PENGGUNAAN ALAT PERAGA STIK KAYU
DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA KELAS III
DI MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA SKRIPSI
Disusun oleh :
Wirzatur Rahmah Assyifa (D07212064)
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
Wirzatur Rahmah Assyifa. Penelitian Tindakan Kelas, 2016. “Penggunaan Alat Peraga Stik Kayu dalam Meningkatkan Pemahaman Matematika Materi Pecahan Sederhana Kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya”. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing Wahyuniati, M.Si.
ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya pemahaman siswa mengenai materi dan pendidik yang kurang efektif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Akibatnya, skor nilai rata-rata siswa belum dapat mencapai KKM.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penggunaan alat peraga stikkayu dalam meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya. 2. Mengetahui peningkatan pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan menggunakan alat peraga stik kayu.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Muhammadiyah 23 tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 16 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes (penilaian testulis) menggunakan lembar soal individu, observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan format panduan wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga stik kayu dapat meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana pada siswa kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya berjalan dengan baik melalui proses perbaikan setiap siklus. Ditunjukkan dari peningkatan nilai observasi aktivitas guru 69,79 pada siklus I menjadi 91,67 padasiklus II dan nilai observasi aktivitas siswa 57,29 pada siklus I dan 82,29 pada siklus II. 2) Peningkatan pemahaman matematika siswa pada materi pecahan sederhana pada kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan menggunakan alat peraga stik kayu telah berhasil dengan rata-rata pemahaman 66,07 pada siklus I menjadi 83,48 pada siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 17,41. Prosentase ketuntasan siswa meningkat terlihat dari prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 43,75% dan siklus II sebesar 81,25% sehingga terjadi peningkatan sebesar 37,50%.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tindakan yang Dipilih ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Lingkup Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. Alat Peraga Stik Kayu ... 9
1. Pengertian Alat Peraga ... 10
2. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga ... 11
3. Stik Kayu sebagai Alat Peraga ... 12
4. Gambar Stik Kayu ... 13
5. Penggunaan Stik Kayu ... 14
B. Hakikat Pemahaman... 16
1. Pengertian Pemahaman ... 16
2. Tingkatan Pemahaman ... 17
3. Indikator Pemahaman ... 17
4. Evaluasi Pemahaman ... 19
C. Pembelajaran Matematika ... 24
1. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 24
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika MI ... 25
3. Materi Pecahan Sederhana pada Kelas III ... 26
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 32
A. Metode Penelitian ... 32
B. Setting dan Subjek Penelitian ... 34
C. Variabel Yang Diteliti ... 34
D. Rencana Tindakan ... 34
E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya... 43
G. Indikator Kinerja ... 49
H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMAHAMAN ... 52
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan... 70
BAB V PENUTUPAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 79
RIWAYAT HIDUP ... 80
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap pembelajaran khususnya matematika, ada tiga tujuan
aspek yang akan dicapai yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)
dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga aspek tersebut harus berjalan
seimbang agar tujuan utama pembelajaran dapat dicapai. Seperti yang
diketahui, bahwa pembelajaran akan dikatakan tercapai apabila siswa mampu
bertambah pengetahuannya, semakin baik sikapnya, dan lebih terampil dalam
melakukan kegiatan.
Jika pembelajaran Matematika terlalu monoton yang hanya
menekankan pada rumus atau satuan gramatikal (teori) saja, siswa hanya akan
tahu bahwa hanya dengan mengingat rumus, matematika akan lebih mudah.
Tetapi dari segi sikap dan keterampilannya, siswa belum tahu bahwa
matematika itu mudah, menyenangkan dan dapat diselesaikan dengan
menggunakan alternatif cara yang banyak sekali. Hal itulah yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan
matematika ketika pembelajaran tersebut diaplikasikan dalam kehidupan yang
nyata apabila siswa diberikan input alternatif yang berbeda dari pengetahuan
sebelumnya ataupun apabila siswa belum bisa mengingat rumus yang ada
proses pembelajaran, siswa diajarkan cara menghitung dan menyelesaikan
soal, namun ketika soal tersebut dibandingkan dengan pecahan lainnya, siswa
kesulitan untuk menyelesaikan masalah dikarenakan kurangnya pemahaman
materi siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya di MI
Muhammadiyah 23 Surabaya ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
pemahaman matematika. Beberapa penyebab tersebut yaitu waktu
pengaplikasian metode pembelajaran yang kurang sehingga belum mampu
menunjang para siswa untuk mengingat pembelajaran. Rendahnya
keterampilan bertanya siswa apabila mengalami kesulitan disebabkan pikiran
negatif siswa dan rasa ingin cepat mengakhiri pembelajaran matematika. Oleh
sebab itu, ketika pembelajaran berakhir atau diluar pembelajaran, ketika siswa
menemui masalah matematika yang sudah pernah mereka pelajari, sebagian
besar siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikannya. Seperti yang
terlihat pada siswa yang ada dikelas III,dari 16 siswa hanya 2 siswa yang
mampu mengartikan konsep, menguhubungkan dan membedakan dua konsep
yang berdeda, serta menyelesaikan masalah pecahan sederhana dalam
kehidupan sehari-hari, dan 14 siswa masih memiliki pemahaman mengenai
materi pecahan sederhana yang kurang utuh.1
Hal itulah yang menyebabkan peran guru semakin bertambah karena
guru harus membentuk pembelajaran semaksimal mungkin untuk membantu
siswa memahami pembelajaran sehingga mudah untuk mengaplikasikan
1AzizatulHikmah, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas III, wawancarapribadi, Surabaya, 29
pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari, peran orang tua juga
bertambah karena harus membimbing dan mengulang kembali pembelajaran
matematika dengan mengikut sertakan siswa dalam lembaga bimbingan
belajar dengan tujuan agar siswa dapat lebih memahami pembelajaran.
Pentingnya guru mencari berbagai metode dan/atau media pembelajaran
untuk membantu siswa tertarik, mengingat, dan terampil menghitung dalam
pembelajaran matematika.
Untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas ada beberapa cara
yang dapat dijadikan referensi untuk membuat siswa semakin memahami
pembelajaran matematika. Sebagai upaya meningkatkan pemahaman
Matematika materi pecahan sederhana dapat dilakukan dengan alternatif cara,
antara lain: dengan penggunaan alat peraga stikkayu, penggunaan alat peraga
blok pecahan, dan penggunaan alat peraga perkalian matriks. Dalam hal ini
penulis memilih menggunakan alat peraga stik kayu. Alat peraga stik kayu
dapat menjadi alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan karena menurut Jean Jacques Rosseau (1712-1778) dalam
buku psikologi belajar, dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak, yaitu
antara umur 2 sampai dengan 12 tahun, perkembangan pribadi anak dimulai
dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan
pengamatan.2 Sehingga kegiatan pembelajaran matematika yang pada
umumnya menjadi keluhan para siswa karena bosan dan rumit tidak lagi
dikeluhkan siswa karena menyenangkan dan mudah. Seperti yang dipaparkan
oleh Jay Sommer yaitu Guru Teladan Tahun Ini dari New York yang
mengatakan bahwa hubungan yang tegang di ruang kelas akan membuat
suasana belajar menjadi tidak menyenangkan. Hal itu bahkan bisa membuat
murid terus tidak menyukai pendidikan. Sebaliknya, murid-murid yang
merasa dirinya berharga akan mempunyai kepercayaan diri untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, menyelidiki dan belajar melalui
kesalahan-kesalahannya, serta menganggap belajar sebagai suatu
petualangan.3
Oleh karena itu penulis merasa tertarik sekaligus melatarbelakangi
untuk mengkaji lebih dalam tentang “Penggunaan Alat Peraga StikKayu
dalam Meningkatkan Pemahaman Matematika Materi
PecahanSederhana Kelas III di MI Muhammadiyah 23Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka
objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penggunaan alat peraga stik kayu dalam meningkatkan
pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas III di MI
Muhammadiyah 23 Surabaya?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman matematika materi pecahan
sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan
menggunakan alat peraga stikkayu?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan pemahaman matematika
materi pecahan sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya adalah
dengan menggunakan alat peraga stik kayu. Penggunaan alat peraga stik kayu
ini dipilih untuk mempermudah siswa untuk menghitung karena alat peraga
ini memiliki poin yaitu mengaplikasikan pecahan dalam wujud nyata pada
pembelajaran dan relative mudah didapatkan.
D. Tujuan Penelitian
Searah dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penggunaan alat peraga stik kayu dalam
meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas
III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematika materi pecahan
sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan
menggunakan alat peraga stikkayu?
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian menjadi lebih terfokus, sehingga hasil penelitiannya
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Muhammadiyah 23
Surabaya semester genap tahun ajaran 2015/2016, karena di kelas ini
terdapat kesulitan pada mata pelajaran Matematika khususnya materi
pecahan sederhana.
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Matematika kelas III
semester genap dengan standar kompetensi memahami pecahan
sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Sedangkan
kompetensi dasarnya adalah membandingkan pecahan sederhana.
Melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diatas diharapkan
siswa dapat memahami dan menyelesaikan permasalahan terkait pecahan
sederhana. Dalam hal ini lebih dikhususkan pada pecahan sederhana dan lebih
spesifik yaitu berkaitan dengan perbandingan.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangaan penyusunan dan sumber referensi bagi penelitian penulis
karya selanjutnya. Dan hasilnya dapat dijadikan gambaran dalam
melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat
gambaran bahwa penggunaan alat peraga stikkayu sangat tepat
digunakan pada mata pelajaran Matematika khusunya di SD.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru adalah guru dapat menggunakan alat peraga
stik kayu sebagai alternatif dalam merancang program pengajaran
serta memperkaya studi tentang belajar mengajar dalam upaya
meningkatkan pemahaman siswa pada materi pecahansederhana.
b. Manfaat bagi siswa adalah dapat memberi pengalaman langsung
melalui penggunaan alat peraga stik kayu kepada siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
c. Manfaat bagi sekolah adalah sekolah menjadi lebih baik karena
siswa dan guru mempunyai kualitas baik dalam proses
pembelajaran.
d. Manfaat bagi masyarakat adalah diharapkan masyarakat untuk
dapat percaya terhadap kualitas satuan pendidikan.
e. Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Alat Peraga Stik Kayu
Di zaman yang semakin modern ini, tuntutan pencapaian dalam
pembelajaran yang harus dipenuhi pun semakin banyak dan beragam. Hal ini
menyebabkan siswa harus mampu dengan cepat memahami setiap
pembelajaran yang dilakukannya. Di samping itu, beragamnya daya tangkap
setiap siswa antara satu dengan lain tentu berbeda. Guru harus menyajikan
suatu pembelajaran yang mampu menarik semua siswa dari tingkat
pemahaman yang berbeda tersebut.
Usia SD/MI adalah usia seorang anak untuk ditanamkan dasar
pengetahuan-pengetahuan yang nantinya akan lebih dikembangkan dalam
kehidupan selanjutnya. Untuk itu siswa harus diberikan pembelajaran yang
bukan hanya bertujuan untuk memahami tetapi juga mampu melakukannya
dalam kehidupan yang nyata. Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih
tertarik minatnya kepada hal-hal yang dirasanya mampu menggerakkan
seluruh anggota tubuhnya. Dengan digunakannya alat peraga, diharapkan
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga bisa disebut juga dengna media. Secara harfiah kata
media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.1
Banyak pendapat yang mengemukakan pengertian alat peraga,
diantaranya2:
a. Menurut Ali (1989) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan
dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
proses belajar.
b. Menurut Ruseffendi (1992), alat peraga adalah alat yang
menerangkan atau mewujudkan konsep matematika.
c. Sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut
Pramudjono (1995), adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun
atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa alat peraga adalah benda nyata yang dibuat guru
untuk menyampaikan materi dan mempermudah siswa memahami
proses pembelajaran. Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat
merasakan secara langsung bagaimana mengikuti pola yang terdapat
1Basyiruddin Usman,Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 11.
2Rostina Sundayana,Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung: CV
dalam benda sehingga siswa dengan mudah memahami pembelajaran
yang disampaikan serta memberikan pengalaman secara langsung.
2. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga
Fungsi utama dari alat peraga adalah agar siswa mampu
menangkap arti sebenarnya dari keabstrakan suatu konsep. Hendaknya
alat peraga dapat diupayakan dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan
benda dan mengurangi hambatan-hambatan dalam pembelajaran. Selain
itu, fungsi media pembelajaran bagi pengajar yaitu:
a. Memberikan pedoman, arah untuk mecapai tujuan.
b. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.
c. Memberikan kerangka sistematis mengjara secara baik.
d. Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran.
e. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi
pelajaran.
f. Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
g. Meningkatkan kualitas pelajaran.
Adapun fungsi media pembelajaran bagi siswa adalah untuk:
a. Meningkatkan motivasi bagi pembelajar.
b. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar.
c. Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan
d. Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematika
sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar.
e. Merangsang pembelajar untuk berfokus dan beranalisis.
f. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
g. Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis
yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran (Sanaky,
2009:5)3.
3. Stik Kayu sebagai Alat Peraga
Melakukan proses pembelajaran akan lebih mudah jika
dihubungkan dengan kehidupan nyata. Terlebih lagi dalam pembelajaran
Matematika yang setiap hari dilakukan dalam kehidupan. Sebenarnya
setiap siswa dapat dikatakan memiliki dasar pengetahuan berhitung,
namun ketika kegiatan berhitung dilaksanakan didalam kelas
seakan-akan menjadi sulit dipahami karena ketakutan dan pemahaman salah
selama ini yang menyatakan bahwa rumus adalah kunci untuk berhitung.
Tugas guru khususnya Matematika adalah menyajikan pembelajaran
yang baik dan merarik. Alternatif pembelajaran yang baik dan menarik
diusia SD/MI adalah salah satunya dengan membawa dunia anak ke
dalam pembelajaran. Bermain adalah dunia yang digemari setiap siswa.
Oleh karena itu, membawa permainan siswa dalam pembelajaran
diharapkan mampu membantu siswa melupakan ketakukan dan
ketidakpercayaan dirinya dalam pembelajaran terlebih lagi pelajaran
Matematika.
Setiap siswa pasti tidak asing dengan stik kayu. Karena saat ini
mulai banyak permainan yang menggunakan stik kayu tersebut. Dalam
hal ini, penulis menggunakan stik kayu sebagai alat peraga dalam proses
menyampaikan materi Pecahan Sederhana. Karena dalam kehidupan,
penggunaan stik kayu sangat banyak ditemukan.
4. Gambar Stik Kayu
Stik atau tusuk kayu berbentuk pipih yang biasa dipakai untuk
gagang es krim ini terbuat dari bahan baku kayu albasia dan sengon
karena tekstur kayu yang lebih empuk dan mudah dibentuk. Selain dari
bahan baku kayu albasia dan sengon, stik kayu juga ada yang terbuat dari
limbah pabrik kayu lapis. Ukurannya pun bermacam-macam, mulai dari
9cm hingga 12cm. Biasa dipasarkan dengan kisaran harga Rp 10,- hingan
Rp 25,- per batang. Namun dalam pemasarannya, stik kayu ini hanya
dapat dibeli dengan jumlah banya, seperti per 100 batang, per 500 batang,
dll.
Media stik kayu dalam pembelajaran pecahan sederhana ini
menggunakan stik kayu berukuran 11,3cm yang didapatkan dari Pusat
Grosir Surabaya dengan harga Rp 11.000,- per 500 batang. Dalam
penggunaannya berjumlah 2000 batang yang akan diberikan 250 batang
ke setiap pasangan. Berikut ini contoh gambar stik kayu yang digunakan
5. Penggunaan Stik Kayu
Contoh : Berilah tanda yang tepat untuk membandingkan 2 pecahan
dibawah ini.
1/2 ... 2/3
Pembilang pada pecahan sebelah kiri dikali dengan penyebut dari
pecahan sebelah kanan. Begitu juga dengan pembilang pada pecahan
sebelah kanan dikali dengan penyebut dari pecahan sebelah kiri.
Lalu letakkan perkalian pembilang kiri dan penyebut kanan di
sebelah kiri, serta letakkan perkalian pembilang kanan dan penyebut kiri
di sebelah kanan.
Gambar 2.1 Gambar Stik Kayu
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Hitung perkaliannya dan tetap letakkan pada letaknya. Misal
perkalian bilangan kiri, tetap di sebelah kiri. Dan perkalian bilangan
kanan, tetap di sebelah kanan.
Lalu berikan tanda yang tepat pada bilangan tersebut.
Gambar 2.5
Jadi pecahan 1/2 dan 2/3 hasilnya adalah 1/2 < 2/3
Gambar 2.3
Perkalian Pembilang Kiri dan Penyebut Kanan di sebelah Kiri, serta Perkalian Pembilang Kanan dan Penyebut Kiri
di sebelah Kanan
Gambar 2.4
Hasil Perkalian Bilangan dengan Menggunakan Stik Kayu
Gambar 2.5
B. Hakikat Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Tingkat pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tingkat
pengetahuan. Membangun pengertian dari pesan pembelajaran diperlukan
dalam pemahaman4.
Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pemahaman yaitu
sebagai berikut:
a. Bloom (1956), pemahaman adalah kemampuan untuk
mengumpulkan keterampilan dan fakta-fakta secara bijaksana dan
tepat, melalui aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang tepat5.
b. Nana Sudjana mengemukakan bahwa pemahaman adalah hasil
belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan
kalimat sendiriatas apa yang dibacanya atau didengarnya,
memberikan contoh lain dari contoh yang telah diberikan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain6.
4Wowo Sunaryo Kuswana,Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 117. 5Grant Wiggins dan Jay McTighe,Pengajaran Pemahaman melalui Desain, (Jakarta: PT Indeks,
2012), 66
6Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1995), 24.
Gambar 2.6
2. Tingkatan Pemahaman7
Kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan
derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Pemahaman Terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna
yang terkandung didalamnya.
b. Pemahaman Penafsiran, misalnya memahami grafik,
menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang
pokok dan bukan pokok.
c. Pemahaman Ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik
yang tertulis, tersirat dan tersurat, atau memperluas wawasan.
3. Indikator Pemahaman8
Indikator pemahaman dalam pembelajaran dapat diuraikan
menjadi 7 bagian, yaitu sebagai berikut :
a. Mengartikan = mengubah dari satu bentuk gambaran (numerik) ke
bentuk lain (verbal)
b. Memberikan contoh = menemukan contoh khusus atau ilustrasi
konsep atau prinsip
c. Mengklarifikasi = menentukan sesuatu ke dalam kategori
d. Menyimpulkan = meringkas tema umu atau khusus
e. Menduga = menggambarkan kesimpulan logika dari informasi
yang ada
f. Membandingkan = mendeteksi korespondensi antara dua ide,
objek, dan semacamnya
g. Menjelaskan = menciptakan sistem model penyebab dan pengaruh
Berdasarkan pemahaman yang lebih ditekankan pada standar
kompetensi memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah
membandingkan pecahan sederhana. Maka penelitian ini terpusat pada
indikator pemahaman membandingkan. Menurut Wowo Sunaryo dalam
dimensi proses kognitif pada buku taksonomi kognitif, membandingkan
memiliki arti lain yaitu membedakan, memetakan, dan mencocokkan.
Maka siswa dianggap mampu membandingkan apabila mampu
membedakan, memetakan, dan mencocokkan.
Dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana ini,
maka membandingkan diklasifikasikan menjadi 3 indikator yaitu:
a. Membedakan dua pecahan
b. Memetakan pecahan dari yang terkecil hingga yang terbesar
maupun sebaliknya
c. Mencocokkan pecahan berupa angka dengan pecahan berupa soal
4. Evaluasi Pemahaman
Agar penilaian tidak hanya orientasikan pada hasil, maka evaluasi
hasil belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan
yang diklarifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif
Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya
yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi
yang meliputi 6 tingkatan antara lain:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan
sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah
dipelajari.
2) Pemahaman (Comprehension)
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat;
mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari
bahan yang dipelajari, yang dinyatakan denganmenguraikan
isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang
disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal
diajarkan, mengerti apa yang sedang dikomunikasikan, dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk
menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.9
3) Penerapan (Aplication)
Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi
dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan
informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan
konsep dalam praktek atau situasi yang baru.
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam
taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis
merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi
bagian-bagiannya.
5) Sintesis (Synthesis)
Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai
kemampuan untuk memproduksi.
6) Evaluasi (Evaluation)
Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif
adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan
sebagai kemampuan menilai “manfaat” suatu benda/hal untuk
tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.
Berdasarkan penelitian yang tertuju pada tingkatan
pemahaman yang termasuk dalam aspek kognitif pada evaluasi
pemahaman maka penelitian ini terpusat pada tingkat pemahaman
bagian membandingkan saja.
b. Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan
emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat,
motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari
perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks:
1) Penerimaan (Receiving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan
memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat.
Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam
domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan atensi
dan penghargaan terhadap orang lain.
2) Responsive (Responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa
menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan
selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil
3) Nilai yang dianut (Value)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan
reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak
menghiraukan.
4) Organisasi (Organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang
berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan
konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai
internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu
filsafat hidup.
5) Karakterisasi (characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang.
Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat
diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat
diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan.
Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai
memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi
koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang
menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak
hanya meniru tingkah laku saja.
3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang
lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan
atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang
5) Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling
sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya
dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
C. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar. Bagaimana belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap10.
Adapun pendapat beberapa ahli mengenai matematika adalah
sebagai berikut:
a. Johnson dan Mykiebust (dalam Abdurrahman, 2003:252)
mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis
yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi
teoritisnya untuk memudahkan berpikir. Dengan kata lain,
matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif11.
b. Beth and Piaget (1956) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai
struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga
terorganisasi dengan baik.
c. Sementara Kline (1972) lebih cenderung mengatakan bahwa
matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi
dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan
permasalahan social, ekonomi dan alam.
d. Reys dkk., (2002) mengatakan bahwa matematika adalah studi
tentang pola dan hubungan cara berpikir dengan strategi
organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk
memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis12.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses
penyampaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang guru
mengenai kebenaran suatu konsep kepada siswa yang bertujuan agar
siswa mampu mencapai kompetensi yang diharapkan.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika MI
Ruang lingkup pembelajaran matematika pada satuan pendidikan
Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah sebagai berikut13:
a. Bilangan
b. Geometri dan Pengukuran
12Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou,Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak
Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 28.
c. Pengolahan Data
3. Materi Pecahan Sederhana pada Kelas III
a. Pengertian Bilangan Pecahan
Kata pecahan berasal dari kata Latinfractio, suatu bentuk kata
lain dari frangere, yang berarti membelah (memecah). Bilangan
pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan pasangan
bilangan cacah atau , dimana b ≠ 014. Misalnya: ; 1 disebut
sebagai pembilang dan 2 disebut sebagai penyebut.
b. Jenis-jenis Pecahan
1) Pecahan Biasa adalah pecahan yang terdiri dari pembilang dan
penyebut, di mana angka pembilang nilainya lebih kecil
daripada angka penyebutnya.
2) Pecahan Campuran adalah pecahan yang terdiri dari bilangan
murni dan bilangan pecahan biasa.
3) Pecahan Desimal adalah bilangan yang diperoleh dari hasil
pembagian suatu bilangan dengan angka sepuluh dan
pangkatnya (10, 100, 1.000, 10.000, dst)
4) Persen atau Perseratus adalah pecahan yang merupakan hasil
pembagian suatu bilangan dengan 100.
5) Permil atau Perseribu adalah pecahan yang merupakan hasil
pembagian suatu bilangan dengan 1000.
14Yoppy Wahyu Purnomo,Pembelajaran Matematika untuk PGSD, (Penerbit Erlangga, 2015),
c. Pengertian Pecahan Sederhana
Pecahan sederhana adalah pecahan yang pembilang dan
penyebutnya tidak dapat disederhanakan lagi15.
d. Membandingkan Pecahan Sederhana
1) Simbol tanda dalam membandingkan pecahan
a) Simbol “=” merupakan salah satu simbol yang paling penting
di aritmatika dasar, pada aljabar dan semua arena matematika
yang menggunakan bilangan dan operasi. Namun, peneliti
sejak tahun 1975 sampai sekarang menyatakan dengan jelas
bahwa “=” adalah salah satu simbol yang kurang dipahami
dengan benar16. Dalam materi membandingkan pecahan, “=”
dapat digunakan apabila kedua pecahan memiliki nilai yang
sama. Semisal dan sembarang pecahan, maka = jika
dan hanya jika ad = bc17.
b) Simbol “>” dipergunakan semisal dan sembarang
pecahan, maka > jika dan hanya jika ad > bc.
c) Simbol “<” dipergunakan semisal dan sembarang
pecahan, maka < jika dan hanya jika ad < bc18.
15Budi Yuwono,Pintar Matematika untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Puspa Swara, 2005), 30. 16John A. Van De Walle,Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran,
(Penerbit Erlanggan, 2006), 2.
2) Konsep Bagian dari Keseluruhan dalam Pecahan
Dari pecahan , bilangan bagian bawah (yakni b) disebut
dengan penyebut yang menunjukkan banyaknya bagian adil
(sama besar; kongruen) secara keseluruhan dan bilangan bagian
atas (yakni a) disebut pembilang yang menunjukkan banyaknya
bagian adil yang diamati, atau bagian pecahan yang dihitung.
Sebagai contoh, sebuah roti dibagi adil menjadi sepuluh potong
dengan 3 potong yang diamati (telah diberi kacang kedelai)
mewakili (3 dari 10), yang mana 3 disebut pembilang
(diperoleh dengan membagi bilangan adil yang diamati) dan 10
adalah penyebut (diperoleh dengan menyebutkan keseluruhan
bilangan yang diamati).
3) Ketidaksamaan dan Pecahan Tak Senilai
Ketidaksamaan pecahan yang melibatkan pembilang yang
sama dapat diilustrasikan dengan model panjang seperti Gambar
... perhatikan bahwa semakin besar nilai penyebut dengan nilai
pembilang tetap, semakin kecil pula nilai pecahan tersebut.
Sebagai contoh, > atau < ? Secara simbolis, jika dan
1 2
1 3
[image:37.595.136.515.125.622.2]1 4
Gambar 2.7
Ilustrasi Model Panjang Ketidaksamaan Pecahan yang Melibatkan Pembilang yang Sama
Pertimbangkan jika nilai penyebut tetap, tetapi nilai
pembilang semakin besar, apakah nilai pecahannya semakin
besar? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan ilustrasi model
panjang seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.8.
1 5
2 5
3 5
Gambar 2.8
Ilustrasi Model Panjang Ketidaksamaan Pecahan yang Melibatkan Penyebut Tetap dan Pembilang yang Semakin Besar
Perhatikan bahwa semakin besar nilai pembilang dengan
Sebagai contoh, < atau > ? Secara simbolis, jika dan
sembarang pecahan, maka > jika dan hanya jika a< c.
Pertimbangkan pula jika terdapat situasi membandingkan
pecahan dengan pembilang dan penyebut yang masing-masing
berbeda. Sebagai contoh, membandingkan dan . Situasi ini
menuntut Anda untuk mengubah kedua pecahan ke dalam
penyebut yang sama. Di samping itu, langkah dalam uji
kesamaan pecahan dapat digunakan untuk membandingkan
kedua pecahan tersebut. Berikut langkah menguji apakah kedua
pecahan tersebut sama.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan
kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom
Action Research, yang berarti penelitian tindakan kelas.
Penelitian Tindakan Kelas meliputi tiga kata yaitu “penelitian”,
“tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan
dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu
gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas
adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat
yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen yang sama1.
Semua penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama, yakni untuk
meningkatkan dan melibatkan2.
Penelitian ini memusatkan objek penelitiannya kepada semua hal yang
ada di dalam kelas, baik yang fisik maupun non fisik. Yaitu semua hal yang
1Ekawarna,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Referensi, 2013), 4.
2Endang Komara,Penelitian Tindakan Kelas dan Peningkatan Profesionalitas Guru, (Bandung:
terjadi di dalam kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung. Pada
prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Clasroom Action Research)
memungkinkan para guru mempelajari ruang kelas mereka sendiri agar
mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan lebih mampu meningkatkan
kualitas atau efektifitas mereka3. Di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terdapat beberapa model atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti
melakukan PTK. Desain-desain tersebut diantaranya adalah: (1) Model Kurt
Lewin, (2) Model Kemmis Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model
Hopkins, (5) Model McKernan, (6) Model Dave Ebbut. Dalam hal ini, peneliti
disini melakukan PTK dengan menggunakan modelKurt Lewin.
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dan berbagai model
action research, terutama classroom action research. Konsep pokok action
research menurut Kurt Lewin erdiri dari empat komponen, yaitu: (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan
(4) refleksi (reflecting)4.
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang siklus yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
3Craig A. Metler,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2014), 4.
[image:40.595.127.514.266.631.2]4Samsu Somadayo,Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 39.
Gambar 3.1 Model PTK Kurt
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting atau lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini adalah MI
Muhammadiyah 23 Surabaya kelas III. Mata pelajaran Matematika,
pelajaran 2015/2016.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IIIMadrasah
Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah 23 Surabaya dengan jumlah siswa 16
anak. Sedangkan peneliti disini berperan sebagai observer.
C. Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini,variabel yang diselidiki adalah:
1. Variabel input : siswa kelas III MI Muhammadiyah 23 Surabaya
2. Variabel proses : alat peraga stik kayu
3. Variabel output : penggunaan alat peraga stik kayu dalam
meningkatkan pemahamanmatematika materi pecahan sederhana kelas III
di MI Muhammadiyah 23 Surabaya
D. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahap. Setiap tahap
dilalui dengan prosedur dan langkah-langkah tersendiri.
Siklus I
Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam
penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :
a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan, yaitu 12 April 2016.
b. Menentukan metode pembelajaran yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti
melaksanakan peningkatan pemahaman dalam pembelajaran
menggunakan alat peraga stik kayu.
c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
mata pelajaran Matematika di kelas III dengan menggunakan alat
peraga stik kayu.
d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Pecahan
Sederhana.
e. Mempersiapkan sumber pembelajaran
f. Menyusun lembar kerja siswa
g. Mengembangkan format penilaian
h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman
wawancara dan kriteria keberhasilan
i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan
yang dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila
sesuai maka tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan
digunakan
2) Guru mengucapkan salam
3) Menanyakan kabar siswa
4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama
5) Mengecek kehadiran siswa
6) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu
7) Mengecek pengetahuan awal siswa dengan bertanya, “Berapa
uang sakumu hari ini? Untuk membeli apa saja uang sakumu?
Lebih banyak mana uang saku Kiran dan uang saku Panji?
Siapa yang pernah makan es krim? Apa kalian pernah melihat
stik es krim sebelumnya?”
8) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari
ini yaitu tentang pecahan sederhana
9) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1) Siswa terbagi menjadi berpasangan (2 siswa)
3) Seluruh siswa memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru
4) Semua pasangan mendapat waktu 15 menit untuk
menyelesaikan tugas diskusinya dengan bantuan alat peraga
stik kayu
5) 2 pasangan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
6) Setelah 2 pasangan menyampaikan hasil diskusinya, siswa
mendapat penjelasan oleh guru
7) Siswa kembali dalam posisi individu
8) Setiap siswa mendapatkan lembar kerja individu
9) Siswa mengerjakan lembar kerja individu dengan waktu 20
menit
10) Siswa dan guru bersama-sama mengecek jawaban dari setiap
lembar kerja individu
c. Kegiatan Penutup
1) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
2) Menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya
3) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a
4) Mengucapkan salam
3. Tahap pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data
a. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan
pedoman wawancara guru dan siswa
b. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan
melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah
dipersiapkan
4. Tahap refleksi
Pada tahap ini dilakukan:
a. Evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran
b. Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan lembar
kerja siswa, dengan melihat hasil observasi guru dan siswa
c. Perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus berikutnya
Siklus II
1. Tahap perencanaan tindakan
Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam
penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :
a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan, yaitu 19 April 2016.
b. Menentukan metode pembelajaran yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti
melaksanakan peningkatan pemahaman dalam pembelajaran
c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
mata pelajaran Matematika di kelas III dengan menggunakan alat
peraga stik kayu berdasarkan refleksi pada siklus I dan penetapan
alternatif pemecahan masalah.
d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Pecahan
Sederhana.
e. Mempersiapkan sumber pembelajaran
f. Menyusun lembar kerja siswa
g. Mengembangkan format penilaian
h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman
wawancara dan kriteria keberhasilan
i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
j. Pengembangan program tindakan dari siklus I
Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan
yang dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila
sesuai maka tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti
terus melakukan perbaikan di siklus berikutnya.
5. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1) Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan
2) Guru mengucapkan salam
3) Menanyakan kabar siswa
4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama
5) Mengecek kehadiran siswa
6) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu
7) Mengecek pengetahuan awal siswa dengan bertanya, “Berapa
uang sakumu hari ini? Untuk membeli apa saja uang sakumu?
Lebih banyak mana uang saku Kiran dan uang saku Panji?
Siapa yang pernah makan es krim? Apa kalian pernah melihat
stik es krim sebelumnya?”
8) Siswa bernyanyi bersama-sama lagu “Tek Kotek”
9) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini
yaitu tentang pecahan sederhana
10) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
Elaborasi
1) Siswa terbagi menjadi tim (2-3 anak)
2) Setiap tim mendapatkan 250 stik kayu dan lembar kerja
kelompok (lampiran 2)
3) Seluruh siswa memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru
1) Semua tim mendapat waktu 15 menit untuk menyelesaikan
tugas tim dengan bantuan alat peraga stik kayu
2) Setiap tim mempresentasikan hasil diskusi timnya
3) Setelah semua tim menyampaikan hasil diskusinya, siswa
mendapat penjelasan oleh guru
4) Siswa kembali dalam posisi individu
5) Setiap siswa mendapatkan lembar kerja individu (lampiran 3)
6) Siswa mengerjakan lembar kerja individu dengan waktu 20
menit
Konfirmasi
1) Siswa dan guru bersama-sama mengecek jawaban dari setiap
lembar kerja individu
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan membenarkan
apabila terjadi kesalahfahaman.
2) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
3) Menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya
4) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a
6. Tahap pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data
hasil wawancara, observasi dan penilaian aspek kognitif.
c. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan
d. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan
melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah
dipersiapkan
7. Tahap refleksi
Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta
diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi dan membuat
kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Matematika materi pecahan
sederhana menggunakan alat peraga stik kayu dalam meningkatkan
pemahaman pada mata pelajaran Matematika setelah melaksanakan
rangkaian kegiatan mulai dari siklus I sampai siklus II.
Indikator Kompetensi
Indikator
Pemahaman Indikator Butir Soal
Jumlah Soal
Mengurutka n pecahan
Memetakan pecahan dari yang
terkecil hingga yang terbesar
maupun sebaliknya
Mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke
yang terbesar dengan penyebut yang sama 1 Mengurutkan pecahan dari yang terbesar ke
yang terkecil dengan penyebut yang sama 1 Mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke
yang terbesar dengan penyebut yang berbeda 1 Mengurutkan pecahan dari yang terbesar ke
yang terkecil dengan penyebut yang berbeda 1
Membanding kan dua pecahan
Membedakan dua pecahan
Membandingkan dua pecahan yang memiliki
penyebut sama dengan hasil lebih besar 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki
penyebut sama dengan hasil lebih kecil 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki
penyebut berbeda dengan hasil lebih besar 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki
penyebut berbeda dengan hasil lebih kecil 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki
penyebut berbeda dengan hasil yang sama 1 Mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke
yang terbesar dengan penyebut yang berbeda 1 Mencocokkan
pecahan berupa angka dengan pecahan berupa
soal cerita
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Sederhana 1
[image:49.595.138.557.265.720.2]Tabel 3.1
E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya
1. Sumber data
Bentuk-bentuk data yang dipakai dalam penelitian dibedakan
menjadi data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang
diperoleh dari sekolah yang diteliti. Yang termasuk data primer adalah
siswa, guru, orang tua, dan kepala sekolah di MI Muhammadiyah 23
Surabaya. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari
pihak-pihak yang tidak berkaiatan dengan sekolah. Seperti pengawas sekolah,
pejabat dinas pendidikan. Dalam penelitian kali ini, data yang diperlukan
untuk dianalisis adalah data primer, yaitu:
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan hasil aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran
Matematika dengan alat peraga stik kayu dan hasil belajar serta
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
c. Teman Sejawat dan Kolaborator
Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data
untuk melihat implementasi Penelitian Tindakan Kelas secara
2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada dua jenis data
yang dikumpulkan peneliti, yakni:
a. Data Kuantitatif adalah kumpulan informasi deskriptif yang
dikonstruksi dari percakapan atau dalam bentuk naratif berupa
kata-kata. Adapun data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan
nilai dalam bentuk angka5.
b. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan
tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap siswa terhadap metode yang baru (afektif),
aktivitas manusia mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam
belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat
dianalisis secara kualitatif.6
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan peneliti, yakni:
a. Tes
Menggunakan lembar kerja berupa soal-soal pecahan
sederhana untuk mengumpulkan data tentang peningkatan
pemahaman siswa dalam materi pembelajaran dengan Alat Peraga
Stik Kayu.Lembar kerja terlampir.
5Muhammad Yaumi dan Muljono Damopolii,Action Research, (Jakarta: Kencana, 2014), 101. 6 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,
b. Observasi
Menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data
tentang tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar mata
pelajaran Matematika dan data tentang kesesuaian aktivitas guru
dikelas dengan perangkat pembelajaran. Lembar observasi terlampir.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1) Aktivitas Guru
Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas guru
digunakan rumus :
= 100... Rumus 3.1
Keterangan:
Ng = Nilai Aktifitas Guru
f = Jumlah Skor yang Diperoleh
= Skor Maksimal
2) Aktivitas Siswa
Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas siswa
digunakan rumus :
= 100... Rumus 3.2
Keterangan:
Ns = Nilai Aktivitas Siswa
f = Jumlah Skor yang Diperoleh
Kriteria penilaian aspek yang diamati adalah, mendapat nilai 1
jika tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat
waktu; mendapat nilai 2 jika dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak
efektif dan tidak tepat waktu; mendapat nilai 3 jika dilakukan,
kurang efektif, sesuai aspek, tidak tepat waktu; mendapat nilai 4 jika
dilakukan, sesuai aspek , efektif, tepat waktu.
Kriteria aspek ketuntasan observasi aktivitas guru dan siswa
dengan menggunakan system relative yang terdiri dari penentuan
tingkatan dalam bentuk huruf: A, B, C, D, dan E. Huruf-huruf
tersebut diartikan sebagai berikut: A = Sangat Baik (90%-100%), B
= Baik (80%-89%), C = Cukup (65%-79%), D = Kurang (55%-64%)
dan E = Tidak Lulus atau Gagal (55%)7. Maka dengan tingkat
pengukuran tersebut dapat dinyatakan tuntas berdasarkan
wawancara dengan ibu Azizatul Hikmah adalah apabila memenuhi
kriteria B (Baik)8.
c. Wawancara
Menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui
pendapat atau sikap siswa tentang pembelajaran dengan alat peraga
stik kayu.Lembar wawancara terlampir.
7Oemar Hamalik,Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Penerbit Mandar
Maju, 1989), 121
8Azizatul Hikmah, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas III, wawancara pribadi,
F. Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang
berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga
dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah
dan dianalisis secara kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk
kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa
juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.9
1. Nilai pemahaman setiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
= 100... Rumus 3.3
Keterangan:
= Nilai Pemahaman Setiap Siswa
= Jumlah Skor yang Diperoleh
= Skor Maksimal
Dengan kriteria yang tercantum dalam Lembar Hasil Pemahaman.
2. Nilai rata-rata kelas untuk pemahaman dihitung dengan menggunakan
rumus:
= ... Rumus 3.4
Keterangan:
= Nilai Rata-Rata Pemahaman Siswa
= Total Nilai Pemahaman Semua Siswa yang Hadir
= Banyak Siswa yang Hadir
3. Persentase ketuntasan pemahaman siswa dalam kelas
= 100%... Rumus 3.5
Keterangan:
= Persentase Ketuntasan Pemahaman
= Total Siswa yang Tuntas Pemahaman
= Banyak Siswa yang Hadir
4. Nilai hasil belajar setiap siswa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
= ... Rumus 3.6
Keterangan:
= Nilai Hasil Belajar Setiap Siswa
= Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa
Dengan kriteria yang tercantum dalam kisi-kisi soal.
5. Nilai rata-rata kelas untuk hasil belajar dihitung dengan menggunakan
rumus:
= ... Rumus 3.7
Keterangan:
= Nilai Rata-Rata Hasil Belajar
= Total Nilai Hasil Belajar Siswa yang Hadir
6. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam kelas
= 100%... Rumus 3.8
Keterangan:
= Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
= Total Siswa yang Tuntas Hasil Belajar
= Banyak Siswa yang Hadir
G. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru
dalam mengelola dan melakukan pembelajaran serta keberhasilan siswa dalam
melakukan pembelajaran dan melakukan tes tulis berupa lembar soal yang
telah terselesaikan.
1. Tes : rata-rata 80% siswa mampu mencapai nilai KKM 70, prosentase
ketuntasan pemahaman siswa diatas 80%
2. Observasi : penggunaan alat peraga stik kayu dalam materi pecahan
sederhana sekurang-kurangnya berkategori baik dilihat dari nilai
observasi guru dan siswa mencapai nilai 75
H. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi, antara guru
kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Selain menjadi kolaborator guru juga
berperan sebagai peneliti. Selain menjadi kolabolator guru juga berperan
sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam pelaksanaan
tindakan kelas ini. Peneliti dan kolaborator terlibat sepenuhnya dalam
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya.
Adapun tim peneliti dalam penelitian ini adalah :
1. Guru Kolaborasi
Nama : Azizah, S.Psi
Tugas : a. Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran
b. Mengamati pelakasaan pembelajaran
c. Terlibat dalam perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1. Peneliti
Nama: Wirzatur Rahmah Assyifa
Tugas :a. Bertanggung Jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
b.Menyusun RPP, instrument penilaian, dan lembarpengamatan
guru ketika proses pembelajaran berlangsung, lembar pengamatam
guru, lembar wawancra guru, lembar wawancara siswa.
c. melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga stik kayu
d. mendeskripsikan hasil observasi PTK
e. menganalisis hasil penelitian tiap siklus
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMAHAMAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Siklus I
Siklus 1 diadakan pada hari Selasa tanggal 12 April 2016. Materi yang
diajarkan adalah pecahan sederhana. Dalam siklus ini dibagi beberapa
tahap yaitu:
a. Perencanaan
Proses perencanaan pada siklus I berupa kegiatan untuk
mempertimbangkan dan memilih upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk mencari pemecahan masalah. Pertimbangan dan pemilihan
pemecahan masalah tersebut kemudian dituangkan dalam konsep
perencanaan yang meliputi.
✂) Menyiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode
pembelajaran, materi pokok, langkah-langkah pembelajaran, alat
dan sumber belajar yang diperlukan dan format penilaian yang akan
digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang telah dipelajari.
3) Menyusun lembar kerja kelompok dan individu siswa
4) Membuat daftar kelompok belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru melakukan kegiatan pembelajaran yang sudah disusun
dalam RPP. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan didalam kelas. Di
awal kegiatan, guru memulai proses pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan berdo’a bersama-sama. Kemudian guru
mengecek pengetahuan awal siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi namun dalam kaitannya di
[image:59.595.138.513.252.545.2]kehidupan sehari-hari.
Gambar 4.1
Guru Membagikan Alat Peraga Stik Kayu
Guru membagi siswa secara berpasangan lalu membagikan stik
kayu kepada setiap pasangan, setiap pasangan mendapatkan 250 batang
stik kayu. Guru menjelaskan secara singkat materi pecahan sederhana
dengan menggunakan stik kayu. Ketika guru menerangkan materi, ada
Gambar 4.2
Ketika siswa mengerjakan soal berpasangan, guru berkeliling
untuk memantau jalannya diskusi. Hasil diskusi kelompok
menunjukkan bahwa pemahaman mengurutkan pecahan masih kurang.
Dari setiap kelompok ada 4 kelompok yang masih belum memahami
materi mengurutkan pecahan sederhana yaitu kelompok 1, kelompok 2,
kelompok 6, dan kelompok 8. Guru memberikan sedikit penguatan
karena waktu telah tersita banyak dalam diskusi berpasangan. Setelah
itu, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
jika ada yang belum faham.
Gambar 4.3
Guru Memantau Siswa Mengerjakan Soal Berpasangan Gambar 4.2
Siswa Membentuk Berpasangan dan Mengerjakan Lembar Soal
Diakhir kegiatan, guru melakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan belajar siswa. Setelah mengerjakan soal, guru dan
siswa bersama-sama membahas sebagian jawaban soal. Di akhir
kegiatan, siswa mengerjakan soal individu. Tetapi ada 8 siswa yang
masih belum tuntas dalam mengerjakan soal. Sebelum pulang, guru
mengingatkan siswa untuk belajar lagi di rumah. Kemudian guru
menutup pelajaran dengan mengucapkan Hamdalah.
c. Observasi
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
No. Kegiatan Guru
Skala Penilaian 4 3 2 1
1 Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan
√
2 Mengucap Salam √
3 Menanya kabar √
4 Berdo’a dengan khidmat √
5 Mengecek kehadiran √
6 Apersepsi pembelajaran Matematika sebelumnya √ 7 Mengecek pengetahuan awal siswa √
8 Menginformasikan materi √
9 Menyampaikan tujuan pembelajaran √ 10 Menyampaikan materi dan melakukan perhitungan
pecahan sederhana menggunakan stik kayu
√
11 Membagi siswa menjadi berpasangan √ 12 Memnberi lembar kerja pada masing-masing kelompok √ 13 Memberikan ilustrasi kepada siswa dengan menggunakan
stik kayu
√
14 Mengarahkan siswa dalam kegiatan kelompok, mengawasi dan memberikan bantuan bila diperlukan.
√
15 Meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil kegiatan diskusi
√
16 Menanggapi hasil presentasi perwakilan pasangan √ 17 Mengondisikan siswa menjadi individu √ 18 Memberikan lembar kerja individu √ 19 Mengecek jawaban lembar kerja siswa √ 20 Melakukan tanya jawab dan membenarkan apabila terjadi
kesalahfahaman
√
21 Menyimpulkan materi pembelajaran √
22 Menyampaikan materi pertemuan selanjutnya √
24 Mengucap salam √
Jumlah 67
[image:62.595.138.534.126.759.2]Nilai 69,79
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I
Berdasarkan table 4.2 observasi aktivitas guru selama
kegiatan pembelajaran yang telah diperoleh, guru belum
beraktifitas secara maksimal dalam memfasilitasi siswa. Hal ini
dapat dilihat pada lembar observasi guru, skor akhir aktivitas guru
masih mencapai 69,79. Walaupun pada kriteria yang ditentukan
oleh peneliti 69,79 sudah tergolong baik, namun terdapat
kendala-kendala yang dapat diusahakan perbaikannya. Dari segi suara guru
sudah baik, namun masih kurang menguasai kelas, sehingga masih
ada siswa yang ramai saat pelajaran berlangsung. Guru juga perlu
memperhatikan pembagian waktu sehingga dapat menerapkan
kegiatan pembelajaran sesuai waktu yang tersedia. Berikut cara
perhitungan nilai aktifitas guru dengan menggunakan rumus 3.1:
= 100
= 6796 100
= 69,79
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No. Kegiatan Siswa
Skala Penilaian 4 3 2 1
1 Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan
√
2 Menjawab Salam √
4 Berdo’a dengan khidmat √
5 Membantu dengan merespon panggilan nama √
6 Merespon guru √
7 Merespon dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru √
8 Mendengarkan penjelasan √
9 Mendengarkan penjelasan dan mengemukakan gagasan √
10 Mendengarkan penjelasan √
11 Membentuk berpasangan √
12 Menerima dan mengerjakan lembar kerja kelompok √ 13 Memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru √
14 Berpartisipasi dalam diskusi √
15 Mempresentasikan hasil kegiatan kelompok √ 16 Mendengarkan dan berpartisipasi aktif √
17 Mengondisikan diri sendiri √
18 Menerima dan mengerjakan lembar kerja individu √ 19 Mengecek jawaban lembar kerja siswa √ 20 Melakukan tanya jawab dan memdapat pembenaran
apabila terjadi kesalahfahaman
√
20 Menyampaikan gagasan √
21 Mendengarkan penjelasan √
22 Membaca do’a √
23 Menjawab salam √
Jumlah 55
[image:63.595.134.546.107.565.2]Nilai 57,29
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I
Berdasarkan table 4.3, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
aktivitas siswa selama pembelajaran materi pecahan sederhana
tergolong kurang yaitu 57,29. Hasil tersebut masih kurang
maksimal karena terdapat kesulitan yang dapat diperbaiki. Seperti
ketika siswa kurang merespon pertanyaan dari guru karena
berbicara dengan teman sebangkunya, beberapa siswa ramai di
k