mengenai hal-hal
apa saja yang menjadi persoalan mereka, dan kewajiban negara adalah melindungi, memenuhi,
pun memiliki hak-hak sipil , yaitu hak atas kemerdekaan, hak atas kebebasanm perlindungan
hukum, bebas dari perbudakan, hak atas pengakuan yang sama di depan hukum, hak atas
kemerdekaan berpikir,beragama, hak atas kehidupan dan keamanan, danhak atas pemeriksaan
yang adil dan terbuka. Masyarakat pun memiliki hak politik, seperti kebebasan berfikir,
beragama, bebas berpendapat,kebebasan untuk berkumpul dan juga berserikat secara damai,
memiliki akses umum yang sama tanpa pengecualian. Hak sosial seperti perlindungan hukum,
bebas bergerak dan berpindah tempat,kewarganegaraan,memiliki harta. Serta hak ekonomi
seperti jaminan perlindungan social, pekerjaan, upah dan hasil yang sama untuk pekerjaan yang
sama, liburan dan istirahat, pendidikan, cuti, dan taraf kehidupan yang memadai.
Beralih pada proses partisipasi, adapun partisipasi yang terdiri dari partisipasi
manipulasi, partisipasi semu, informasi, dan konsultasi pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu
partisipasi kemitraan. Masyarakat yang mengambil peranan paling penting adalah merupakan
partisipasi yang paling tinggi atau partisipasif. Sebagai pemerintah desa, aparat pemerintahan
desa harus mengetahui sampai dimana (seluas apa) melakukan pembuka kesempatan bagi
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan berkembang dalam hal pemberdayaan masyarakat.
Hasil Diskusi :
• Semua hak masyarakat dapat dituntut, sehingga rakyat dapat menuntut banyak hal
seperti hak untukmendapatkan keadalian serta hak-hak yang lainnya. Masyarakat pun
dapat menuntut kepad pemimpinnya.
• Masyarakat dapat menuntut hak atas upah dan diskriminasi mengenai pembedaan upah
pada para aparat. Masyarakat dapat langsung menuntut kepada Bupati (pimpinan daerah)
dan dapat melalui pengadilan, sehingga aparat dapat memperoleh upah yang sama sesuai
dengan kedudukannya.
Rangkaian acara 4: Rencana Tindak Lanjut (RTL) mengenai desain pembangunan desa yang berpartisipatif dengan difasilitasi oleh Bapak Suwarto Adi.
UU Sistem Pembangunan Nasional mendorong munculnya partisipatif dari masyarakat.
Salah satu contoh kasus dalam penyusunan Renstrades, kelemahan dari pemerintahan di daerah
Polobogo (berdasarkan pada pandangan Turkajaya sebagai lembaga pendamping selama 5 tahun
menjadi patokan rencana jangka panjang pembangunan desa, (2) Penyusunan RPJMDes tidak
berdasarkan pada potensi desa dan keinginan bersama masyarakat, (3) tidak ada kontrol dari
masyarakat ketika RPJMDes dirumuskan, (4) tidak ada peran parpol.
Desa harus memiliki lembaga politik (sebagai lembaga demokrasi) sebagai alat
penggerak bersama musyawarah desa, parpol; meningkatkan (peningkatkan) SDM sadar
akan haknya; civil society (masyarakat sipil) sadar akan haknya; dan partisipasi.
Dalam mengembangkan desa, kita bisa melihat pada pengalaman negara-negara
lain yang tidak selalu berfokus pada sektor industri, contohnya negara-negara agraris seperti
Thailand dan Filiphina. Sehingga kemajuan suatu daerah atau negara tergantung kepada
pemikiran masing-masing individu (warga). Namun kini pengembangan ekonomi di Indonesia
belum berpihak pada petani justru berpihak pada pengusaha. Sebenarnya hanya di Indonesia
saja yang pemerintahnya tidak memperhatikan petani. Berbeda dengan negara maju lain yang
selalu memperhatikan kesejahteraan petani. Karena petani tidak memberikan keuntungan politik
dengan cepat sehngga kini pemerintah tidak terlalu memperhatikan petani. Mungkin inilah
kekurangan dari pemerintah Indonesia.
Petani di Indonesia kini jusrtu cenderung sengsara karena pemerintah Indonesia belum
pro petani. Semakin banyak kita mengkonsumsi barang-barang yang bukan hasil produksi petani
dalam negeri (produk dalam negeri), maka semakin banyak kita tergantung dengan produktor
lain (produktor asing) atau petani asing (luar negeri). Pada jaman dahulu, kebutuhan masyarakat
tidak tergantung pada pihak luar. Terdapat kerja sama dengan daerah-daerah lain untuk
melakukan pemenuhan kebutuhan , misalnya kerja sama dalam penyimpanan padi (lumbung
padi) sehingga jika terdapat kegagalan panen maka masih terdapat persediaan.
Menurut Undang-Undang, pengadaan pendidikan adalah kewajiban negara. Yang harus
dilakukan oleh masyarakat adalah pendekatan formal, seperti pendidikan di sekolah dan
pendekatan life skill (keterampilan). Namun hal yang terpenting adalah kepemilikan
keterampilan oleh masyarakat desa, walaupun banyak warganya yang hanya lulusan Sekolah
Dasar (SD) saja namun jika masyarakat dapat melakukan banyak hal sesuai dengan potensinya
masing-masing seperti membuat produk kerajinan, perkebunan kopi organic dan sayur organic
Hasil diskusi RTL :
1. Rencana Kegiatan Aparat Desa Randurejo Kabupaten Boyolali
Hasil diskusi antara desa Randurejo dengan Desa Kendel dan Lembu :
• Dengan adanya peternakan sapi di desa maka perlu adanya persediaan pakan ternak
seperti rumbut.
• Dana-dana yang ada dalam perencanaan hanyalah sebatas perencanaan saja, pada
nyaerdapat kemungkinan untuk berubah dan masyarakat mengandalkan dana berasal dari pemerintah, karena tidak mampu untuk berswadaya.
No. Rencana
Juli 2011 KADES 40.000.000
2. Rencana Kegiatan Aparat Desa Kendel Kabupaten Boyolali
Hasil diskusi antara Desa Kendel dengan Desa Randurejo dan Desa Lembu :
• Hasil pertanian melon tidak cukup untuk pakan ternak sapi, sehingga hasilnya dapat
dikatakan jelek.
• Di Desa Kendel merupakan daerah penghasil jagung dengan hasil panen lebih dari 200
ton, dan sisa hasil pertanian dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk organic.
• Pabrik industry pengeleloaan pakan ternak organic akan dilakukan oleh Desa Kendel,
dengan melakukan peloby-an kepada pengusah-pengusaha yang memiliki modal untuk menanamkan investasinya di Kendel dan meminta bantuan dari LSM Trukajaya untuk mencarikan investor. Sehingga masyarakat dapat memiliki lapangan pekerjaan baru dan dapat memperoleh pekerjaan baru.
• Pendirian pabrik akan dilakukan sesuai dengan kebijakan dan musyawarah bersama
masyarakat, karena di wilayah di Kendel masih terdapat banyak lahan kosong dengan harga sewa yang relatif rendah. Hanya kesepakatan dari masayrakata saja apakah
pengelolaannya akan dilakukan oleh salah satu pihak atau oleh pihak masyarakat secara bersama-sama. Sehingga cara-cara ini dapat pula diterapkan di daerah lain.
• Dana-dana yang ada dalam perencanaan hanyalah sebatas perencanaan saja, pada
kenyataannya terdapat kemungkinan untuk berubah dan masyarakat mengandalkan dana berasal dari pemerintah, karena tidak mampu untuk berswadaya.
3. Rencana Kegiatan Aparat Desa Lembu Kabupaten Semarang
Hasil diskusi antara Desa Lembu dengan Desa Randurejo dan Desa Kendel :
• Pada awalnya akan digunakan sebagai waktu untuk mencari gagasan program-program yg
akan dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan menggali pendidikan (pengetahuan )
yang akan dilakukan pada bulan Oktober 2010 (pada rencana kegiatan 1).
• Mengasas keterampilan masyarakat dengan membuat anyaman dari daun kelapa (lidi)
menjadi rogo-rege membentuk piring (tatakan piring), keranjang parcel, dll.
• Potensi Desa Lembu lainnya adalah produksi pohon jati.
• Dana-dana yang ada dalam perencanaan hanyalah sebatas perencanaan saja, pada nyaerdapat
kemungkinan untuk berubah dan masyarakat mengandalkan dana berasal dari pemerintah,
karena tidak mampu untuk berswadaya.
Pendidikan Politik bagi Masyarakat Pedesaan
Rangkaian acara 1: Sharing Pengalaman Di Desa Masing-Masing dan difasilitasi oleh Bapak Suwarto (Direktur LSM Trukajaya Salatiga) dengan hasil sebagai berikut :
Dari hasil diskusi bersama masyarakat Desa Kendel, Desa Randurejo dan Desa lembu
politik adalah sebagai berikut :
a) Politik adalah melakukan sesuatu dengan maksud tertentu.
b) Politik adalah pemikiran-pemikiran baru yang harus dilakukan.
c) Politik adalah cara untuk mencapai maksud2 tertentu.
Sedangkan partisipasi adalah :
a) partisipisai adalah ikut andil
b) partisipasi adalah ikut serta (peran serta).
Sehingga kesimpulannya adalah :
Partisipasi adalah ikut terlibat, ambil bagian, terlibat.
politik berasal dari kata polis (kata Yunani) artinya adalah tindakan-tindakan atau upaya-upaya warga kota untuk membangun dan menyejahterakan kota.
Partisipasi politik sangat diperlukan karena masyarakat perlu merasakan politik sehingga
asas demokrasi (dari rakyat untuk rakyat) pun dapat terpenuhi. Setiap warga harus mencermati
setiap proses yang terjadi di desa supaya dapat mengkontrol jalannya pembangunan.
Korupsi dapat muncul di tengah-tengah masyarakat karena adanya keinginan untuk
menguasai, kurangnya keimanan seseorang, adanya waktu yang memungkinkan terjadinya
korupsi (peluang), karena ada hal-hal yang memungkinkan untuk dikorupsi, serta kurangnya
partisipasi dari masyarakat. Jika masyarakat mengontrol, mungkin hal tersebut dapat
meminimalisir kasus-kasus korupsi yang terjadi, khususnya korupsi-korupsi yang terjadi di
desa-desa. Partisipasi masyarakat pun sangat diperlukan agar dapat membantu memajukan dan
mensejahterakan desa. Salah satu contoh program pembangunan desa yang dapat dilakukan
fokus pembangunan bukan hanya pada pembangunan fisik (pembangunan jalan, sekolah,
tempat2 ibadah,dll) saja.
Menurut perwakilan masyarakat yang hadir dalam semiloka ini mengatakan bahwa di
dalam partai politik tentu terdapat anggota partai politik dan ada pengurusnya (sekretaris, ketua
cabang,dll), dan setiap pengurus tersebut harus dapat mengetahui setiap perkembangan yang ada
di desa. Kehadiran partai politik sangat penting sekali karena partai politik sangat berfungsi
sebagai sarana komunikasi politik, pendidikan politik, pendamping desa, penyalur kepentingan
masyarakat, peran kepemimpinan, peran mobilisasi suara, serta sebagai suatu bentuk organisasi
di masyarakat. Jika masyarakat tidak berani, kurang antusias, terlalu penurut terhadap
pemerintah, tidak ada kerja sama dengan sesama masyarakat (persatuan), malas dan tidak
berpartisipasi, maka masyarakat akan selalu dibohongi oleh elite-elite politik (termasuk juga
pemerintah). Namun jika masyarakat semakin menyadari dan tahu tentang politik (melek
politik), maka masyarakat akan semakin mampu untuk memajukan desa.
Sebagai harapa akhir dari kegiatan ini adalah peserta semiloka akan menjadi penggerak
dalam kemajuan desa masing-masing. Perencanaan-perencanaan masyarakat yang telah dibuat
akan dipertemukan dengan perencanaan-perencanaan yang telah dibuat oleh aparat, dan akan
difasilitasi oleh LSM Trukajaya. Hal ini akan dilakukan dengan harapan bahwa perencanaan
tersebut akan dapat menjadi sumber inspirasi kemajuan pembangunan desa.
Rangkaian acara 2: diskusi panel dengan moderator Ibu Eko.
Pembicara I:
Daru Purnomo, Dosen FISKOM UKSW dengan tema diskusi Mengenai Peran Dan Fungsi Partai Politik.
Makna merdeka adalah bebas dari kemiskinan. Sebenarnya korupsi seakan-akan telah
membudaya, mengapa korupsi dapat membudaya ? hal ini disebabkan oleh adanya kebiasaan
yang telah tertanam sejak dulu seperti mulai munculnya kebohongan kecil-kecil sehingga
mengakibat kebohongan-kebohongan besar yang lainnya (korupsi). Politik adalah cara untuk
mencapai suatu tujuan dengan melakukan pengaturan strategi. Kedaulatan tertinggi adalah
terletak di tangan rakyat, sehingga yang memiliki hak tertinggi adalah rakyat, sedangkan negara
Partai politik pada kenyataannya hanya mendekati masyarakat ketika akan menghadapi
pemilihan saja. Dalam hal ini masyarakat kurang menyadari fungsi partai sebenarnya, hal ini
terbukti dengan banyaknya money politics yg masih banyak diterima oleh masyarakat.
Sebenarnya makna dari partainya wong cilik adalah partai yang membela rakyat desa (yang
tidak mampu), namun pada kenyataannya partainya wong cilik tidak terlalu bermakna karena
tidak juga memperjuangkan aspirasi masyarakat kecil.
Fungsi partai politik sebenarnya tidak hanya ada pada saat menghadapi Pemilu saja,
terlebih untuk mendapatkan massa (pendukung) yang sebanyak-banyaknya. Fungsi partai politik
adalah sebagai berikut :
(1) Sarana komunikasi politik, yaitu sebagai alat pendengar bagi pemerintah dan alat
pengeras suara bagi aspirasi masyarakat baik yang berupa dukungan maupun usulan
yang akhirnya menjadi usulan kebijakan partai politik dan menjadi kebijakan umum
untuk masyarakat;
(2) Sosialisasi politik;
(3) rekruitmen politik;
(4) artikulasi dan agregasi kepentingan;
(5) partisipasi politik;
(6) pengatur politik;
(7) mengkritik rejim yg berkuasa.
Pada kenyataannya partai politik di Indonesia belum mampu menjalankan peran dan
fungsinya sebagaimana yang semestinya.
Pembicara II:
Juwanto, staff LSM Trukajaya Salatiga dengan pokok pembicaraan Membangun kesadaran politik dengan pendekatan berbasis Hak.
Gerakan sosial merupakan gerakan bersama-sama untuk mewujudkan keinginan
masyarakat kepada negara. Gerakan sosial merupakan hak asasi manusia (HAM) dan
2/2008 adalah memperjuangkan kepentingan rakyat, mengakomodasi suara rakyat,
memformulakan suara rakyat menjadi landasan pengambilan keputusan kepada rakyat dan
memberikan pendidikan politik kepada rakyat.
Partisipasi publik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
a. Partisipasi koersi : partisipasi yg berdasarkan pada paksaan.
b. Partipsipasi informing : partispiasi yg membrikan informasi
c. Partisipasi konsultasi : Konsultasi antara pemerintah dan masyarakat
d. Partisipasi kolaborasi : Negara sbg partner atau teman dgn masyarakat untuk
mewujudkan aspirasi masyarat.
e. Pemegang peran terpenting adalah masyarat. Yang membuat perencanaan adalah
mayarakat dan yang melaksanakan adalah masyarakat, sedangkan pemerintah hanyalah
sebagai pemantau.
Terdapat beberapa model pendekatan mengenai partisipasi, salah satunya adalah pendekatan
yang berbasis hak. Suatu model yang berbasis pada bottom up terkadang tidak selalu
berdasarkan pada kebutuhan masyarakat. Pendekatan yang berbasis pada hak merupakan sebuah
kewajiban bagi pemeritah untuk melindungi, memenuhi dan menghormati hak asasi manusia.
Prinsip-prinsip pendekatan berbasis hak adalah universalitas, inaleniabilitas, indivisibility, dan
interdependensi.
Hasil Diskusi :
• Kita harus membedakan antara politik dan agama. Jika sekarang politik menjalankan
fungsinya sesuai fungsinya, maka politik akan menjadi hal-hal yang baik. Seandainya
masing-masing politik memiliki strategi yang baik untuk menjalankan fungsinya, maka
dalam pemilihan tidak perlu mengeluarkan banyak uang. Koreksi itu sebenarnya ada
pada masyarakat itu sendiri, sangat celaka bahwa masyarakat sangat mengandalkan
money politic. Ada satu pertanyaan bahwa Golput merupakan hal untuk memilih dan
untuk dipilih, maksudnya karena dia tidak memiliki pilihan yang baik, contohnya adalah
pilih. Jika kita sudah melek politik, maka di masyarakat diharapkan dapat menjadi wakil
rakyat di DPR. Pembelajaran di lakukan agar kita sadar. Jika wakil rakyat ternyata hanya
memikirkan kepentingan pribadi, maka kepentingan masyarakat tidak akan
terperhatikan. Terdapat 4 macam kepentingan dalam berpolitik yaitu (1) kepentingan
pribadi), (2) Kepentingan partai merupakan kepentingan yg berasal dari partai, (3)
Kepentingan elit dan yang terakhir adalah (4) kepentingan rakyat.
• Untuk mengatakan layak atau tidak melihat suatu pertimbangan, yang paling pas adalah
saat ia berjanji maka harus ada perjanjian hitam di atas putih (kontrak politik). Jika ia
mengingkari, maka kontrak politik akan menjadi bukti bagi masyarakat dan
pemberontakan masyarakat kepada pemerintah (wakil rakyat yg terpilih). Money politic
dapat menjadikan kesulitan bagi masyarakat sendiri, terkhusus pada masa pemerintahan
selama 5 tahun kemudian. Cara-cara untuk memilih calon yang tepat dalam
pemilihan:(1) kita harus mencari tahu tentang track record calon pada masa-masa
sebelumnya dan jangan tergiur pada money politic yang diberikan, baik melalui LSM
atau informasi yang lainnya; (2) pemimpin yang baik merupakan pemimpin yang
memiliki agama (iman); (3) memiliki mental yg sehat; (4) transparansi pemerintahan.
Yang tahu tentang pilihan yang tepat adalah diri sendiri.
• Pemerintah dapat dituntut oleh rakyatnya. Rakyat kita hanya boleh menuntut hak sipil
dan politik, namun kini telah berkembang dan masyarakat boleh menuntut mengenai
hak ekonomi, sosial dan pendidikan melalui pengadilan contohnya seperti UU BHP
(perguruan tinggi) mengenai rencana pemberlakuan PTN menjadi komersil seperti PTS.
• Seperti UAN yang kini banyak di tentang karena murid yang diajar oleh guru lokal
namun kelulusannya ditentukan oleh guru tingkat nasional. Sehingga hal ini sangat
tidak menguntungkan bagi rakyat-rakyat yang terletak di daerah terpencil yang jauh
dari fasilitas pendidikan. Juga dalam program pemerintah untuk membuat perkebunan
tebu yang merugikan masyarakat, maka masyarakat dapat menuntut kepada pemerintah
(PERHUTANI). Ketika menuntut hak tersebut, maka tuntutan jangan berdasarkan pada
kebutuhan tapi berdasarkan pada hak individu. Jika calon yang kita pilih kalah dan
masyarakat boleh menuntut karena telah melanggar hak. Walaupun demikian kita tidak
boleh melupakan kewajiban kita kepada Negara.
• Kontrak politik tidak menyalahi aturan dan hal tersebut merupakan salah satu bentuk
perjanjian antara masyarakat dan calon pemimpin, serta masyrakat yang telah terbiasa
mendengar janji-janji dari calon pemimpin . Selama kontrak politik tidak melanggar
Undang-Undang, maka hal tersebut tidak bermasalah. Kontrak politik memiliki
aturan-aturannya sendiri. Money politics sangat sulit untuk dibuktikan. Jika kita memiliki
bukti-bukti kuat mengenai money politics, maka hal tersebut dapat dilaporkan kepada
Panwaslu. Kasus money politics sangat sulit untuk dibuktikan. Bagaimana caranya
untuk menghindari money politics? jika kita tidak mau disuap maka calon pun tidak
akan melalukan penyuapan, money politics seperti sudah membudaya dan terbiasa di
masyarakat. Jadi jika masyarakat menolak money politics maka hal tersebut dapat
diminimalisir.
• Money politics sebenarnya tergantung pada pelaksanaannya. Jika pemberian tidak
diharapkan dan tidak diterima maka hal tersebut bukan dianggap sebagai money
politics, dan jika diberi dan diharapkan maka hal tersebut dapat dianggap sebagai
money poltics. Saat diterima money politics dan terdapat saksinya maka hal tersebut
dapat dituntut. Jika ada saksi, bukti, kapan dan dimana maka hal tersebut dapat
dilaporkan kepada pihak yg berwajib. DPD diambil minimal 3 orang dalam satu
provinsi, namun semakin sedikit DPD suatu provinsi maka semakin kecil suara (aspirasi
yang tersampaikan) provinsi tersebut di tingkat nasional (DPR). Otonomi daerah pada
tahun 1999 sampai ke tingkat desa.
Rangkaian acara 2: RTL mengenai Desain Pembangunan Desa Yang Berpartisipatif dengan difasilitasi oleh Pak Suwarto.
Kenyataan politik yang ada di Indonesia memang terkadang merugikan masyarakat.
Partai politik tidak selamanya berfungsi dengan baik, biasanya partai politik atau calon
pemimpin lebih mencintai uang rakyat dari pada mencintai rakyatnya, contohnya adalah dengan
money politics. Begitu pula dengan masyarakat yang terkadang lebih mencintai uangnya dari
pada mencintai pemimpinnya sehingga hak suaranya dapat dibeli. Fungsi rekrutmen politik
sebenarnya memilih orang-orang yang pintar dan mampu menyejahterakan masyarakat untuk
menjadi bagian dari partai politik tersebut (merekrut). Masyarakat seharusnya memilih sesuai
dengan hati nuraninya, sehingga dapat terpilih pemimpin yg baik. Partai politik akan mencari
orang yang mampu memperjuangkan kepentingan partai politik dan masyarakat untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat agar tercipta kesejateraan. Namun yang terjadi di Indonesia
adalah maraknya money politics.
Di Indonesia terdapat banyak partai, hal ini berbeda dengan di Amerika yang hanya
memiliki 2 partai saja yaitu partai Demokrat (liberal) dan partai Republic (buruh). Kedua partai
ini memiliki kebijakan yang berbeda, sehingga rakyat bebas untuk memiliih tergantung dengan
kebijakan yang dikehendaki dan hati nurani rakyat. Hal ini sedikit berbeda dengan di Indonesia,
jika salah satu partai terpilih menjadi pengusung pemimpin dengan segala kebijakan yang akan
dilakukan maka setelah terpilih justru menjadi tidak jelas. Kebijakan yang telah direncanakan
akan dilaksanakan tidak selalu terealisasi.
Masyarakat harus rajin-rajin mencari tahu mengenai hal-hal pemerintahan agar tidak
selalu terbodohi oleh pemerintah yang terkadang selalu melakukan korupsi. Salah satu contoh
kecilnmya adalah dengan mengumpulkan uang (iuran) per masyarakat dengan bentuk kas desa,
dan pengeleloaannya diserahkan kepada pengelola yang telah dipilih. Setelah terkumpul maka
akan digunakan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan, sehingga masyarakat dapat menjadi
semakin pintar, khususnya di daerah-daerah yang terpencil (yang kurang mendapat perhatian
dari pemerintah). Cara yg termudah untuk menikmati proses adalah dengan keterbukaan
komunikasi.
Pemerintah dapat hidup karena ada rakyat, sehingga uang dari rakyat akan dikembalikan
kepada rakyat (dalam bentuk pembangunan, dll). Namun karena banyaknya hutang-hutang
negara, maka uang rakyat tersebut terkadang tidak dapat di nikmati oleh rakyat. Maka dari itu
rakyat harus ikut berpartisipasi dalam pembangunan, agar kita dapat menuntut hak kita sebagai
warga negara seperti hak untuk merencanakan dan mengontrol. Perencanaan yang telah dibuat
oleh pemerintah dan masyarakat akan dipertemukan dalam suatu diskusi agar perencanaan
tersebut dapat disepakati dan segera dilaksanakan dengan catatan perencanaan tersebut
Hasil diskusi RTL :
1. Rencana Kegiatan Masyarakat Desa Kendel Kabupaten Boyolali
Hasil diskusi antara desa Kendel dengan Desa Randerejo dan Lembu :
• Jika suatu lahan semakin banyak menggunakan pupuk organik maka kesuburan tanah
akan bertambah, begitu pula sebaliknya dengan pupuk kimia. Hal ini merupakan dampak
No Rencana
Kegiatan
Tujuan Hasil Mitra yang bisa
dari pertanian organik. Dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia sedikit demi
sedikit maka lama-kelamaan lahan pun akan terbiasa. Sebagai contoh adalah lahan di
Desa Kendel yang cocok dengan pertanian organik. Kini sistem pertanian yang
diterapkan di Desa Kendel adalah semi organic. Sebagian masyarakat pun telah
menggunakan konsep pertanian yang telah diperkenalkan oleh LSM Trukajaya.
• Jika dilihat dari kesuburan tanah, kini Kendel belum tergolong makmur. Dengan
kondisi tanah yang tidak cukup subur dan menggunakan pupuk kimia saja sudah
tergolong daerah yang tidak makmur dan terisolir, apalagi dengan pengobatan secara
kimia yang akan merusak kehidupan dan dampaknya untuk anak cucu kita ke depannya.
Lalu kehidupan Kendel selanjutnya akn menjadi apa ? Yang menjadi kekhawatiran
masyarakat Kendel saat ini adalah rusaknya lahan dan kehidupan yang akan diwariskan
kepada anak cucu. Maka dari itu kita perlu mempertahankan dan meningkatkan
kemakmuran. Bukan berarti tidak makmur, tetapi untuk merubah kebiasaan yang tidak
baik menjadi baik. Sehingga harus dibiasakan menggunakan pupuk organik.
• Keterampilan sumber daya manusia yang kini terdapat di Desa Kendel adalah
keterampilan menjahit khususnya untuk remaja putri. Dengan adanya hal tersebut maka
masyarakat dapat prospek yang lebih cerah pada masa depan.
• Fungai partai politik yang ada di Desa Kendel merupakan sebagai penampung aspirasi
hak masyarakat.
• Langkah pertama yang dilakukan untuk memajukan Desa Kendel adalah dengan
mempertajam keterampilan menjahit bagi masayrakat, lalu dilanjutkan dengan
pencarian pemasaran seperti ke butik-butik yang akan menampung hasil jahitan. Dalam
hal ini masyarakat hanya sebagai pemproduksi saja. Masalah dalam hal penjualan adalah
masalah yang terakhir, karena yang terpenting adalah ketajaman keterampilan terlebih
dahulu.
• Di Dusun Kendel terdapat 3 partai politik yaitu partai Demokrat, PDIP dan PKB, serta
PKS. Pemilihan KADA (Bupati) Kabupaten Boyolali pada periode 2010-2014 memiliki
• Salas satu perwakilan masyarakat Kendel mencoba untuk memancing perdebatan agar
peserta yang lain menanggapi dan mengkritik perencanaan Dusun Kendel. Ini
merupakan suatu cara yang cukup bagus untuk memancing perdebatan, namun
sepertinya ini hanyalah trik bagi yang kalah bicara.
• Dalam berorganisasi harus pandai-pandai menampung aspriasi masyarakat dengan baik.
Agar tujuannya menjadi baik, namun pada kebanyakan organisasi pasti memiliki tujuan
yang baik yaitu untuk menyatukan pendapat.
2. Rencana Kegiatan Masyarakat Desa Randurejo Kabupaten Boyolali
No Rencana
Hasil diskusi antara desa Randurejo dengan Desa Kendel dan Lembu :
• Lokasi daerah Lembu tercukupi air sehingga tidak cocok, berbeda dengan Randurejo
yang kering dan tidak ada air sehingga perlu ditraktor. Pertanian tradisional
modern dengan menggunakan teknologi mendekati canggih seperti dengan traktor dan
teknologi lainnya dapat mempercepat masa panen di Radurejo. Tidak selamanya
menggunakan teknologi canngih dapat menghasilkan hasil panenyang berkualitas.
• Dilihat dari segi hasil, pertanian organik memang menyehatkan tubuh walaupun hasil
panen yang diperolehnya rendah. Hal ini berbeda dengan hasil teknologi modern yang
hasilnya lebih menguntungkan. Namun pertanian organik tidak cocok untuk dilakukan di
daerah Randurejo karena daerah ini berjenis tanah yang kering.
• Dalam hal pendanaan pada proposal akan selalu meminta lebih, supaya tidak kekurangan
dana. Hal ini hanya bersifat perencanaan, walaupun pada kenyataannya penggalian
dananya berasal dari pemerintah karena masyarakat tidak mampu. Ralat dana 275 juta
untuk dana keseluruhan (peralatan, bibit, tenaga, lahannya, dll). Masyarakat membuat
perencanaan yang mendekati realita karena dana telah mencakupi keseluruhan.
3. Rencana Kegiatan Masyarakat Desa Lembu Kabupaten Semarang
No Rencana
Hasil diskusi antara desa Randurejo dengan Desa Kendel dan Lembu :
BAB 4: MATERI SEMILOKA
4.1. Materi Semiloka Pendidikan Politik Bagi Aparat Pemerintah Desa
4.1.1. MEMBANGUN PARTISIPASI POLITIK LOKAL DALAM DEMOKRASI oleh Kutut Suwondo
Makna Demokrasi
Decision-making about collectively binding rules and policies over which the people exercise control" (Beetham 1993:55). Pengambilan keputusan yang kebijakannya bersifat mengikat dimana rakyat boleh melakukan kontrol dalam pelaksanaannya.
Keunggulan Demokrasi
1. Memberi hak yang sama kepada semua pihak DEMOKRASI
Keunggulan
Demokrasi Kelemahan
Demokrasi
Landasan
Demokrasi
2. Diperoleh keputusan yang rational dan matang
3. Kekuasaan dan kewenangan ada di tangan rakyat
Kelemahan Demokrasi
1. Lama dan kadang-kadang bertele-tele
2. Menimbulkan konflik dan anarkisme
3. Keputusan bisa memihak mayoritas dan atau kapitalis
Landasan Berdemokrasi •
• Rationalitas
• Etis
• Ada keberanian dan kemampuan dari rakyat untuk BERPARTISIPASI penuh
Membangun
Partisipasi
Membangun Institusi Demokrasi
Membangun SDM
Makna Partisipasi
1. Terlibat Dengan Dipaksaan
2. Terlibat Dalam Mobilisasi
3. Terlibat Dlm Proses Pengambilan Keputusan
4. Terlibat dengan Menggunakan Kekuasaan dan kewenangan penuh
Membangun Institusi Demokrasi • Perwujudan Trias Politika
• Pebenahan Sistem Kepartaian
• Pembenahan Sistem Pengkaderan
• Pengembangan In
Membangun Kekritisan SDM •
• Mengembangkan Pola Pendidikan di Sekolah Kearah Kewarganegaraan yang Benar
Membanguan Civil Society
1. Saling Menghormati Keberadaan Masing-masing
2. Kritik yang Rasional
3. Inklusivitas
4. Non Violence dan Menghormati Penegakkan Hukum
Model Pendidikan Politik
1. Pelatihan dan Penyadaran Yang Kontinues
2. Kebersamaan yang kontinues
3. Advokasi yang terus menerus
4. Pengerahan Massa Non Violence
4
4..11..22.. PPEERRAANNAANNPPAARRTTAAIIPPOOLLIITTIIKKDDAALLAAMMPPEEMMBBAANNGGUUNNAANNMMAASSYYAARRAAKKAATT D
DEESSAA**))
Oleh: Slamet Luwihono**)
Pengantar
Secara sosiologis, Maschab menggambarkan desa sebagai suatu bentuk kesatuan
masyarakat atau komunitas penduduk yang bertempat tinggal dalam suatu lingkungan di mana
mereka saling mengenal dan corak kehidupan mereka relatif homogen serta banyak bergantung
pada alam. Lebih jauh lagi Maschab menyebukan bahwa desa diasosiasikan dengan satu
masyarakat yang hidu sederhana, pada umumnya hidup dari lapangan pertanian, ikatan sosial,
adat dan tradisis masih kuat, sifat jujur dan bersahaja, pendidikannya relatif masih rendah dan
sebagainya.1 Dalam perkembangannya, sebagai akibat dari arus modernisasi sebagian desa telah mengalami perubahan secara drastis dan jauh dari kondisi-kondisi yang banyak digambarkan
oleh para ahli. Modermnisasi sebagai satu pendekatan pembangunan telah telah juga membawa
perubahan sosio-kultur desa. Dalam konteks yang demikian, desa tidak lagi bisa didefinisikan
sebagai tempat tempat tertentu yang masih jujur dan bersahaja, lugu dan masih menjalin
ikatan-ikatan sosial secara informal. Meskipun demikian, dalam kenyataannya dampak modernisasi
terhadap masyarakat desa memang tidak dapat digeneralisir. Secara nyata masih ada masyarakat
desa yang masih hidup mematuhi tradisi dan adat istiadat turun temurun, dan banyak
diantaranya dalam kondisi tidak maju atau terbelakang menurut ukuran modern. Desa di Badui
dalam atau pada umumnya desa-desa di luar Jawa misalnya merupakan masyarakat yang masih
menjunjung tinggi kepercayaan tradisional dan adat sehingga derasnya arus modernisasi tidak
mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sebagian desa lagi, terutama desa-desa di luar
Jawa, secara geografis terletak sangat teriosolir dari dunia luar untuk dipengaruhi.2
*)
Disampaikan pada Pendidikan Politik bagi Aparat Pemerintah Dan Masyarakat Pedesaan, Diselenggarakan oleh Yayasan Trukajaya, Salatiga, 19-20 Juli 2010.
**)
Peneliti pada Pusat Penelitian Dinamika Politik Lokal, Lembaga Percik Salatiga, dan Advokad pada Biro Pelayanan dan Bantuan Hukum Percik Salatiga.
1
Lihat Suhartono, 2001, Politik Lokal Parlemen Desa: Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta, hal. 17-18.
2 Lihat juga A. Surjadi, 1995, Pembangunan Masyarakat Desa, Mandar Maju, Bandung, hal. 5.