• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ALAT PERAGA STIK KAYU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN ALAT PERAGA STIK KAYU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA KELAS III DI MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ALAT PERAGA STIK KAYU

DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA KELAS III

DI MI MUHAMMADIYAH 23 SURABAYA SKRIPSI

Disusun oleh :

Wirzatur Rahmah Assyifa (D07212064)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Wirzatur Rahmah Assyifa. Penelitian Tindakan Kelas, 2016. “Penggunaan Alat Peraga Stik Kayu dalam Meningkatkan Pemahaman Matematika Materi Pecahan Sederhana Kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya”. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing Wahyuniati, M.Si.

ABSTRAK

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya pemahaman siswa mengenai materi dan pendidik yang kurang efektif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Akibatnya, skor nilai rata-rata siswa belum dapat mencapai KKM.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui penggunaan alat peraga stikkayu dalam meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya. 2. Mengetahui peningkatan pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan menggunakan alat peraga stik kayu.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Muhammadiyah 23 tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 16 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes (penilaian testulis) menggunakan lembar soal individu, observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan format panduan wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga stik kayu dapat meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana pada siswa kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya berjalan dengan baik melalui proses perbaikan setiap siklus. Ditunjukkan dari peningkatan nilai observasi aktivitas guru 69,79 pada siklus I menjadi 91,67 padasiklus II dan nilai observasi aktivitas siswa 57,29 pada siklus I dan 82,29 pada siklus II. 2) Peningkatan pemahaman matematika siswa pada materi pecahan sederhana pada kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan menggunakan alat peraga stik kayu telah berhasil dengan rata-rata pemahaman 66,07 pada siklus I menjadi 83,48 pada siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 17,41. Prosentase ketuntasan siswa meningkat terlihat dari prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 43,75% dan siklus II sebesar 81,25% sehingga terjadi peningkatan sebesar 37,50%.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Lingkup Penelitian ... 5

(8)

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Alat Peraga Stik Kayu ... 9

1. Pengertian Alat Peraga ... 10

2. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga ... 11

3. Stik Kayu sebagai Alat Peraga ... 12

4. Gambar Stik Kayu ... 13

5. Penggunaan Stik Kayu ... 14

B. Hakikat Pemahaman... 16

1. Pengertian Pemahaman ... 16

2. Tingkatan Pemahaman ... 17

3. Indikator Pemahaman ... 17

4. Evaluasi Pemahaman ... 19

C. Pembelajaran Matematika ... 24

1. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 24

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika MI ... 25

3. Materi Pecahan Sederhana pada Kelas III ... 26

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 34

C. Variabel Yang Diteliti ... 34

D. Rencana Tindakan ... 34

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya... 43

(9)

G. Indikator Kinerja ... 49

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMAHAMAN ... 52

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan... 70

BAB V PENUTUPAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 79

RIWAYAT HIDUP ... 80

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap pembelajaran khususnya matematika, ada tiga tujuan

aspek yang akan dicapai yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)

dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga aspek tersebut harus berjalan

seimbang agar tujuan utama pembelajaran dapat dicapai. Seperti yang

diketahui, bahwa pembelajaran akan dikatakan tercapai apabila siswa mampu

bertambah pengetahuannya, semakin baik sikapnya, dan lebih terampil dalam

melakukan kegiatan.

Jika pembelajaran Matematika terlalu monoton yang hanya

menekankan pada rumus atau satuan gramatikal (teori) saja, siswa hanya akan

tahu bahwa hanya dengan mengingat rumus, matematika akan lebih mudah.

Tetapi dari segi sikap dan keterampilannya, siswa belum tahu bahwa

matematika itu mudah, menyenangkan dan dapat diselesaikan dengan

menggunakan alternatif cara yang banyak sekali. Hal itulah yang

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan

matematika ketika pembelajaran tersebut diaplikasikan dalam kehidupan yang

nyata apabila siswa diberikan input alternatif yang berbeda dari pengetahuan

sebelumnya ataupun apabila siswa belum bisa mengingat rumus yang ada

(11)

proses pembelajaran, siswa diajarkan cara menghitung dan menyelesaikan

soal, namun ketika soal tersebut dibandingkan dengan pecahan lainnya, siswa

kesulitan untuk menyelesaikan masalah dikarenakan kurangnya pemahaman

materi siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya di MI

Muhammadiyah 23 Surabaya ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya

pemahaman matematika. Beberapa penyebab tersebut yaitu waktu

pengaplikasian metode pembelajaran yang kurang sehingga belum mampu

menunjang para siswa untuk mengingat pembelajaran. Rendahnya

keterampilan bertanya siswa apabila mengalami kesulitan disebabkan pikiran

negatif siswa dan rasa ingin cepat mengakhiri pembelajaran matematika. Oleh

sebab itu, ketika pembelajaran berakhir atau diluar pembelajaran, ketika siswa

menemui masalah matematika yang sudah pernah mereka pelajari, sebagian

besar siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikannya. Seperti yang

terlihat pada siswa yang ada dikelas III,dari 16 siswa hanya 2 siswa yang

mampu mengartikan konsep, menguhubungkan dan membedakan dua konsep

yang berdeda, serta menyelesaikan masalah pecahan sederhana dalam

kehidupan sehari-hari, dan 14 siswa masih memiliki pemahaman mengenai

materi pecahan sederhana yang kurang utuh.1

Hal itulah yang menyebabkan peran guru semakin bertambah karena

guru harus membentuk pembelajaran semaksimal mungkin untuk membantu

siswa memahami pembelajaran sehingga mudah untuk mengaplikasikan

1AzizatulHikmah, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas III, wawancarapribadi, Surabaya, 29

(12)

pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari, peran orang tua juga

bertambah karena harus membimbing dan mengulang kembali pembelajaran

matematika dengan mengikut sertakan siswa dalam lembaga bimbingan

belajar dengan tujuan agar siswa dapat lebih memahami pembelajaran.

Pentingnya guru mencari berbagai metode dan/atau media pembelajaran

untuk membantu siswa tertarik, mengingat, dan terampil menghitung dalam

pembelajaran matematika.

Untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas ada beberapa cara

yang dapat dijadikan referensi untuk membuat siswa semakin memahami

pembelajaran matematika. Sebagai upaya meningkatkan pemahaman

Matematika materi pecahan sederhana dapat dilakukan dengan alternatif cara,

antara lain: dengan penggunaan alat peraga stikkayu, penggunaan alat peraga

blok pecahan, dan penggunaan alat peraga perkalian matriks. Dalam hal ini

penulis memilih menggunakan alat peraga stik kayu. Alat peraga stik kayu

dapat menjadi alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan karena menurut Jean Jacques Rosseau (1712-1778) dalam

buku psikologi belajar, dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak, yaitu

antara umur 2 sampai dengan 12 tahun, perkembangan pribadi anak dimulai

dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan

pengamatan.2 Sehingga kegiatan pembelajaran matematika yang pada

umumnya menjadi keluhan para siswa karena bosan dan rumit tidak lagi

dikeluhkan siswa karena menyenangkan dan mudah. Seperti yang dipaparkan

(13)

oleh Jay Sommer yaitu Guru Teladan Tahun Ini dari New York yang

mengatakan bahwa hubungan yang tegang di ruang kelas akan membuat

suasana belajar menjadi tidak menyenangkan. Hal itu bahkan bisa membuat

murid terus tidak menyukai pendidikan. Sebaliknya, murid-murid yang

merasa dirinya berharga akan mempunyai kepercayaan diri untuk

mengekspresikan dirinya secara bebas, menyelidiki dan belajar melalui

kesalahan-kesalahannya, serta menganggap belajar sebagai suatu

petualangan.3

Oleh karena itu penulis merasa tertarik sekaligus melatarbelakangi

untuk mengkaji lebih dalam tentang “Penggunaan Alat Peraga StikKayu

dalam Meningkatkan Pemahaman Matematika Materi

PecahanSederhana Kelas III di MI Muhammadiyah 23Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka

objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penggunaan alat peraga stik kayu dalam meningkatkan

pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas III di MI

Muhammadiyah 23 Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman matematika materi pecahan

sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan

menggunakan alat peraga stikkayu?

(14)

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan pemahaman matematika

materi pecahan sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya adalah

dengan menggunakan alat peraga stik kayu. Penggunaan alat peraga stik kayu

ini dipilih untuk mempermudah siswa untuk menghitung karena alat peraga

ini memiliki poin yaitu mengaplikasikan pecahan dalam wujud nyata pada

pembelajaran dan relative mudah didapatkan.

D. Tujuan Penelitian

Searah dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penggunaan alat peraga stik kayu dalam

meningkatkan pemahaman matematika materi pecahan sederhana kelas

III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematika materi pecahan

sederhana kelas III di MI Muhammadiyah 23 Surabaya dengan

menggunakan alat peraga stikkayu?

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian menjadi lebih terfokus, sehingga hasil penelitiannya

(15)

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Muhammadiyah 23

Surabaya semester genap tahun ajaran 2015/2016, karena di kelas ini

terdapat kesulitan pada mata pelajaran Matematika khususnya materi

pecahan sederhana.

2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Matematika kelas III

semester genap dengan standar kompetensi memahami pecahan

sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Sedangkan

kompetensi dasarnya adalah membandingkan pecahan sederhana.

Melihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diatas diharapkan

siswa dapat memahami dan menyelesaikan permasalahan terkait pecahan

sederhana. Dalam hal ini lebih dikhususkan pada pecahan sederhana dan lebih

spesifik yaitu berkaitan dengan perbandingan.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan mempunyai

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangaan penyusunan dan sumber referensi bagi penelitian penulis

karya selanjutnya. Dan hasilnya dapat dijadikan gambaran dalam

melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat

(16)

gambaran bahwa penggunaan alat peraga stikkayu sangat tepat

digunakan pada mata pelajaran Matematika khusunya di SD.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru adalah guru dapat menggunakan alat peraga

stik kayu sebagai alternatif dalam merancang program pengajaran

serta memperkaya studi tentang belajar mengajar dalam upaya

meningkatkan pemahaman siswa pada materi pecahansederhana.

b. Manfaat bagi siswa adalah dapat memberi pengalaman langsung

melalui penggunaan alat peraga stik kayu kepada siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

c. Manfaat bagi sekolah adalah sekolah menjadi lebih baik karena

siswa dan guru mempunyai kualitas baik dalam proses

pembelajaran.

d. Manfaat bagi masyarakat adalah diharapkan masyarakat untuk

dapat percaya terhadap kualitas satuan pendidikan.

e. Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan

(17)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Alat Peraga Stik Kayu

Di zaman yang semakin modern ini, tuntutan pencapaian dalam

pembelajaran yang harus dipenuhi pun semakin banyak dan beragam. Hal ini

menyebabkan siswa harus mampu dengan cepat memahami setiap

pembelajaran yang dilakukannya. Di samping itu, beragamnya daya tangkap

setiap siswa antara satu dengan lain tentu berbeda. Guru harus menyajikan

suatu pembelajaran yang mampu menarik semua siswa dari tingkat

pemahaman yang berbeda tersebut.

Usia SD/MI adalah usia seorang anak untuk ditanamkan dasar

pengetahuan-pengetahuan yang nantinya akan lebih dikembangkan dalam

kehidupan selanjutnya. Untuk itu siswa harus diberikan pembelajaran yang

bukan hanya bertujuan untuk memahami tetapi juga mampu melakukannya

dalam kehidupan yang nyata. Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih

tertarik minatnya kepada hal-hal yang dirasanya mampu menggerakkan

seluruh anggota tubuhnya. Dengan digunakannya alat peraga, diharapkan

(18)

1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga bisa disebut juga dengna media. Secara harfiah kata

media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.1

Banyak pendapat yang mengemukakan pengertian alat peraga,

diantaranya2:

a. Menurut Ali (1989) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan

dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong

proses belajar.

b. Menurut Ruseffendi (1992), alat peraga adalah alat yang

menerangkan atau mewujudkan konsep matematika.

c. Sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut

Pramudjono (1995), adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun

atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu

menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa alat peraga adalah benda nyata yang dibuat guru

untuk menyampaikan materi dan mempermudah siswa memahami

proses pembelajaran. Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat

merasakan secara langsung bagaimana mengikuti pola yang terdapat

1Basyiruddin Usman,Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 11.

2Rostina Sundayana,Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung: CV

(19)

dalam benda sehingga siswa dengan mudah memahami pembelajaran

yang disampaikan serta memberikan pengalaman secara langsung.

2. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga

Fungsi utama dari alat peraga adalah agar siswa mampu

menangkap arti sebenarnya dari keabstrakan suatu konsep. Hendaknya

alat peraga dapat diupayakan dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan

benda dan mengurangi hambatan-hambatan dalam pembelajaran. Selain

itu, fungsi media pembelajaran bagi pengajar yaitu:

a. Memberikan pedoman, arah untuk mecapai tujuan.

b. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.

c. Memberikan kerangka sistematis mengjara secara baik.

d. Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran.

e. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi

pelajaran.

f. Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.

g. Meningkatkan kualitas pelajaran.

Adapun fungsi media pembelajaran bagi siswa adalah untuk:

a. Meningkatkan motivasi bagi pembelajar.

b. Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar.

c. Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan

(20)

d. Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematika

sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar.

e. Merangsang pembelajar untuk berfokus dan beranalisis.

f. Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

g. Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis

yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran (Sanaky,

2009:5)3.

3. Stik Kayu sebagai Alat Peraga

Melakukan proses pembelajaran akan lebih mudah jika

dihubungkan dengan kehidupan nyata. Terlebih lagi dalam pembelajaran

Matematika yang setiap hari dilakukan dalam kehidupan. Sebenarnya

setiap siswa dapat dikatakan memiliki dasar pengetahuan berhitung,

namun ketika kegiatan berhitung dilaksanakan didalam kelas

seakan-akan menjadi sulit dipahami karena ketakutan dan pemahaman salah

selama ini yang menyatakan bahwa rumus adalah kunci untuk berhitung.

Tugas guru khususnya Matematika adalah menyajikan pembelajaran

yang baik dan merarik. Alternatif pembelajaran yang baik dan menarik

diusia SD/MI adalah salah satunya dengan membawa dunia anak ke

dalam pembelajaran. Bermain adalah dunia yang digemari setiap siswa.

Oleh karena itu, membawa permainan siswa dalam pembelajaran

diharapkan mampu membantu siswa melupakan ketakukan dan

(21)

ketidakpercayaan dirinya dalam pembelajaran terlebih lagi pelajaran

Matematika.

Setiap siswa pasti tidak asing dengan stik kayu. Karena saat ini

mulai banyak permainan yang menggunakan stik kayu tersebut. Dalam

hal ini, penulis menggunakan stik kayu sebagai alat peraga dalam proses

menyampaikan materi Pecahan Sederhana. Karena dalam kehidupan,

penggunaan stik kayu sangat banyak ditemukan.

4. Gambar Stik Kayu

Stik atau tusuk kayu berbentuk pipih yang biasa dipakai untuk

gagang es krim ini terbuat dari bahan baku kayu albasia dan sengon

karena tekstur kayu yang lebih empuk dan mudah dibentuk. Selain dari

bahan baku kayu albasia dan sengon, stik kayu juga ada yang terbuat dari

limbah pabrik kayu lapis. Ukurannya pun bermacam-macam, mulai dari

9cm hingga 12cm. Biasa dipasarkan dengan kisaran harga Rp 10,- hingan

Rp 25,- per batang. Namun dalam pemasarannya, stik kayu ini hanya

dapat dibeli dengan jumlah banya, seperti per 100 batang, per 500 batang,

dll.

Media stik kayu dalam pembelajaran pecahan sederhana ini

menggunakan stik kayu berukuran 11,3cm yang didapatkan dari Pusat

Grosir Surabaya dengan harga Rp 11.000,- per 500 batang. Dalam

penggunaannya berjumlah 2000 batang yang akan diberikan 250 batang

ke setiap pasangan. Berikut ini contoh gambar stik kayu yang digunakan

(22)

5. Penggunaan Stik Kayu

Contoh : Berilah tanda yang tepat untuk membandingkan 2 pecahan

dibawah ini.

1/2 ... 2/3

Pembilang pada pecahan sebelah kiri dikali dengan penyebut dari

pecahan sebelah kanan. Begitu juga dengan pembilang pada pecahan

sebelah kanan dikali dengan penyebut dari pecahan sebelah kiri.

Lalu letakkan perkalian pembilang kiri dan penyebut kanan di

sebelah kiri, serta letakkan perkalian pembilang kanan dan penyebut kiri

di sebelah kanan.

Gambar 2.1 Gambar Stik Kayu

Gambar 2.2

(23)

Gambar 2.3

Hitung perkaliannya dan tetap letakkan pada letaknya. Misal

perkalian bilangan kiri, tetap di sebelah kiri. Dan perkalian bilangan

kanan, tetap di sebelah kanan.

Lalu berikan tanda yang tepat pada bilangan tersebut.

Gambar 2.5

Jadi pecahan 1/2 dan 2/3 hasilnya adalah 1/2 < 2/3

Gambar 2.3

Perkalian Pembilang Kiri dan Penyebut Kanan di sebelah Kiri, serta Perkalian Pembilang Kanan dan Penyebut Kiri

di sebelah Kanan

Gambar 2.4

Hasil Perkalian Bilangan dengan Menggunakan Stik Kayu

Gambar 2.5

(24)

B. Hakikat Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Tingkat pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tingkat

pengetahuan. Membangun pengertian dari pesan pembelajaran diperlukan

dalam pemahaman4.

Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pemahaman yaitu

sebagai berikut:

a. Bloom (1956), pemahaman adalah kemampuan untuk

mengumpulkan keterampilan dan fakta-fakta secara bijaksana dan

tepat, melalui aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang tepat5.

b. Nana Sudjana mengemukakan bahwa pemahaman adalah hasil

belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan

kalimat sendiriatas apa yang dibacanya atau didengarnya,

memberikan contoh lain dari contoh yang telah diberikan guru dan

menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain6.

4Wowo Sunaryo Kuswana,Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 117. 5Grant Wiggins dan Jay McTighe,Pengajaran Pemahaman melalui Desain, (Jakarta: PT Indeks,

2012), 66

6Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1995), 24.

Gambar 2.6

(25)

2. Tingkatan Pemahaman7

Kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan

derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Pemahaman Terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna

yang terkandung didalamnya.

b. Pemahaman Penafsiran, misalnya memahami grafik,

menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang

pokok dan bukan pokok.

c. Pemahaman Ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik

yang tertulis, tersirat dan tersurat, atau memperluas wawasan.

3. Indikator Pemahaman8

Indikator pemahaman dalam pembelajaran dapat diuraikan

menjadi 7 bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Mengartikan = mengubah dari satu bentuk gambaran (numerik) ke

bentuk lain (verbal)

b. Memberikan contoh = menemukan contoh khusus atau ilustrasi

konsep atau prinsip

c. Mengklarifikasi = menentukan sesuatu ke dalam kategori

d. Menyimpulkan = meringkas tema umu atau khusus

(26)

e. Menduga = menggambarkan kesimpulan logika dari informasi

yang ada

f. Membandingkan = mendeteksi korespondensi antara dua ide,

objek, dan semacamnya

g. Menjelaskan = menciptakan sistem model penyebab dan pengaruh

Berdasarkan pemahaman yang lebih ditekankan pada standar

kompetensi memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam

pemecahan masalah. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah

membandingkan pecahan sederhana. Maka penelitian ini terpusat pada

indikator pemahaman membandingkan. Menurut Wowo Sunaryo dalam

dimensi proses kognitif pada buku taksonomi kognitif, membandingkan

memiliki arti lain yaitu membedakan, memetakan, dan mencocokkan.

Maka siswa dianggap mampu membandingkan apabila mampu

membedakan, memetakan, dan mencocokkan.

Dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana ini,

maka membandingkan diklasifikasikan menjadi 3 indikator yaitu:

a. Membedakan dua pecahan

b. Memetakan pecahan dari yang terkecil hingga yang terbesar

maupun sebaliknya

c. Mencocokkan pecahan berupa angka dengan pecahan berupa soal

(27)

4. Evaluasi Pemahaman

Agar penilaian tidak hanya orientasikan pada hasil, maka evaluasi

hasil belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan

yang diklarifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:

a. Ranah Kognitif

Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang

mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya

yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah

kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses

berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi

yang meliputi 6 tingkatan antara lain:

1) Pengetahuan (knowledge)

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan

sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah

dipelajari.

2) Pemahaman (Comprehension)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat;

mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari

bahan yang dipelajari, yang dinyatakan denganmenguraikan

isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang

disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal

(28)

diajarkan, mengerti apa yang sedang dikomunikasikan, dan

dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk

menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.9

3) Penerapan (Aplication)

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi

dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan

informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan

konsep dalam praktek atau situasi yang baru.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam

taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis

merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi

bagian-bagiannya.

5) Sintesis (Synthesis)

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai

kemampuan untuk memproduksi.

6) Evaluasi (Evaluation)

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif

adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan

sebagai kemampuan menilai “manfaat” suatu benda/hal untuk

tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.

(29)

Berdasarkan penelitian yang tertuju pada tingkatan

pemahaman yang termasuk dalam aspek kognitif pada evaluasi

pemahaman maka penelitian ini terpusat pada tingkat pemahaman

bagian membandingkan saja.

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan

emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat,

motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari

perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks:

1) Penerimaan (Receiving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan

memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat.

Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam

domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan atensi

dan penghargaan terhadap orang lain.

2) Responsive (Responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa

menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.

Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan

selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil

(30)

3) Nilai yang dianut (Value)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita

menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan

reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak

menghiraukan.

4) Organisasi (Organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang

berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan

konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai

internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu

filsafat hidup.

5) Karakterisasi (characterization)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang.

Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah

laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,

keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat

diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat

diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan.

Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat

(31)

1) Peniruan

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai

memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi

koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada

umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

2) Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti

pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang

menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini

siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak

hanya meniru tingkah laku saja.

3) Ketetapan

Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang

lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih

terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada

tingkat minimum.

4) Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan

membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan

atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang

(32)

5) Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling

sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya

dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat

kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar. Bagaimana belajar memperoleh dan

memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap10.

Adapun pendapat beberapa ahli mengenai matematika adalah

sebagai berikut:

a. Johnson dan Mykiebust (dalam Abdurrahman, 2003:252)

mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis

yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan

hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi

teoritisnya untuk memudahkan berpikir. Dengan kata lain,

matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berfikir logis,

analitis, sistematis, kritis dan kreatif11.

b. Beth and Piaget (1956) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai

(33)

struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga

terorganisasi dengan baik.

c. Sementara Kline (1972) lebih cenderung mengatakan bahwa

matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi

dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan

permasalahan social, ekonomi dan alam.

d. Reys dkk., (2002) mengatakan bahwa matematika adalah studi

tentang pola dan hubungan cara berpikir dengan strategi

organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk

memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis12.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses

penyampaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan seorang guru

mengenai kebenaran suatu konsep kepada siswa yang bertujuan agar

siswa mampu mencapai kompetensi yang diharapkan.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika MI

Ruang lingkup pembelajaran matematika pada satuan pendidikan

Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah sebagai berikut13:

a. Bilangan

b. Geometri dan Pengukuran

12Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou,Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak

Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 28.

(34)

c. Pengolahan Data

3. Materi Pecahan Sederhana pada Kelas III

a. Pengertian Bilangan Pecahan

Kata pecahan berasal dari kata Latinfractio, suatu bentuk kata

lain dari frangere, yang berarti membelah (memecah). Bilangan

pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan pasangan

bilangan cacah atau , dimana b ≠ 014. Misalnya: ; 1 disebut

sebagai pembilang dan 2 disebut sebagai penyebut.

b. Jenis-jenis Pecahan

1) Pecahan Biasa adalah pecahan yang terdiri dari pembilang dan

penyebut, di mana angka pembilang nilainya lebih kecil

daripada angka penyebutnya.

2) Pecahan Campuran adalah pecahan yang terdiri dari bilangan

murni dan bilangan pecahan biasa.

3) Pecahan Desimal adalah bilangan yang diperoleh dari hasil

pembagian suatu bilangan dengan angka sepuluh dan

pangkatnya (10, 100, 1.000, 10.000, dst)

4) Persen atau Perseratus adalah pecahan yang merupakan hasil

pembagian suatu bilangan dengan 100.

5) Permil atau Perseribu adalah pecahan yang merupakan hasil

pembagian suatu bilangan dengan 1000.

14Yoppy Wahyu Purnomo,Pembelajaran Matematika untuk PGSD, (Penerbit Erlangga, 2015),

(35)

c. Pengertian Pecahan Sederhana

Pecahan sederhana adalah pecahan yang pembilang dan

penyebutnya tidak dapat disederhanakan lagi15.

d. Membandingkan Pecahan Sederhana

1) Simbol tanda dalam membandingkan pecahan

a) Simbol “=” merupakan salah satu simbol yang paling penting

di aritmatika dasar, pada aljabar dan semua arena matematika

yang menggunakan bilangan dan operasi. Namun, peneliti

sejak tahun 1975 sampai sekarang menyatakan dengan jelas

bahwa “=” adalah salah satu simbol yang kurang dipahami

dengan benar16. Dalam materi membandingkan pecahan, “=”

dapat digunakan apabila kedua pecahan memiliki nilai yang

sama. Semisal dan sembarang pecahan, maka = jika

dan hanya jika ad = bc17.

b) Simbol “>” dipergunakan semisal dan sembarang

pecahan, maka > jika dan hanya jika ad > bc.

c) Simbol “<” dipergunakan semisal dan sembarang

pecahan, maka < jika dan hanya jika ad < bc18.

15Budi Yuwono,Pintar Matematika untuk Sekolah Dasar, (Jakarta: Puspa Swara, 2005), 30. 16John A. Van De Walle,Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran,

(Penerbit Erlanggan, 2006), 2.

(36)

2) Konsep Bagian dari Keseluruhan dalam Pecahan

Dari pecahan , bilangan bagian bawah (yakni b) disebut

dengan penyebut yang menunjukkan banyaknya bagian adil

(sama besar; kongruen) secara keseluruhan dan bilangan bagian

atas (yakni a) disebut pembilang yang menunjukkan banyaknya

bagian adil yang diamati, atau bagian pecahan yang dihitung.

Sebagai contoh, sebuah roti dibagi adil menjadi sepuluh potong

dengan 3 potong yang diamati (telah diberi kacang kedelai)

mewakili (3 dari 10), yang mana 3 disebut pembilang

(diperoleh dengan membagi bilangan adil yang diamati) dan 10

adalah penyebut (diperoleh dengan menyebutkan keseluruhan

bilangan yang diamati).

3) Ketidaksamaan dan Pecahan Tak Senilai

Ketidaksamaan pecahan yang melibatkan pembilang yang

sama dapat diilustrasikan dengan model panjang seperti Gambar

... perhatikan bahwa semakin besar nilai penyebut dengan nilai

pembilang tetap, semakin kecil pula nilai pecahan tersebut.

Sebagai contoh, > atau < ? Secara simbolis, jika dan

(37)

1 2

1 3

[image:37.595.136.515.125.622.2]

1 4

Gambar 2.7

Ilustrasi Model Panjang Ketidaksamaan Pecahan yang Melibatkan Pembilang yang Sama

Pertimbangkan jika nilai penyebut tetap, tetapi nilai

pembilang semakin besar, apakah nilai pecahannya semakin

besar? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan ilustrasi model

panjang seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.8.

1 5

2 5

3 5

Gambar 2.8

Ilustrasi Model Panjang Ketidaksamaan Pecahan yang Melibatkan Penyebut Tetap dan Pembilang yang Semakin Besar

Perhatikan bahwa semakin besar nilai pembilang dengan

(38)

Sebagai contoh, < atau > ? Secara simbolis, jika dan

sembarang pecahan, maka > jika dan hanya jika a< c.

Pertimbangkan pula jika terdapat situasi membandingkan

pecahan dengan pembilang dan penyebut yang masing-masing

berbeda. Sebagai contoh, membandingkan dan . Situasi ini

menuntut Anda untuk mengubah kedua pecahan ke dalam

penyebut yang sama. Di samping itu, langkah dalam uji

kesamaan pecahan dapat digunakan untuk membandingkan

kedua pecahan tersebut. Berikut langkah menguji apakah kedua

pecahan tersebut sama.

(39)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan

kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom

Action Research, yang berarti penelitian tindakan kelas.

Penelitian Tindakan Kelas meliputi tiga kata yaitu “penelitian”,

“tindakan”, dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan

dalam rangka peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu

gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam

pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas

adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat

yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen yang sama1.

Semua penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama, yakni untuk

meningkatkan dan melibatkan2.

Penelitian ini memusatkan objek penelitiannya kepada semua hal yang

ada di dalam kelas, baik yang fisik maupun non fisik. Yaitu semua hal yang

1Ekawarna,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Referensi, 2013), 4.

2Endang Komara,Penelitian Tindakan Kelas dan Peningkatan Profesionalitas Guru, (Bandung:

(40)

terjadi di dalam kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung. Pada

prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Clasroom Action Research)

memungkinkan para guru mempelajari ruang kelas mereka sendiri agar

mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan lebih mampu meningkatkan

kualitas atau efektifitas mereka3. Di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

terdapat beberapa model atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti

melakukan PTK. Desain-desain tersebut diantaranya adalah: (1) Model Kurt

Lewin, (2) Model Kemmis Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model

Hopkins, (5) Model McKernan, (6) Model Dave Ebbut. Dalam hal ini, peneliti

disini melakukan PTK dengan menggunakan modelKurt Lewin.

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dan berbagai model

action research, terutama classroom action research. Konsep pokok action

research menurut Kurt Lewin erdiri dari empat komponen, yaitu: (1)

perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan

(4) refleksi (reflecting)4.

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang siklus yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

3Craig A. Metler,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2014), 4.

[image:40.595.127.514.266.631.2]

4Samsu Somadayo,Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 39.

Gambar 3.1 Model PTK Kurt

(41)

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting atau lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini adalah MI

Muhammadiyah 23 Surabaya kelas III. Mata pelajaran Matematika,

pelajaran 2015/2016.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IIIMadrasah

Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah 23 Surabaya dengan jumlah siswa 16

anak. Sedangkan peneliti disini berperan sebagai observer.

C. Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini,variabel yang diselidiki adalah:

1. Variabel input : siswa kelas III MI Muhammadiyah 23 Surabaya

2. Variabel proses : alat peraga stik kayu

3. Variabel output : penggunaan alat peraga stik kayu dalam

meningkatkan pemahamanmatematika materi pecahan sederhana kelas III

di MI Muhammadiyah 23 Surabaya

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahap. Setiap tahap

dilalui dengan prosedur dan langkah-langkah tersendiri.

Siklus I

(42)

Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam

penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :

a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan, yaitu 12 April 2016.

b. Menentukan metode pembelajaran yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti

melaksanakan peningkatan pemahaman dalam pembelajaran

menggunakan alat peraga stik kayu.

c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

mata pelajaran Matematika di kelas III dengan menggunakan alat

peraga stik kayu.

d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Pecahan

Sederhana.

e. Mempersiapkan sumber pembelajaran

f. Menyusun lembar kerja siswa

g. Mengembangkan format penilaian

h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman

wawancara dan kriteria keberhasilan

i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan

Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan

yang dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila

sesuai maka tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti

(43)

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program

pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan

digunakan

2) Guru mengucapkan salam

3) Menanyakan kabar siswa

4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama

5) Mengecek kehadiran siswa

6) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu

7) Mengecek pengetahuan awal siswa dengan bertanya, “Berapa

uang sakumu hari ini? Untuk membeli apa saja uang sakumu?

Lebih banyak mana uang saku Kiran dan uang saku Panji?

Siapa yang pernah makan es krim? Apa kalian pernah melihat

stik es krim sebelumnya?”

8) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari

ini yaitu tentang pecahan sederhana

9) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1) Siswa terbagi menjadi berpasangan (2 siswa)

(44)

3) Seluruh siswa memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru

4) Semua pasangan mendapat waktu 15 menit untuk

menyelesaikan tugas diskusinya dengan bantuan alat peraga

stik kayu

5) 2 pasangan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

6) Setelah 2 pasangan menyampaikan hasil diskusinya, siswa

mendapat penjelasan oleh guru

7) Siswa kembali dalam posisi individu

8) Setiap siswa mendapatkan lembar kerja individu

9) Siswa mengerjakan lembar kerja individu dengan waktu 20

menit

10) Siswa dan guru bersama-sama mengecek jawaban dari setiap

lembar kerja individu

c. Kegiatan Penutup

1) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran

2) Menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya

3) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a

4) Mengucapkan salam

3. Tahap pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data

(45)

a. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan

pedoman wawancara guru dan siswa

b. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan

melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah

dipersiapkan

4. Tahap refleksi

Pada tahap ini dilakukan:

a. Evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan yang

dilakukan dalam proses pembelajaran

b. Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan lembar

kerja siswa, dengan melihat hasil observasi guru dan siswa

c. Perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya

Siklus II

1. Tahap perencanaan tindakan

Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam

penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :

a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan, yaitu 19 April 2016.

b. Menentukan metode pembelajaran yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti

melaksanakan peningkatan pemahaman dalam pembelajaran

(46)

c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

mata pelajaran Matematika di kelas III dengan menggunakan alat

peraga stik kayu berdasarkan refleksi pada siklus I dan penetapan

alternatif pemecahan masalah.

d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Pecahan

Sederhana.

e. Mempersiapkan sumber pembelajaran

f. Menyusun lembar kerja siswa

g. Mengembangkan format penilaian

h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman

wawancara dan kriteria keberhasilan

i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan

j. Pengembangan program tindakan dari siklus I

Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan

yang dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila

sesuai maka tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti

terus melakukan perbaikan di siklus berikutnya.

5. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program

pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

(47)

1) Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan

2) Guru mengucapkan salam

3) Menanyakan kabar siswa

4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama

5) Mengecek kehadiran siswa

6) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu

7) Mengecek pengetahuan awal siswa dengan bertanya, “Berapa

uang sakumu hari ini? Untuk membeli apa saja uang sakumu?

Lebih banyak mana uang saku Kiran dan uang saku Panji?

Siapa yang pernah makan es krim? Apa kalian pernah melihat

stik es krim sebelumnya?”

8) Siswa bernyanyi bersama-sama lagu “Tek Kotek”

9) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini

yaitu tentang pecahan sederhana

10) Menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

Elaborasi

1) Siswa terbagi menjadi tim (2-3 anak)

2) Setiap tim mendapatkan 250 stik kayu dan lembar kerja

kelompok (lampiran 2)

3) Seluruh siswa memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru

(48)

1) Semua tim mendapat waktu 15 menit untuk menyelesaikan

tugas tim dengan bantuan alat peraga stik kayu

2) Setiap tim mempresentasikan hasil diskusi timnya

3) Setelah semua tim menyampaikan hasil diskusinya, siswa

mendapat penjelasan oleh guru

4) Siswa kembali dalam posisi individu

5) Setiap siswa mendapatkan lembar kerja individu (lampiran 3)

6) Siswa mengerjakan lembar kerja individu dengan waktu 20

menit

Konfirmasi

1) Siswa dan guru bersama-sama mengecek jawaban dari setiap

lembar kerja individu

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa dan guru melakukan tanya jawab dan membenarkan

apabila terjadi kesalahfahaman.

2) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran

3) Menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya

4) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a

6. Tahap pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data

hasil wawancara, observasi dan penilaian aspek kognitif.

c. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan

(49)

d. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan

melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah

dipersiapkan

7. Tahap refleksi

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta

diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi dan membuat

kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Matematika materi pecahan

sederhana menggunakan alat peraga stik kayu dalam meningkatkan

pemahaman pada mata pelajaran Matematika setelah melaksanakan

rangkaian kegiatan mulai dari siklus I sampai siklus II.

Indikator Kompetensi

Indikator

Pemahaman Indikator Butir Soal

Jumlah Soal

Mengurutka n pecahan

Memetakan pecahan dari yang

terkecil hingga yang terbesar

maupun sebaliknya

Mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke

yang terbesar dengan penyebut yang sama 1 Mengurutkan pecahan dari yang terbesar ke

yang terkecil dengan penyebut yang sama 1 Mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke

yang terbesar dengan penyebut yang berbeda 1 Mengurutkan pecahan dari yang terbesar ke

yang terkecil dengan penyebut yang berbeda 1

Membanding kan dua pecahan

Membedakan dua pecahan

Membandingkan dua pecahan yang memiliki

penyebut sama dengan hasil lebih besar 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki

penyebut sama dengan hasil lebih kecil 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki

penyebut berbeda dengan hasil lebih besar 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki

penyebut berbeda dengan hasil lebih kecil 1 Membandingkan dua pecahan yang memiliki

penyebut berbeda dengan hasil yang sama 1 Mengurutkan pecahan dari yang terkecil ke

yang terbesar dengan penyebut yang berbeda 1 Mencocokkan

pecahan berupa angka dengan pecahan berupa

soal cerita

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Sederhana 1

[image:49.595.138.557.265.720.2]

Tabel 3.1

(50)

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber data

Bentuk-bentuk data yang dipakai dalam penelitian dibedakan

menjadi data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang

diperoleh dari sekolah yang diteliti. Yang termasuk data primer adalah

siswa, guru, orang tua, dan kepala sekolah di MI Muhammadiyah 23

Surabaya. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari

pihak-pihak yang tidak berkaiatan dengan sekolah. Seperti pengawas sekolah,

pejabat dinas pendidikan. Dalam penelitian kali ini, data yang diperlukan

untuk dianalisis adalah data primer, yaitu:

a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan hasil aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar.

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran

Matematika dengan alat peraga stik kayu dan hasil belajar serta

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

c. Teman Sejawat dan Kolaborator

Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data

untuk melihat implementasi Penelitian Tindakan Kelas secara

(51)

2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada dua jenis data

yang dikumpulkan peneliti, yakni:

a. Data Kuantitatif adalah kumpulan informasi deskriptif yang

dikonstruksi dari percakapan atau dalam bentuk naratif berupa

kata-kata. Adapun data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan

nilai dalam bentuk angka5.

b. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat

yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan

tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),

pandangan atau sikap siswa terhadap metode yang baru (afektif),

aktivitas manusia mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam

belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat

dianalisis secara kualitatif.6

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan peneliti, yakni:

a. Tes

Menggunakan lembar kerja berupa soal-soal pecahan

sederhana untuk mengumpulkan data tentang peningkatan

pemahaman siswa dalam materi pembelajaran dengan Alat Peraga

Stik Kayu.Lembar kerja terlampir.

5Muhammad Yaumi dan Muljono Damopolii,Action Research, (Jakarta: Kencana, 2014), 101. 6 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,

(52)

b. Observasi

Menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data

tentang tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar mata

pelajaran Matematika dan data tentang kesesuaian aktivitas guru

dikelas dengan perangkat pembelajaran. Lembar observasi terlampir.

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

1) Aktivitas Guru

Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas guru

digunakan rumus :

= 100... Rumus 3.1

Keterangan:

Ng = Nilai Aktifitas Guru

f = Jumlah Skor yang Diperoleh

= Skor Maksimal

2) Aktivitas Siswa

Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas siswa

digunakan rumus :

= 100... Rumus 3.2

Keterangan:

Ns = Nilai Aktivitas Siswa

f = Jumlah Skor yang Diperoleh

(53)

Kriteria penilaian aspek yang diamati adalah, mendapat nilai 1

jika tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat

waktu; mendapat nilai 2 jika dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak

efektif dan tidak tepat waktu; mendapat nilai 3 jika dilakukan,

kurang efektif, sesuai aspek, tidak tepat waktu; mendapat nilai 4 jika

dilakukan, sesuai aspek , efektif, tepat waktu.

Kriteria aspek ketuntasan observasi aktivitas guru dan siswa

dengan menggunakan system relative yang terdiri dari penentuan

tingkatan dalam bentuk huruf: A, B, C, D, dan E. Huruf-huruf

tersebut diartikan sebagai berikut: A = Sangat Baik (90%-100%), B

= Baik (80%-89%), C = Cukup (65%-79%), D = Kurang (55%-64%)

dan E = Tidak Lulus atau Gagal (55%)7. Maka dengan tingkat

pengukuran tersebut dapat dinyatakan tuntas berdasarkan

wawancara dengan ibu Azizatul Hikmah adalah apabila memenuhi

kriteria B (Baik)8.

c. Wawancara

Menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui

pendapat atau sikap siswa tentang pembelajaran dengan alat peraga

stik kayu.Lembar wawancara terlampir.

7Oemar Hamalik,Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Penerbit Mandar

Maju, 1989), 121

8Azizatul Hikmah, Guru Mata Pelajaran Matematika kelas III, wawancara pribadi,

(54)

F. Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengolahan data yang

berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga

dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah

dan dianalisis secara kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk

kalimat yang memberikan gambaran kenyataan atau fakta sesuai data yang

diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa

juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan serta aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.9

1. Nilai pemahaman setiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

= 100... Rumus 3.3

Keterangan:

= Nilai Pemahaman Setiap Siswa

= Jumlah Skor yang Diperoleh

= Skor Maksimal

Dengan kriteria yang tercantum dalam Lembar Hasil Pemahaman.

2. Nilai rata-rata kelas untuk pemahaman dihitung dengan menggunakan

rumus:

= ... Rumus 3.4

Keterangan:

= Nilai Rata-Rata Pemahaman Siswa

(55)

= Total Nilai Pemahaman Semua Siswa yang Hadir

= Banyak Siswa yang Hadir

3. Persentase ketuntasan pemahaman siswa dalam kelas

= 100%... Rumus 3.5

Keterangan:

= Persentase Ketuntasan Pemahaman

= Total Siswa yang Tuntas Pemahaman

= Banyak Siswa yang Hadir

4. Nilai hasil belajar setiap siswa dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

= ... Rumus 3.6

Keterangan:

= Nilai Hasil Belajar Setiap Siswa

= Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa

Dengan kriteria yang tercantum dalam kisi-kisi soal.

5. Nilai rata-rata kelas untuk hasil belajar dihitung dengan menggunakan

rumus:

= ... Rumus 3.7

Keterangan:

= Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

= Total Nilai Hasil Belajar Siswa yang Hadir

(56)

6. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam kelas

= 100%... Rumus 3.8

Keterangan:

= Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

= Total Siswa yang Tuntas Hasil Belajar

= Banyak Siswa yang Hadir

G. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru

dalam mengelola dan melakukan pembelajaran serta keberhasilan siswa dalam

melakukan pembelajaran dan melakukan tes tulis berupa lembar soal yang

telah terselesaikan.

1. Tes : rata-rata 80% siswa mampu mencapai nilai KKM 70, prosentase

ketuntasan pemahaman siswa diatas 80%

2. Observasi : penggunaan alat peraga stik kayu dalam materi pecahan

sederhana sekurang-kurangnya berkategori baik dilihat dari nilai

observasi guru dan siswa mencapai nilai 75

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi, antara guru

kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Selain menjadi kolaborator guru juga

berperan sebagai peneliti. Selain menjadi kolabolator guru juga berperan

sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam pelaksanaan

(57)

tindakan kelas ini. Peneliti dan kolaborator terlibat sepenuhnya dalam

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya.

Adapun tim peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Guru Kolaborasi

Nama : Azizah, S.Psi

Tugas : a. Bertanggung jawab atas semua jenis kegiatan pembelajaran

b. Mengamati pelakasaan pembelajaran

c. Terlibat dalam perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

1. Peneliti

Nama: Wirzatur Rahmah Assyifa

Tugas :a. Bertanggung Jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan

b.Menyusun RPP, instrument penilaian, dan lembarpengamatan

guru ketika proses pembelajaran berlangsung, lembar pengamatam

guru, lembar wawancra guru, lembar wawancara siswa.

c. melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga stik kayu

d. mendeskripsikan hasil observasi PTK

e. menganalisis hasil penelitian tiap siklus

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMAHAMAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Siklus I

Siklus 1 diadakan pada hari Selasa tanggal 12 April 2016. Materi yang

diajarkan adalah pecahan sederhana. Dalam siklus ini dibagi beberapa

tahap yaitu:

a. Perencanaan

Proses perencanaan pada siklus I berupa kegiatan untuk

mempertimbangkan dan memilih upaya-upaya yang dapat dilakukan

untuk mencari pemecahan masalah. Pertimbangan dan pemilihan

pemecahan masalah tersebut kemudian dituangkan dalam konsep

perencanaan yang meliputi.

✂) Menyiapkan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

disusun bersama guru kelas yang memuat standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode

pembelajaran, materi pokok, langkah-langkah pembelajaran, alat

dan sumber belajar yang diperlukan dan format penilaian yang akan

digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

yang telah dipelajari.

(59)

3) Menyusun lembar kerja kelompok dan individu siswa

4) Membuat daftar kelompok belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Guru melakukan kegiatan pembelajaran yang sudah disusun

dalam RPP. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan didalam kelas. Di

awal kegiatan, guru memulai proses pembelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdo’a bersama-sama. Kemudian guru

mengecek pengetahuan awal siswa dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi namun dalam kaitannya di

[image:59.595.138.513.252.545.2]

kehidupan sehari-hari.

Gambar 4.1

Guru Membagikan Alat Peraga Stik Kayu

Guru membagi siswa secara berpasangan lalu membagikan stik

kayu kepada setiap pasangan, setiap pasangan mendapatkan 250 batang

stik kayu. Guru menjelaskan secara singkat materi pecahan sederhana

dengan menggunakan stik kayu. Ketika guru menerangkan materi, ada

(60)
[image:60.595.141.511.85.697.2]

Gambar 4.2

Ketika siswa mengerjakan soal berpasangan, guru berkeliling

untuk memantau jalannya diskusi. Hasil diskusi kelompok

menunjukkan bahwa pemahaman mengurutkan pecahan masih kurang.

Dari setiap kelompok ada 4 kelompok yang masih belum memahami

materi mengurutkan pecahan sederhana yaitu kelompok 1, kelompok 2,

kelompok 6, dan kelompok 8. Guru memberikan sedikit penguatan

karena waktu telah tersita banyak dalam diskusi berpasangan. Setelah

itu, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

jika ada yang belum faham.

Gambar 4.3

Guru Memantau Siswa Mengerjakan Soal Berpasangan Gambar 4.2

Siswa Membentuk Berpasangan dan Mengerjakan Lembar Soal

(61)

Diakhir kegiatan, guru melakukan evaluasi untuk mengetahui

tingkat keberhasilan belajar siswa. Setelah mengerjakan soal, guru dan

siswa bersama-sama membahas sebagian jawaban soal. Di akhir

kegiatan, siswa mengerjakan soal individu. Tetapi ada 8 siswa yang

masih belum tuntas dalam mengerjakan soal. Sebelum pulang, guru

mengingatkan siswa untuk belajar lagi di rumah. Kemudian guru

menutup pelajaran dengan mengucapkan Hamdalah.

c. Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

No. Kegiatan Guru

Skala Penilaian 4 3 2 1

1 Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan

2 Mengucap Salam √

3 Menanya kabar √

4 Berdo’a dengan khidmat √

5 Mengecek kehadiran √

6 Apersepsi pembelajaran Matematika sebelumnya √ 7 Mengecek pengetahuan awal siswa √

8 Menginformasikan materi √

9 Menyampaikan tujuan pembelajaran √ 10 Menyampaikan materi dan melakukan perhitungan

pecahan sederhana menggunakan stik kayu

11 Membagi siswa menjadi berpasangan √ 12 Memnberi lembar kerja pada masing-masing kelompok √ 13 Memberikan ilustrasi kepada siswa dengan menggunakan

stik kayu

14 Mengarahkan siswa dalam kegiatan kelompok, mengawasi dan memberikan bantuan bila diperlukan.

15 Meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil kegiatan diskusi

16 Menanggapi hasil presentasi perwakilan pasangan √ 17 Mengondisikan siswa menjadi individu √ 18 Memberikan lembar kerja individu √ 19 Mengecek jawaban lembar kerja siswa √ 20 Melakukan tanya jawab dan membenarkan apabila terjadi

kesalahfahaman

21 Menyimpulkan materi pembelajaran √

22 Menyampaikan materi pertemuan selanjutnya √

(62)

24 Mengucap salam √

Jumlah 67

[image:62.595.138.534.126.759.2]

Nilai 69,79

Tabel 4.1

Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I

Berdasarkan table 4.2 observasi aktivitas guru selama

kegiatan pembelajaran yang telah diperoleh, guru belum

beraktifitas secara maksimal dalam memfasilitasi siswa. Hal ini

dapat dilihat pada lembar observasi guru, skor akhir aktivitas guru

masih mencapai 69,79. Walaupun pada kriteria yang ditentukan

oleh peneliti 69,79 sudah tergolong baik, namun terdapat

kendala-kendala yang dapat diusahakan perbaikannya. Dari segi suara guru

sudah baik, namun masih kurang menguasai kelas, sehingga masih

ada siswa yang ramai saat pelajaran berlangsung. Guru juga perlu

memperhatikan pembagian waktu sehingga dapat menerapkan

kegiatan pembelajaran sesuai waktu yang tersedia. Berikut cara

perhitungan nilai aktifitas guru dengan menggunakan rumus 3.1:

= 100

= 6796 100

= 69,79

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

No. Kegiatan Siswa

Skala Penilaian 4 3 2 1

1 Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan

2 Menjawab Salam √

(63)

4 Berdo’a dengan khidmat √

5 Membantu dengan merespon panggilan nama √

6 Merespon guru √

7 Merespon dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan guru √

8 Mendengarkan penjelasan √

9 Mendengarkan penjelasan dan mengemukakan gagasan √

10 Mendengarkan penjelasan √

11 Membentuk berpasangan √

12 Menerima dan mengerjakan lembar kerja kelompok √ 13 Memperhatikan ilustrasi yang dilakukan guru √

14 Berpartisipasi dalam diskusi √

15 Mempresentasikan hasil kegiatan kelompok √ 16 Mendengarkan dan berpartisipasi aktif √

17 Mengondisikan diri sendiri √

18 Menerima dan mengerjakan lembar kerja individu √ 19 Mengecek jawaban lembar kerja siswa √ 20 Melakukan tanya jawab dan memdapat pembenaran

apabila terjadi kesalahfahaman

20 Menyampaikan gagasan √

21 Mendengarkan penjelasan √

22 Membaca do’a √

23 Menjawab salam √

Jumlah 55

[image:63.595.134.546.107.565.2]

Nilai 57,29

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I

Berdasarkan table 4.3, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

aktivitas siswa selama pembelajaran materi pecahan sederhana

tergolong kurang yaitu 57,29. Hasil tersebut masih kurang

maksimal karena terdapat kesulitan yang dapat diperbaiki. Seperti

ketika siswa kurang merespon pertanyaan dari guru karena

berbicara dengan teman sebangkunya, beberapa siswa ramai di

k

Gambar

 Gambar 2.1Gambar Stik Kayu
Gambar 2.3Gambar 2.3
Gambar 2.6Tanda Diletakkan pada Pecahan
 Gambar 2.7Ilustrasi Model Panjang Ketidaksamaan Pecahan yang Melibatkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian Berita Acara Hasil Lelang ini dibuat dan salinannya di-upload pada website LPSE Kementerian ESDM oleh Panitia Fisik II, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan

masalah pokok pada Kantor Camat Ilir Barat II Palembang yaitu, “Bagaimana membuat Rancang Bangun Website Informasi Kependudukan pada Kantor Camat Ilir Barat

yang sesuai untuk pekerjaan membubut pada uji kompetensi praktik kejuruan teknik pemesinan. di SMK Negeri

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education pada siswa kelas III SD Negeri 1

Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) ini merupakan sebuah instrumen Kebijakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan tujuan meningkatkan relevansi

Penilaian terhadap kondisi ibu dan janin untuk mengambil tindakan yang sesuai, maka harus dinilai dan dicatat dengan seksama tanda-tanda berikut ini, kecuali a.. Frekuensi,

Judul KTI :ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S POST SECTIO CEASAREA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BOUGENVILE RSUD SUKOHARJO.. Nama Penulis :

Hal ini dapat di lihat dari rekapitulasi hasil jawaban dari tanggapan responden yang berjumlah 51 orang karyawan mengenai Motivasi sebesar 68,0%, artinya kinerja