• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ISI LAPORAN UTAMA MAJALAH AULEEA EDISI 28 OKTOBER 2016 : STUDI PENERAPAN BAHASA JURNALISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS ISI LAPORAN UTAMA MAJALAH AULEEA EDISI 28 OKTOBER 2016 : STUDI PENERAPAN BAHASA JURNALISTIK."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Elisa Dewi Rahmawati, NIM B01213005, 2016. Analisis Isi Laporan Utama Majalah Auleea Edisi 28 Oktober 2016 (Studi Penerapan Bahasa Jurnalistik)

Kata kunci: Ciri bahasa jurnalistik, Media Dakwah, Analisis isi kuantitatif

Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam

menulis berita. disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass

Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat dan mudah dipahami. Majalah merupakan media dakwah yang bersifat tulisan. Media ini memiliki keunggulan yang lain dibanding dengan media massa yang lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini berusaha menghitung jumlah pesan yang tampak. Dan penelitian ini menggunakan jenis pendekatan analisis isi kuantitatif yang digunakan untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, dan obyektif terhadap penggunaan ciri bahasa jurnalistik yaitu spesifik dan komunikatif yang terdapat dalam laporan utama malajah Auleaa edisi ke 28 Oktober 2016. Melalui rumusan masalah bagaimana penerapan ciri komunikatif dalam bahasa jurnalistik pada laporan utama majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016 dan bagaimana penerapan ciri spesifik dalam bahasa jurnalistik pada laporan utama majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016. Dengan cara meringkas atau menyusun data yang diperoleh dari penelitian yang didasarkan pada distribusi nilai variabel dan frekuensi ciri-ciri bahasa jurnalistik yaitu spesifik dan komunikatif yang terdapat pada variabel tersebut.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; Ciri utama bahasa jurnalistik dalam laporan utama majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016, berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini meliputi ciri utama bahasa jurnalistik tentang spesifik dan komunikatif. Sedangkan bahasa jurnalistik yang mendominasi dalam laporan utama majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016 adalah kategori spesifik.

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL ……….i

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ……… ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... iv

ABSTRAK ………... v

KATA PENGANTAR ………vi

DAFTAR ISI ………..viii

DAFTAR TABEL ………x

DAFTAR GAMBAR ………x

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….1

B. Rumusan Masalah ……….6

C. Tujuan Penelitian ……….6

D. Manfaat Penelitian ……….7

E. Hipotesis ……….7

F. Definisi Konsep ……….8

G. Sistematika Pembahasan ………10

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Bahasa Jurnalistik ………13

1. Pengertian Bahasa Jurnalistik ………13

2. Ciri Bahasa Jurnalistik ………16

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik ………22

4. Pedoman Bahasa Jurnalistik ………23

5. Penyimpangan Dalam Bahasa Jurnalistik ………26

(8)

1.Pengertian Media Dakwah ………28

2.Jenis Media Dakwah ………29

3.Pemilihan Media Dakwah ………31

4.Majalah Sebagai Media Dakwah ………33

C. Bahasa Jurnalistik Sebagai Media Dakwah ………38

D. Analisis Isi ………41

E. Kerangka Teoritik ………42

F. Penelitian Terdahulu ………43

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Pendekatan ………47

B. Unit Analisis ………49

C. Teknik Sampling ………....49

D. Teknik Pengumpulan Data ………50

E. Teknik Analisis Data ………59

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Profil Majalah ………....64

B. Penyajian Data ………68

C. Pengujian Hipotesis ………75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ……….93

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ………96

B. Saran ………96

DAFTAR PUSTAKA ………98

(9)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Kajian ………38

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Kajian ………39

Tabel 2.3 Persamaan dan Perbedaan Kajian ………39

Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Kajian ………40

Tabel 2.5 Persamaan dan Perbedaan Kajian ………41

Tabel 4.1 Rubrik beserta judul beritanya majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016 ………35

Tabel 4.2 Uji Validitas Kategori Kalimat Spesifik ………62

Tabel 4.3 Uji Validitas Kategori Kalimat Komunikatif ………64

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Kalimat Spesifik ………66

Tabel 4.5 Teks yang termasuk kalimat pendek-pendek ………67

Tabel 4.6 Teks yang termasuk kalimat spesifik yang jelas ………67

Tabel 4.7 Teks yang termasuk kalimat yang mudah dimengerti orang awam ………69

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Kalimat Komunikatif ………71

Tabel 4.9 Teks yang termasuk tidak konotatif ………72

Tabel 4.10 Teks yang termasuk tidak bertele-tele ………73

Tabel 4.11 Teks yang termasuk tanpa basa basi ………74

Tabel 4.12 Frekuensi Total ………75

Daftar Gambar Gambar 3.1 Majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016 ………42

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan media komunikasi dewasa ini telah memungkinkan

orang di seluruh dunia dapat saling berkomunikasi. Hal ini disebabkan

karena adanya berbagai media yang dapat digunakan sebagai sarana

penyampaian pesan. Media massa cetak merupakan salah satu bentuk

media yang paling efektif dan efisien. Media massa, khususnya media

cetak seperti majalah mengambil peranan penting yang telah disadari

subjek dakwah untuk dimanfaatkan dan dikelola guna menunjang aktivitas

dakwah yang telah dilakukan sebelumnya baik menggunakan metode

dakwah bil-Lisan serta dakwah bil-Hal.

Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan

informasinya melalui tulisan. Bahasa merupakan sarana untuk

menyampaikan informasi kepada khalayak atau public. Jelas dan tidaknya

suatu informasi sangat ditentukan oleh benar dan tidaknya bahasa yang

dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan

sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas. Sebaliknya, bahasa

(11)

2

untuk memahami informasi itu.1Merebaknya media massa, khususnya

media cetak seperti surat kabar, tabloid dan majalah. Karena merupakan

salah satu wujud dari Era informasi dan keterbukaan. Semua pesan dari

media massa dikonsumsikan oleh masyarakat serta menjadi bahan

informasi dan referensi pengetahuan.

Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan media massa

dalam aktivitas berdakwah turut gencar dilakukan oleh berbagai kalangan.

Hal ini sebagai langkah menambah efektifitas tujuan dari dakwah agar

lebih efisien dan efektif.

Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala

yang memuat artikel-artikel dari berbagai penulis. Selain memuat artikel,

majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar,

review, ilustrasi, atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh

karena itu, majalah dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam

mencari sesuatu hal yang diinginkan. Maka majalah juga harus

menyesuaikan bahasa yang sesuai.

Majalah dengan tagline“Dinamika Perempuan Indonesia” menjadi

bagian perwujudan strategi media meningkatkan kualitas dakwah

perempuan Indonesia yang cerdas, terampil, kompetitif sebagai tanggung

jawab terhadap agama, bangsa dan Negara. Seperti yang tertera pada poin

ke-empat pasal 8 Anggaran dasar yakni pada bidang agama, social,

1

(12)

3

pendidikan, kesehatan, ekonomi, tenaga kerja, lingkungan hidup, hokum

dan advokasi. Bidang-bidang tersebut menjadi isi dalam setiap edisi

majalah.2

Majalah dengan komitmen jurnalistik Islam di Indonesia telah ada

sejak 1915 namun silih berganti ke eksistensinya dikarenakan berbagai

faktor internal maupun eksternal seperti sumber daya manusia, keuangan

dan juga eksternal yakni otoritas penguasa saat itu.3

Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan harus

benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa

yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu

ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa jurnalistik mempunyai

sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan sebagainya.

Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan

dalam menulis berita. disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language

of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni

bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik

komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun

komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat dan

mudah dipahami.

2

AD/ART Muslimat NU (Jakarta: Pimpinan Pusat Muslimat Nahdatul „Ulama, 2011) hlm. 6 3

(13)

4

Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama yaitu komunikatif dan

spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke

pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif,

tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik

artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya

pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.

Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai

dasar penulisan berita. sehingga mudah dipahami dan dapat memikat

khalayak. Salah satunya penggunaan kata-kata haruslah efisien. Dengan

membuang kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat

yang pendek. Tetapi juga sering ditemukan paragraph atau kalimat-kalimat

yang yang panjang dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan sebuah

berita. Kata-kata yang mubazir dapat ditemukan dalam judul berita, lead

maupun isi berita. Hal ini sering dilakukan oleh wartawan-wartawan yang

sudah bekerja dan berkecimpung dalam dunia jurnalistik khususnya dalam

penulisan berita di media cetak.

Menurut Daryl L. Frazel dan George Truck, dua pakar pers

Amerika dalam Principles of Editing. A Comperehensive Guide for

Student and Journalist (1996: 122-123), pembaca berharap, apa yang

dibacanya dalam media massa adalah yang bisa dimengerti tanpa bantuan

pengetahuan khusus. Pembaca berharap, wartawan dapat menjelaskan

(14)

5

hubungan internasional kepada mereka yang bukan diplomat, dan

masalah-masalah politik kepada pemilih yang awam (to explain science to

no scienctist, international relations to no nondiplomats, and politic to

ordinary voters).4

Majalah Auleea hadir di saat media cetak sedang berguguran. Era

gadget telah membunuh secara perlahan penerbitan Koran dan majalah.

Sangat jarang terlihat orang menenteng majalah dan Koran dimana-mana.

Pergeseran itu berlangsung amat cepat. Mulai 15 sampai 10 tahun lalu.

Sejak munculnya sejumlah aplikasi seperti facebook, instagram, twitter,

dan sebagainya. Sejumlah media social itu menjadi algojo di media cetak.

Majalah Auleea merupakan majalah bulanan yang diterbitkan oleh

pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Majalah yang

menyapa sekaligus melayani komunitas NU khususnya kalangan

perempuan muda santri yang gaul. Dalam penulisan berita di majalah

Auleea tentunya harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh

pembaca apa lagi pada laporan utama. Laporan utama yang biasa menjadi

daya tarik para pembaca dan menjadi berita utama di dalam majalah,

Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar

penulisan berita. sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak.

Salah satunya penggunaan kata-kata haruslah efisien. Dengan membuang

kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat yang pendek

4

(15)

6

namun, ada juga sebagian berita yang kata-katanya bahkan kalimatnya

tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik, sehingga perlu adanya

penelitian lebih mendalam tentang penggunaan bahasa jurnalistik di pada

majalah ini. Oleh karena itu peneliti mengambil judul Analisis Isi

Laporan Utama Majalah Auleea Edisi 28 Oktober 2016 (Studi Penerapan Bahasa Jurnalistik).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

perhatian dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana penerapan ciri komunikatif dalam bahasa jurnalistik pada

laporan utama majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016?

2. Bagaimana penerapan ciri spesifik dalam bahasa jurnalistik pada

laporan utama majalah Auleea edisi 28 Oktober 2016?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan

dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui ciri-ciri dari bahasa jurnalistik yaitu komunikatif dan

spesifik yang diterapkan dalam laporan utama majalah Auleea edisi 28

Oktober 2016.

(16)

7

D. MANFAAT PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian selalu dibarengi dengan manfaat

penelitian, demikian pula dalam penyusunan proposal skripsi ini. Manfaat

yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Segi Teori

Sebagai bahan referensi dan memperkaya pengembangan ilmu

pengetahuan dan memberikan gambaran yang jelas mengenai studi dalam

bidang jurnalistik, khususnya tentang penerapan bahasa jurnalistik.

b. Segi Praktis

o Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk

menambah wawasan bagi wartawan, praktisi dan pihak-pihak yang

terlibat dalam struktur redaksional majalah Auleea.

o Penelitian ini bisa dijadikan untuk masukan dalam pembelajaran di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya, khususnya prodi Komunikasi Penyiaran Islam

konsentrasi Jurnalistik.

E. HIPOTESIS

Pada penelitian ini, peneliti menyatakan hipotesis dalam penelitian

ini adalah penggunaan kata-kata atau kalimat yang mengandung dengan

ciri bahasa jurnalistik yaitu spesifik dan komunikatif di dalam laporan

(17)

8

F. DEFINISI KONSEP

Untuk memberikan ruang pemaknaan yang lebih rinci dan tidak

memunculkan multi interpretasi pembaca terhadap judul serta kerancuan

yang mengarah pada penafsiran ganda. Peneliti memberikan batasan

defenisi judul yang merupakan penjabaran dari isi yang di sederhanakan

dalam bentuk definisi konsep dan ruang lingkup penelitian yang penulis

kemukakan dalam skripsi. “Analisis Isi Laporan Utama Majalah Auleea

edisi 28 Oktober 2016 (Studi Penerapan Bahasa Jurnalistik)”.

1. Laporan utama dalam majalah, atau yang biasa disebut tajuk berita

adalah inti dalam laporan tersebut ada juga yang menyebut dengan

laporan khusus, yakni laporan yang ditentukan secara khusus dan

biasanya bersifat sangat penting.5 Laporan utama adalah bagian dari in

depth news, jadi penulisannya harus mendalam digunakan untuk

menulis permasalahan secara lebih lengkap, mendalam-analitis,

sehingga pembaca akan lebih mendalami beritanya. Kompleksitas

suatu peristiwa menyebabkan suatu peristiwa perlu disoroti lewat

sejumlah sudut pandang agar pembaca memperoleh pemahaman lebih

baik, lebih lengkap dan menyeluru. Sehingga dengan laporan utama

mendalam ke arah mana suatu peristiwa berkembang akan lebih

mudah dipaparkan.6

5

Brainly.co.id diakses pada 7 Februari 2016 6

(18)

9

2. Analisis isi (Conten Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat

kesimpulan yang dapat ditiru dari data yang benar dengan

memperhatikan konteksnya. Gagasan untuk menjadikan analisis isi

sebagai teknik penelitian justru muncul dari orang seperti Bernard

Berelson (1959). Ia telah menaruh banyak perhatian pada analisis isi.

Berelson menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian yang

objektif dan sistematis.7

3. Bahasa jurnalistik yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bahwa

yang digunakan oleh wartawan Auleea dalam menulis berita harus

mengandung unsur dari ciri-ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif

dan spesifik. Di dalam buku Majas Dalam Bahasa Pers yang ditulis

oleh I Ketut Darma Laksana, bahasa jurnalistik mempunyai gaya

tersendiri dalam penulisan berita yang berbeda dari bahasa karangan

ilmiah atau ilmiah popular. Karena pertimbangan ruang yang tersedia

dalam surat kabar, berita yang dimuat harus ringkas, padat, dan

bernas.8

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada

khalayak atau public. Jelas dan tidaknya suatu informasi sangat ditentukan

oleh benar dan tidaknya bahasa yang dipakai. Untuk itu dunia pers atau

jurnalistik sebagai pemberi informasi kepada public harus menggunakan

bahasa yang baik dan benar agar khalayak atau public dapat memahami

maksud yang ingin disampaikan. Dalam masyarakat ada anggapan bahwa

7

https://shindohjourney.wordpress.com, analisis isi 8

(19)

10

bahasa jurnalistik itu tidak sama dengan bahasa sehari-hari. Punya ragam

tersendiri, berbeda dengan ragam umum Bahasa Indonesia. Biasanya

mereka yang berkomentar demikian itu tergolong yang punya kepedulian

terhadap seluk beluk berbahasa.9 Bagi khalayak ramai, bahasa jurnalistik

yang sering mereka sebut juga sebagai bahasa Koran atau bahasa media

massa, ditengarai memiliki kalimat dan alinea pendek-pendek tidak

semester panjangnya. Bahasanya juga enak dibaca. Tetapi, umumnya

mereka tidak tau selebihnya. Bahasa jurnalistik harus sesuai dengan

norma-norma tata bahasa, yang antara lain terdiri atas susunan kalimat

yang benar dan pilihan kata yang cocok.10

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Pembahasan skripsi ini, secara rinci akan diuraikan berdasarkan

garis besar dan disajikan ke dalam lima bab yakni:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama, yaitu menjelaskan tentang pendahuluan yang

menjelaskan tentang konteks penelitian yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah yang diambil, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, hipotesis, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

9

A.M Dewabrata, Kalimat Jurnalistik (Jakarta: Buku Kompas, 2003)hlm. 9 10

(20)

11

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini diuraikan mengenai kajian kepustakaan mengenai

bahasa jurnalistik dalam media dakwah yang pertama tentang materi

bahasa jurnalistik yang membahas tentang pengertian jurnalistik dan

ciri-ciri bahasa jurnalistik. Kedua tentang media dakwah yang meliputi

pengertian media dakwah, jenis-jenis media dakwah, majalah sebagai

media dakwah. Ketiga membahas tentang bahasa jurnalistik dalam media

dakwah. Kajian teori tentang teori bahasa. Penelitian terdahulu yang

relevan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab tiga, akan dikemukakan secara rinci tentang metode penelitian

dari tipe pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, tehnik sampling,

tehnik pengumpulan data, dan tehnik analisis data.

BAB IV PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab empat berisi tentang penyajian dan temuan penelitian, melalui

observasi dan wawancara yang membahas tentang profil dan visi dan misi

majalah Auleea, pengujian hipotesis dan analisis data, pembahasan hasil

penelitian.

(21)

12

Bab lima, ini adalah penutup yang merumuskan isi pokok dan

kandungan dalam sebuah kesimpulan skripsi, implikasi dari penelitian dan

(22)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. BAHASA JURNALISTIK

1. Pengertian Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik atau biasa yang disebut dengan bahasa pers,

merupakan salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki

sifat-sifat yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancer, jelas, lugas dan

menarik.1 Akan tetapi jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus

didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik harus memperhatikan

ejaan yang benar. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang

digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya

jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Dengan demikian, bahasa

Indonesia pada karya-karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan

sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.

Bahasa jurnalistik memiliki beberapa karakter yang berbeda-beda

berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Bahasa

jurnalistik yang digunakan untuk menulis reportase investigasi tentu

lebih cermat bila dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam

penulisan features. Bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis

berita utama atau laporan utama, forum utama akan berbeda dengan

1

(23)

14

bahasa jurnalistik yang digunakan untuk menulis tajuk dan features.

Dalam menulis banyak factor yang dapat mempengaruhi karakteristik

bahasa jurnalistik karena penentuan masalah, angle tulisan, pembagian

tulisan, dan sumber (bahan tulisan). Namun demikian sesungguhnya

bahasa jurnalistik tidak meninggalkan kaidah yang dimiliki oleh ragam

ahasaa Indonesia baku dalam hal pemakaian kosakata, struktur kata

dan wacana. Karena berbagai keterbatasan yang dimilki surat kabar

(ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas.

Kosakata yang digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti

perkembangan bahasa dalam masyarakat.

Adapun beberapa definisi lain dari bahasa jurnalistik adalah

sebagai berikut:2

1. Rosihan Anwar : bahasa jurnalistik adalah yang digunakan oleh

wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa

jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, jelas,

sederhana, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada

bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa,

memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosakata bahasa jurnalistik

mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

2. S. Wojowasito : bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa

sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan

fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah

2

(24)

15

dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga

sebagaian masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya.

Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik,

tidak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik yang baik

harus sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri

atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.

3. JS. Badudu : bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas,

lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa

surat kabar mengingat bahasa surat kabar divbaca oleh lapisan-lapisan

masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat

bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan

membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas agar mudah dipahami.

Seseorang tidak mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena

ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar.

4. Asep Syamsul M. Romli : bahasa jurnalistik atau language of mass

communication, yaitu bahasa yang digunakan wartawan untuk menulis

berita di media massa. Sifatnya komunikatif yaitu langsung menjamah

materi atau pokok persoalan (straight to the point), tidak

berbunga-bunga, dan tanpa basa-basi, serta spesifik yakni harus jelas dan mudah

dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan penggunaan kata

mubazir dan kata jenuh, menaati kaidah-kaidah bahasa yang berlaku

(25)

16

5. Kamus besar Bahasa Indonesia (2005) : bahasa jurnalistik adalah

salah satu ragam bahasa Indonesia, selain tiga lainnya, ragam bahasa

undang-undang, ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa sastra.

6. Dewabrata : penampilan bahasa ragam jurnalistik yang baik bia

ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancer dari atasa

sampai akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat, akrab di telinga

masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku, formal

dan sulit dicerna. Susunana kalimat jurnalistik yang baik akan

menggunakan kat-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana

serta isi pesannya. Bahkan nuanasa yang terkandung dalam

masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.

2. Ciri Bahasa Jurnalistik

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi

kepada khalayak atau public. Jelas dan tidaknya suatu informasi sangat

ditentukan oleh benar dan tidaknya bahasa yang dipakai. Untuk itu

dunia pers atau jurnalistik sebagai pemberi informasi kepada public

harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar khalayak atau

public dapat memahami maksud yang ingin disampaikan. Dalam

masyarakat ada anggapan bahwa bahasa jurnalistik itu tidak sama

dengan bahasa sehari-hari. Punya ragam tersendiri, berbeda dengan

ragam umum Bahasa Indonesia. Biasanya mereka yang berkomentar

(26)

17

berbahasa.3 Bagi khalayak ramai, bahasa jurnalistik yang sering

mereka sebut juga sebagai bahasa Koran atau bahasa media massa,

ditengarai memiliki kalimat dan alinea pendek-pendek tidak semester

panjangnya. Bahasanya juga enak dibaca. Tetapi, umumnya mereka

tidak tau selebihnya. Bahasa jurnalistik harus sesuai dengan

norma-norma tata bahasa, yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang

benar dan pilihan kata yang cocok.4

Dalam bahasa tulis kita mengenal apa yang disebut dengan

langgam bahasa jurnalistik. Selain itu, ada pula langgam bahasa sastra,

bahasa ilmiah, bahasa sandi dan sebagainya. Jenis bahasa jurnalistik

berbeda dengan bahasa tulis umumnya. Meski demikian, ia tidak boleh

melanggar kaidah berbahasa atau tata bahasa baku. Jenis-jenis bahasa

jurnalistik diantaranya adalah:

1. Ekonomi kata. Bahasa jurnalistik memang mempunyai

prinsip-prinsip tersendiri sebagai ragam bahasa tulis. Ciri pokok dalam

ragam bahasa jurnalistik ialah penghematan kata dan kalimat.

Hemat disini berarti singkat dan sederhana. Dengan kata lain, kata

dan kalimat yang digunakan efisien dan efektif. Hal yang dimaksud

dengan ekonomi kata dalam berbahasa adalah penggunaan

kata-kata yang singkat dan sederhana, tetapi tidak sekedar menghemat

3

A.M Dewabrata, Kalimat Jurnalistik (Jakarta: Buku Kompas, 2003)hlm. 9 4

(27)

18

kata-kata. Walau ada penghematan dalam penggunaan kata-kata,

bukan berarti dapat melanggar tata bahasa yang baku.

2. Kata mubazir dalam kalimat (redudansi). Masih dalam konteks

ekonomi kata, ialah menyangkut penempatan kata yang sering

tidak disadarai justru membuat kalimat menjadi boros, walau

sering bisa diketahui arti dan maksud si pengguna bahasa tersebut.

Mengenai hal ini, Rosihan Anwar berkata bahwa bunglah kata-kata

mubazir seperti: adalah, bahwa, untuk, dari yang merupakan

terjemahan kata (kopula) is/are/am, to, dan of.

3. Kontaminasi. Ialah bentuk penggabungan satu ungkapan dengan

ungkapan lainnya sehingga mengacaukan arti kedua kata itu dalam

kalimat.

4. Keterangan waktu. Bahasa Indonesia tidak mengenal tenses.

Artinya, tidak ada perbedaan kata atau istilah untuk menunjuk

masa lalu, masa kini, dan masa datang. Untuk menunjuk masa lalu,

cukup dengan menyebutkan keterangan waktu seperti tanggal, hari,

bulan, atau tahun. Demikian juga untuk keterangan waktu yang

akan datang.

5. Kata kerja transitif. Kata kerja yang memerlukan “pelengkap

penderita” atau “objek” disebut kata kerja transitif. Contoh:

memukul anjing. Memukul merupakan kata kerja dan anjing

adalah objek. Dalam bahasa Indonesia, antara kata kerja transitif

(28)

19

6. Penerapan ekonomi kata dan imbuhan. Penerapan ekonomi kata

umumnya serta imbuhan khususnya sering membuat kalimat

menjadi tidak lancar, bahkan menyalahi aturan berbahasa.

Misalnya menghilangkan kata transitif sehingga mengganggu atau

menyalahi arti.5

7. Istilah-istilah Pinjaman

Perkembangan bahasa jurnalistik dalam empat dekade

terakhir ini sangatlah pesat. Kepesatannya terlihat jika

membandingkan bahasa yang dipakai surat kabar empat puluh

tahun yang lalu dengan bahasa yang digunakan di surat kabar

sekarang. Banyak istilah-istilah yang tadinya masih menggunakan

bahasa asing kini sudah ada istilahnya yang baru dalam bahasa

Indonesia.

Salah satu masalah yang dihadapi pers Indonesia adalah

masalah mengusahakan “pemurnian” bahasa dengan

menyingkirkan perkataan-perkataan asing yang pada dasarnya

sudah popular di masyarakat. Penyempurnaan bahasa jurnalistik

oleh pers Indonesia tidak termasuk melakukan hal seperti itu.

Penggantian istilah asing yang sudah diserap ke dalam bahasa

Indonesia dengan istilah baru malah akan menimbulkan kesulitan.

5

(29)

20

Sebaliknya jika menggunakan istilah asing padahal ada istilah

dalam bahasa Indonesianya untuk itu.

Dalam usaha memperkaya bahasa melalui peminjaman dari

bahasa dialek dan bahasa pergaulan, pers juga berjasa

mempopulerkan kata-kata pinjaman dari golongan-golongan atau

lingkungan sosial di desa, kota, ladang, pabrik, pasar dan

sebagianya. Oleh karena itu wartawan yang tidak mau ketinggalan

ingin memberikan kontribusi kepada perkembangan bahasa

nasionalnya, sebaiknya berusaha mengetahui benar bahasa yang

digunakan oleh kelompok masyarakat yang diliputnya, sehingga

istilah-istilah yang dipakai oleh lingkungan kelompok masyarakat

tersebut dapat dipopulerkan untuk memperkaya bahasa nasional.6

Selain itu, menurut Haris Sumadiria ciri-ciri bahasa

jurnalistik yaitu:

a. Sederhana

b. Singkat

c. Padat

d. Lugas

e. Jelas

f. Jernih

g. Menarik

6

(30)

21

h. Demokratis

i. Populis

j. Logis

k. Gramatikal

l. Menghindari kata tutur

m. Menghindari kata dan istilah asing

n. Pilihan kata (diksi) yang tepat

o. Mengutamakan kalimat aktif

p. Menghindari kata atau istilah teknis

q. Tunduk kepada kaidah etika.7

Karateristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus

dipenuhi oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media

massa yang menyampaikan informasinya melalui tulisan dan

dibaca oleh semua kalangan masyarakat baik itu kalangan A, B, C

dan sebagainya. Selain itu tingkat pengetahuan antara

masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan rendah,

biasa-biasa dan tiggi.

Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca

orde baru mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak

media massa cetak maupun elektronik bermunculan. Hal ini

disebabkan karena pintu kebebasan dibuka selebar-lebarnya.

7

(31)

22

Sehingga banyak bermunculan media massa cetak maupun

elektronik.

Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera

menyebarkan beritanya kepada khalayak. Dalam penulisannya

sering terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa

jurnalistik atau bahasa baku Indonesia. Sehingga terdapat

kesalahan yang paling menonjol dalam media massa cetak.

Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan, bertele-tele

dan sebagainya.

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan yang harus ditaati.

Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi

yang disampaikan kepada khalayak mudah dimengerti.

Ketentuan-ketentuan tersebut adalah:

a. Penggunaan kalimat pendek

Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan

pilihan utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan

yang diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya.

b. Penggunaan kalimat aktif

Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya,

(32)

23

Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan

yang perlu dipatuhi.

c. Penggunan bahasa positif

Suatu laporan akan menarik apbila ditulis dengan bahasa

positif. Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan

penulisan bahasa negatif.8

4. Pedoman Bahasa Jurnalistik

Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang

harus dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan

oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di

Jakarta. Pedoman tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan

bahasa jurnalistik. Kesepuluh pedoman tersebut adalah:9

1. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan

pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Hal ini juga hraus diperhatikan oleh para korektor karena

kesalahan paling menonjol dalam surat kabar sekarang ini

ialah kesalahan ejaan.

2. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau

akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu

kali ia harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan

8

Patmono SK, Teknik Jurnalistik Tuntunan Praktis untuk Menjadi Wartawan, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1996) hlm. 56

9

(33)

24

akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh

khalayak ramai.

3. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan,

bentuk awal atau prefix. Pemenggalan kata awalan me

dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat

keterbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan

sampai dipukulratakan sehingga merembet pula ke dalam

tubuh berita.

4. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat

pendek. Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur,

lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan

(subjek, predikat, objek). Menulis dengan induk kalimat

dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah

membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip

yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide

dalam satu kalimat”.

5. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise

atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita

seperti kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu

diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia

menghilangkan monotoni (keadaan atau bunyi yang selalu

sama saja), dan sekaligus dia menerangkan ekonomi kata

(34)

25

6. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti

adalah (kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau),

untuk (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari

(sebagai terjemahan of dalam hubungan milik), bahwa

(sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu

diulang.

7. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya

jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di)

dengan bentuk aktif (me).

8. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan

istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita.

kalaupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus

dijelaskan pengertian dan maksudnya.

9. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata

bahasa.

10.Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa

yang komunkatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang

baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik

persembahan.

Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu

kata, kalimat dan paragraf (alinea). Ada aturan-aturan dalam

menulis ketiga unsur tersebut. Selain itu ada beberapa hal yang

(35)

26

kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya. Kata

adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat

memberikan makna.10 Kata ada beberapa bentuk diantaranya

adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.

Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisan

berita mempunyai ciri khas yaitu:

a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya

setiap kata yang digunakan itu mudah dipahami

pembaca.

b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang

disampaikan harus memberikan arti yang lebih hidup,

lebih bersemangat, sesuai dengan kondisi dan situasi

pernyataan yang akan disampaikan.

c. Kata yang muncul harus demokratis.11

5. Penyimpangan Dalam Bahasa Jurnalistik

Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik

dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku diantaranya

adalah:

a. Penyimpangan morfologis. Penyimpangan ini sering terjadi

dijumpai pada judul berita surat kabar yang memaknai

10

Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987) hlm. 120

11

(36)

27

kalimat aktif, yaitu pamakaian kata kerja tidak baku dengan

penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa

prefiks atau awalan dihilangkan.

b. Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tata

bahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga

sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika

yang kurang bagus.

c. Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan

alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak

buruk pemberitaan.

d. Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hamper setiap kali dijumpai

dalam surat kabar. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam

penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir

ditulis hawatir, jadwal ditulis jadual, sinkron ditulis

singkron, dan lain-lain.

e. Kesalahan pemenggalan. Terkesan setiap ganti garis pada

setiap kolom kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini

disebabkan pemenggalan bahasa Indonesia masih

menggunakan program computer berbahasa Inggris. Hal ini

sudah biasa diantisipasi dengan program pemenggalan

bahasa Indonesia.12

12

(37)

28

B. MEDIA DAKWAH

1. Pengertian Media Dakwah

Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti perantara, tengah atau pengantar (Arsyad, 2006: 3). Dalam

bahasa Inggris media merupakan bentu jamak dari medium yang

berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi

mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan

komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan (penerima pesan). Dalam bahasa Arab media sama

dengan wasilah atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat

atau perantara.13

Media dakwah adalah alat yang menjadi perantara

penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah. Ketika media

dakwah berarti alat dakwah, maka bentuknya adalah alat

komunikasi. Akan tetapi, ada saran lain selain alat komunikasi

tersebut seperti tempat, infrastruktur, mesin, tempat duduk, alat

tulis, alat perkantoran, dan sebagainya. Sarana-sarana ini

mencakup logistik dakwah. Logistik dakwah juga mencakup

keuangan dakwah.14

Media adalah pesan itu sendiri. Kalau sifat dari semua

media adalah isi media itu sendiri. Adapun isi dari media adalah

13

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004) hlm. 403 14

(38)

29

tulisan yang merupakan informasi yang telah diwujudkan dalam

bahasa. Sementara isi dan tulisan adalah pembicaraan tentang

realitas. Pembicaraan merupakan aktualisasi dari proses pemikiran.

Maka, media adalah perluasan dari ide, gagasan, dan pikiran

terhadap kenyataan social. Tidaklah salah jika dikatakan bahwa

“Media is the extensions of man”.15

Dakwah merupakan seruan tentang ajaran dan nilai-nilai

Islam. Dakwah adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan dan

mengajarkan serta mempraktikkan ajaran Islam di dalam

kehidupan sehari-hari.16 Media dakwah adalah segala sesuatu yang

dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.17 Disebutkan Deddy Mulyana yang dikutip oleh

dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukan untuk berdakwah.

15

Farid Hamid & Heri Budianto, Ilmu Komunikasi¸(Jakarta, Kencana, 2011) hlm. 111 16

Faizah, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) hlm. 7

17

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) hlm. 163

18

(39)

30

Semua alat itu tergantung dari tujuannya.19 Ada beberapa pendapat

tentang media dakwah dan macam-macamnya, antara lain sebagai

berikut:

1. Abdul Kadir Munsyi (1981: 41-43) mencatat enam jenis media

dakwah: lisan, tulisan, lukisan, atau gambaran, audio-visual,

perbuatan, dan organisasi.

2. Asmuni Syukir (1983: 168-167) juga mengelompokkan media

dakwah menjadi enam macam, yaitu: lembaga-lembaga

pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi Islam,

hari-hari besar Islam, media massa dan seni budaya.

3. Syukriadi Sambas (2004: 53-54) menyatakan bahwa ada dua

instrument utama dakwah, yaitu seluruh diri pendakwah (da’i)

dan luar diri pendakwah.

4. Hamzah Ya’qub (1992: 47-48) menyebut lima macam media

dan metode dakwah yaitu lisan, tulisan, lukisan, audia visual,

dan akhlak. Ia menyamakan media dan metode dakwah.

Klasifikasi ini juga dikutip oleh M. Munir dan Wahyu Ilaihi

(2006: 32).

5. Al-Bayanuni (1993: 283-284) hanya memilah media dakwah

menjadi dua, yaitu media materi (madiyyah) dan nonmateri

(ma’nawiyyah). Yang disebut media materi adalah segala yang

bisa ditangkap panca indra untuk membantu pendakwah dalam

19

(40)

31

dakwahnya, seperti ucapan, geraka, alat-alat, perbuatan, dan

sebagainya. Jika tidak bisa ditangkap panca indra yaitu berupa

perasaan (hati) dan pikiran, maka dinamakan media nonmateri

seperti keimanan dan keikhlasan pendakwah.20

Dalam ilmu komunikasi, media dapat juga diklasifikasikan

menjadi tiga macam yaitu:

a. Media terucap (The spoken words) yaitu alat yang bisa

mengeluarkan bunyi seperti radio, telepon, dan sejenisnya.

b. Media tertulis (The printed writing) yaitu media berupa tulisan

atau cetakan majalah, surat kabar, buku, pamflet, lukisan,

gambar, dan sejenisnya.

c. Media dengar pandang (The audio visual) yaitu media yang

berisi gambar hidup yang bisa dilihat dan didengar yaitu film,

video, televisi, dan sejenisnya.

Selain itu ada yang mengklasifikasikan jenis media dakwah

menjadi dua bagian, yaitu media tradisional (tanpa teknologi

komunikasi) dan media modern (dengan teknologi komunikasi).21

3. Pemilihan Media Dakwah

Sekalipun media dakwah bukan penentu utama bagi kegiatan

dakwah, akan tetapi media ikut memberikan andil yang besar untuk

20

Ibid. hlm. 405-406 21

(41)

32

kesuksesan dakwah. pesan dakwah yang penting dan perlu segera

diketahui semua lapisan masyarakat, mutlak memerlukan media radio,

Koran, ataupun televisi.

Media dakwah dapat berfungsi secara efektif bila ia dapat

menyesuaikan diri dengan pendakwah, pesan dakwah, dan mitra

dakwah. Selain ketiga unsur-unsur dakwah yang lain, seperti metode

dakwah dan logistic dakwah.Pendek kata, pilihan media dakwah

sangat terkait dengan kondisi unsur-unsur dakwah.

Unsur dakwah yang paling berpengaruh atas keberadaan media

dakwah adalah pendakwah. Hampir semua media dakwah bergantung

pada kemampuan pendakwah, baik secara individu maupun kolektif.

Kemampuan pendakwah tidak hanya sebatas penggunaan media

tersebut.

Dengan mengetahui karakteristik media, pendakwah dapat

menyesuaikan pesan dakwahnya sesuai dengan jenis media dan mitra

dakwahnya. Sebetulnya, semua media dakwah dapat menerima pesan

dakwah apa pun. Akan tetapi, dipandang dari efektivitiasnya, setiap

pesan dakwah memiliki karakteristik tersendiri, sehingga ia lebih tepat

menggunakan media tertentu.

Hal penting yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan media

dakwah adalah etika. Media dapat menurunkan kualitas dakwah bila

(42)

33

laki berdandan wanita tidaklah disebut media dakwah. Koran yang

berisi pesan keagamaan namun memuat iklan mereka minuman keras

juga bukan media dakwah. Dengan demikian untuk memilih media

dakwah perlu dipertimbangkan paling tidak empat aspek, yaitu:

efektifitas media, efisiensi penggunaannya, kesesuaiannya dengan

unsur-unsur dakwah dan legalitasnya menurut etika Islam.22

4. Majalah Sebagai Media Dakwah

Salah satu bentuk media massa dikenal sejak dahulu adalah

majalah, kehadirannya selain mengarah kepada pelayanan

kebutuhan masyarakat maka majalah diarahkan juga kepada

khalayak yang lebih khas apakah gaya hidup mereka maupun

perbedaan demografisnya.23

Menurut Oemar Seno Adji, majalah adalah alat komunikasi

yang bersifat umum dan terbit secara teratur, yang berfungsi

sebagai penyebar luasan informasi dan sarana perjuangan untuk

mencapai cita-cita pembangunan.24 Sedangkan Kurniawan

Junaedhi menyatakan pengertian majalah adalah sebuah penerbitan

berkala (bukan harian) yang terbit secara teratur dan sifat isinya tak

menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan berupa

22

Ibid. hlm. 428-430 23

Alo Liliweri, Memahami Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991) hlm. 11

24

(43)

34

artikel, atau yang bersifat pembahasan yang menyeluruh dan

mendalam.25

Tipe atau kategori suatu majalah ditentukan oleh sasaran

pembacanya yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah

menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah

anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau pembaca umum

artinya dari anak-anak hingga orang dewasa. Bisa juga sasaran

pembaca yang dituju dari kalangan profesi tertentu, seperti pelaku

bisnis atau pembaca dengan hobi tertentu seperti bertani, beternak

dan memasak.26

Seperti halnya surat kabar perkembangan majalah juga

dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg yang

ditopang dengan sirkulasi yang besar. Pada pertengahan abad

ke-17 di Inggris majalah menjadi bahan bacaan favorit sekelompok

bangsawan dan elit. Andrew Bradfoord (1741) menerbitkan

American Magazine, or a Monthly View of The Political State of

the British Colonies, diikuti oleh Benjamin Franklin dengan

General Magazine and Histrical Chronicale for All British

Plantations in America. Keberadaan majalah pada saat itu menjadi

25

Kurniawan Juanedhi, Rahasia Dapur Majalah di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995) hlm. 34

26

(44)

35

bagian penting di kalangan elit AS sebagai sumber referensi utama

yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.

Keberadaan majalah di Indonesia dimulai pada masa

menjelang dan awal kemerdekaan di Indonesia. Majalah bulanan

Pantja Raja (1945) terbit di Jakarta atas prakarsa Ki Hadjar

Dewantoro. Arnold Manoutu dan dr. Hassan Missouri di Ternate

menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat

berita-berita yang disiarkan pada Radio Republik Indonesia (RRI).

Majalah berbahasa jawa Djojobojo terbit di Kediri yang dipimpin

Tadjib Ermadi, selanjutnya para anggota Ikatan Pelajar Indonesia

di Blitar menerbitkan majalah Obor.

Saat ini sudah banyak beredar majalah yang terbit dengan

varian segmentasi tertentu. Segmentasi ini menunjukkan majalah

lebih menekankan untuk menjangkau pada karakteristik khalayak

tertentu dengan kebutuhan yang khas pula tidak sama seperti surat

kabar yang menjangkau semua khalayak dengan segmen berita dan

bersifat umum.27

Sebuah majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang

diterbitkan teratur secara berkala. Di dalam sebagian besar majalah

terdapat ilustrasi. Mereka menampilkan beragam informasi, opini,

dan hiburan konsumsi massa. Walaupun majalah dan surat kabar

27

(45)

36

tampak begitu memberikan rangsangan dan bisa mengalihkan

perhatian, kedua hal ini tidak akan pernah menyamai daya tarik

visual dari majalah yang sangat kuat dan berlangsung seketika.28

Majalah merupakan media dakwah yang bersifat tulisan.

Media ini memiliki keunggulan yang lain disbanding dengan media

massa yang lainnya. Keunggulannya antara lain, mudah dijangkaku

oleh manysrakat, karena harganya relative murah disbanding

dengan media massa yang lain. Selain dari pada itu sesuai dengan

sifat atau karakteristik media massa itu dapat dijadikan publikasi

yang beraneka ragam, misalnya dengan rubrik khusus mimbar

agama, karikatur, artikel biasa yang bernafaskan dakwah dan

sebagainya. Yang khas dari ciri majalah sebagai media dakwah

adalah media itu dapat dibaca berulang kali, sehingga dapat

dipahami atau dihafal sampai mendetail.29

Saat ini telah banyak majalah yang secara khusus

menyatakan sebagai majalah dakwah Islam. Penulis keagamaan

juga bisa memanfaatkan non-dakwah untuk mempublikasikan

tulisannya asalkan disesuaikan dengan spesifikasi majalah yang

bersangkutan. Menulis pesan dakwah di majalah juga tidak terlepas

dari visi redakturnya. Islam dapat dilihat dari sudut pandang mana

pun dan bisa dikaji dengan pendekatan apapun. Pandangan atau

28

Macel Danesi, Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010) hlm. 89 29

(46)

37

pendekatan sebuah majalah atau jurnal harus terlebih dahulu

dipelajari oleh penulis keagamaan.

Dalam sejarah Islam, buku-buku (media cetak) telah

berperan sebagai sarana penyimpan informasi tentang fakta dan

data yang membentuk ilmu pengetahuan umat manusia. Ilmu

pengentahuan inilah yang setelah tercerahi ruh Al-Qur’an Al

-Karim dan Sunnah Rasulullah Saw menjadi Al-Hikmah. Akhirnya

ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak lepas dari jiwa ajaran

Islam dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.

Cendikiawan dan para peneliti muslim mengembangkan peradaban

umat melalui perbukuan, melalui budaya membaca dan menulis

yang intensif dan besar-besaran.30

Majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana

surat kabar. Klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori

utama, yakni:

1. General consumer magazine (majalah konsumen umum).

2. Bussines publication (majalah bisnis).

3. Literacy review and academic journal (kritik sastra dan

majalah ilmiah), yaitu terbitan berkala yang berisi kajian-kajian

ilmiah yang spesifik dan dalam bidang tertentu.

4. Newsletter (majalah khusus terbitan berkala).

30

(47)

38

5. Public relation Magazines (Majalah Humas).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah).

Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju.

Artinya, redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi

pembacanya. Ada majalah berita, keluarga, wanita, pria, remaja

wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah popular, umum, hokum,

pertanian, humor, olahraga, daerah. Majalah merupakan media

yang paling simple organisasinya, relative lebih mudah

mengelolanya disbanding surat kabar. Majalah tetap dibedakan

dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik

tersendiri: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama,

gambar atau foto lebih banyak, dan cover atau sampul sebagai daya

tarik.31

C. BAHASA JURNALISTIK DALAM MEDIA DAKWAH

Gaya bahasa adalah cara tersendiri seseorang dalam menggunakan

bahasa. Menurut Swift, yang dikutip oleh Dan. B. Curtis, James J. Floyd,

Jerry L. Winsor. Gaya bahasa adalah bagaimana menggunakan kata-kata

yang pantas pada tempat yang tepat beberapa telaah tentang gaya bahasa:32

31

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004) hlm. 416-417

32

(48)

39

1. Pesan yang digayakan dapat mempertinggi pengertian atau

pemahaman pesan. Gagasan yang rumit mungkin dapat disampaikan

dengan lebih jelas melalui bahasa kiasan.

2. Pesan yang digayakan dapat membantu pengingatan suatu pesan.

Penggunaan berbagai pola sintaksis atau kata kiasan dapat membantu

khalayak mengingat unsur penting dari pesan. Pemasangan iklan

menggunakan slogan dan sesuatu yang baru untuk memudahkan

pengingatan pesan-pesan mereka.

3. Pesan yang digayakan dapat meningkatkan daya tarik persuasive suatu

pesan. Apabila perhatian diperoleh dan dipertahankan, khalayak

mungkin lebih memahami dan menguasai pesan sehingga

kemungkinan besar pesan akan diterima.

Bahasa adalah kekuatan, Joseph Conrad mengatakan bahwa

melalui “kata dan logat yang tepat”, seseorang dapat menggerakkan dunia,

kata-kata memiliki kekuatan. Sepanjang sejarah, kekuatan kata-kata telah

memulai dan mengakhiri perang. kata-kata memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi perilaku, kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan

suatu obyek atau tindakan dapat memperngaruhi tingkah laku dan

perasaan kita tentang hal yang dimaksud. Eisenberg menjelaskan bahwa

kejelasan dalam pengiriman pesan merupakan rangkaian kesatuan.

Kejelasan timbul melalui kombinasi factor sumber, pesan dan penerima.33

33

(49)

40

Bahasa jurnalistik sama dengan bahasa bahasa yang digunakan

secara umum, yaitu mengikuti aturan-aturan bahasa yang baku, mengikuti

tata bahasa yang berlaku dan mempergunakan kosakata yang sama. Tatapi,

dalam penulisan jurnalistik ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu

sifat tulisan sebagai media komunikasi massa. Kenyataan ini memberikan

tekanan akan pentingnya sifat-sifat sederhana, jelas, dan langsung dalam

suatu berita. Dengan demikian, bahasa jurnalistik harus ringkas, mudah

dipahami, dan langsung menerangkan apa yang dimaksudkan.

Sebagian besar isi surat kabar atau isi berita dalam radio, televisi

adalah hasil pekerjaan jurnalistik. Jurnalistik adalah pencatatan kenyataan

sehari-hari atau jurnal fakta-fakta sehari-hari. Ada hasil karya lain yang

bukan merupakan pencatatan kenyataan sehari-hari yaitu kesusasteraan.

Dengan membandingkan dua jenis karya stulisa tersebut maka akan ada

dapat diketahui secara lebih jelas apa yang membedakan bahasa jurnalistik

dengan bahasa karya tulis lainnya, diantaranya bahasa sastra. Karya

jurnalistik terutama berpangkal pada kenyataan atau pada fakta-fakta.

Karya sastra, baik dalam bentuk novel, drama, sajak, syair dan sebagainya,

terutama berpangkal pada pikiran, perasaan, dan juga bisa berupa khayalan

atau fiksi.

Selain berpangkal pada kennyataan, karya jurnalistik juga dibatasi

(50)

41

itu bahasa yang digunakan juga harus cocok untuk ditangkap dengan

cepat, yaitu sederhana, jelas dan langsung.34

D. ANALISIS ISI

Menurut Don Michael Flournoy:

Content analysis is a method for observing and measuring the content communication. Content analysis has often been used to study media messages. Content is often used to determine the relative emphasis or frequence of various communication phenomena: propaganda, trends, style, changes in content, and readability.35

Analisis adalah suatu bentuk metode untuk mengamati dan

mengukur isis komunikasi. Analisis isi sering digunakan untuk

mempelajari pesan media. Analisis isi sering digunakan untuk menentukan

penekanan relative atau frekuensi dari berbagai fenomena komunikasi:

propaganda, tren, gaya, perubahan konten, dan mudah dibaca.

Lain halnya dengan Berelson dan Kerlinger, beliau mendefinisikan

analisis isi sebagai metode untuk mempelajari dan menganalisis

komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang

tampak. Sedangkan menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik

sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat

34

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2006) hlm. 164-165

35

(51)

42

untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang

terbuka dari komunikator yang dipilih.36

E. KERANGKA TEORITIK

Teori Bahasa

Ferdinand de Saussure pendiri struktur linguistic modern, yang

berjasa memberikan sumbangan besar pada tradisi structural dalam ilmu

komunikasi, mengajarkan bahwa “tanda” (sign), termasuk bahasa, adalah

bersifat acak (arbitrary). Ia menyatakan bahasa yang berbeda

menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menunjukkan hal yang sama,

dan bahwa biasanya tidak ada hubungan fisik antara suatu kata dengan

referensinya. Karena itu, tanda merupakan kesepakatan yang diarahkan

oleh aturan (sign are convention governed by rules).

Saussure kemudian melihat bahasa sebagai suatu system terstruktur

yang mewakili realitas. Ia percaya bahwa peneliti bahasa harus

memberikan perhatian pada bentuk-bentuk bahasa seperti bunyi ucapan,

kata-kata, dan tata bahasa. Walaupun struktur bahasa bersifat acak namun

penggunaan bahasa tidak sama sekali bersifat acak karena bahasa

membutuhkan kesepakatan yang mapan (established convention).

Menurut Saussure, kunci untuk memahami struktur dari system

bahasa adalah perbedaan. Bunyi huruf “p” berbeda dengan huruf “b”;

suatu kata berbeda dengan kata lainnya seperti “kucing” dan “anjing”; satu

36

(52)

43

bentuk tata bahasa juga berbeda dengan tata bahasa lainnya “akan pergi”

dan “telah pergi”. System perbedaan ini membentuk struktur bahasa, baik

dalam bahasa percakapan maupun tulisan. Bahasa adalah suatu system

formal yang dapat dianalisis secara terpisah darai penggunaan bahasa

sehari-hari. Percakapan adalah penggunaan bahasa yang sesungguhnya

untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini, komunikator tidak

menciptakan berbagai aturan bahasa. Komunikator mempelajari aturan

bahasa dalam periode waktu yang lama yang diterimanya selama proses

sosialisasi dalam suatu masyarakat bahasa. Sebaliknnya komunikator

menciptakan bentuk-bentuk percakapan sepanjang waktu. 37

F. PENELITIAN TERDAHULU

1. Skripsi yang ditulis oleh Zabrina Rosyadi (Univeristas Syarif

Hidayatullah Jakarta 2011) yang berjudul Analisis Penerapan Bahasa

Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Lawang Ekspres Edisi Desember

2010.38

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Kajian

Persamaan

Dalam penelitian tersebut sama-sama menganalisis isi laporan utama tentang penerapan bahasa jurnalistik.

Perbedaan Objek yang digunakan peneliti tersebut

37

Morrisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, hlm. 139-140

38

(53)

44

adalah surat kabar. Dari segi metode

penelitiannya, pada penelitian tersebut

menggunakan metode penelitian kualitatif.

Analisis dilakukan dengan menggunakan

tabel untuk mengetahui kalimat yang tidak

menggunakan bahasa jurnalistik. Karena

menurut peneliti tersebut surat kabar yang

terbit pada edisi tersebut peneliti merasa

banyak menemukan kata-kata bahkan

kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah

bahasa jurnalistik.

2. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Hidayatullah (Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya 2010) yang berjudul Pesan Dakwah

Dalam Film : Analisis Isi Film My Name Is Khan.39

Tabel 2.2

Persamaan dan Perbedaan Kajian

Persamaan Penggunaan metode penelitian analisis isi kuantitatif.

Perbedaan

Penelitian tersebut menjelaskan tentang

pesan dakwah dalam film. Dengan

memanfaatkan media ini diharapkan para

39

(54)

45

sineas muslim mampu memberikan karya

terbaiknya dengan tidak lupa menyapaikan

pesan-pesan dakwah di dalam cerita film

tersebut. Penelitian tersebut menganalisis

tentang isi film sedangkan peneliti meneliti

tentang analisis isi laporan utama majalah.

3. Skripsi yang ditulis oleh Daniel Budiana (Universitas Kristen Petra

Surabaya) yang berjudul Analisis Isi Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pada Sinetron Religi.

Tabel 2.3

Persamaan dan Perbedaan Kajian

Persamaan

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dengan jenis pendekatan analisis isi kuantitatif.

Perbedaan

Penelitian tersebut bertujuan untuk

menghitung frekuensi mengenai pelaku, jenis kekerasan dan korban kekerasan dalam rumah tanga pada 3 sinetron religi (Hikayah, Hidayah dan Mukjizat Ilahi). Objek yang digunakan adalah televisi sedangkan objek penelitian penelitian ini adalah majalah.

4. Skripsi yang ditulis oleh Masrur Ridwan (Universitas Islam Negeri

(55)

46

Jurnalistik Dalam Artikel Mahasiswa KPI (Studi Analisis Isi Pada

Kolom “Suara Mahasiswa Harian Umum Kedaulatan Rakyat).

Tabel 2.4

Persamaan dan Perbedaan Kajian

Persamaan Dalam penelitian ini sama-sama meneliti tentang penggunaan bahasa jurnalistik

Perbedaan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan

mendeskripsikan penggunaan kalimat

pendek, kalimat aktif dan ekonomi kata.

Metodologi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian analisis isi Stempel Guide.

5. Skripsi yang ditulis oleh Aris Takomala (Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) yang berjudul Analisis Bahasa

Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008.

Tabel 2.5

Persamaan dan Perbedaan Kajian

Persamaan Penelitian ini meneliti tentang penggunaan bahasa jurnalistik di dalam surat kabar.

Perbedaan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis deskriptif. Jenis analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN DAN PENDEKATAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif. Dan menggunakan pendekatan analisis isi

yang digunakan untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara

sistematik, dan obyektif terhadap penggunaan ciri bahasa jurnalistik yaitu

spesifik dan komunikatif yang terdapat dalam laporan utama malajah

Auleaa edisi ke 28 Oktober 2016. Tujuan dilakukannya analisis isi dalam

majalah ini adalah : Pertama, untuk mengetahui penggunaan penerapan

bahasa jurnalistik di dalam laporan utama majalah Auleea edisi 28

Oktober 2016. Kedua, menguji hipotesis tentang seberapa banyak

penggunaan kata atau kalimat yang mengandung ciri-ciri bahasa jurnalistik

yaitu spesifik dan komunikatif.

Sedangkan jenis analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis isi kuantitatif dengan penerapan bahasa jurnalistik yang

digunakan dalam laporan utama majalah Auleea edisi ke 28 Oktober 2016

dengan cara meringkas atau menyusun data yang diperoleh dari penelitian

yang didasarkan pada distribusi nilai variabel dan frekuensi ciri-ciri bahasa

jurnalistik yaitu spesifik dan komunikatif yang terdapat pada variabel

tersebut. Adapun alasan memiilih analisis isi kuantitatif, karena penelitian

Gambar

gambar atau foto lebih banyak, dan cover atau sampul sebagai daya
 Tabel 2.1
tabel untuk mengetahui kalimat yang tidak
Tabel 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

persuasi pada artikel majalah Aulia edisi Oktober-Desember 2013. Menjelaskan isi pesan yang terkandung dalam kalimat

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi wujud bahasa dan menjelaskan isi pesan yang terkandung dalam kalimat persuasi artikel majalah Aulia edisi Oktober- Desember

Hasil penelitian yang menjelaskan wujud dan klasifikasi kalimat perintah pada artikel dalam majalah Tarbawi edisi Oktober s.d. Analisis penelitian ini ditemukan 69

Masalah dalam penelitian ini terbatas pada jenis dan wujud kalimat perintah yang terdapat pada artikel dalam majalah Tarbawi edisi Oktober s.d..

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran objektivikasi perempuan dalam foto-foto rubrik Exposure majalah Popular Edisi Oktober 2011 dan

Laporan Utama pada setiap media massa merupakan rubrik andalan termasuk majalah Tempo yang didalamnya mengulas tentang berita-berita yang sedang terjadi saat

Laporan Utama pada setiap media massa merupakan rubrik andalan termasuk majalah Tempo yang didalamnya mengulas tentang berita-berita yang sedang terjadi saat ini, menganalisa

Edisi Oktober 2012, (2) Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan nilai informasinya dalam ramalan bintang atau zodiac pada majalah ANEKA YESS! Edisi Oktober