• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01899

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01899"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SIFAT FISIKO-KIMIAWI DAN KOMPONEN PENYUSUN MINYAK LIMBAH PADAT INDUSTRI KIMIA JAMU HERBAL

1

Fentyarta Juli Chrisnani, 2Hartati Soetjipto, 2Sri Hartini 1

Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika 2

Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Jawa Tengah 50711, Telp: (0298)321212 fentyartajulich@gmail.com

Abstrak

Banyaknya limbah padat jamu yang belum termanfaatkan sering menjadi masalah bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sifat fisiko-kimiawi dan komponen penyusun minyak limbah padat industri jamu herbal. Penentuan sifat fisiko-kimiawi minyak limbah padat jamu ditentukan berdasarkan SNI 01-3555-1998. Hasil penelitian menunjukkan sifat fisiko-kimiawi minyak yang dihasilkan mempunyai: bilangan asam 56,4494 mg KOH/g lemak; asam lemak bebas 25,8017%; derajat asam 100,6228 ml NaOH/g lemak; bilangan penyabunan 77,0299 mg KOH/g lemak dan bilangan iodin sebesar 1,9261 gI2/100 g lemak. Sedangkan hasil identifikasi komponen penyusun minyak menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa minyak nabati limbah padat industri jamu mengandung asam oleat, asam miristat, asam palmitat, 4,4-dimetoksibenzoin dan oktadekan.

Kata kunci : limbah padat jamu, fisiko-kimia, komponen penyusun

PENDAHULUAN

Menurut Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, pasar obat

herbal meningkat mencapai 13 triliun atau sekitar 2% dari total pasar obat herbal di

dunia (Anonim, 2013). Salah satu pabrik yang memproduksi obat herbal (jamu) di Jawa

Tengah, menghasilkan limbah padat yang terdiri dari ampas rempah-rempah jumlahnya

mencapai 17.000kg/hari (Amir dan Lestari, 2013). Limbah padat jamu merupakan salah

satu limbah padat yang dihasilkan dari proses penggilingan simplisia maupun

penyaringan serbuk jamu (Aula, 2015). Sampai saat ini limbah padat jamu hanya

(3)

sebagian dimanfaatkan oleh para petani terutama petani binaan serta petani disekitar

lingkungan pabrik untuk bahan bakar (Amir dan Lestari, 2013).

Dampak negatif limbah tidak hanya berdampak bagi manusia saja, namun juga

berdampak bagi kehidupan makhluk hidup lain dan lingkungan sekitar. Adanya limbah

padat jamu di dalam lingkungan hidup dapat menimbulkan pencemaran seperti

kerusakan permukaan tanah dan timbulnya gas beracun seperti H2S, NH3, CH4 dan CO2

yang dihasilkan dari pembusukan limbah padat yang ditimbun. Selain itu, limbah padat

jamu juga menimbulkan penurunan kualitas udara yang mengakibatkan mabuk dan

pusing. Limbah padat yang dibuang dalam perairan juga menyebabkan air menjadi

keruh dan mengubah pH air (Arief, 2012). Apabila air tercemar limbah yang

mengandung logam berat digunakan oleh manusia dapat menyebabkan gangguan

infeksi pada kulit, sedangkan bila dikonsumsi maka dapat menimbulkan gangguan yang

mengarah pada kerusakan ginjal (Anonim, 2012).

Beberapa negara di Eropa seperti Luksemburg, Belanda, Jerman, Prancis,

Denmark dan Swedia mengandalkan insinerasi sebagai pengolahan limbah padat untuk

menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas yang dikonsumsi negara tersebut

pada tahun 2015 (Arief, 2012).

Ekstrasi limbah jamu pada kondisi terbaik menghasilkan rendemen oleoresin

jahe yang tinggi dan bermutu baik diperoleh pada kombinasi perlakuan jenis pelarut

etanol, waktu 5,5 jam dan suhu 40°C dengan konsentrasi oleoresin 12,2% (Amir dan

Lestari, 2013). Regina (2015) melaporkan bahwa hasil rendemen minyak atsiri limbah

padat jamu dengan 3 jenis metoda distilasi menunjukkan rendemen minyak atsiri yang

sangat kecil, yaitu berkisar antara 0,0763±0,0033% sampai 0,1586±0,0050% tetapi

(4)

re-ekstraksi minyak limbah padat jamu dengan menggunakan metode maserasi.

Pengembangan penelitian-penelitan di atas membutuhkan penelitian lebih lanjut

mengenai karakteristik minyak limbah padat jamu baik secara fisiko-kimia maupun

identifikasi komponen senyawa penyusunnya secara Gas Chromatography Mass

Spectrometry (GC-MS).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik minyak nabati hasil

ekstraksi secara fisiko-kimia dengan acuan SNI 01-3555-1998 dan identifikasi

komponen kimia penyusun minyak limbah padat jamu menggunakan GC-MS.

METODE PENELITIAN Bahan dan Metode Bahan dan Alat

Sampel berupa hasil ekstraksi limbah padat jamu dari salah satu pabrik jamu di

Jawa Tengah. Bahan kimia yang digunakan yaitu akuades, cling wrap, aluminium foil,

indikator jingga metil, kanji, kertas saring, H3PO4, n-heksana, CH2Cl2, C2H5OH, H2SO4,

NaOH, HCl, KOH, Na2S2O3, KI, I2, K2Cr2O7, Na2B4O7·10H2O, indikator

Phenolpthalein (PP), indikator Metil Merah (MM) dan indikator Metil Orange (MO)

(semua reagen yang digunakan pro analysis, Merck).

Alat-alat yang digunakan antara lain rotary evaporator Buchi R-114, neraca

semi mikro O’haus, neraca digital O’haus, drying cabinet, waterbath, magnetic stirrer,

hot plate stirrer, Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) QP2010 SE,

(5)

Metoda

Analisis Fisiko-Kimiawi Minyak Limbah Padat Jamu

Penentuan aroma dan warna ditentukan dengan pemaparan secara deskriptif,

bilangan asam (SNI 01-3555-1998), asam lemak bebas (SNI 01-3555-1998), derajat

asam (SNI 01-3555-1998), bilangan penyabunan (SNI 01-3555-1998) dan bilangan

iodin.

Bilangan Asam, Asam Lemak Bebas dan Derajat Asam (SNI 01-3555-1998)

Sampel minyak sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu

ditambahkan 50 ml etanol netral 95% dan indikator PP sebanyak 3-5 tetes. Sampel

kemudian dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N hingga warna berubah menjadi

merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik). Bilangan asam ditentukan dengan

rumus:

 bilangan asam =

 asam lemak bebas =

 derajat asam =

Keterangan :

V = volume KOH yang diperlukan dalam penitaran dalam (ml) T = normalitas KOH

m = bobot contoh, dalam gram M = bobot molekul asam lemak

Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998)

Sebanyak 2 g sampel ditimbang dengan ketelitian 0,0001 g, dan dimasukkan ke

dalam labu erlenmeyer 250 ml, kemudian 25 ml KOH alkohol 0,5N ditambahkan

dengan menggunakan pipet. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan

dididihkan di atas pemanas listrik selama 1 jam. Sebanyak 0,5-1 ml indikator PP

(6)

sampai warna indikator berubah menjadi tidak berwarna. Bilangan penyabunan

dihitung dengan rumus :

 Bilangan penyabunan = Keterangan :

T = Normalitas HCl 0,5N

Vo = Volume HCl 0,1 N yang diperlukan pada penitaran blanko (ml)

V1 = Volume HCl 0,1 N yang diperlukan pada penitaran contoh (ml) m = bobot contoh (gram)

Bilangan Iodium

Sampel minyak ditimbang sebanyak 5 g, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml,

kemudian ditambahkan larutan Iod 5 ml, diklormetan 15 ml, H2O 20 ml dan

indikator amilum 2-3 tetes. Larutan ini kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N.

Blanko dikerjakan, lalu dihitung bilangan iodium dengan rumus :

 Bilangan iod = Keterangan :

T = Normalitas larutan standar natrium tiosulfat 0,1N

V3 = Volume larutan tio 0,1N yang diperlukan pada penitaran blanko (ml)

V4 = Volume larutan tio 0,1N yang diperlukan pada penitaran contoh (ml)

m = bobot contoh (gram)

Gas Chromatography-Mass Spectrometri Test(GC-MS)

Minyak limbah padat jamu diidentifikasi komponen kimianya dengan

menggunakan alat Gass Chromatography-Mass Spectrometry (SHIMADZU

QP2010SE) di Laboratorium Terpadu, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta. Jenis kolom yang digunakan adalah Rtx-5MS, panjang 30 meter dan ID

sebesar 0,25 mm. Kondisi pengoperasian alat menggunakan suhu pemanasan kolom:

80˚C selama 30 detik, suhu injeksi: 300˚C selama 5 menit, mode injeksi dengan split

(7)

53:1 dan gas pembawa berupa helium dengan tekanan 16,5 KPa, total aliran:

80,1 ml/menit, aliran kolom: 0,50 ml/menit serta kelajuan linier: 26,1 cm/detik. Sedangkan

untuk MS dengan kondisi yaitu: waktu awal (start time) 0 menit kemudian berlangsung

sampai 27 menit (end time), interval 0,50 detik dengan scan speed 1111, awal 40 m/v;

dan berakhir 550 m/v. Penentuan jenis komponen senyawa dilakukan dengan bantuan

komputer menggunakan perangkat data base Willey 7, NIST 12 dan NIST 62 Library.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Fisiko-Kimiawi

Minyak limbah jamu yang dihasilkan berwarna kuning kehijauan dengan aroma jamu

yang khas. Warna kuning kehijauan disebabkan oleh zat warna klorofil dan karoten

yang secara alamiah ikut terekstrak bersama minyak pada saat proses ekstraksi. Sifat

fisiko-kimiawi minyak limbah padat jamu yang dihasilkan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Fisiko-Kimia Minyak Kasar Limbah Jamu

Jenis analisa Hasil SNI (7431-2015)

Warna Kuning kehijauan -

Bilangan asam 56,4494 mg KOH/g Maks. 4,0 mg KOH/g

Asam lemak bebas 25,8017 % -

Derajat asam 100,6228 ml NaOH/g -

Bilangan penyabunan 77,0299 mg KOH/g 180-265mg KOH/g

(8)

Bilangan Asam

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai bilangan asam minyak limbah jamu sebesar

56,4494 mg KOH/g. Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan

untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Bilangan

asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam

minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Hasil ini berbeda dengan nilai bilangan asam syarat

mutu minyak nabati untuk biodiesel (SNI 7431-2015) maksimal 4,0 mg KOH/g lemak.

Nilai bilangan asam minyak limbah padat jamu tergolong tinggi. Tingginya bilangan

asam diduga karena terjadinya reaksi hidrolisis, yang disebabkan oleh lipase yang

berasal dari mikroorganisme, serta adanya sejumlah air yang terkandung dalam minyak

tersebut. Kandungan air yang tinggi menyebabkan minyak mudah terhidrolisis menjadi

gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 1986).

Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisis, yaitu dari penguraian lemak

atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas

(Yoenoes, 2012). Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai asam lemak bebas minyak limbah

padat jamu cukup tinggi yaitu sebesar 25,8017%, hal ini seiring dengan tingginya nilai

bilangan asam. Asam lemak bebas yang tinggi dipengaruhi oleh hidrolisis minyak

ataupun karena proses pengolahan minyak yang kurang baik.

Derajat Asam

Derajat asam yaitu banyaknya mililiter KOH/NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk

menetralkan 100 gram minyak atau lemak (Sudarmadji, 1989). Tabel 1 menunjukkan

bahwa nilai derajat asam minyak limbah padat jamu cukup tinggi yaitu 100,6228 ml

NaOH

(9)

Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan menunjukkan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

menyabunkan sejumlah sampel minyak atau lemak (Dewi, 2012). Bilangan penyabunan

menunjukkan rata-rata massa molekul atau panjang rantai asam lemak bebas

(Kittiphoom, 2012). Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai bilangan penyabunan minyak

limbah jamu sebesar 77,0299 mg KOH/g. Hasil ini berbeda dengan nilai bilangan

penyabunan syarat mutu minyak nabati untuk biodiesel (SNI 7431-2015) yaitu 180-265

mg KOH

/g lemak. Nilai bilangan penyabunan minyak limbah padat jamu tergolong rendah,

hal ini terkait dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi pada minyak limbah

padat jamu. Namun minyak limbah padat jamu juga mengandung senyawa-senyawa

berantai panjang (BM tinggi) yang ditunjukkan pada Tabel 2, akibatnya bilangan

penyabunan yang dihasilkan rendah (Kartika, dkk., 2010).

Bilangan Iodium

Bilangan iodium menunjukkan besarnya tingkat ketidakjenuhan asam lemak

yang menyusun minyak atau lemak. Banyaknya iodium menunjukkan banyaknya ikatan

rangkap (Sudarmadji, 1989). Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai bilangan iodium

minyak limbah padat jamu sebesar 1,9262 g-I2/100g. Hasil ini sesuai dengan nilai

bilangan iodium syarat mutu minyak nabati untuk biodiesel (SNI 7431-2015) yaitu

maksimal 115 g-I2/100g. Bilangan iodium rendah menunjukkan rendahnya derajat

ketidakjenuhan. Semakin tinggi titik cair semakin rendah bilangan iodium dan kadar

asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh berbentuk padat dan asam lemak tidak

jenuh berbentuk cair, karena semakin tinggi bilangan iodium, maka semakin tidak jenuh

(10)

Gas Chromatography-Mass Spectrometry Test (GC-MS)

Hasil analisis GC-MS disajikan pada Gambar 1 dan 2. Hasil analisa

menunjukkan bahwa sampel minyak tersusun dari 12 puncak senyawa dengan 7

senyawa dominan di dalamnya dengan kadar di atas 2% yang ditunjukkan oleh

masing-masing puncak bernomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 (Gambar 1, Tabel 2) pada kromatogram.

(11)

Sedangkan analisa data hasil spektroskopi massa tiap puncak dilakukan dengan

membandingkan spectra sampel dengan spectra data base Wiley yang disajikan pada

Gambar 2.

(2a)

(2b)

(2c)

(IlmuKimia, 2013)

Gambar 2.

(2a) Spektrum Puncak No.1 Sampel Minyak Limbah Padat Jamu. (2b) Spektrum Asam Oleat Berdasarkan Data Referensi Wiley.

(2c) Struktur Molekul Asam Oleat.

Spektrum 2a (sampel) merupakan spektrum dari puncak nomor 1 (Gambar 1)

dengan waktu retensi 17,973 dan Mr 282,4614 (g/mol), memiliki fragmentasi yang serupa

dengan spektrum 2b (Wiley), yang teridentifikasi sebagai asam oleat, sehingga dapat

(12)

Dengan cara yang sama, spektrum puncak nomor 2, 3, 4, 5 dan 6 berturut-turut

teridentifikasi sebagai asam miristat, asam palmitat, asam oleat, asam miristat,

4,4-dimetoksibenzoin dan oktadekan.

Komponen kimiawi penyusun minyak limbah padat jamu yang telah

teridentifikasi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen Kimia Penyusun Minyak Limbah Padat Jamu No. Puncak Index retensi Komponen kimia Rumus molekul

BM (g/mol)

Kandungan (%)

1 17,973 Asam oleat C18H34O2 282.4614 41,10

2 13,907 Asam miristat C14H28O2 228.3709 24,55

3 16,143 Asam palmitat C16H32O2 256.4241 10,86

4 18,592 Asam oleat C18H34O2 282.4614 7,89

5 14,687 Asam miristat C14H28O2 228.3709 3,55

6 23,445 4,4 dimetoksibenzoin C16H16O4 272.2958 2,58

7 22,238 Oktadekan C18H37Cl 288,9379 2,16

Minyak limbah padat jamu didominasi oleh tiga komponen yang sama yang

muncul pada 5 puncak berbeda . Komponen pertama yaitu senyawa asam asam oleat

muncul pada 2 puncak no.1 dan 4 dengan indeks retensi 17,973 dan 18,592; serta kadar

masing-masing puncak sebesar 41,10% dan 7,89% atau 48,99%. Sedangkan komponen

senyawa dominan kedua adalah asam miristat yang diperlihatkan pada puncak no.2 dan

5 dengan indeks retensi 13,907 dan 14,687; serta kadar masing-masing puncak sebesar

24,55% dan 3,55% atau 28,10%. Munculnya lebih dari satu puncak untuk senyawa yang

(13)

Soetjipto dkk., 2008). Senyawa dominan berikutnya adalah asam palmitat dengan indeks

retensi 16,143 dan kadar 10,86%. Selanjutnya diikuti dengan 4,4-dimetoksibenzoin

dengan indeks retensi 23,445 dan kadar 2,58%, serta oktadekan dengan indeks retensi

22,238 dan kadar 2,16%. Sehingga dari total komponen penyusun minyak limbah padat

jamu terdeteksi sebanyak 92,69%, sedangkan sisanya sebanyak 5 puncak merupakan

campuran komponen dengan kadar kurang dari 2%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil pengukuran fisiko-kimia antara lain: warna minyak berwarna kuning

kehijauan, bilangan asam 56,4494 mg KOH/g lemak; asam lemak bebas 25,8017 %;

derajat asam 100,6228 ml NaOH/g lemak; bilangan penyabunan 77,0299 mg KOH/g lemak;

dan bilangan iodin sebesar 1,9261 gI2/100g lemak.

2. Komposisi senyawa penyusun minyak nabati limbah padat jamu didominasi oleh

5 komponen kimiawi, yaitu asam oleat 48,99%, asam miristat 28,10%, asam

palmitat 10,86%, 4,4-dimetoksibenzoin 2,58% dan oktadekan 2,16%.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, A.N. dan Lestari, P.F., 2013. Pengambilan Oleoresin dari Limbah Ampas Jahe

Industri Jamu (PT. Sido Muncul) Dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknologi

Kimia dan Industri. 2(3):88-95.

Anonim, 2012. Bilangan Iodium. https://id.scribd.com/doc/51938109/Bilangan-Iodium.

(14)

Anonim, 2012. Mengenal Limbah Industri.

http://www.kompasiana.com/kuntoro.suhardi/mengenal-limbah-industri_551b2f7da333118f23b65ddb. Diakses tanggal: 29 Juli 2016.

Anonim, 2013. Pasar Obat Herbal Diharapkan Terus Meningkat. Berita Kesehatan,

Health Kompas.

Arief, L. M., 2012. Pengelolaan Limbah Padat di Industri. Makalah. Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Aula, L. E., 2015. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PT. Sido Muncul. makalah.

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional 1998. SNI 01-3555-1998 : Cara Uji Minyak dan Lemak.

Badan Standarisasi Nasional 1998. SNI 7415-2015 : Mutu dan Metode Uji Minyak

Nabati Murni Untuk Bahan Bakar Motor Diesel Putaran Sedang.

Dewi, R. K. 2012. Studi Awal Pemanfaatan Minyak Biji Mangga (Mangifera indica L.

var Arumnis) Sebagai Bahan Pembuatan Lotion. Skripsi. Fakultas Sains dan

Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Ilmukimia, 2013. http://www.ilmukimia.org/2013/03/golongan-asam-karboksilat.html.

Diakses tanggal: 16 Agustus 2016.

Kartika, I. A., Fathiyah, S., Desrial dan Purwanto, Y. A., 2010. Permurnian Minyak

Nyamplung dan Aplikasinya Sebagai Bahan Bakar Nabati. Jurnal Industri

Pertanian. 20(2):122-129.

Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Ed. 1. Jakarta: UI-Press.

Kittiphoom, S., Sutasinee, S., 2013. Mango Seed Kerjen Oil and Its Physic Chemical

(15)

Regina, C., Soetjipto, H., dan Kristijanto, A.I., 2015. Pengaruh Berbagai Metoda

Distilasi Dalam Proses Recovery Minyak Atsiri Limbah Padat Jamu Terhadap

Rendemen Minyak. Skripsi. Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan

Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Soetjipto, H., Dewi, L. dan Prayitno, S. A., 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia

(Hemsley) A. Gray). Jurnal Ilmiah Nasional. 9(2):155-162.

Sudarmadji, S., 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberti: Yogyakarta.

Yoenoes, S., 2012. Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kelapa Sawit

(Elaeis guinensis jack). Makalah. Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara,

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Fisiko-Kimia Minyak Kasar Limbah Jamu
Gambar 1. Kromatogram GC Minyak Limbah Padat Jamu
Gambar 2.
Tabel  2. Komponen Kimia Penyusun Minyak Limbah Padat Jamu

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan meliputi karakterisasi simplisia, isolasi minyak atsiri dengan destilasi air, analisis komponen minyak atsiri secara Gas Chromatography-Mass Spectrometry

Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) ... Teknik Analisa Data ... HASIL DAN PEMBAHASAN ... Persiapan Sampel dan Ekstraksi Buah Merah ... Identifikasi Senyawa Metabolit

Analisis lebih lanjut menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) pada ekstrak metanol buah mbosi menunjukkan adanya beberapa asam lemak yaitu asam linoleat,

Tahapan penelitian ini meliputi penyulingan minyak atsiri serai wangi, identifikasi komponen kimia minyak atsiri dengan GC-MS, pengujian toksisitas minyak atsiri,

Abbreviations: 1D-LC-MS/MS: one-dimensional polyacrylamide gel electrophoresis coupled with liquid chromatography-tandem mass spectrometry; 2-DE: two-dimensional gel

Nanokapsulasi minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) dikarakterisasi menggunakan GC-MS (Gass Chromatography Mass Spectroscopy) untuk mengetahui apakah

Perlu dilakukan tinjauan lebih lanjut mengenai analisis senyawa kimia kontributor flavor dengan GC - MS Gas Chromatography - Masss Spectrometry dan uji sensori pada produk olahan tauco

GC Gas chromatography GC-AES Gas chromatography-atomic emission spectrometry GD Glow discharge GFAAS Graphite furnace atomic absorption spectrometry GLC Gas liquid chromatography